Anda di halaman 1dari 31

PENERAPAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

MENGGUNAKAN APLIKASI QUIZZIZ UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN


MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SD

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyusunan Skripsi Program Studi
Pendidikan Sekolah Dasar

Oleh :

Fani Rahmasari Putri

NPM : 205060176

PROGAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASUNDAN

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.


Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
proposal skripsi ini dengan sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam selalu tercurah
limpahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, tak lupa juga kepada
keluarganya para sahabatnya kepada para tabi’in dan tabi;atnya dan semoga sampai kepada
kita selaku umatnya sampai akhir zaman. Aaamiin

Penyusunan proposal skripsi dengan judul “Penerapan Cooperative Integrated


Reading And Composition Menggunakan Aplikasi Quizziz Untuk Meningkatkan
Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa SD.”. Proposal ini disusun untuk

memenuhi salah satu tugas Penelitian Tindakan Kelas.

Dalam proposal ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
semi terciptanya perbaikan dimasa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum wr wb

Bandung, 29 maret 2023

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………………………….

A. Latar Belakang …………………………………………………………………………


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………...
C. Batasan Masalah ………………………………………………………………………..
D. Tujuan Penelitian ……………………………………………………………………….
E. Manfaat Penelitian ……………………………………………………………………...
F. Definisi Operasional ……………………………………………………………………

BAB II LANDASAN TEORITIS …………………………………………………………….

A. Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition ……………...


B. Quizziz …………………………………………………………………………………
C. Pemahaman …………………………………………………………………………….

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………………………

A. Metode Penelitian ………………………………………………………………………


B. Subjek Penelitian ……………………………………………………………………….
C. Prosedur Penelitian ……………………………………………………………………..
D. Instrumen Penelitian ……………………………………………………………………
E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………………………..
F. Teknik Analisis Data …………………………………………………………………...

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………..


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia ini bisa menjadi maju tergantung dari cara mengajar
guru terhadap peserta didik. Kegiatan mengajar merupakan suatu kegiatan yang
sangat memerlukan keterampilan profesional dari guru dalam menguasai kelas, agar
pembelajaran tersebut menjadi aktif dan bermakna
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang bernilai edukatif bagi manusia.
Nilai edukatif ada pada interaksi antara guru dan peserta didik. Interaksi bernilai
edukatif dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan, diarahkan untuk
mencapai tujuan kurikulum pembelajaran (Suryani,2012:1). Oleh karena itu, dalam
proses pembelajaran agar peserta didik menjadi aktif dan pembelajaran tidak terpusat
pada guru, maka guru yang profesional harus bisa menemukan metode atau model
pembelajaran baru untuk dapat mengelola kelas dengan baik dan salah satunya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa agar tercapainya tujuan kurikulum pembelajaran
Hasil belajar dilihat dari adanya perubahan suatu tingkah laku peserta didik
yang mencakup bidang kognitif, afektif serta psikomotor. Hasil belajar juga
digunakan sebagai salah satu acuan untuk mengukur keterlaksanaan kurikulum
(Hanafiah, 2010:20). Adanya masalah dalam hasil belajar siswa salah satunya dari
proses pembelajaran yang belum optimal. Hal ini perlu 2 dilakukan cara alternatif
untuk meningkatkan hasil belajar siswa yakni salah satunya dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and
Compositions (CIRC).
Model CIRC ini menggabungkan kegiatan membaca dengan kegiatan lainnya,
seperti menulis, diskusi, dan presentasi terpadu. Tujuan pembelajaran pada model
CIRC ini peserta didik dituntut untuk bekerjasama dalam mengeluarkan ide-ide untuk
memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas, sehingga terbentuknya
pemahaman dan pengalaman belajar yang baik (Huda, 2013:221-222).
Kelebihan dari model pembelajaran CIRC antara lain: (a) pengalaman dan
kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak,
(b) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat)
sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan siswa, (c)
pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa ke arah belajar
yang dinamis, optimal dan tepat guna, (d) pembelajaran terpadu dapat
menumbuhkembangkan interaksi sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi, dan peduli terhadap gagasan orang lain (Huda, 2013:221). Kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model CIRC ini diaplikasikan terhadap materi
sistem saraf.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan kepada latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian ini dirunuskan sebagai berikut :
1. Apakah penggunaan model Cooperative Integrated Reading and Composition
berbantuan media Quizziz dapat meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman siswa SD?
2. Bagaimana Respon siswa terhadap model pembelajaran Cooperative Integrated
Reading and Composition berbantuan media berbasis Quizziz untuk
meningkatkan membaca pemahaman siswa.
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini,
maka masalah penelitian ini dibatasi sebagai berikut :
1. Pokok bahasan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pelajaran Bahasa
Indonesia semester 1.
2. Subjek penelitian adalah siswa kelas 4 SDN Cilampeni 2 Kabupaten Bandung
selatan.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang sebelumnya, maka permasalahan yang
akan dikaji dalam penelitian ini di tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui Apakah penggunaan model Cooperative Integrated Reading and
Composition berbantuan media berbasis Quizziz dapat meningkatkan membaca
pemahaman siswa.
2. Mengetahui Respon siswa terhadap model pembelajaran Cooperative Integrated
Reading and Composition berbantuan media berbasis Quizziz untuk meningkatkan
membaca pemahaman siswa.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya :
1. Manfaat bagi peneliti
Sebagai suatu pembelajaran Sebagai suatu pembelajaran karena pada penelitian ini
peneliti dapat mengaplikasikan segala pengetahuan yang didapatkan selama
perkuliahan maupun diluar perkuliahan.
2. Manfaat bagi Guru
Meningkatkkan kinerja guru melalui perbaikan kualitas pembelajaran dengan
menerapkan berbagai model pembelajaran. Serta menambah pemahaman dan
informasi dalam menerapkan media pembelajaran Quizziz secara tepat untuk
memperluas pembelajaran gerak siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
3. Manfaat Bagi Siswa
Memperluas tindakan siswa serta menambah pengetahuan dan pengalaman belajar,
Meningkatkan penguasaan materi Matematika dan menambah pengetahuan serta
pengalaman belajar.
F. Definisi Operasional
1. Model Cooperative Integrated Reading and Composition
Cooperative Integrated Reading and Composition) adalah metode
pembelajaran terpadu antara kemampuan membaca dan menulis yang melibatkan
siswa secara aktif (fisik maupun mental) dalam proses pembelajaran untuk
membantu siswa memahami isi bacaan yang dilakukan secara individu maupun
kelompok.
Slavin (2005:200), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
adalah sebuah program yang komprehensif untuk mengajari pelajaran membaca,
menulis, dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi di sekolah dasar.
Sutarno, dkk (2010:1), pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah suatu model
pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh
kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting.

2. Aplikasi Quizziz
Quizizz adalah platform keterlibatan siswa yang memungkinkan guru untuk
melakukan pelajaran dan kuis interaktif dengan siswa mereka . Kuis interaktif
yang dibuat memiliki hingga 5 pilihan jawaban termasuk jawaban yang benar dan
dapat ditambahkan gambar ke latar belakang pertanyaan.
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition


1. Pengertian Cooperative Integrated Reading and Composition
Model CIRC merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang
diperuntukkan bagi siswa sekolah dasar hingga menengah pertama (kelas 2-8).
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan program
pembelajaran komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada siswa
kelas dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah.
Selain itu, model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) merupakan kurikulum komprehensif yang dirancang untuk
digunakan dalam pelajaran membaca pada kelas.
CIRC, sebuah program yang komprehensif untuk mengajari pembelajaran
membaca, menulis, dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi di sekolah
dasar. Pengembangan CIRC difokuskan pada model-model
pengajaran, merupakan sebuah usaha untuk menggunakan pembelajaran
kooperatif sebagai sarana memperkenalkan teknik terbaru dalam pengajaran
praktis pembelajaran membaca dan menulis. Pendekatan pembelajaran kooperatif
menekankan tujuan-tujuan kelompok dan tanggung jawab dari tiap individu.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik simpulan bahwa Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC) merupakan salah satu jenis model pembelajaran
kooperatif yang dirancang khusus untuk pembelajaran membaca dan menulis
secara komprehensif yang diterapkan pada kelas 2-8 (dari sekolah dasar sampai
menengah pertama).

2. Karakteristik Cooperative Integrated Reading and Composition


Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat bermacammacam model pembelajaran.
Salah satunya adalah model pembelajaran CIRC yang dirancang khusus untuk
pembelajaran membaca dan menulis. Untuk membedakan model pembelajaran
CIRC dengan model pembelajaran kooperatif lainnya, berikut disampaikan
beberapa ciri-ciri dari CIRC, yaitu:
(1) adanya suatu tujuan kelompok.
(2) adanya tanggung jawab tiap individu.
(3) tidak adanya tugas khusus.
(4) tiap anggota dalam satu kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk
sukses.
(5) dibutuhkan penyesuaian diri tiap anggota kelompok.

3. Langkah-langkah dalam menerapkan model Cooperative Integrated Reading


and Composition
Menurut Stevens dalam Huda (2015) model CIRC memiliki langkah-langkah
penerapan sebagai berikut:
1. Guru membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 4
siswa.
2. Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok kemudian
memberikan tanggapan terhadap wacana yang ditulis pada lembar kertas.
4. Siswa mempresentasikan atau membacakan hasil diskusi kelompok.
5. Guru memberikan tanggapan penguatan (reinfocement).
6. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan.
Menurut Sastika (2013) model pembelajaran CIRC dibagi menjadi beberapa
fase yaitu:
1. Fase orientasi
Pada fase ini, guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal siswa tentang
materi yang akan diberikan. Selain itu juga memaparkan tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan kepada siswa.
2. Fase organisasi
Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan
keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan
dibahas kepada siswa. Selain itu, menjelaskan mekanime diskusi kelompok dan
tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Fase pengenalan konsep
Pada fase ini, guru mulai mengenalkan suatu konsep atau istilah baru yang
mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari
keterangan guru, buku paket, atau media lainnya.
4. Fase eksplorasi dan aplikasi
Tahap ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awal,
mengembangkan pengetahuan baru dan menjelaskan fenomena yang mereka
alami dengan bimbingan guru. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif
sehingga mereka akan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk
menjelaskan hasil observasi. Pada dasarnya, tujuan fase ini adalah
membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa serta menerapkan konsepsi awal
siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang
konkrit.selama proses ini, siswa belajar melalui tindakan-tindakan dan reaksi-
reaksi mereka sendiri dalam situasi baru yang masih berhubungan dan hal ini
terbukti sangat efektif untuk mengiring siswa merancang eksperimen serta
demonstrasi untuk diujikan.
5. Fase publikasi
Pada fase ini, siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan serta
membuktikan dan memperagakan materi yang dibahas. Penemuan dapat bersifat
sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatan. Siswa dapat
memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh
teman-teman sekelas. Dalam hal ini, siswa harus siap memberi dan menerima
kritik atau saran untuk saling memperkuat argument.
6. Fase penguatan dan refleksi
Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang
dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan cntoh nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Selanjutnya siswa diberikan kesempatan untuk
merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya.

4. Kelebihan Cooperative Integrated Reading and Composition


Menurut Saifulloh dalam Huda (2015) kelebihan dari model Cooperative
Integrated Reading and Composition antara lain:
1. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar
siswa akan bertahan lebih lama.
2. Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkembangkan keterampilan berpikir
siswa.
3. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis
(bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam
lingkungan siswa.
4. Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa ke arah
belajar yang dinamis, optimal, dan tepat guna.
5. Pembelajaran terpadu dapat menumbuh kembamgkan interaksi sosial siswa,
seperti kerja sama, toleransi, komunikasi. Dan respek terhadap gagasan orang
lain.
6. Membangkitkan motivasi belajar serta memperluas wawasan dan aspirasi
guru dalam mengajar.

5. Kelemahan Cooperative Integrated Reading and Composition


1. Pada saat dilakukan persentasi terjadi kecenderungan hanya siswa pintar yang
secara aktif tampil menyampaikan dan gagasan.
2. Metode pembelajaran ini hanya dapat digunakan pada mata pelajaran yang
menggunakan bahasa, sehingga tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran
lainnya seperti : matematika dan mata pelajaran lainnya yang
menggunakan prinsip hitung.

B. Quizziz
1. Pengertian Quizziz
Quizizz adalah platform keterlibatan siswa yang memungkinkan guru untuk
melakukan pelajaran dan kuis interaktif dengan siswa mereka . Kuis interaktif
yang dibuat memiliki hingga 5 pilihan jawaban termasuk jawaban yang benar dan
dapat ditambahkan gambar ke latar belakang pertanyaan.
Quizizz dapat memberikan data dan statistik tentang hasil kinerja siswa secara
langsung. Quizizz tidak hanya dapat dikerjakan saat pembelajaran di kelas saja,
tetapi juga dapat dibuat soal untuk pekerjaan rumah (PR), sehingga dapat
dimainkan kapan saja dan dimana saja oleh siswa asalkan tidak melebihi batas
waktu yang sudah ditentukan. Hal ini tentunya memudahkan guru untuk
memberikan tugas seperti latihan ataupun ulangan kepada siswa dengan tetap
melakukan pengawasan secara daring dan menghindari terjadinya siswa yang
menyontek.

2. Langkah-langkah Penggunaan Aplikasi Quizziz


a. Masuk ke join.quizizz.com, kemudian klik ikon join.
b. Minta siswa memasukkan game code, kemudian memasukkan nama mereka.
Siswa yang telah bergabung akan terlihat di layar laptop guru.

Kuis bisa simulai setelah seluruh siswa bergabung di dalam kuis. Guru hanya
tinggal klik start.

3. Kelebihan Quizziz
a. Mempermudah Pembuatan Soal
Artinya guru hanya perlu memindahkan soal yang telah dibuat dalam bentuk
arsip kedalam aplikasi Quizizz.
b. Sistem Poin dan Rangking
Artinya saat siswa menjawab pertanyaan dengan benar, maka akan muncul
poin yang didapatkan serta diakhir kuiz akan ada perangkingan dari setiap
peserta quiz. Hal ini dapat membuat kuis lebih menarik dan menantang.
c. Opsi Jwawaban yang Benar
Artinya saat siswa menjawab pertanyaan dengan salah, maka akan muncul
jawaban yang benar.
d. Statistik Pengerjaan
Artinya saat siswa selesai mengerjakan kuis, maka akan muncul statistik
keseluruhan dari pengerjaan soal yang mencakup persentase benar salah,
kecepatan menjawab dan lainnya. Selain itu siswa juga dapat melihat kembali
jawaban dari kuis yang telah dikerjakan
e. Fitur-Fitur Menarik
Saat mengerjaan kuis menggunakan quizizz, maka siswa akan memiliki
kesempatan memilih beberapa skill yang setiap skillnya memiliki kelebihan
masing-masing. Salah satunya memiliki kesempatan untuk mendapatkan poin
2x lipat.

4. Kelemahan Quizziz
a. Siswa dapat membuka tab baru, artinya siswa bisa masuk dengan dengan akun
lain jika siswa memiliki dua akun email.
b. Siswa bisa jadi akan turun peringat walaupun dia sudah
mengerjakan/menjawab semua soal yang ditanyakan, hal ini dikarenakan
“masalah waktu”, artinya kecepatan siswa mengerjakan soal akan memperoleh
nilai yang besar sehingga memperngaruhi
c. Akan menjadi kendala jika ada beberapa siswa yang terlambat bergabung

C. Kemampuan Membaca Pemahaman


1. Pengertian Kemampuan Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan suatu proses yang dilakukan pembaca untuk
memperoleh informasi, pesan, dan makna yang terkandung dalam sebuah bacaan.
Seseorang dikatakan berhasil dalam membaca pemahaman apabila mampu
memahami semua isi bacaan dengan baik. Senada dengan Agustinus Suyoto
(2014) berpendapat bahwa “membaca pemahaman adalah kemampuan membaca
untuk mengerti ide pokok, detail penting, dan seluruh pengertian”. Pemahaman ini
berkaitan erat dengan kemampuan mengingat bahan yang dibacanya.

Membaca pemahaman adalah jenis kegiatan membaca yang berupaya menafsirkan


pengalaman, menghubungkan informasi baru dengan yang telah diketahui, dan
menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan kognitif dari bahan bacaan tertulis
(Utama, 2016). Memahami bacaan merupakan salah satu cara untuk mengetahui
maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Membaca
pemahaman menjadi target dalam kegiatan membaca yang mengharapkan siswa
mengerti dan memahami setiap bahan bacaan yang dibacanya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca


pemahaman merupakan suatu proses untuk memahami informasi, pesan, dan
makna yang terkandung dalam sebuah bacaan. Pemerolehan makna yang secara
aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh pembaca serta
dihubungkan dengan isi bacaan bertujuan siswa dapat mengetahui dan memahami
keseluruhan bahan bacaan yang dibacanya.

2. Pengertian Kemampuan Membaca Pemahaman Menurut Para Ahli


1. Menurut Farida Rahim
Menurut Farida Rahim, pengertian membaca pemahaman salah satu aktivitas
membaca untuk mendapatkan pemahaman konsep, memahami kata dan
memahami ide yang ditulis dan disampaikan oleh penulis.
2. Menurut Marohaini
Menurut Marohaini (1999), membaca pemahaman sebagai kemampuan yang
harus dimiliki oleh pelajar. Mulai dari pelajar usia dini hingga mahasiswa
sekalipun. Karena kemampuan membaca inilah yang akan membantu dalam
mendapatkan pemahaman.

Dimana proses pemahaman saat membaca harus memiliki tiga hal pokok. Seperti
pendapat Gillet dan Temple, ketiga pokok tersebut meliputi pengetahuan,
pemahaman terhadap struktur teks dan kegiatan untuk menemukan atau mencari
makna. Itu sebabnya di sekolah dasar atau sekolah dini banyak pendidik yang
mengajarkan membaca. Tujuan akhirnya agar tidak sekedar membaca cepat atau
semacamnya. Tetapi dari membaca, mampu menemukan pengetahuan, teori dan
ide yang baru.

3. Menurut Nurhadi
Menurut Nurhadi, membaca pemahaman adalah aktivitas membaca yang
memfokuskan pada bahasa yang digunakan oleh penulis dan memahami simbol
grafik tulisan. Dimana simbol-simbol itulah yang memiliki muatan informasi.
Dengan kata lain, pembaca dituntut untuk memahami pesan dan kalimat yang
disampaikan oleh penulis.

4. Menurut H. G. Tarigan
Membaca pemahaman sebagai upaya untuk memahami isi bacaan dengan baik.
Salah satu cara bisa membaca dengan baik adalah memiliki kemampuan membaca
dengan baik pula.
Kemampuan pemahaman ini pula yang akan mengasah ketrampilan. Lewat
keterampilan yang dimiliki itulah, nantinya akan menghasilkan pencapaian yang
diinginkan. Jadi, hal yang perlu digaris bawahi, membaca tidak sekedar mengejar
kecepatan, melainkan memahami isi dan pesan.

5. Menurut Webster Collegiate Dictionary


Berbeda dengan pendapat Webster collegiate dictionary, yang mengartikan
membaca pemahaman sebagai salah satu bentuk mengembangkan kapasitas
pemikiran untuk memahami dan mengerti.
Jadi saat membaca pembaca dituntut untuk tahu maksud yang disampaikan oleh
penulis. karena di dalam teks atau tulisan mungkin saja kalimat mengatakan A
tetapi maksud dari si penulis adalah B. Hal-hal semacam inilah yang juga harus
dipahami oleh pembaca.

6. Menurut Rubin
Menurut rubin, pengertian membaca pemahaman sebagai proses kognitif yang
rumit. Dimana, saat seseorang membaca, tidak sekedar membaca secara lisan atau
secara batin. Tetapi kemampuan kognitif pun juga berperan penting. Peran
kognitif inilah yang nantinya akan mempengaruhi dalam proses penyimpanan
informasi. Mempengaruhi pula dalam proses pembentukan pemahaman, analisa
dan menentukan sudut pandang seseorang terhadap sesuatu hal.

Membicarakan kemampuan, Rubin dan pun juga menyampaikan bahwa ada empat
tingkat pemahaman. Yaitu pemahaman literal (Literal comprehension),
pemahaman interpretatif (interpretative comprehension), pemahaman kritis
(critical comprehension) dan pemahaman kreatif (Creative Comprehension).

7. Menurut Syafi’ie
Menurut Safi’ie mengatakan bahwa pemahaman literal sebagai kemampuan
memahami apa yang ditulis dan disampaikan oleh si penulis di dalam buku atau
tulisannya. Dimana pemahaman literal ini tidak hanya memahami dari segi teks
bacaan, tetapi juga memahami arti per kata, per kalimat, memahami per paragraph
ataupun memahami per konteks bacaan.

Adapun cara untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman literal.


Cukup dengan mengajukan pertanyaan seperti siapa, kapan, dimana, mengapa dan
apa. masih menurut Syafi’ie, dalam membaca pemahaman juga terdapat yang
namanya pemahaman interpretatif. Dimana membaca interpretatif didahului oleh
pemahaman literal.

Bentuk pemahaman literal itu sendiri berbentuk pengambilan kesimpulan, mampu


memahami sebab akibat yang terjadi, mampu membuat generalisasi. Termasuk
pula kemampuan untuk membuat perbandingan-perbandingan dan menemukan
hubungan baru yang tertuang di dalam bacaan tersebut.

Secara umum, syafi’ie juga mengartikan membaca pemahaman sebagai proses


membaca untuk memahami dan menerima isi bacaan melalui bahasa tulis. Tentu
saja konteks bacaannya adalah bacaan yang sifatnya informatif, yang lengkap
akan fakta, pendapat, gagasan dan ungkapan subjektif atau objektif dari si penulis.

8. Menurut Burns
Menurut burns, membaca pemahaman sebagai bentuk membaca kritis. Membaca
kritis untuk melakukan evaluasi terhadap bacaan yang dibaca. Biasanya dilakukan
dengan membandingkan gagasan yang terdapat di dalam materi. Tahukah kamu
jika membaca kritis harus memiliki keterampilan untuk membaca aktif dan
mampu meneliti fakta-fakta.

Dalam membaca pemahaman, selain membaca kritis, juga ada membaca kreatif.
Membaca kreatif salah satu aktivitas yang membutuhkan kemampuan berpikir
kritis dan memiliki daya imajinasi. Setidakya dari kedua hal tersebut akan
membatu dalam mengembagkan kemampuan emosioal sekaligus mengembagkan
kemampuan itelektual.

Jika kemampuan tersebut terbentuk, tentu saja akan membantu dalam


memperkaya pengetahuan, wawasan dan interpretasi. Selain itu juga akan
membantu pembaca lebih kritis dalam megkaji dan mengembagkan topic ataupun
tema yang dihadapi.

3. Kategori Membaca Pemahaman


1. Pemahaman Literal
Pemahaman literal merupakan tingkatan pemahaman yang paling rendah di
antara tingkatan-tingkatan pemahaman yang dikemukakan oleh para ahli bahasa.
Pada tingkat pemahaman tersebut, pembaca cukup melihat apa yang tertulis dalam
bacaan. Artinya, pembaca tidak perlu menghubungkan sesuatu yang terdapat
dalam bacaan dengan sesuatu di luar bacaan. Dapat dikatakan bahwa pikiran
pembaca hanya berada pada satu arah, yakni pada rangkaian kata, kalimat, dan
paragraf dari teks yang dibacanya. Selanjutnya, berkaitan dengan tujuan pembaca,
pembaca pada tingkatan ini hanya ingin mengetahui apa yang dikatakan oleh
rangkaian kata, kalimat, atau paragraf tersebut.

Pendapat senada juga disampaikan oleh Rubin. Menurut Rubin (1982:107),


pemahaman literal membutuhkan tingkat keterampilan berpikir yang lebih rendah
daripada tingkat keterampilan berpikir pada tingkatan pemahaman lainnya.
Menurutnya, pemahaman literal menunjukkan kemampuan untuk mendapatkan
pemahaman dengan hanya menggunakan informasi yang disebutkan secara
eksplisit. Artinya, pada jenis pemahaman tersebut, pembaca hanya diarahkan pada
jawaban dengan pertanyaan harfiah yang hanya menuntut siswa mengingat apa
yang dikatakan teks.Walaupun demikian, tingkatan pemahaman literal juga
penting dalam memahami isi bacaan secara keseluruhan.

Pumfrey (1977:131) menyatakan bahwa pemahaman literal menitikberatkan pada


gagasan-gagasan maupun informasi yang secara eksplisit dinyatakan dalam
tulisan.
Menurut Pumfrey, tujuan maupun pertanyaan-pertanyaan pada tingkat
pemahaman literal memiliki karakteristik yang dapat diidentifikasi sebagai
kegiatan mengenal dan mengingat.Hal-hal yang perlu dikenal dan diingat pada
tingkat ini adalah :
(1) mengenal dan mengingat detail
(2) mengenal dan mengingat pokok-pokok pikiran
(3) mengenal dan mengingat urutan
(4) mengenal dan mengingat perbandingan
(5) mengenal dan mengingat hubungan sebab akibat
(6) mengenal dan mengingat watak tokoh.

Bertitik tolak dari pendapat yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa
pemahaman literal adalah pemahaman yang difokuskan pada bagian-bagian yang
langsung tertulis pada bacaan atau pemahaman bacaan secara tersurat.
Pemahaman literal melibatkan proses penguasaan informasi dasar dari teks atau
penentuan apa yang dikatakan oleh penulis, sehingga pelaksanaannya tidak
membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dengan demikian,
pemahaman literal tidak cukup digunakan untuk mengembangkan pemahaman
konsep yang ada dalam teks atau untuk memanfaatkan konsep-konsep yang telah
dipahami pembaca.

Pertanyaan-pertanyaan yang cocok pada tingkat pemahaman ini misalnya


pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, siapa, di mana, kapan, bagaimana,
dan mengapa. Pertanyaan-pertanyaan itu digunakan untuk menemukan informasi
dasar yang tertulis secara langsung pada bacaan, seperti rincian yang mendukung
gagasan utama, hubungan sebab akibat, hubungan pertentangan, dan informasi
yang tersurat pada kalimat, paragraf, bab, atau subbab.

2. Membaca Interpretatif
Membaca interpretatif adalah membaca antarbaris untuk membuat inferensi
(Burns
dkk., 1996:263). Lebih jauh, Burns dkk. menyebutkan beberapa bentuk
keterampilan pemahaman yang dapat dilakukan dalam membaca interpretatif.
Secara garis besar, bentuk keterampilan itu meliputi pembuatan simpulan dan
analisis bacaan. Simpulan bacaan, misalnya berbentuk gagasan utama, hubungan
sebab akibat, dan penginterpretasian bahan. Sementara itu, bentuk analisis bacaan,
misalnya menentukan tujuan pengarang dalam menulis teks. Untuk dapat
melakukan kegiatan-kegiatan itu, Burns dkk. menyinggung skemata pembaca.
Mereka mengutip pendapat Lange (1981:155) yang menyatakan bahwa pembaca
akan menghasilkan simpulan sesuai dengan skemata yang dimilikinya.
Berdasarkan pendapat itu dapat diketahui bahwa pelacakan informasi pada
tingkatan pemahaman interpretatif banyak dituntun oleh pengetahuan yang
tersimpan dalam ingatan pembaca atau skemata pembaca.

Melihat jenis-jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam membaca interpretatif


tersebut dapat dikatakan bahwa pemahaman isi bacaan pada tingkatan ini
merupakan usaha pelacakan gagasan yang disampaikan secara tidak langsung
dalam bacaan. Kegiatan itu hanya dapat dilakukan dengan melibatkan cara
berpikir tingkat tinggi. Artinya, pembaca dituntut untuk dapat menghubungkan
antara informasi yang tersurat dengan sesuatu yang tidak tersurat, tetapi masih ada
hubungannya dengan tujuan untuk melengkapi atau membentuk pemahaman yang
tepat.

Senada dengan pendapat Burns dkk. tersebut, Harris dan Sipay (1980:481)
mengidentikkan membaca interpretatif dengan inferensi. Menurut mereka,
pemahaman inferensial memiliki makna yang sama dengan interpretatif.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka pendapat Turner (dalam Alexander,
1988:185) tentang istilah pemahaman inferensial sebagai salah satu klasifikasi
pemahaman tingkat tinggi dapat digunakan untuk menjelaskan hakikat membaca
interpretatif. Untuk tipe pemahaman inferensial itu, Turner memberi gambaran
yang pada intinya adalah adanya usaha pembaca untuk menemukan informasi
yang tidak dinyatakan secara langsung oleh penulisnya di dalam teks.

Mencermati pernyataan Turner dapat dikatakan bahwa pada pemahaman


inferensial, pembaca berpotensi membuat kesalahan dalam menyimpulkan sebuah
informasi. Kemungkinan lainnya adalah para pembaca akan menarik simpulan
yang berbeda untuk bagian informasi yang sama pada bacaan. Untuk menghindari
terjadinya haldemikian diperlukan kemampuan pembaca dalam hal mengenali teks
dengan cermat dan penafsiran informasi yang terdapat di dalamnya dengan tepat.

Masih dalam kerangka pikir yang sama, Rubin (1982:107) menyatakan bahwa
pemahaman interpretatif menuntut kemampuan berpikir yang lebih tinggi karena
jawaban dalam kategori interpretatif terkait dengan jawaban yang tidak disebutkan
secara langsung. Pada tingkatan pemahaman ini, pembaca dituntut untuk aktif
menafsirkan makna implisit dari sebuah bacaan. Menurut Rubin, aktivitas
pembaca pada tingkatan ini meliputi penentuan makna kata berdasarkan konteks,
penentuan gagasan utama, membuat simpulan, membuat generalisasi, menafsirkan
hubungan sebab akibat, dan memahami analogi.

Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa semua jenis keterampilan


dalam membaca interpretatif menuntut kemampuan pembaca untuk
menyimpulkan jawaban dengan cara yang lain dari apa yang tertulis. Dalam
membaca interpretatif,mpembaca memainkan peran yang aktif untuk membangun
makna dari apa yang dinyatakan dalam teks. Dalam hal ini, pembaca akan
membuat simpulan dari informasi yang implisit dalam teks yang dikombinasikan
dengan pengetahuan latar yang telah dimilikinya.

3. Membaca Kritis
Menurut Burns dkk. (1996:278), membaca kritis adalah mengevaluasi materi
tertulis, yakni membandingkan gagasan yang tercakup dalam materi dengan
standar yang diketahui dan menarik kesimpulan tentang keakuratan, kesesuaian,
dan garis waktu. Selanjutnya, Burns dkk. menegaskan bahwa pembaca kritis
hendaknya menjadi pembaca yang aktif, bertanya, meneliti fakta-fakta, dan
menunda penilaiannya sampai ia mempertimbangkan isi bacaan secara
keseluruhan. Pendapat tersebut, di samping memiliki kandungan aktivitas yang
dilakukan oleh pembaca, juga mengisyaratkan tanggung jawab atas keputusan
yang diambil dari isi teks yang dibaca. Pendapat senada disampaikan oleh
Robinson (dalam Harris & Smith, 1996: 302) yang menyatakan bahwa membaca
kritis adalah kemampuan untuk mengaplikasikan kriteria yang relevan dalam
mengevaluasi materi. Pendapat tersebut menitikberatkan pada kegiatan
mengevaluasi teks tertulis sebagai kegiatan pokok dalam membaca kritis.
Sehubungan dengan kegiatan mengevaluasi, kegiatan yang dapat dilakukan,
misalnya menilai tentang kejujuran, kebenaran, dan nilai dari apa yang dibaca
berdasarkan standar yang dikembangkan melalui pengalaman terdahulu.

Dalam kerangka berpikir yang sama, Harris dan Smith (1986:302) merujuk
pendapat yang dikemukakan oleh Russel (1956) tentang empat kondisi penting
untuk membaca kritis, yaitu :
(1) pengetahuan tentang bidang apa yang dibaca
(2) sikap bertanya dan menunda keputusan
(3) penerapan metode analisis logika atau penyelidikan ilmiah
(4) pengambilan tindakan yang sesuai dengan analisis.

Kondisi ini menyiratkan beberapa hal pokok yang perlu dilakukan oleh pembaca
dalam membaca kritis, yakni menghubungkan isi bacaan dengan pengetahuan
sebelumnya, mempertanyakan apa yang dikatakan penulis, menganalisis apa yang
tertulis dalam teks, dan menindaklanjuti hasil analisis.
Menurut Rubin (1982:108), pemahaman bacaan pada tingkatan ini melibatkan
evaluasi, penilaian secara pribadi terhadap keakuratan, nilai, dan kebenaran
tentang apa yang dibaca. Sementara itu, keterampilan yang dimiliki oleh pembaca
kritis antara lain adalah kemampuan untuk membedakan antara fantasi dan
realitas, serta teknik propaganda. Untuk dapat membuat penilaian, pembaca harus
dapat mengumpulkan, menginterpretasi, mengaplikasi, menganalisis, dan
mensintesis informasi. Pembaca pada tingkatan ini akan menyikapi isi bacaan
berdasarkan penge-tahuannya mengenai informasi yang ada dalam bacaan
tersebut.

Di sisi lain, Leo (1994:121) mengemukakan pendapatnya yang menekankan pada


keaktifan berpikir pembaca ketika dia membaca. Leo menyatakan bahwa pembaca
kritis adalah pembaca yang berpikir atau pembaca yang tajam perhatiannya.
Menurutnya, pembaca kritis memiliki karakteristik :
(1) mempunyai tujuan membaca yang jelas
(2) tertarik pada apa yang mereka baca
(3) membaca untuk menjawab pertanyaannya sendiri, yakni mereka selalu
bertanya dalam memahami isi bacaan.

Pada bagian lain, dia menyatakan bahwa pembaca kritis mengetahui tentang fakta
dan opini dalam bacaan. Pendapat ini mempertegas bahwa menentukan fakta dan
opini dalam bacaan termasuk aktivitas yang dapat dilakukan oleh pembaca kritis.

Masih dalam kerangka pikir yang sama, Gillet dan Temple (1994:50) mengutip
pertanyaan pemerintah federal yang menyindir guru agar mengajari anak didik-
nya untuk kritis terhadap apa yang dibacanya. Pada halaman yang sama, mereka
memasukkan membaca kritis ke dalam tahap membaca matang (mature reading).
Menurut mereka, membaca kritis berarti memberi sanggahan terhadap teks atau
buku, khususnya membuat analisis tentang bias-bias yang tersembunyi di balik
baris-baris dalam bacaan. Pada tahap matang membaca ditanyakan bagaimana
pembaca berpikir tentang apa yang dibaca. Pada bagian lain, mereka menyatakan
bahwa tujuan akhir dari tahap membaca matang, bukan hanya memahami apa
yang ditulis oleh orang lain, tetapi juga dapat menemukan interpretasi yang
menarik dan dapat menyatakan pendirian pembaca secara jelas.

Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam membaca kritis


pembaca menggunakan pengetahuan yang sudah ada untuk menilai isi bacaan,
atau
menelaah informasi yang diperoleh berdasarkan pengalaman terdahulu untuk
membuat simpulan dan penilaian tentang materi bacaan. Mengingat demikian
besar beban pembaca kritis, bagi pembaca, kegiatan ini memerlukan ketelitian dan
keterlibatan mental secara aktif dalam mengambil keputusan.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran di kelas, guru dapat mengarahkan siswa


untuk menjadi pembaca yang dapat menemukan hal-hal yang dapat dikritisi pada
bacaan yang dibacanya. Pada tingkatan ini, siswa dapat diberikan kegiatan
membaca, misalnya menentukan fakta dan opini dalam bacaan. Selanjutnya,
dalam kegiatan membaca, guru perlu melakukan bimbingan secara maksimal,
terutama pada siswa yang belum memiliki pengalaman tentang membaca kritis.

4. Membaca Kreatif
Membaca kreatif adalah membaca yang melibatkan pencarian makna di balik
materi yang dinyatakan oleh pengarang. Membaca kreatif melibatkan tingkat
pemahaman yang paling tinggi. Seperti halnya membaca kritis, membaca kreatif
menuntut pembaca berpikir dan menggunakan imajinasi ketika dia sedang
membaca. Menurut Burns dkk. (1996:293), dengan membaca seperti itu, pembaca
akan menghasilkan bentuk gagasangagasan baru.

Pada bagian yang sama, Burns dkk. (1996:293-297) menyebutkan lima macam
keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh pembaca kreatif. Kelima macam
keterampilan tersebut ialah :
(1) memprediksi hasil
(2) memvisualisasikan
(3) memecahkan masalah
(4) mengembangkan sajian cerita
(5) membuat kreasi baru.

Jenis keterampilan pertama menuntut pembaca untuk dapat memprediksi apa yang
akan terjadi selanjutnya. Prediksi itu dapat dilakukan sebelum atau ketika sedang
membaca. Jenis keterampilan yang kedua menuntut pembaca untuk menampilkan
atau melihat gambaran dalam pikiran dan menarik skemata yang ada untuk
melengkapinya. Jenis keterampilan yang ketiga menuntut pembaca untuk dapat
menghubungkan sesuatu yang dibaca dengan pengalaman pribadinya, lalu
memecahkan masalah yang ditemui dalam cerita pada situasi yang berbeda. Jenis
keterampilan yang keempat menuntut pembaca untuk dapat melihat bagaimana
cerita dapat dikembangkan sehingga lebih menarik. Selanjutnya, jenis
keterampilan yang terakhir menuntut para pembaca untuk dapat mengembangkan
apa yang telah dibaca menjadi bentuk baru, misalnya menjadi bentuk kesenian,
drama, atau tarian.

Senada dengan pendapat tersebut, Rubin (1982:108) menyatakan bahwa dalam


membaca kreatif, pembaca mencoba menemukan solusi atau alternatif baru atas
solusi yang dikemukakan penulis. Untuk mewujudkan hal itu, dalam membaca
kreatif, pembaca menggunakan skemata, mengombinasikan pengetahuan latar
dengan gagasan dari teks untuk menghasilkan respon-respon baru.

Inti dari membaca kreatif adalah memberikan sumbangan pemikiran untuk


menyempurnakan, melanjutkan, menambah, atau membuat kreasi baru
berdasarkan
pemahaman pembaca tentang isi bacaan. Dengan sumbangan pemikiran tersebut
akan terbentuk pola baru dengan tetap mempertahankan inti persoalan bacaan.
Jadi, hal penting bagi pembaca kreatif adalah kemampuannya untuk menata
kembali teks yang ada, menyempurnakan, atau mengubahnya menjadi sesuatu
yang baru dengan tetap mempertahankan ide aslinya.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman


Syafi‟ie (Samsu Somadayo, 2011: 27) mengemukakan bahwa faktor yang
berpengaruh terhadap proses pemahaman siswa terhadap suatu bacaan adala
penguasaan struktur wacana/teks bacaan. Setiap jenis wacana (deskripsi, narasi,
eksposisi, argumentasi) mempunyai struktur yang khas. Struktur wacana tersebut
dibangun berdasarkan apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan. Pemahaman
terhadap bacaan sangat ditentukan oleh aktivitas pembaca untuk memperoleh
pemahaman tersebut. Artinya proses pemahaman itu tidak datang itu tidak datang
dengan sendirinya, melainkan memerlukan aktifitas berpikir yang terjadi melalui
kegiatan menghubungkan pengetahuan-pengetahuan yang relevan yang dimiliki
sebelumnya.

Lamb dan Arnold (Samsu Somadayo, 2011: 27) menyatakan bahwa faktorfaktor
yang dapat mempengaruhi membaca pemahaman adalah faktor lingkungan
intelektual, psikologis, dan faktor fisiologis. Kelelahan juga merupakan kondisi
yang tidak menguntungkan bagi siswa untuk belajar, khususnya belajar
membaca.gangguan pada alat bicara, alat pendengar, dan alat penglihatan bisa
memperlambat kemajuan belajar membaca siswa. Guru hendaknya cepat
menemukan tanda-tanda yang disebutkan di atas. Faktor lingkungan mencakup
latar belakang, pengalaman siswa, dan keadaan sosial ekonomi. Faktor intelektual
mencakup metode mengajar guru, prosedur, kemampuan guru dan siswa
menguasai kosakata. Faktor psikologis mencakup motivasi, minat, kematangan
sosial, emosi, dan penyesuaian diri, sedangkan faktor fisiologis mencakup
kesehatan fisik dan pertimbangan neurologis.

Ebel (Samsu Somadayo, 2011: 28) mengungkapkan bahwa faktor yang


mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan pemahaman bacaan yang dapat
dicapai oleh siswa dan perkembangan minat bacanya tergantung pada faktor siswa
yang bersangkutan, keluarganya, kebudayaannya, dan situasi sekolah. Begitu pula
Omagio (Samsu Somadayo, 2011: 28) berpendapat bahwa pemahaman bacaan
bergantung pada gabungan pengetahuan bahasa, gaya kognitif, dan pengalaman
membaca.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui banyak faktor yang mempengaruhi
keterampilan membaca pemahaman siswa. Faktor tersebut meliputi program
pengajaran membaca, kepribadian siswa itu sendiri, motivasi dari siswa itu sendiri
dan dari lingkungannya, kebiasaan membaca siswa tersebut, dan lingkungan sosial
ekonomi mereka.
Selain faktor yang telah disebutkan di atas masih banyak lagi faktor yang
mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman. Samsu Somadayo (2011: 30-
31) menyatakan bahwa umumnya, kemampuan membaca yang dimaksud
ditujukan oleh pemahaman seseorang pada bacaan yang dibacanya dan tingkat
kecepatan yang dimiliki. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi membaca
pemahaman sebagai berikut :
a. Tingkat intelejensia
Membaca itu sendiri pada hakekatnya proses berpikir dan memecahkan masalah,
dua orang yang berbeda IQ-nya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan
membacanya.
b. Kemampuan berbahasa
Apabila seseorang menghadapi bacaan yang bahasanya tidak pernah didengarnya
maka akan sulit memahami teks bacaan tersebut, penyebabnya tidak lain karena
keterbatasan kosakata yang dimilikinya.
c. Sikap dan minat
Sikap biasanya ditunjukkan oleh rasa senang dan tidak senang. Sikap senang
umumnya bersifat laten atau lama, sedangkan minat merupakan keadaan dalam
diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, minat lebih bersifat
sesaat.
d. Keadaan bacaan
Keadaan bacaan dapat dilihat dari tingkat kesulitan yang dikupas, aspek
perwajahan, atau desain halaman-halaman buku, besar kecilnya huruf dan
sejenisnya juga bisa mempengaruhi proses membaca.
e. Kebiasaan membaca
Kebiasaan membaca yang dimaksud adalah apakah seseorang tersebut mempunyai
tradisi membaca atau tidak, yang dimaksud tradisi ini ditentukan oleh banyak
waktu atau kesempatan yang disediakan oleh seseorang sebagai sebuah
kebutuhan.
f. Pengetahuan tentang cara membaca
Pengetahuan seseorang tentang membaca misalnya menemukan ide pokok secara
cepat, menangkap kata-kata kunci secara cepat, dan sebagainya.
g. Latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya.
Seseorang akan kesulitan dalam menangkap isi bacaan jika bacaan yang
dibacanya memiliki latar kebudayaannya.
h. Emosi
Keadaan emosi yang berubah akan mempengaruhi seseorang dalam membaca.
i. Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya.
Proses membaca sehari-hari pada hakekatnya penumpukan modal pengetahuan
untuk membaca berikutnya.

Samsu Somadayo (2011: 31) menyatakan bahwa selain faktor yang berpengaruh
terhadap proses membaca pemahaman yang telah diuraikan, dalam membaca
pemahaman dan membaca pada umumnya terdapat juga hambatanhambata seperti
berikut.
a. Kurang bisa berkonsentrasi membaca
Hal-hal yang termasuk dalam kurang bisa berkonsentrasi membaca antaralain
pada dasarnya memang kurang bisa berkonsentrasi, kesehatan sedang terganggu,
suasana hati tidak tenang, dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung.
b. Daya tahan membaca cepat berkurang
Daya tahan tubuh cepat berkurang antaralain disebabkan oleh posisi badan yang
salah dan lampu atau penerangan yang tidak mendukung.

5. Indikator Membaca Pemahaman


a. Siswa dapat mengingat kembali materi yang telah di pelajari
b. Siswa menjawab dengan benar soal yang diberikan oleh guru
c. Siswa membuat uraian penjelasan dari jawaban yang diberikan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research) yang merupakan bentuk kajian yang bersifat refleksif
oleh pelaku tindakan yang ditujukan untuk memperdalam membaca pemahaman yang
dilakukan selama proses pembelajaran. Metode penelitian yang dipilih berlandaskan
pada keinginan peneliti untuk melakukan perubahan menuju ke arah yang lebih baik
pada proses pembelajaran di kelas yang dikelola oleh peneliti. Secara singkat,
Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan
melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik
mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau untuk
mengubahnya. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam
mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab
mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional (Hardjodipuro, 2014, h. 20)

Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai guru yang melakukan pengajaran
dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Composition berbantuan media berbasis Quizziz untuk meningkatkan membaca
pemahaman siswa, sedangkan guru kelas bertindak sebagai pengamat selama
penelitian berlangsung. Guru kelas juga berperan dalam memberikan saran untuk
mengatasi kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran.

B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cilampeni II sebagai sekolah tempat praktik PLP
dari peneliti dan yang menjadi subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV tahun
ajaran 2022/2023. Kelas IV memiliki jumlah siswa sebanyak 25 orang, yang terdiri
dari 10 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. Kelas IV dipilih sebagai
tempat melakukan penelitian karena di kelas tersebut peneliti menemukan masalah
tentang rendahnya pemahaman membaca belajar siswa

C. Prosedur Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Tahapan penyusunan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Atur waktu eksplorasi dan subjek materi
b. Percakapan dengan pendidik tentang keterampilan yang akan ditampilkan
dengan memanfaatkan media Quizziz
c. Membuat pengaturan latihan (RPP) dengan memanfaatkan Media Quizziz.
d. Membuat pertanyaan pada media Quizziz dan materi pembelajaran yang
dibutuhkan selama sistem pembelajaran.
e. Siapkan instrumen lembar tes observasi sehingga kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal menjadi tergantung pada petunjuk kemampuan siswa
dalam menangani masalah.
f. Untuk melihat latihan pembelajaran dalam mendemonstrasikan dan
g. membangun informasi yang diperoleh dapat dilihat dari Quizziz.

D. Instrumen Penilaian
Menurut Arikunto (2007, hlm. 101), instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi
peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lebih lengkap dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam
penelitian ini, peneliti menyusun dan menyiapkan instrumen untuk menjawab
pertanyaan penelitian, yaitu instrumen tes membaca pemahaman dan observasi.
Berikut uraian instrumen tersebut secara rinci:
1. Tes Membaca Pemahaman
Instrumen ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami
wacana yang meliputi kemampuan menjawab pertanyaan terkait wacana yang dibaca,
kemampuan menentukan kalimat utama setiap paragraf, dan kemampuan meringkas
isi wacana. Tes kemampuan menjawab pertanyaan berbentuk uraian berjumlah 5 soal
untuk prates dan 5 soal untuk pascates. Tes kemampuan menemukan kalimat utama
dalam setiap paragraf berbentuk uraian dengan jumlah 5 soal untuk prates dan 5 soal
untuk pascates. Sedangkan tes kemampuan membuat ringkasan isi bacaan berbentuk
uraian dengan jumlah 1 soal untuk prates dan 1 soal untuk pascates dengan 4 indikator
penilaian. Skor ideal untuk prates dan pascates adalah 56 dan dikonversikan dengan
nilai 100 untuk masing-masing wacana. Wacana yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah wacana berjenis ekspositori, alasan pemilihan jenis wacana ini
adalah karena
kesesuaiannya dengan strategi membaca yang diteliti. Wacana yang digunakan
berjumlah tujuh buah wacana yang berjudul :
1) Daur Air dan Bencana
2) Kekeringan
3) Menjaga Kebersihan Tubuh Kita
4) Demam Berdarah
5) Akibat Menangkap Ikan dengan Cara Merusak
6) Pencernaan Makanan di Lambung
7) Meningkatkan Produksi Pertanian
8) Pemanfaatan Barang Bekas.

Untuk wacana berjudul “Daur Air dan Bencana Kekeringan” digunakan sebagai
instrumen prates, sedangkan wacana yang berjudul “Pemanfaatan Barang Bekas”
digunakan sebagai instrumen pascates.

Penentuan jenis soal yang digunakan dalam prates dan pascates, mengacu kepada apa
yang dikemukakan oleh Caldwell & Leslie (2010) yang menyatakan bahwa
penggunaan pertanyaan penilaian membaca pemahaman individu adalah berdasarkan
sistem yang pengklasifikasiannya bersumber dari pengetahuan yang diukur. Sebuah
contoh permulaan adalah Taksonomi Bloom, yang terdiri dari enam kategori belajar,
yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Pada tingkatan yang lebih sederhana, isi pertanyaan membaca pemahaman secara
umum dikategorikan sebagai literal atau pertanyaan eksplisit, dan inferensial atau
pertanyaan imsplisit. Pertanyaan eksplisit adalah pertanyaan yang jawabannya secara
langsung dinyatakan di dalam teks, sedangkan pertanyaan implisit harus dijawab
dengan mengkombinasikan informasi dari berbagai sisi dalam teks, atau dengan
menggunakan informasi sebelumnya dengan informasi dalam teks.

Berdasarkan penjelasan di atas, jenis instrumen membaca pemahaman yang


digunakan dalam penelitian ini terbagi atas pertanyaan literal dan pertanyaan
inferensial. Pertanyaan literal adalah pertanyaan yang jawabannya secara langsung
dinyatakan dalam wacana, sedangkan pertanyaan inferensial adalah pertanyaan yang
jawabannya tidak secara langsung dinyatakan dalam wacana, jenis pertanyaan ini
menuntut pembaca untuk mengkombinasikan informasi dari wacana atau dengan
menggunakan pengetahuan sebelumnya tentang informasi yang ada dalam wacana.

Instrumen dalam penelitian ini akan mengacu kepada pedoman tes sebagai
berikut :

TABEL

E. Teknis Analisis Data


Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu secara kuantitatif. Data
kuantitatif diperoleh melalui analisis terhadap jawaban peserta didik pada tes
kemampuan membaca pemahaman. Sebelum data penelitian dianalisis dengan
menggunakan SPSS 20, terlebih dahulu perlu dipersiapkan beberapa hal di bawah ini :
1. Memberi skor jawaban prates dan pascates siswa sesuai dengan alternatif jawaban
dan rubrik penskoran yang digunakan.
2. Membuat tabel skor prates dan pascates siswa kelompok eksperimen 1 dan
kelompok eksperimen 2.
3. Menghitung data perbandingan pembelajaran membaca dengan menggunakan
strategi RAP dan KWL terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa yang
dianalisis dengan menggunakan uji statistik terhadap skor prates, pascates dan
normalisasi gain. Untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan membaca
pemahaman siswa, peneliti menganalisis data hasil tes dengan normalisasi gain yang
dihitung dengan menggunakan rumus gain ternomalisasi yang dikembangkan oleh
Hake (Meltzer, 2002, hlm. 3) yaitu :

DAFTAR PUSTAKA
SOAL DAN PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai