Anda di halaman 1dari 2

UAS PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN

Take Home
Kerjakan secara berkelompok.
Dead line: 9 Desember 2019, pukul 23:59
Kirimkan dalam bentuk dokumen digital (soft file) ke prabawangi@gmail.com

1. Helen Keller, seorang buta-tuli pertama yang meraih gelar sarjana, berkata bahwa
“Pencapaian tertinggi dari Pendidikan adalah toleransi”. Sementara itu di Indonesia, kondisi
memprihatinkan ditunjukkan oleh hasil penelitian Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat
(PPIM) UIN Syarif Hidayatullah pada tahun 2018, di mana 57% guru memiliki opini
intoleran terhadap pemeluk agama lain. Sedangkan 37,77% berkeinginan untuk melakukan
perbuatan intoleran atau intensi-aksi. Menurut analisa Anda, apa yang melandasi guru
sebagai insan yang berpendidikan dan memiliki kemampuan untuk melihat sesuatu secara
objektif justru terjebak dalam opini intoleran? Apa pula konsekuensi yang harus ditanggung
negara dan masyarakat saat para pendidiknya kesulitan mengembangkan sikap toleransi
terhadap agama lain ?
2. Jika kita menengok sila ke-5 yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
jelas bahwa salah satu landasan sekaligus tujuan penyelenggaraan tata kelola negara kita
adalah mewujudkan keadilan sosial. Berbeda dengan keadilan dalam hukum, keadilan sosial
memiliki makna yang lebih luas yakni keadilan dalam kaitan distribusi ekonomi, kesempatan,
dan hak dalam masyarakat. Bersama kelompok Anda, identifikasi kasus atau peistiwa yang
terjadi di Indonesia yang merupakan bentuk pelanggaran azas keadilan sosial di bidang olah
raga / kesehatan. Jelaskan mengapa peristiwa tersebut menyalahi sila ke-5, serta berikan
analisis mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi dan apa yang dapat dilakukan oleh
masyarakat dan atau pemerintah untuk mengatasi dan mencegah hal tersebut terulang di
kemudian hari.

No 2

Di Indonesia sering terjadi pelanggaran azaz keadilan sosial terutama dalam bidang kesehatan.
Meskipun sekarang sudah ada BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) yang berarti
masyarakat miskin juga dapat menerima fasilitas kesehatan. Tapi pada praktek lapangannya sendiri
banyak penyelewengan baik dari pihak rumah sakit maupun tenaga kerja rumah sakit. Masyarakat
yang menggunakan BPJS sering di nomer dua kan. Fasilitas dan pelayanan yang diterima oleh
pengguna BPJS cenderung lebih kurang jika dibandingkan dengan pasien umum. Bahkan terdapat juga
beberapa kasus penolakan pasien yang menggunakan BPJS. Hal ini tentu saja sangat tidak adil
mengingat pengguna BPJS kebanyakan dari masyarakat menengah ke bawah dan mereka juga
membayar iuran rutin asuransi BPJS. Hal ini berlawanan dengan Pancasila sila ke - 5 yang berisi
"Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia" dimana golongan masyarakat yang kurang mampu
mendapatkan pelayanan yang kurang adil tidak seperti orang golongan menengah ke atas yang dapat
dengan mudah mendapatkan fasilitas dari rumah sakit karena memiliki dana yang cukup. Peristiwa
tersebut dapat terjadi karena kurangnya pengawasan dari pemerintah kepada Rumah Sakit yang di
pilih untuk pengguna BPJS. Untuk mengatasi hal tersebut seharusnya pemerintah memberikan sanksi
terhadap rumah sakit yang ditunjuk ketika terjadi pelanggaran dalam sistem pelaksanaan BPJS, dan
untuk masyarakat seharusnya melapor jika melihat kejadian yang merugikan pengguna BPJS.

Anda mungkin juga menyukai