DI PERGURUAN TINGGI
Milya Sari
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang
Korespondensi: Jl. Green Bariang Indah III/E Anduring Padang, Sumatera Barat
E.mail: milyasari.iain@gmail.com
Abstract
dengan TIK. Eggen dan Kauchak (2012: Kelima komponen ini akan digunakan
27-28) menegaskan bahwa standar untuk untuk merekonstruksi pengembangan
sekolah abad 21 atau abad digital untuk atau penciptaan suatu model pem-
guru dan siswa berkaitan dengan pene- belajaran.
rapan teknologi dalam pembelajaran. Secara sederhana Blended Learn-
Guru harus bisa mempersiapkan ing bermakna pola pembelajaran yang
siswanya untuk hidup di abad digital, mengandung unsur pencampuran, atau
salah satunya menggunakan pengetahuan penggabungan antara satu pola pem-
mereka tentang materi pelajaran, pem- belajaran dengan pola pembelajaran
belajaran dan teknologi untuk mem- yang lainnya. Blended learning meru-
fasilitasi pengalaman yang dipelajari pakan salah satu isu pendidikan terbaru
siswa tingkat lanjut, kreativitas, dan dalam perkembangan globalisasi dan
inovasi dalam situasi tatap muka dan teknologi. Banyak institusi atau praktisi
virtual. Salah satu cara yang dapat dila- yang telah mengembangkan dan mem-
kukan guru/dosen untuk peningkatan berikan definisi dengan bahasa mereka
layanan dalam situasi tatap muka dan sendiri, sesuai dengan tipologi praktek
virtual (online) melalui Model Blended blended learning” itu sendiri.
Learning, yang selanjutnya disingkat Definisi blended learning menurut
dengan MBL. Driscoll (2002) merujuk pada empat
konsep yang berbeda yaitu:
a) Blended learning merupakan pem-
MODEL BLENDED LEARNING belajaran yang mengkombinasikan
atau menggabungkan berbagai
Pengertian teknologi berbasis web, untuk
Model adalah bentuk atau contoh mencapai tujuan pendidikan.
yang tersusun secara sistematis. Pem- b) Blended learning merupakan kom-
belajaran adalah pengaturan lingkungan binasi dari berbagai pendekatan
yang terdapat proses interaksi untuk pembelajaran (seperti behavioris-
memperoleh sesuatu. Model pem- me, konstruktivisme, kognitivis-
belajaran adalah pendekatan spesifik me) untuk menghasilkan suatu
dalam mengajar (Eggen dan Kauchak, pencapaian pembelajaran yang
2012:7) dan mengandung unsur-unsur optimal dengan atau tanpa tekno-
instruksional seperti film, buku, prog- logi pembelajaran.
ram, kurikulum (Dewey dalam Joyce & c) Blended learning juga merupakan
Weil (1992:4). Model pembelajaran juga kombinasi banyak format tekno-
mengajarkan bagaimana cara belajar logi pembelajaran, seperti video
(Trianto, 2009:74). Model pembelajaran tape, CD-ROM, web-based train-
adalah bentuk atau desain spesifik yang ing, film) dengan pembelajaran
dirancang secara sistematis berdasarkan tatap muka.
teori belajar atau landasan pemikiran d) Blended learning menggabungkan
bagaimana mahasiswa belajar untuk teknologi pembelajaran dengan
mencapai tujuan pembelajaran. Memiliki perintah tugas kerja aktual untuk
pengaturan lingkungan belajar, adanya menciptakan pengaruh yang baik
proses interaksi, yang digunakan untuk pada pembelajaran dan pekerjaan.
membantu mahasiswa memperoleh hasil Graham (2005: 4) menyebutkan
belajar lebih baik. Komponen model definisi Blended learning yang paling
terdiri dari sintak, sistem sosial, prinsip sering dikemukakan, adalah:
reaksi, sistem pendukung dan dampak
instruksional dan dampak pengiring.
128 Ta’dib, Volume 17, No. 2 (Desember 2014)
Gambar 1. Suatu kontinum empat dimensi kritis interaksi yang terjadi dalam
lingkungan kelas tatap muka dan online (virtual).
Akses terhadap sumber belajar melalui pengetahuan, (3) interaksi sosial, (4)
internet memberikan kesempatan kepada personal lembaga, (5) efektivitas biaya,
mahasiswa yang semula di luar jangkau- dan (6) kemudahan revisi.
an untuk memperoleh informasi lebih MBL dikembangkan oleh berbagai
luas. MBL merupakan cara baru untuk institusi sesuai dengan tujuan yang
meningkatkan proses belajar dan pem- diinginkan. Graham (2005:10-11) men-
belajaran di perguruan tinggi. Graham jelaskan bahwa semua MBL bisa terjadi
(2005: 8-10) dan Sukarno (...: 3) me- pada level aktivitas, level perkuliahan,
nyatakan tiga alasan utama mengapa level program, atau level institusional.
MBL dipilih di perguruan tinggi antara Dari empat level, kegiatan MBL pada
lain karena: peningkatan pedagogi; guru, dosen dan instruktur lebih mung-
peningkatan akses dan fleksibilitas; dan kin dalam level aktivitas dan per-
peningkatan efektivitas biaya. Sedang- kuliahan. Model-model blended learning
kan Osguthorpe dan Graham dalam yang dikembangkan di lembaga-lembaga
Graham (2005: 8) mengidentifikasi pendidikan diantaranya terlihat pada
enam alasan menggunakan MBL: (1) Tabel 1. berikut ini:
kaya akan pengajaran, (2) akses ke
saling melengkapi.
web enhanced pemanfaatan Internet untuk menunjang peningkatan kualitas
course pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi Internet adalah
untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta
didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok,
atau peserta didik dengan nara sumber lain.
Harmon dan Jones dalam Rusman (2011: 252-253): level penggunaan ICT dalam
pembelajaran
Level-1 pada level ini bahan-bahan pembelajaran tidak terlalu banyak
information disajikan melalui ICT, tetapi terbatas pada bahan yang sifatnya
informeso untuk menunjang proses perkuliahan bahkan cenderung
bersifat admistratif dan aturan perkuliahan.
Level-2 pada level ini sudah mulai memasukkan bahan
supplemental perkuliahan/pembelajaran, namun sifatnya masih terbatas, belum
3
menguraikan isi pembelajaran secara lengkap, materi yang
disajikan masih pokok-pokoknya saja.
Level-3 Essensial dalam level ini hampir semua materi pembelajaran disediakan
dalam web. aktivitas guru-peserta didik tidak akan berjalan baik
jika tidak menggunakan fasilitas web.
Level-4 communal pada level ini mengkombinasikan pola tatap muka di kelas atau
penggunaan web secara online. Penyajian bahan pembelajaran
disajikan melalui cara langsung di kelas dan disajikan online.
Level-5 immersive pada level ini pembelajaran dilangsungkan secara virtual. Seluruh
isi materi pembelajaran disajikan secara online
DAFTAR RUJUKAN
rampilan Berpikir. Edisi 6. Jakarta:
Berita Diktis. 2014. Direktur Diktis
Indeks.
Sorot Elearning untuk Peneing-
katan Kualitas Pembelajaran di Graham, C.R. 2005. Blended Learning
PTAI. http: //diktis.kemenag.go.id. System. Definisi, Current, and
Diakses 2 Juli 2014. Future Directions. dalam The
Hand Book of Blended Learning
Bintoro, Totok. 2014. Pengembangan
Kurikulum LPTK & Kaitannya Herawati. 2011. Blended Learning untuk
dengan KKNI. Makalah di- Menyiapkan Siswa Hidup di Abad
sampaikan pada lokakarya Desain 21. Makalah Seminar Nasional
Kurikulum LPTK Berkelanjutan 2011, Pengembangan Pembelajar-
PPG dengan Mengacu KKI di an berbasis Blended Learning.
Universitas Muhamasiyah Universitas Negeri Malang.
Sirakarta, 10 April 2014. Horn, M. B & Staker, H. 2011. The Rise
Comey. W.L. 2009. Blended Learning of K-12 Blended Learning.
and the Classroom Environment: A Innosight Institute. Public Impact.
Comparative Analysis of Students’ Joyce, B dan Weil, M. 1992. Models Of
Perception of the Classroom Teaching (4th Edition)
Environment across Community Massachusetts: Allyn and Bacon
College Courses Taught in Publisher.
Traditional Face-to-face, Online
and Blended Methods. Kasali, Rhenald. 2013. Tantangan
(Disertation). The Faculty of The Indonesia Dalam Abad ke21
Graduate School of Education and (Mengapa Kita Harus Siap
Human Development of The Berubah?). Disampaikan dalam
George Washington University in sosialisasi kurikulum 2013. Pe-
partial fulfillment of the nyegaran Nara Sumber Pelatihan
requirements for the degree of Guru untuk Implementasi Kuri-
Doctor of Education kulum 2013. Jakarta, 26-28 Juni
2013.
Dewey, J. (1938). Experience and
education. New York: Collier Muhammad Nuh. 2013. Pengembangan
MacMillan. Kurikulum 2013. Disampaikan
dalam sosialisasi kurikulum 2013.
Discoll, M. 2002. Blended Learning: Penyegaran Nara Sumber Pelatih-
Let’s Get Beyond the Hype. an Guru untuk Implementasi
Eggen. Paul., dan Kauchak. Don. 2012. Kurikulum 2013. Jakarta, 26-28
Strategi dan Model Pembelajaran, Juni 2013.
Mengajarkan Konten dan Kete-
136 Ta’dib, Volume 17, No. 2 (Desember 2014)
OECD. 2006. 21st Century Learning Tool For Teaching and Leraning.
Environments. Thailand.
Rusman. 2011. Model-model Pembe- Silberman, Melvin L. 2006. Active
lajaran, Mengembangkan Pro- Learning, 101 cara belajar siswa
fesionalisme Guru. Jakarta: Raja aktif. Bandung: Nusamedia.
Grafindo Perkasa. Sukarno. (...). Blended Learning Sebuah
Rusman, Kurniawan, D., Riyana, C. Alternatif Model Pembelajaran
2011. Pembelajaran Berbasis Mahasiswa Program Sarjana (S-1)
Teknologi Informasi dan Komuni- Kependidikan Bagi Guru Dalam
kasi. Mengembangkan Pro- Jabatan. Program PGSD FKIP
fesionalisme Guru. Jakarta: Raja Universitas Sebelas Maret
Grafindo Perkasa. Surakarta.
Saikaew, K.R. Krutkam, W. Trianto. 2010. Model Pembelajaran
Pattaramanon, R. Leelathakul, N., Terpadu, Konsep, Strategi, dan
Chaipah, K., Chaosakul. (..) Using Implementasinya dalam Kuri-
Facebook As A Supplementary kulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Kajarta: Bina Aksara.