Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Dr. Rusman, M.Pd.


http://rusmantp.wordpress.com

A. Pendahuluan
Memasuki abad Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sekarang ini sangat
dirasakan kebutuhan dan pentingnya perbaikan dan peningkatan kualitas
Pembelajaran. Melalui Pemanfaatan TIK kita dapat meningkatkan kualitas SDM dan
kualitas pembelajaran, yaitu dengan cara membuka lebar-lebar terhadap akses ilmu
pengetahuan dan penyelenggaraan pendidikan bermutu. Terutama penerapan high
tech dan high touch approach. Sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi
memberikan jangkauan yang luas, cepat, efektif, dan efesien terhadap
penyebarluasan informasi ke berbagai penjuru dunia. Teknonologi informasi
berkembang sejalan sengan perkembangan teori dan komunikasi dan teknologi yang
menunjang terhadap praktek kegiatan pembelajaran. Pembelajaran berbasis komputer
(PBK), Pembelajaran Berbasis Web (e-learning), Pembelajaran berbantukan
komputer (CAI), Pembelajaran berbasis AVA adalah bentuk pendayagunaan
teknologi pendidikan yang perlu dikembangkan dalam dunia pendidikan dewasa ini.
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan
proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada bagaimana proses pembelajaran dirancang dan dijalankan secara
profesional. Setiap kegiatan pembelajaran selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu
guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa
yang didesain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan siswa
sebagai peserta didik merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang
diciptakan guru.
Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini melahirkan interaksi edukatif dengan
memanfaatkan bahan ajar sebagai mediumnya. Pada kegiatan pembelajaran, guru dan
siswa saling mempengaruhi dan memberi masukan. Karena itulah kegiatan
pembelajaran harus menjadi aktivitas yang hidup, sarat nilai dan senantiasa memiliki
tujuan yang jelas.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah memberikan
kontribusi terhadap terjadinya revolusi dalam berbagai bidang, termasuk bidang
pendidikan. Eric Ashby (1972) menyatakan bahwa dunia pendidikan telah memasuki
revolusinya yang kelima. Revolusi pertama terjadi ketika orang menyerahkan
pendidikan anaknya kepada seorang guru. Revolusi kedua terjadi ketika
digunakannya tulisan untuk keperluan pembelajaran. Revolusi ketiga terjadi seiring
dengan ditemukannya mesin cetak sehingga materi pembelajaran dapat disajikan
melalui media cetak. Revolusi keempat terjadi ketika digunakannya perangkat
elektronik seperti radio dan televisi untuk pemerataan dan perluasan pendidikan.
Revolusi kelima, seperti saat ini, dengan dimanfaatkannya Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) tercanggih, khususnya komputer dan internet untuk digunakan
dalam kegiatan pendidikan.
Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari
pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas
pembelajaran. Dari berbagai kondisi dan potensi yang ada, upaya yang dapat
dilakukan berkenaan dengan peningkatan kualitas di perguruan tinggi adalah
mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dan
memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang berkelanjutan (Dirjen
Dikti, 2004:12-13).
Seiring dengan perkembangan teknologi pendidikan berikut infrastruktur
penunjangnya, upaya peningkatan mutu pendidikan di atas antara lain dapat
dilakukan melalui pemanfaatan teknologi pendidikan tersebut dalam suatu sistem
yang dikenal dengan online learning. Online learning merupakan suatu sistem yang
dapat memfasilitasi pendidik dan peserta didik belajar lebih luas, lebih banyak dan
juga bervariasi. Melalui fasilitas yang disediakan oleh sistem tersebut, guru dan
siswa dapat belajar kapan dan dimana saja tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.
Bahan yang dapat mereka pelajari juga lebih bervariasi, tidak hanya dalam bentuk
sajian kata, tetapi dapat lebih kaya dengan variasi visual, audio, dan gerak.
Teknologi Pendidikan FIP Universitas Pendidikan Indonesis (UPI) adalah salah satu
program studi yang banyak mempelajari berbagai model, dan pola-pola pembelajaran
berbasis teknologi pendidikan. Dalam struktur Kurikulum UPI 2006, hampir 60%
mata kuliah yang dikembangkan di program studi ini terkait dengan pengembangan
pembelajaran dan media pembelajaran.

B. Pola Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi


Pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses interaksi antara
guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka
maupun secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan berbagai media
pembelajaran. Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan
pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran.
Barry Morris (1963:11) mengklasifikasikan empat pola pembelajaran yang
digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

1) Pola Pembelajaran Tradisional 1

2) Pola Pembelajaran Tradisional 2

3) Pola Pembelajaran Guru dan Media

4) Pola Pembelajaran Bermedia

Gambar 1. Pola-Pola Pembelajaran


Pola-pola pembelajaran di atas memberikan gambaran bahwa seiring dengan
pesatnya perkembangan teknologi pendidikan baik software, maupun hadrware, akan
membawa perubahan bergesernya peranan guru sebagai penyampai pesan. Guru
tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar dalam kegiatan
pembelajaran. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai media dan sumber
belajar, baik itu dari modul, siaran radio pembelajaran, televisi edukasi, multimedia
interaktif berbasis komputer atau yang sering kita kenal dengan pembelajaran
berbasis komputer (CBI) baik model drill, tutorial, simulasi maupun games
instruction ataupun dari internet. Sekarang ini atau di masa yang akan datang, peran
guru tidak hanya sebagai pengajar (transmitor), tetapi ia harus mulai berperan
sebagai director of learning, yaitu sebagai pengelola belajar yang memfasilitasi
kegiatan belajar siswa melalui pemanfaatan dan optimalisasi berbagai sumber
belajar, bahkan bukan tidak mungkin di masa yang akan datang peran media sebagai
sumber informasi utama dalam kegiatan pembelajaran (pola pembelajaran bermedia),
seperti halnya penerapan pembelajaran berbasis komputer (computer based
instruction), di sini peran guru hanya sebagai fasilitator belajar saja.

C. Pembelajaran Berbasis Web (e-Learning)


Pembelajaran berbasis web (e-learning) atau kadang disebut web-based
education (WBE) dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia
pendidikan untuk sebuah proses pembelajaran. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa semua pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama
proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya maka kegiatan itu dapat
disebut sebagai pembelajaran berbasis web.
Kemudian yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan dan tidak
terbatasnya pada tempat dan waktu untuk mrngakses informasi. Kegiatan belajar
dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan di mana saja
dirasakan aman oleh peserta didik tersebut. Batas ruang, jarak dan waktu tidak lagi
menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan.
Teknologi internet memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk mendapatkan
informasi apa saja dari mana saja dan kapan saja dengan mudah dan cepat. Informasi
yang tersedia diberbagai pusat data diberbagai komputer di dunia. Selama komputer-
komputer tersebut saling terhubung dalam jaringan internet, dapat kita akses dari
mana saja. Ini merupakan salah satu keuntungan belajar melalui internet.
Mewujudkan pembelajaran berbasis web bukan sekedar meletakan materi
belajar pada web untuk kemudian diakses melalui komputer, web digunakan bukan
hanya sebagai media alternatif pengganti kertas untuk menyimpan berbagai
dokumentasi atau informasi. Web digunakan untuk mendapatkan sisi unggul yang
tadi telah diungkap. Keunggulan yang tidak dimiliki media kertas ataupun media
lain.
Banyak pihak mencoba menggunakan teknologi web untuk pembelajaran
dengan meletakan materi belajar secara online, lalu menugaskan peserta didik untuk
mendapatkan (dowenloading) materi belajar itu sebagai tugas baca. Setelah itu
mereka diminta untuk mengumpulkan laporan, tugas dan lain sebagainya kembali ke
pendidik juga melalui internet. Jika ini dilakukan tentunya tidaklah menimbulkan
proses belajar yang optimal.
Kita dapat membayangkan suasana di ruang kelas ketika sebuah “proses
pembelajaran” sedang berlangsung. Berapa banyak diantara peserta didik aktif
terlibat dalam diskusi dan sesi tanya-jawab? Apa yang mereka dilakkukan di kelas?
dan tentunya masih banyak lagi pertanyaan-peranyaan lain yang sebenarnya kita
sudah mengetahui jawabannya. Monitoring proses dalam pembelajaran berbasis web
lebih sulit daripada di ruang kelas. Menyediakan bahan belajar online tidak cukup.
Diperlukan sebuah desain instruksional sebagai model belajar yang mengundang
sejumlah (sama banyaknya dengan kegiatan di ruang kelas) peserta didik unuk
terlibat dalam berbagai kegiatan belajar.
Satu hal yang perlu diingat adalah bagaimana teknologi web ini dapat
membantu proses belajar. Untuk kepentingan ini materi belajar perlu dikemas
berbeda dengan penyampaian yang berbeda pula.

Implementasi Pembelajaran Berbasis E-Learning


Model pembelajaran dirancang dengan mengintegrasikan pembelajaran
berbasis e-learning dalam program pembelajaran konvensional tatap muka. Proses
pembelajaran konvensional tatap muka dilakukan dengan pendekatan Student
Centered Learning (SCL) melalui kerja kelompok. Model ini menurut parisipasi
pesera didik yang tinggi.
Untuk merancang dan mengimplementasikan pembelajaran berbasis e-
learning, langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Sebuah program pendidikan untuk peningkatan mutu pembelajaran di lingkungan
sekolah/kampus dengan berbasis web. Program ini dilakukan idealnya selama 5-
10 bulan dan dibagi menjadi 5 tahap. Yaitu tahap 1, 3, 5 dilakukan secara jarak
jauh dan untuk itu dipilih media web sebagai alat komunikasi. Sedangkan fase 2
dan 4 dilakukan secara konvensional tatap muka atau tutorial.
2. Menatapkan sebuah mata pelajaran/kuliah pilihan di jurusan. Pembelajaran
dengan tatap muka dilakukan secara rutin tiap minggu pada tujuh minggu
pertama. Setelah itu tatap muka dilakukan setiap 2 atau 3 minggu sekali.
Dua program pendidikan itu disampaikan melalui berbagai macam kegiatan
belajar secara kelompok. Belajar dan mengerjakan tugas secara kolaboratif dalam
kelompok sangat dominan pada kedua program tersebut.
1. Interaksi Secara Tatap Muka dan Virtual
Teknologi web memungkinkan pembelajaran dilakukan virtual secara penuh
(web course). Interaksi satu sama lain dilakukan secara jarak jauh. Namun demikian
yang sering digunakan adalah memadukan antara pembelajaran online melalui e-
learning dan tatap muka (web centric course). Ada tiga alasan mengapa forum tatap
muka masih dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran e-learning. Alasan tersebut
adalah:
 Perlunya forum untuk menjelaskan maksud dan mekanisme belajar yag akan
dilalui bersama secara langsung dengan semua siswa/peserta didik. Keberhasilan
sebuah proses pembelajaran juga ditentukan oleh pemahaman peserta didik
tentang apa, mengapa dan bagaimana proses belajar dan mengerjakan tugas akan
berlangsung. Peserta didik perlu mengetahui keluaran dan kompetensi apa yang
akan didapat setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Berdasarkan
pengalaman, menjelaskan maksud dan mekanisme belajar merupakan langkah
awal yang sangat vital. Kelancaran proses pembelajaran selanjutnya sangat
ditentukan pada tahapan ini.
 Perlunya memberikan pemahaman sekaligus pengalaman belajar dengan
mengerjakan tugas secara kelompok dan kolaboratif pada setiap peserta didik.
Karena model pembelajaran yang dirancang menuntut kerja kelompok maka
peserta didik perlu memiliki kompetensi dan komunikasi. Iklim partisipatoris dan
aktif terlibat dalam berbagai kegiatan perlu dikenalkan sekaligus dialami oleh
setiap peserta didik. Untuk itu mengenal pribadi satu dengan yang lain perlu
dilakukan secara langsung guna membangun suatu kelompok yang kokoh selama
kerja secara virtual selanjutnya.
 Perlunya pemberian pelatihan secukupnya dalam menggunakan komputer yang
akan digunakan sebagai media komunikasi berbasis web kepada setiap peserta
didik. Dengan menyertakan berbagai keiatan menggunakan komputer beserta
fasilitas sistem momunikasi pendukungnya, maka setiap peserta didik harus
mempunyai keterampilan mengoprasikannya. Kekurangpahaman dalam
mengoperasikan peralatan tersebut sangat berdampak pada kemungkinan
rendahnya partisipasi mereka dalam berbagai kegiatan diskusi virtual selanjutnya.
Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, teknologi informasi sudah
betul-betul merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai hal dapat
kita lihat implikasinya. Berbagai dokumen dapat kita baca untuk melihat hal ini.
Di bawah ini akan dibahas implikasi ICT dalam bidang Pendidikan.
Adanya ICT (e-learning dan CBI) membuka sumber informasi yang tadinya
susah diakses. Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi masalah lagi.
Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya.
Adanya Jaringan ICT atau Internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk
mengakses perpustakaan di Malaysia. Aplikasi telnet (seperti pada aplikasi
hytelnet) atau melalui web browser (Netscape dan Internet Explorer). Sudah
banyak cerita tentang pertolongan Internet dalam penelitian pendidikan, tugas
akhir. Tukar menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan
melalui Internet. Tanpa adanya Internet banyak tugas akhir, thesis, dan disertasi
yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan.
Kerjasama antar ahli dan juga dengan peserta didik yang letaknya
berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu, seseorang
harus berkelana atau berjalan jauh untuk menemui seorang pakar untuk
mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah
dengan mengirimkan email. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan
saling tukar menukar data melalui Internet, via email, ataupun dengan
menggunakan mekanisme file sharring. Bayangkan apabila seorang peserta didik
di Indonesia dapat berdiskusi masalah pendidikan dengan seoran pakar Universiti
Malaya di Kuala Lumpur Malaysia. Peserta didik di manapun di Indonesia dapat
mengakses para ahli atau pendidik yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia.
Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi.
Sharring information juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian
agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di
perpendidikan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama
sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi.
Distance learning dan virtual campus merupakan sebuah aplikasi baru
bagi Internet. Bahkan tak kurang pakar ekonomi Peter Drucker mengatakan
bahwa “Triggered by the Internet, continuing adult education may wll become
our greatest growth industry”. Virtual university memiliki karakteristik yang
scalable, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak.
Jika pendidikan hanya dilakukan dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang
dapat ikut serta dalam satu kelas? Jumlah peserta mungkin hanya dapat diisi 50
orang. Virtual university dapat diakses oleh siapa saja, darimana saja.
Bagi Universitas/Perguruan Tinggi di Indonesia, manfaat-manfaat yang
disebutkan di atas sudah dapat menjadi alasan yang kuat untuk menjadikan
Internet sebagai infrastruktur bidang pendidikan. Untuk merangkumkan manfaat
Internet bagi bidang pendidikan di Indonesia:
 Akses ke perpustakaan;
 Akses ke pakar/Pendidik;
 Menyediakan fasilitas kerjasama.
Dalam kegiatan pembelajaran berbasis web (e-learning) dengan
munculnya berbagai software pendukung yang dapat digunakan untuk
kepentingan pengembangan layanan pembelajaran, sekarang ini para pendidik
dapat mendasain sistem perkuliahan dengan berbasis pada e-learning, yaitu
dengan menggunakan salah satu bahasa pemrograman baik itu HTML, Pront
Page, MySQL dan lainnya. Hal ini dapat memberikan variasi dalam melakukan
kegiatan pembelajaran. Seorang pendidik tidak harus selalu menjejali siswanya
dengan informasi yang membosankan. Dengan menggunkan Teknologi e-
learning dan pembelajaran berbasis komputer seorang pendidik dapat
memanfaatkan komputer dan internet sebagai suplemen, major resources atau
bila memungkinkan sebagai total teaching, dimana pendidik hanya sebagai
fasilitator dan peserta didik dapat belajar secara individual baik dengan
menggunakan model web Course, Web Centric Course maupun menggunkan
model Web Enhanced Course.
Dalam penerapan layanan pembelajaran berbasis e-learning seorang
pendidik dapat menggunakan model penerapan pembelajaran berbasis e-learning
baik itu berupa selective model (bila jumlah komputer hanya 1 unit), sequential
model (bila jumlah komputer hanya 2 atau 3 unit), Static Station Model (jumlah
komputer terbatas dan melibatkan penggunaan sumber belajar lain), dan
laboratory model (model ini digunakan jika tersedia sejumlah komputer di lab
yang dilengkapi dengan jaringan internet)
2. e-Learning
Menurut Jaya Kumar C. Koran (2002), e-learning adalah pembelajaran yang
menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk
menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Adapula yang
menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan
melalui media internet. E-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui
perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai
dengan kebutuhannya. Atau e-learning didefinisikan sebagai berikut: e-Learning
is a generic term for all technologically supported learning using an array of
teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes,
teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based
training or computer aided instruction also commonly referred to as online
courses (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002).
Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning yaitu kelas ‘tradisional’,
pendidik dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk
menyalurkan ilmu pengetahuan kepada siswanya. Sedangkan di dalam
pembelajaran ‘e-learning’ fokus utamanya adalah siswa/peserta didik. Peserta
didik belajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk
pembelajarannya. Suasana pembelajaran ‘e-learning’ akan ‘memaksa’ peserta
didik memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Peserta didik
membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.
Khoe Yao Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran pendidik/guru
dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam
menjadikan wakil pendidik/guru yang mewakili sumber belajar yang penting di
dunia.
Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama, e-
learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan
secara on-line. Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat
memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional,
kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga
dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-learning tidak
berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi
memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan
pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, Kapasitas peserta didik amat
bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik
keselarasan antar content dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan
lebih baik kapasitas peserta didik yang pada gilirannya akan memberi hasil yang
lebih baik. Sedangkan Karakteristik e-learning, antara lain. Pertama,
Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana pendidik dan peserta didik,
peserta didik dan sesama peserta didik atau pendidik dan sesama pendidik dapat
berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang
protokoler. Kedua, Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan
computer networks). Ketiga, Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self
learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh pendidik
dan peserta didik kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan
memerlukannya. Keempat, Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil
kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan
dapat dilihat setiap saat di komputer. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang
menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib
dipenuhi dalam merancang elearning, yaitu: sederhana, personal, dan cepat.
Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan
teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan,
akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu
belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada
belajar menggunakan sistem e-learning-nya. Syarat personal berarti pengajar
dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang pendidik yang
berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi
yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala
persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-
lama di depan layar komputernya. Kemudian layanan ini ditunjang dengan
kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik
lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat
mungkin oleh guru atau pengelola.

Pengembangan Model e-Learning


Pendapat Haughey (1998) tentang pengembangan e-learning. Menurutnya ada
tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet,
yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course.
Web Course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana
peserta didik dan pendidik sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap
muka. Seluruh materi/bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian,
dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet.
Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.
Web Centric Course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar
jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan melalui
internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi.
Dalam model ini pendidik bisa memberikan petunjuk pada peserta didik untuk
peserta didik materi perkuliahan melalui web yang telah dibuatnya. Peserta didik
juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan.
Dalam tatap muka, peserta didik dan pendidik lebih banyak diskusi tentang
temuan materi yang telah dipeserta didiki melalui internet tersebut.
Web Enhanced Course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang
peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet
adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan
pendidik, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan
nara sumber lain. Oleh karena itu peran pendidik dalam hal ini dituntut untuk
menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing peserta didik
mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan perkuliahan,
menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan
dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
I.

D. Pembelajaran Berbasis Komputer (PBK)


Teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang seiring dengan
globalisasi, sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berlangsung
dengan cepat. Pengaruh blobalisasi ini dapat berdampak positif dan negatif pada
suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara dapat saling bertukar informasi,
ilmu pengetahuan dan teknologi. Tapi dilain pihak, hal ini menimbulkan digital-
divide atau perbedaan mencolok antara yang mampu dan yang tidak mampu
dalam akses efektifitas penggunaan ICT.
Persaingan yang terjadi pada era globalisasi ini menumbuhkan kompetisi
antar bangsa sehingga menuntut adanya pengembangan kualitas sumber daya
manusia. Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam pengembangan sumber
daya manusia, dan bagi Indonesia hal ini menjadi tantangan dalam meningkatkan
mutu sistem pendidikan.
Indonesia adalah salah satu negara yang berusaha mengurangi digital
divide diantara penduduknya melalui penggunaan ICT dalam berbagai sektor
(Yuhetty dalam Ali, 2005: 18). Kebijakan pemerintah atas penggunaan ICT
didasarkan pada Keppres No. 50/2000 tentang pengadaan team koordinir
Telematika Indonesia. Telematika adalah kepanjangan dari Teknologi
Telekomunikasi, Media dan Informatika yang mengacu pada pemanfaatan ICT
dalam berbagai sektor dan aspek kehidupan. Team tersebut terdiri dari dari semua
menteri, termasuk Menteri Pendidikan Nasional. Tugas team tersebut adalah
merealisasikan kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan Telematika,
diantaranya yaitu merumuskan tahapan dan prioritas dalam pengembangannya,
monitoring dan mengontrol pelaksanaannya dan melaporkan hasil
pelaksanaannya kepada Presiden.
Pemanfaatan komputer difokuskan pada pemanfaatan e-learning dan
pembelajaran berbasis komputer. Hal ini dikarenakan pemanfaatan komputer
dalam pendidikan telah sangat meluas dan menjangkau berbagai kepentingan.
Diantara pemanfaatanya adalah untuk kepentingan pembelajaran yaitu untuk
membantu para guru/pendidik dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Terkait
dengan peningkatan mutu pembelajaran secara garis besar komputer
dimanfaatkan dalam dua macam penerapan yaitu dalam bentuk pembelajaran
dengan bantuan komputer (CAI) dan pembelajaran berbasis komputer (CBI).
Dalam banyak hal kedua penerapan dalam pemanfaatan komputer untuk
pembelajaran ini adalah sama. Perbedaan yang menonjol diantara keduannya
terletak pada fungsi perangkat lunak yang digunakan. Pada CAI perangkat lunak
yang digunakan berfungsi membantu proses pembelajaran, seperti sebagai multi
media, sebagai alat bantu dalam demonstrasi atau sebagai alat bantu dalam
presentasi.
Adapun pembelajaran berbasis komputer atau CBI mempunyai fungsi
lebih luas. Perangkat lunak dalam CBI di samping bisa dimanfaatkan sebagai
fungsi CAI, juga bisa dimanfaatkan dengan fungsi sebagai sistem pembelajaran
individual. Karena dia berfungsi sebagai sistem pembelajaran individual, maka
perangkat lunak CBI bisa memfasilitasi belajar kepada individu yang
memanfaatkannya. Oleh karena itu pengembangan perangkat lunak CBI harus
mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
individual (individual learning).

Model-Model Pembelajaran Berbasis Komputer


1. Model Drills
Model drill adalah suatu model dalam pembelajaran dengan jalan melatih
siswa terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. Melalui model drill akan
ditanamkan kebiasaan tertentu dalam bentuk latihan. Dengan latihan yang terus
menerus, maka akan tertanam dan kemudian akan menjadi kebiasaan. Selain itu
untuk menanamkan kebiasaan, model ini juga dapat menambah kecepatan,
ketetapan, kesempurnaan dalam melakukan sesuatu serta dapat pula dipakai
sebagai suatu cara mengulangi bahan yang telah disajikan. juga dapat menambah
kecepatan.
Model ini berasal dari model pembelajaran Herbart, yaitu model asosiasi
dan ulangan tanggapan. Melalui model ini maka akan memperkuat tanggapan
pelajaran pada siswa. Pelaksanaannya secara mekanis untuk mengajarkan
berbagai mata pelajaran dan kecakapan. Dalam melatih siswa, guru hendaknya
memperhatikan jalannya pembelajaran serta faktor-faktor sebagai berikut:
(a) Jelaskan terlebih dahulu tujuan/kompetensi yang akan
dicapai
(b) Pusatkan perhatian siswa terhadap bahan yang akan
diajarkan itu, misalnya dengan menggunakan komputer.
(c) Selingilah latihan itu supaya tidak membosankan dan
melelahkan.
(d) Guru hendaknya mencatat kesalahan-kesalahan umum,
serta mendiagnosa kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa.
(e) Latihan tidak boleh terlalu lama atau terlalu pendek.
Model drills dalam Pembelajaran Berbasis Komputer pada dasarnya
merupakan salah satu model pembelajaran yang bertujuan memberikan
pengalaman belajar yang kongkrit melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk
pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Geisert dan Futrell (1990:85) yang menyatakan bahwa:
Secara umum tahapan materi penyajian model drills adalah sebagai
berikut:
 Penyajian masalah-masalah dalam bentuk latihan soal pada tingkat tertentu
dari penampilan siswa.
 Siswa mengerjakan soal-soal latihan
 Program merekam penampilan siswa, mengevaluasi, kemudian memberikan
umpan balik
 Jika jawaban siswa benar program menyajikan materi selanjutnya dan jika
jawaban siswa salah program akan mengulangi latihan (remedial).

2. Model Tutorial
Tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian
bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan dan motivasi agar para siswa belajar secara
efisien dan efektif. Pemberian bantuan berarti membantu siswa dalam
mempelajari materi pelajaran.
Program tutorial merupakan program pembelajaran yang digunakan
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan software berupa program
komputer yang berisi materi pelajaran.
Tujuan pembelajaran tutorial, yaitu sebagai berikut: (1) untuk
meningkatkan penguasaan pengetahuan para siswa; (2) untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan siswa tentang cara memecahkan masalah,
mengatasi kesulitan atau hambatan agar mampu memimbing diri sendiri; dan (3)
untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang cara belajar mandiri dan
menerapkannya pada masing-masing kontenl yang sedang dipelajari.
 Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil benang merahnya bahwa
pembelajaran tutorial bertujuan untuk memberikan tuntunan dan pemahaman
secara tuntas (mastery learning) kepada siswa mengenai materi/bahan
pelajaran yang sedang dipelajari.
Tahapan pembelajaran dengan Tutorial adalah sebagai berikut:
 Pengenalan
 Penyajian informasi (Presentation of information)
 Pertanyaan dan Respon (Question of responses)
 Penilaian respon (Judging of responses)
 Pemberian balikan respon (Providing feedback about responses)
 Pengulangan (Remediation)
 Segmen pengaturan pelajaran (Sequencing lesson segmen)
 Penutup

3. Model Simulasi
Model simulasi pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang
bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui
penciptaan tiruan-tiruan dalam bentuk simulasi-simulasi
Secara umum tahapan materi model simulasi adalah sebagai berikut:
 Pengenalan
 Penyajian informasi (simulasi 1, simulasi 2, dst)
 Pertanyaan dan respon jawaban
 Penilaian respon
 Pemberian feedback tentang respon
 Pembetulan
 Segmen pengaturan pembelajaran
 Penutup
4. Model Instructional Games
Tujuan Instructional games adalah untuk menyediakan suasana/lingkungan
yang memberikan fasilitas belajar yang menambah kemampuan siswa.
Instructional games tidak perlu menirukan realita namun dapat memiliki karakter
yang menyediakan tantangan yang menyenangkan bagi siswa.
Definisi Instructional games dapat terlihat dengan mengenali contoh-
contoh permainan yang ada seperti: decimal dart, Rocky boots, Archaelogy
search, Phizquios dan Four letter words, keseluruhan permainan instruksional ini
memiliki komponen dasar sebagai pembangkit motivasi dengan memunculkan
cara berkompetisi untuk mencapai sesuatu.

E. Kesimpulan
 Untuk dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa seorang guru
dapat mendayagunakan TIK baik berupa penerapan pembelajaran berbasis e-
learning maupun pembelajaran berbasis komputer.
 Untuk mengembangkan desain web yang akan digunakan seorang
guru/perekayasa pembelajaran dapat menggunakan front page, moodle, SAS,
MySQL, atau software yang lainnya.
 Program e-learning dan pembelajaran berbasis komputer yang baik yaitu
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Format sajian dipilah-pilah untuk setiap tujuan/kompetensi, begitu pula
sajian materi, latihan, dan tes serta balikannya.
b. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sederhana, populer, dan tidak
verbalistis.
c. Menggunakan warna yang cold, huruf yang jelas/ sederhana, dan icon-
icon yang baku serta menggunakan ilustrasi yang seimbang.
d. Menyajikan picture sebagai pelengkap dalam program yang digunakan
e. Program e-learning dan CBI dirancang untuk dapat disajikan dalam
website yang bisa di-link dengan program lain dan menyajikan berbagai
pilihan seperti file dokumen, powerpoint dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Antonius Aditya Hartanto dan Onno W. Purbo, (2002).E-Learning berbasis PHP dan
MySQL, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta,
Alessi and Trollip, (1995), Computer Based Instruction: Method and Development,
Englewood Cliffs, NJ. Prentice, Hall.
Bailey, D.H. (1996), Constructivism and Multimedia: Theory and Application:
Inovation and Transformation. Journal of Instruction Media.
Barker, P. (1990), Designing Interactive Learning System, Education and Training
Technolgy International.
Criswell, E.L. (1989). The Design of Computer-Based Instruction. New York: Mac
Millan.
Chang, N., Rossini, M.L. & Pan, A.C. (1997). Perspectives on Computer Use for the
Education of Young Children. Proceeding of SITE 97.
http.//www.ooe.uh.edu/insite/elec_pub/NTML1997[1998,November 18].
Clements, D.H. (1994). The Uniquenees of the Computer as E-Learning Tool:
Insight from Research and Practice. In. J.L. Wright. & D. Shade. 1994.
Young children: Active Learners in a Technologi Age. Washinton, D.C.:
National Association for the Education of Young Children.
Cisco (2001). E-learning: Combines Communication, Education, Information, and
Training. Avaliabe at [Online] htt://www.cisco.com/warp/public/10/
wwtraining/e-learning.
Dong, F.H. (2001). Can You Succeed as a Commodity : How do Ecommerce and E-
learning Relate ? Available at [Online] http://www.elearningmag.com.
Ellis, Alan, Wagner and Longmire, (1999) Managing Web-Based Training, ASTD.
USA.
Lee. Kar Tin, 2001, Information Technology in Teacher Education. Published in the
Asia Fasific.
Office of Education Technologi (2001). E-learning: Putting a World-Class
Education at the Fingertips of All Children. Availabe at [Online]
http://www.ed.gov /tecnology/elearning.
Rusman, (2012), Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung. Alfabeta.
Rusman, (2007), Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Komputer untuk
Meningkatkan Kompetensi Siswa di SMK, Jurnal Teknodik-Pustekom
Jakarta..
Rusman, (2009) Manajemen Kurikulum: Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Jakarta.
Rajawali Pers. PT. RajaGrafindo Persada.
Rusman (2010) Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta. Rajawali Pers. PT. RajaGrafindo Persada.
Rusman, dkk (2011) Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komuinikasi:
Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta. Rajawali Pers. PT.
RajaGrafindo Persada.
Somekh, Bridget and Niki Davis, 1997, Using Information Technology Effectively in
Teaching and Learning, London Routledge.

Anda mungkin juga menyukai