Anda di halaman 1dari 4

Peran dan Pemanfaatan TIK Dalam Pendidikan

Disusun oleh: Isra Fitria (23329067)


Pendidikan Agama Islam
Universitas Negeri Padang
Alamat email: fitriaisra338@gmail.com
Abstrak
Artikel ini membahas peran dan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
dalam konteks pendidikan. Peningkatan pesat dalam perkembangan teknologi telah membawa
dampak signifikan pada sektor pendidikan, memungkinkan adopsi metode pembelajaran yang
lebih efektif dan inovatif. Pemanfaatan TIK dalam pendidikan tidak hanya mencakup
penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak modern, tetapi juga menggali potensi integrasi
teknologi untuk memperkaya pengalaman belajar. Artikel ini juga menyoroti tantangan yang
mungkin timbul seiring dengan penerapan TIK dalam pendidikan serta solusi yang dapat
diterapkan untuk memaksimalkan manfaatnya. Artikel ini bertujuan untuk memberikan wawasan
yang mendalam bagi para praktisi pendidikan, pengambil kebijakan, dan pihak terkait dalam
mengembangkan lingkungan pendidikan yang berkelanjutan dan beradaptasi dengan
perkembangan teknologi.
Kata kunci: TIK dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

Pendahuluan
Pendidikan merupakan fondasi utama dalam pembentukan potensi manusia dan kemajuan suatu
bangsa. Dalam era globalisasi ini, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menjadi kekuatan
pendorong utama dalam mengubah paradigma pendidikan. Transformasi ini tidak hanya
mencakup metode pengajaran yang lebih dinamis, tetapi juga melibatkan pengembangan
keterampilan yang relevan dengan tuntutan masyarakat berbasis teknologi. Artikel ini menggali
peran dan pemanfaatan TIK dalam sektor pendidikan, menyoroti bagaimana inovasi teknologi
mampu meningkatkan efisiensi, aksesibilitas, dan kualitas pembelajaran. Dengan merinci
dampak positif TIK pada proses edukasi, diharapkan pembaca dapat memahami betapa
pentingnya integrasi teknologi untuk mencapai tujuan pendidikan yang holistik dan berdaya
saing.

Pembahasan
1. Pembelajaran berbasis elearning
Proses pembelajaran E-learning atau pembelajaran berbasis daring diperkenalkan
diaplikasikan pertama kali di Universitas Illonis di Urbana-Champaign. Jenis pembelajaran yang
digunakan adalah sistem intruksi berbasis komputer (computer-assisted instruction) dan
komputer bernama PLATO. Berawal dari proses tersebut, kegiatan pelaksanaan e- learning terus
dipergunakan seiring dengan berkembangnya kemajuan teknologi. Pelaksanaan pembelajaran e-
learning dapat dikemukakan sebagai berikut: Tahun 1990: Era CBT (Computer Based Training).
Tahun ini ditandai dengan lahirnya beberapa aplikasi e-learning yang terdapat dalam PC
standlone dan dalam kemasan CD-ROM. Isi pembelajaran dibuat beberapa bentuk, yakni tulisan
dan multimedia dalam bentuk xetensei mpeg-1, mov atau avi. Kemajuan jaringan internet telah
mulai berkembang dengan pesat. Masyarakat global sudah terhubung dengan jaringan internet.
Masyarakat dalam mendapatkan informasi dapat diperoleh dengan cepat. Kebutuhan informasi
telah dijadikan sebagai kebutuhan mutlak dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi.
Tahun 1999: Tahun ini menjadikan aplikasi e-learning telah berbasis website. Proses
pembelajaran telah maju secara maksimal, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi
belajar mengajarnya. Prosese-learning dipadukan. dengan situs informasi, artikel, dan media
massa. Isi pembelajaran e-learning semakin maju dengan perpaduan dengan multimedia, video
streaming, serta semakin interaktif dengan pilihan format data yang lebih standar dan berukuran
kecil.
Pembelajaran berbasis e-learning telah menjadi tren utama dalam dunia pendidikan,
memberikan alternatif yang fleksibel dan terjangkau bagi peserta didik di berbagai tingkat.
Artikel ini mengeksplorasi berbagai aspek pembelajaran berbasis e-learning, termasuk
keunggulan dan tantangan yang mungkin dihadapi. Pemanfaatan platform digital, konten
interaktif, dan kolaborasi online memperkaya pengalaman belajar, memungkinkan akses tanpa
batas terhadap sumber daya pendidikan. Pembahasan juga melibatkan analisis dampak e-learning
terhadap motivasi belajar, pemahaman materi, dan pengembangan keterampilan digital.
Keberhasilan implementasi e-learning juga terkait erat dengan peran pendidik dalam merancang
kurikulum yang sesuai dan memberikan dukungan yang memadai kepada peserta didik. Di
samping itu, artikel ini membahas potensi e-learning dalam menciptakan inklusivitas pendidikan,
memperluas akses untuk kelompok yang beragam. Meskipun memberikan banyak keuntungan,
pembahasan juga mencakup tantangan seperti aksesibilitas internet, kurangnya koneksi stabil,
dan kebutuhan untuk mengatasi kesenjangan digital. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk
memberikan pandangan komprehensif mengenai pembelajaran berbasis e-learning, mendorong
pemikiran kritis, dan merangsang upaya kolaboratif dalam merancang solusi yang berkelanjutan
dalam dunia pendidikan yang terus berubah.
2. Blended Learning
Blended learning adalah pembelajaran yang mengintegrasikan pertemuan tatap muka dengan
online learning. Driscoll (2002) spesifik menyebutkan bahwa blended learning adalah
pembelajaran yang mengombinasikan pertemuan tatap muka dengan pembelajaran berbasis web
dan Thorne (2013) menyebutnya dengan kombinasi antara pembelajaran tatap muka dengan
pembelajaran multimedia. Namun, Graham (2005) lebih setuju dengan kombinasi pembelajaran
tatap muka dengan online learning dan Bersin (2004) menekankan pada kombinasi pertemuan
tatap muka dengan penerapan teknologi yang tersedia pada saat itu. Blended learning juga
dikenal dengan pembelajaran hybrid, yaitu mencampurkan dan pengaturan pembelajaran yang
divariasikan agar sesuai dan tepat untuk memenuhi kebutuhan belajar pembelajar.
Pembelajaran dapat dibagi dua yaitu pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring.
Pembelajaran tatap muka dapat dibagi dua yaitu tidak disiarkan langsung, dan pembelajaran
yang disiarkan langsung. Pembelajaran daring dapat dibagi dua yaitu daring yang bersifat
langsung (live) dan daring tetapi dari hasil rekaman atau hasil suatu kegiatan penyuntingan.
Pembelajaran daring ada yang mandiri dan ada yang kegiatan berkelompok
Artikel ini akan membahas keuntungan, tantangan, dan strategi efektif dalam menerapkan
blended learning. Keuntungan meliputi fleksibilitas waktu dan tempat, sementara tantangannya
termasuk pemeliharaan motivasi siswa. Strategi efektif mencakup desain kursus yang seimbang
dan interaktif, serta penggunaan platform pembelajaran digital. Dengan pendekatan holistik,
blended learning dapat meningkatkan hasil pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk
tuntutan dunia modern.
Blended learning merupakan model pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran tatap
muka (face-to-face) dengan pembelajaran daring (online). Model pembelajaran ini telah menjadi
tren di dunia pendidikan, termasuk di Indonesia. Ada beberapa keuntungan dari blended learning,
antara lain:
1) Efisiensi waktu dan biaya: Pembelajaran tatap muka dapat digunakan untuk materi yang
membutuhkan interaksi langsung antara guru dan siswa, sementara pembelajaran daring
dapat digunakan untuk materi yang dapat dipelajari secara mandiri. Hal ini dapat
menghemat waktu dan biaya bagi siswa maupun sekolah.
2) Keterjangkauan: Pembelajaran daring dapat diakses dari mana saja, sehingga lebih
terjangkau bagi siswa yang tinggal di daerah terpencil.
3) Fleksibilitas: Pembelajaran daring memberikan fleksibilitas bagi siswa untuk belajar
sesuai dengan waktu dan kecepatan mereka masing-masing.
Meskipun memiliki banyak keuntungan, blended learning juga memiliki beberapa tantangan,
antara lain:
1. Ketersediaan infrastruktur: Pembelajaran daring membutuhkan infrastruktur yang
memadai, seperti akses internet yang stabil dan perangkat elektronik yang memadai.
2. Keterampilan guru: Guru perlu memiliki keterampilan untuk menggunakan teknologi
dalam pembelajaran.
3. Keterampilan siswa: Siswa perlu memiliki keterampilan untuk belajar secara mandiri.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, sekolah perlu menyediakan infrastruktur yang memadai,
memberikan pelatihan kepada guru, dan memberikan bimbingan kepada siswa.
Berikut adalah beberapa tips untuk menerapkan blended learning di sekolah:
1. Rencanakan dengan matang: Sebelum menerapkan blended learning, sekolah perlu
merencanakan secara matang dengan mempertimbangkan berbagai aspek, seperti tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
2. Fleksibel: Blended learning dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sekolah.
Sekolah dapat memulai dengan menerapkan blended learning secara bertahap, mulai dari
materi yang sederhana hingga materi yang kompleks.
3. Evaluasi secara berkala: Sekolah perlu mengevaluasi efektivitas penerapan blended
learning secara berkala untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran tercapai.

Penutup
Dari artikel tentang pembelajaran berbasis e-learning dan blended learning, dapat disimpulkan
bahwa kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan tantangan masing-masing. Pembelajaran
berbasis e-learning memberikan fleksibilitas waktu dan akses, tetapi mungkin kurang interaktif.
Di sisi lain, blended learning menggabungkan keunggulan pembelajaran online dan tatap muka,
menciptakan pengalaman pembelajaran yang seimbang. Simpulan ini menunjukkan bahwa
pemilihan antara e-learning dan blended learning sebaiknya didasarkan pada kebutuhan spesifik
dan karakteristik peserta didik. Integrasi teknologi dengan metode konvensional dapat
meningkatkan hasil pembelajaran, namun tantangan seperti infrastruktur dan desain kurikulum
yang efektif perlu diatasi untuk mencapai kesuksesan optimal dalam kedua pendekatan tersebut.

Daftar Pustaka
Anugrah, Andi, dkk. 2019. El-Learning Quipper Schoo; dalam Pembelajaran Berbasis Teks.
Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia
Rahmi, Ulfia, dkk. 2022. Desain dan Implementasi Blended Learning. Yogyakarta: Penerbit
Andi
Hidayat, dkk. 2023. Perpaduan Pembelajaran (Blended Learning) Secara Daring dan Tatap
Muka pada Kurikulum 2013 dan Kurikulum 2022. Lombok: Penerbit P4I

Anda mungkin juga menyukai