Anda di halaman 1dari 11

BLENDED LEARNING, MODEL PEMBELAJARAN ABAD ke-21

DI PERGURUAN TINGGI

Milya Sari
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang
Korespondensi: Jl. Green Bariang Indah III/E Anduring Padang, Sumatera Barat
E.mail: milyasari.iain@gmail.com

Abstract

The rapid progress of information and communication technology in the 21th


century forced teachers who teach students at any levels of education to change
their behaviour and mind-set, even the the commitee that supported them to
achieve their teaching objective. A good approach is that a way in which one
could integrate technology and education, that was through Blended Learning
Model (BLM). This model combined the usual teaching classroom and teaching
online. The strength of this model was that this could increase the interaction
among the students whenever and wherever.

Kata kunci: Model Blended Learning, TIK, pembelajaran abad 21

PENDAHULUAN Facebook dan twitter. Artinya peserta


didik sekarang sangat melek teknologi,

T eknologi Informasi dan Komu-


nikasi selanjutnya disingkat TIK
menjadi bagian yang tak ter-
pisahkan dalam kehidupan. Teknologi
seperti ponsel dan jaringan sosial daring
namun tidak demikian dengan gurunya.
Akibatnya, terjadi kesenjangan antara
peserta didik dan pendidik yang tidak
menggunakan teknologi di ruang kelas
mereka. Pendekatan yang baik adalah
(online) seperti Facebook dan twitter
mengintegrasikan teknologi dengan pen-
telah mengubah secara revolusioner cara
didikan dan menghilangkan segala ke-
manusia berkomunikasi. Mesin pencari
senjangan yang ada. Dengan mengenali
internet seperti Google dan Yahoo juga
minat peserta didik dan memanfaatkan
telah mengubah secara revolusioner cara
minat-minat itu, hubungan pendidik-
manusia mencari informasi. Sehingga
peserta didik dapat meningkat.
Eggen dan Kauchak (2012: 27) menge-
Pada era TIK seperti sekarang,
mukakan bahwa melek (literasi) tekno-
peserta didik yang akan dihadapi adalah
logi telah menjadi keahlian dasar yang
peserta didik yang lahir dan berkembang
penting setelah membaca, menulis dan
di era digital, maka suka tidak suka, mau
berhitung.
tidak mau guru pun harus memiliki
Pengaruh TIK sangat besar ke-
literasi teknologi yang tinggi. Lembaga
pada peserta didik. Teknologi adalah
Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK)
sesuatu yang ingin dikuasai peserta
sebagai lemabaga penghasil calon
didik. Mereka menggunakan internet,
pendidik/guru perlu membekali guru dan
ponsel dan mengirim SMS seperti
calon guru untuk terampil menggunakan
makanan sehari-hari. Banyak peserta
teknologi terutama TIK, karena tan-
didik sudah menggunakan media sosial
tangan guru masa depan berkaitan
126
Milya Sari, Blended Learning, Model Pembelajaran Abad ke-21… 127

dengan TIK. Eggen dan Kauchak (2012: Kelima komponen ini akan digunakan
27-28) menegaskan bahwa standar untuk untuk merekonstruksi pengembangan
sekolah abad 21 atau abad digital untuk atau penciptaan suatu model pem-
guru dan siswa berkaitan dengan pene- belajaran.
rapan teknologi dalam pembelajaran. Secara sederhana Blended Learn-
Guru harus bisa mempersiapkan ing bermakna pola pembelajaran yang
siswanya untuk hidup di abad digital, mengandung unsur pencampuran, atau
salah satunya menggunakan pengetahuan penggabungan antara satu pola pem-
mereka tentang materi pelajaran, pem- belajaran dengan pola pembelajaran
belajaran dan teknologi untuk mem- yang lainnya. Blended learning meru-
fasilitasi pengalaman yang dipelajari pakan salah satu isu pendidikan terbaru
siswa tingkat lanjut, kreativitas, dan dalam perkembangan globalisasi dan
inovasi dalam situasi tatap muka dan teknologi. Banyak institusi atau praktisi
virtual. Salah satu cara yang dapat dila- yang telah mengembangkan dan mem-
kukan guru/dosen untuk peningkatan berikan definisi dengan bahasa mereka
layanan dalam situasi tatap muka dan sendiri, sesuai dengan tipologi praktek
virtual (online) melalui Model Blended blended learning” itu sendiri.
Learning, yang selanjutnya disingkat Definisi blended learning menurut
dengan MBL. Driscoll (2002) merujuk pada empat
konsep yang berbeda yaitu:
a) Blended learning merupakan pem-
MODEL BLENDED LEARNING belajaran yang mengkombinasikan
atau menggabungkan berbagai
Pengertian teknologi berbasis web, untuk
Model adalah bentuk atau contoh mencapai tujuan pendidikan.
yang tersusun secara sistematis. Pem- b) Blended learning merupakan kom-
belajaran adalah pengaturan lingkungan binasi dari berbagai pendekatan
yang terdapat proses interaksi untuk pembelajaran (seperti behavioris-
memperoleh sesuatu. Model pem- me, konstruktivisme, kognitivis-
belajaran adalah pendekatan spesifik me) untuk menghasilkan suatu
dalam mengajar (Eggen dan Kauchak, pencapaian pembelajaran yang
2012:7) dan mengandung unsur-unsur optimal dengan atau tanpa tekno-
instruksional seperti film, buku, prog- logi pembelajaran.
ram, kurikulum (Dewey dalam Joyce & c) Blended learning juga merupakan
Weil (1992:4). Model pembelajaran juga kombinasi banyak format tekno-
mengajarkan bagaimana cara belajar logi pembelajaran, seperti video
(Trianto, 2009:74). Model pembelajaran tape, CD-ROM, web-based train-
adalah bentuk atau desain spesifik yang ing, film) dengan pembelajaran
dirancang secara sistematis berdasarkan tatap muka.
teori belajar atau landasan pemikiran d) Blended learning menggabungkan
bagaimana mahasiswa belajar untuk teknologi pembelajaran dengan
mencapai tujuan pembelajaran. Memiliki perintah tugas kerja aktual untuk
pengaturan lingkungan belajar, adanya menciptakan pengaruh yang baik
proses interaksi, yang digunakan untuk pada pembelajaran dan pekerjaan.
membantu mahasiswa memperoleh hasil Graham (2005: 4) menyebutkan
belajar lebih baik. Komponen model definisi Blended learning yang paling
terdiri dari sintak, sistem sosial, prinsip sering dikemukakan, adalah:
reaksi, sistem pendukung dan dampak
instruksional dan dampak pengiring.
128 Ta’dib, Volume 17, No. 2 (Desember 2014)

a) defenisi yang mengkombinasikan tersedia kapan pun, dimana pun di


berbagai modalitas media pem- seluruh dunia;
belajaran, (2) biaya operasional setiap siswa
b) defenisi yang mengkombinasikan untuk mengikuti kegiatan pem-
berbagai metode-metode pembela- belajaran menjadi lebih ter-
jaran, teori belajar, dan dimensi jangkau;
pedagogis; (3) pengawasan terhadap perkem-
c) defenisi yang mengkombinasikan bangan siswa jadi lebih mudah;
antara pembelajaran online de- (4) rancangan pembelajaran berbasis
ngan face-to-face (pembelajaran web memungkinkan dilakukannya
tatap muka). kegiatan pembelajaran yang sudah
terpersonalisasi;
Berdasarkan pengelompokan dan
(5) materi pembelajaran bisa diper-
definisi yang telah dijelaskan di atas
baharui secara lebih mudah.
maka MBL dalam tulisan ini ber-
dasarkan definisi ke 3 (tiga) dari Driscoll Namun demikian pembelajaran berbasis
dan Graham yaitu; kombinasi ka- web juga mempunyai kekurangan, yaitu:
rakteristik pembelajaran tradisional dan (1) keberhasilan pembelajaran ber-
pembelajaran elektronik atau e-learning. basis web bergantung pada ke-
MBL adalah kegiatan pembelajaran yang mampuan dan motivasi pem-
menggabungkan kegiatan belajar tatap belajaran;
muka dengan kegiatan belajar online (2) akses untuk mengikuti pembe-
dari aspek teori belajar, pendekatan, lajaran dengan menggunakan web
serta model pembelajaran untuk men- seringkali menjadi masalah bagi
capai tujuan pembelajaran. pembelajar;
(3) pembelajar cepat merasa bosan
Kelebihan Model Blended Learning dan jenuh jika mereka tidak
MBL muncul sebagai jawaban mengakses informasi, dikarenakan
terhadap kelemahan pembelajaran tatap tidak terdapatnya peralatan yang
muka dan pembelajaran online. Namun memadai dan bandwith yang
masing-masing pembelajaran ini juga cukup;
memiliki kelebihan-kelebihan. Kelebih- (4) dibutuhkan panduan bagi pem-
an perkuliahan tatap muka yang utama belajar untuk mencari informasi
adalah terjadinya interaksi langsung yang relevan, karena informasi
antara pendidik dengan peserta didik dan yang terdapat di dalam web sangat
perserta didik dengan peserta didk beragam;
lainnya. Interaksi ini membuat terjadinya (5) dengan menggunakan pembelajar-
perasaan lebih kuat terhubung ke ins- an berbasis web, pembelajaran
truktur/dosen. Kelemahan pembelajaran terganggu jika terdapat keter-
tatap muka adalah proses pembelajaran batasan dalam fasilitas komuni-
yang terjadi dibatasi oleh ruang dan kasi.
waktu sehingga pembelajaran dirasakan (6) Satu kelemahan terbesar dalam
kurang maksimal oleh pendidik. pembelajaran online adalah amat
Kelebihan pembelajaran online kurangnya interaksi langsung
berbasis web menurut Rusman (2011: antara pendidik dengan peserta
271-275) adalah: didik maupun antara sesama
(1) memungkinkan setiap orang mem- peserta didik.
pelajari apa pun tanpa dibatasi
ruang dan waktu, karena akses
Milya Sari, Blended Learning, Model Pembelajaran Abad ke-21… 129

MBL merupakan pembelajaran merupakan elemen penting dalam men-


yang memadukan kelebihan perkuliahan ciptakan pengalaman belajar yang
tatap muka dan kelebihan pembelajaran efektif. Menurut Moore dalam Comey
online. MBL dapat menciptakan ling- (2009:9-10) ada tiga tipe interaksi , yaitu
kungan belajar yang positif untuk learner-content interaction, learner
terjadinya interaksi antara sesama instructor interaction, and learner-
peserta didik, dan peserta didik dengan learner interaction, serta learner
pendidiknya tanpa dibatasi oleh ruang interface interaction. Graham (2005:5)
dan waktu. Dewey (1938) dan Moore menggambarkan empat dimensi kritis
dalam Comey (2009: 9), mengemukakan interaksi yang terjadi antar kelas tatap
bahwa interaksi antar siswa dan interaksi muka dan kelas online, seperti terlihat
antara siswa dan guru merupakan faktor pada gambar 1. berikut ini.
kunci dalam proses belajar siswa dan

Gambar 1. Suatu kontinum empat dimensi kritis interaksi yang terjadi dalam
lingkungan kelas tatap muka dan online (virtual).

Banyak interaksi yang terjadi peserta didik/siswa berlatih mengguna-


dalam MBL. Interaksi bisa terjadi pada kan bahasa, semakin dalam pemahaman
pengajaran secara ‘synchronously’ (pada mereka. Karena jika guru atau dosen
waktu yang sama) ataupun yang berbicara atau menjelaskan,
‘asynchronously’ (pada waktu yang ber- siswa/mahasiswa mungkin memahami
beda). Dalam MBL, materi pengajaran mungkin tidak, tetapi jika mahasiswa
disiapkan pendidik untuk bisa diakses yang mengatakannya, kemungkinan be-
siswa secara online melalui media yang sar mereka memang akan “mema-
mempunyai teks, grafik, animasi, haminya”. Seperti yang dikemukakan
simulasi, audio dan video. Pendidik juga Silberman (2006: 23) “orang cenderung
menyediakan kemudahan untuk lupa tentang apa yang mereka dengar,
‘discussion group’ sehingga terjadi tetapi yang saya ajarkan kepada orang
interaksi antar peserta didik, peserta lain, saya kuasai”. Seperti kerucut
didik dan pendidik kapan saja dan pengalaman belajar yang diperkenalkan
dimana saja secara lisan maupun tulisan. oleh Edgar Dale yang terlihat pada
Eggen & Kauchak (2012:57-58) gambar 2.
mengemukakan bahwa “semakin banyak
130 Ta’dib, Volume 17, No. 2 (Desember 2014)

Gambar. 2. Kerucut pengalaman belajar dari Edgar Dale.

Tingkatan pengalaman peserta tatap muka dan kuliah online, metoda


didik pada Gambar 2. bisa dikatakan blended dapat menciptakan lingkungan
bahwa orang-orang ingat: 10% dari apa belajar yang positif, bisa menyediakan
yang mereka baca; 20% dari apa yang beberapa kenyamanan dari kuliah online
mereka dengar; 30% dari apa yang tanpa menghilangkan kontak tatap muka
mereka lihat; 50% dari apa yang mereka yang banyak diinginkan mahasiswa.
lihat dan dengar 70% dari apa yang Kelas blended juga memberikan suasana
mereka tulis dan katakan; 90% dari apa yang lebih baik dari kelas tatap muka
yang mereka katakan seperti yang dan kelas online dalam menghasilkan
mereka lakukan. Sampai ke tingkat saya tingkat partisipasi yang lebih tinggi dari
lihat dan saya dengar masih tergolong mahasiswa dan perasaan lebih kuat
pembelajaran pasif, sedangkan saya terhubung ke instruktur/dosen.
katakan dan saya tulis sudah termasuk Jadi MBL mampu memberikan
pembelajaran aktif. interaksi antar mahasiswa dan maha-
Interaksi belajar merupakan faktor siswa dengan dosen yang lebih baik.
penting dalam pembelajaran. Interaksi Interaksi dapat terjadi melalui banyak
dalam MBL termasuk pembelajaran aktif kesempatan, yaitu kelas tatap muka dan
dan komunikasi bisa terjadi melalui lisan kelas online. Mahasiswa yang mungkin
maupun tulisan. Hasil penelitian di malu berbicara atau mengajukan per-
Amerika menunjukkan MBL sangat tanyaan di ruang kelas tatap muka dapat
efektif, dibandingkan dengan pem- memanfaatkan komunikasi online untuk
belajaran lain, MBL 30% lebih baik, berinteraksi dengan dosen maupun
40% waktu lebih singkat, dan 30% biaya dengan temannya kapan pun dan dimana
lebih murah (Wawan Wardiana dalam pun. Hal ini memberikan gambaran
Rusman et al, 2011: 249). Comey (2009: pentingnya interaksi sosial dan peng-
iv) juga menguji bagaimana persepsi gunaan bahasa lisan maupun tulisan
mahasiswa terhadap lingkungan kelas dalam mendorong pembelajaran.
yang berbeda antara program tatap
muka, online, dan metoda blended, hasil Model-model Blended Learning
penelitian menunjukkan bahwa dengan TIK memiliki potensi untuk
menggabungkan unsur-unsur kuliah memperbaiki efektifitas pembelajaran.
Milya Sari, Blended Learning, Model Pembelajaran Abad ke-21… 131

Akses terhadap sumber belajar melalui pengetahuan, (3) interaksi sosial, (4)
internet memberikan kesempatan kepada personal lembaga, (5) efektivitas biaya,
mahasiswa yang semula di luar jangkau- dan (6) kemudahan revisi.
an untuk memperoleh informasi lebih MBL dikembangkan oleh berbagai
luas. MBL merupakan cara baru untuk institusi sesuai dengan tujuan yang
meningkatkan proses belajar dan pem- diinginkan. Graham (2005:10-11) men-
belajaran di perguruan tinggi. Graham jelaskan bahwa semua MBL bisa terjadi
(2005: 8-10) dan Sukarno (...: 3) me- pada level aktivitas, level perkuliahan,
nyatakan tiga alasan utama mengapa level program, atau level institusional.
MBL dipilih di perguruan tinggi antara Dari empat level, kegiatan MBL pada
lain karena: peningkatan pedagogi; guru, dosen dan instruktur lebih mung-
peningkatan akses dan fleksibilitas; dan kin dalam level aktivitas dan per-
peningkatan efektivitas biaya. Sedang- kuliahan. Model-model blended learning
kan Osguthorpe dan Graham dalam yang dikembangkan di lembaga-lembaga
Graham (2005: 8) mengidentifikasi pendidikan diantaranya terlihat pada
enam alasan menggunakan MBL: (1) Tabel 1. berikut ini:
kaya akan pengajaran, (2) akses ke

Tabel 1. Model-model blended learning


No Model Deskripsi
Horn & Staker (2011: 4-15)
Model 1: Rotation Bentuk umum model rotasi adalah dalam kuliah yang diberikan
selama satu semester, siswa kembali pada jadwal tetap antara
pembelajaran online, belajar sendiri-sendiri/mandiri dan pem-
belajaran tatap muka tradisional dengan guru. Ini model BL yang
paling banyak dilakukan antara pembelajaran tatap muka dan
pembelajaran online. Guru biasanya mengawasi kerja online.
Model 2: Program dengan model pembelajaran online yang fleksibel.
Flex Pengajar memberikan dukungan yang fleksibel sesuai dengan
kebutuhan personal melalui tutorial dan sesi kelompok kecil.
Program ini cocok untuk perbaikan dropout dan perbaikan kredit
semester.
1
Model 3: Pembelajaran online merupakan sebagian kecil dari kegiatan
Self-Blend pembelajaran. Peserta didik memilih sendiri bentuk kursus online
untuk melengkapi pembelajaran tatap muka. Pembelajaran online
hanya sebagai pelengkap.
Model 4: Enriched- Merupakan pengembangan dari sekolah yang sepenuhnya online,
Virtual kemudian mengembangkan program blended untuk memberikan
siswa pengalaman sekolah tatap muka. Waktu pembelajaran
dibagi antara menghadiri kuliah di kampus dan pembelajaran jarak
jauh. Pada Model-Enriched Virtual, siswa jarang menghadiri
kuliah di kampus setiap hari. Ini berbeda dari model Self-Blend
karena merupakan pengalaman seluruh sekolah, tatap muka hanya
sebagai suplemen.
Haughey (1998 dalam Rusman, 2011:251): pengembangan sisitem pengajaran
berbasis internet
Web course penggunaan Internet untuk keperluan pendidikan, yang mana
peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak
diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi,
2
konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran
lainnya sepenuhnya disampaikan melalui Internet.
Web centric course penggunaan Internet yang memadukan antara belajar jarak jauh
dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan
melalui Internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya
132 Ta’dib, Volume 17, No. 2 (Desember 2014)

saling melengkapi.
web enhanced pemanfaatan Internet untuk menunjang peningkatan kualitas
course pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi Internet adalah
untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta
didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok,
atau peserta didik dengan nara sumber lain.
Harmon dan Jones dalam Rusman (2011: 252-253): level penggunaan ICT dalam
pembelajaran
Level-1 pada level ini bahan-bahan pembelajaran tidak terlalu banyak
information disajikan melalui ICT, tetapi terbatas pada bahan yang sifatnya
informeso untuk menunjang proses perkuliahan bahkan cenderung
bersifat admistratif dan aturan perkuliahan.
Level-2 pada level ini sudah mulai memasukkan bahan
supplemental perkuliahan/pembelajaran, namun sifatnya masih terbatas, belum
3
menguraikan isi pembelajaran secara lengkap, materi yang
disajikan masih pokok-pokoknya saja.
Level-3 Essensial dalam level ini hampir semua materi pembelajaran disediakan
dalam web. aktivitas guru-peserta didik tidak akan berjalan baik
jika tidak menggunakan fasilitas web.
Level-4 communal pada level ini mengkombinasikan pola tatap muka di kelas atau
penggunaan web secara online. Penyajian bahan pembelajaran
disajikan melalui cara langsung di kelas dan disajikan online.
Level-5 immersive pada level ini pembelajaran dilangsungkan secara virtual. Seluruh
isi materi pembelajaran disajikan secara online

PEMBELAJARAN ABAD 21 Berdasarkan banyak penelitian dan


kajian ilmiah, penggunaan teknologi
Pesatnya arus globalisasi serta
dalam pendidikan terutama TIK bisa
perkembangan TIK saat ini menuntut
meningkatkan kreativitas dan motivasi
perubahan sikap dan pola pikir
peserta didik. Jadi pendidik perlu
guru/dosen. Sebab, peran guru/dosen
memanfaatkan TIK dalam pembelajaran
saat ini makin tersaingi dengan
untuk mendapatkan manfaat positifnya
keberadaan beragam alat komunikasi,
dalam pendidikan bukan dampak
internet dengan media sosialnya dan
negatifnya saja.
televisi. Internet dan televisi sebetulnya
Disamping hal tersebut, Kasali
merupakan alternatif sumber belajar.
(2013) dalam sosialisasi kurikulum 2013
Namun, pada kenyataannya, Internet dan
menyampaikan tentang “Tantangan
televisi menggeser peran guru/dosen
Indonesia dalam Abad ke 21”, me-
sebagai penyampai ilmu. Internet dalam
nyatakan ada 6 Pendorong Utama
wadah TIK merupakan sumber yang luas
untuk belajar. Internet memiliki potensi Teknologi Pendidikan harus diper-
hatikan, yaitu:
dan manfaat yang besar jika bisa
1. Mobile Learning, orang berharap
dioptimalkannya dengan baik. Internet
untuk dapat bekerja dan belajar
bisa menjadi sarana menambah ilmu dan
kapan pun dan dimana pun yang
wawasan pengetahuan. Internet juga
mereka inginkan.
menjadi sarana komunikasi yang cepat
2. Cloud Computing, kami meng-
dan murah melalui beragam situs
inginkan informasi agar dapat
jejaring sosial seperti twitter dan
diakses di perangkat manapun.
Facebook. Jika guru/dosen tidak me-
3. Collaborative Learning. Dunia
mutakhirkan dirinya terhadap perkem-
Semakin collaborative, mendorong
bangan TIK, maka mereka bisa tersaingi
perubahan dengan cara proyek
dengan media sosial tersebut.
siswa yang terstruktur.
Milya Sari, Blended Learning, Model Pembelajaran Abad ke-21… 133

4. Mentoring. Karena Informasi nyatakan bahwa lingkungan belajar


dimana-mana, kualitas mentoring untuk tercapainya kompetensi abad 21
yang akan membuat perbedaan. haruslah:
5. Hybrid Learning. Hybrid Learning • Menciptakan latihan pembelajaran,
Models (Tatap muka + Online), dengan dukungan SDM dan
atau blended learning models infrastruktur.
dapat memanfaatkan kemampuan • Memungkinkan pendidik untuk
siswa secara online dimana telah berkolaborasi, berbagi pengalaman
dikembangkan secara independen dan integrasinya di kelas.
dari sistem akademisi • Memungkinkan peserta didik
6. Student Centered, pergeseran dari untuk belajar yang relevan dengan
pendidikan yang berpusat kepada konteks dunia.
guru menjadi berpusat kepada sis- • Mendukung perluasan keterlibatan
wa dan melibatkan mereka dengan komunitas dalam pembelajaran,
menghubungkan kurikulum de- baik langsung maupun online.
ngan kehidupan nyata para siswa.
Sejalan dengan hal ini, Herawati
Selanjutnya Kasali (2013) juga (2011: 4) juga mengemukakan bahwa
menyatakan ada 5 Tantangan Pendidikan pengembangan kompetensi guru abad 21
Tinggi, yaitu: terkait dengan teknologi, pedagogi, dan
1. Model-model pendidikan baru isi pembelajaran yang dibelajarkan atau
yang membawa kompetisi yang Technological, Pedagogical, and
belum pernah terjadi sebelumnya Content Knowledge (TPACK). Guru/do-
dari model-model yang tradisional. sen perlu terus menerus meningkatkan
2. Bentuk baru dalam penerbitan dan pengetahuan dan keterampilannya
penelitian yang belum dipahami membelajarkan siswa dan mahasiswanya
dengan baik oleh pengambil dalam kerangka pikir TPCAK agar dapat
keputusan. membelajarkan siswa dan mahasiswanya
3. Kita Jauh dari melihat literasi secara efektif. Oleh karena itu gu-
media digital sebagai norma yang ru/dosen perlu terus belajar sepanjang
diharapkan untuk profesional hayat agar dapat meningkatkan layanan-
akademik. nya terhadap siswa dan mahasiswa yang
4. Eksperimen dengan aplikasi tekno- dipercayakan kepadanya untuk di-
logi yang inovatif sering dianggap belajarkan.
sebagai peran luar dari seorang Penerapan MBL sangat sesuai
peneliti. untuk menghadapi Tantangan Indonesia
5. Di dalam dunia Open Source, per- dalam Abad ke 21 yang dikemukakan
pustakaan berada di bawah tekanan Kasali dengan 5 tantangan pendidikan
untuk mengembangi cara-cara baru tinggi dan 6 Pendorong Utama Tekno-
untuk mendukung beasiswa. logi dalam Pendidikan. MBL juga
Enam pendorong utama peng- menyiapkan lingkungan belajar untuk
gunaan teknologi pendidikan dan lima tercapainya kompetensi abad 21 seperti
tantangan pendidikan tinggi yang yang dikemukakan OECD dan Menteri
dikemukakan Kasali di atas berkaitan Pendidikan Muhammad Nuh.
dengan 3 literasi, yaitu literasi infor- MBL sangat tepat jika diterapkan
masi, media dan TIK. 3 literasi ini pada lembaga Pendidikan tinggi LPTK.
merupakan bagian dari keterampilan Sejalan dengan Herawati, Bintoro (2014)
abad 21. OECD (2006) dan Menteri Pen- menyatakan LPTK sebagai lembaga
didikan Muhammad Nuh (2013) me- pendidikan tinggi yang mengemban misi
untuk menghasilkan calon pendidik yang
134 Ta’dib, Volume 17, No. 2 (Desember 2014)

unggul di abad 21. Calon pendidik pembelajaran berbasis e-learning untuk


unggul adalah pendidik yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di
melaksanakan tugas pembelajaran dan PTAI.
pendidikan yang ditandai dengan ke- Senada dengan pernyataan
mampuan melaksanakan tugas pembe- Direktur Diktis, Riduan Zain (Berita
lajaran aktif, inovatif, dan menye- Diktis:2014) mengatakan bahwa imple-
nangkan atau active learning in school mentasi e-learning di PT dimaksudkan
(ALIS), harus disiapkan melalui suatu sebagai inovasi pendidikan yang selalu
sistem pendidikan yang bermutu. Proses mengakomodir perubahan sosial, dalam
pendidikan calon pendidik di LPTK hal ini penggunaan IT, bukan hanya IT
harus dirancang dan dikembangkan sebagai teknologi tetapi IT sebagai
berdasarkan prinsip active learning in media pembelajaran e-learning. Kege-
higher education (ALIHE) atau student maran peserta didik pada IT tidak bisa
active learning (SAL). Proses pem- dicegah, tetapi bagaimana pendidik
belajaran diarahkan pada upaya untuk mengakomodir kegemaran tersebut ke
mengaktifkan peserta didik, bukan dalam dalam mata kuliah, sehingga akan
arti fisik melainkan dalam keseluruhan disukai oleh peserta didik.
perilaku belajar. Keaktifan ini dapat Berkaitan dengan penjelasan di
diwujudkan antara lain melalui pem- atas, jelaslah tantangan guru masa depan
berian kesempatan menyatakan gagasan, berkaitan dengan TIK. Seperti yang
mencari informasi dari berbagai sumber dinyatakan oleh Eggen dan Kauchak
dan melaksanakan tugas-tugas yang (2012: 27-28) bahwa standar untuk se-
merupakan aplikasi dari konsep-konsep kolah abad 21 atau abad digital untuk
yang telah dipelajari. guru dan siswa berkaitan dengan pe-
Menghadapi tantangan ini, LPTK nerapan teknologi dalam pembelajaran.
sebagai penghasil calon pendidik/guru Maka, guru/dosen harus bisa memper-
perlu membekali guru dan calon guru siapkan siswanya untuk hidup di abad
untuk terampil menggunakan teknologi digital, salah satunya menggunakan pe-
terutama TIK, karena tantangan guru ngetahuan mereka tentang materi
masa depan berkaitan dengan TIK. Guru pelajaran, pembelajaran dan teknologi
harus mempunyai kemampuan peda- untuk memfasilitasi pengalaman yang
gogi, penguasaan teknologi dan materi dipelajari siswa tingkat lanjut, krea-
dalam proses pembelajarannya. Untuk tivitas, dan inovasi dalam situasi tatap
itu perkuliahan di LPTK perlu mem- muka dan virtual melalui penerapan
biasakan mahasiswanya menggunakan MBL dalam pembelajaran.
TIK. Direktur Diktis, Prof. Dr. Dede
Rosyada (Berita Diktis: 2014) juga
menyatakan bahwa sistem pembelajaran PENUTUP
konvensional (faculty teaching) yang MBL merupakan salah satu isu
selama ini dilakukan kental dengan pendidikan terbaru dalam perkembangan
suasana instruksional dan kurang sesuai globalisasi dan teknologi, yang meng-
dengan dinamika perkembangan iptek gabungkan pembelajaran tradisional
yang sangat pesat. Disamping sistem tatap muka dan pembelajaran online (e-
pembelajaran yang masih konvensional, learning). MBL merupakan salah satu
ternyata lulusan PTAI dirasa masih cara baru untuk meningkatkan proses
kurang memiliki penguasaan penge- belajar dan pembelajaran. Menghadirkan
tahuan dan teknologi terbaru. Untuk pembelajaran sepanjang waktu adalah
menjawab permasalahan tersebut perlu sebuah potensi, peluang dan tantangan
Milya Sari, Blended Learning, Model Pembelajaran Abad ke-21… 135

dalam pembelajaran. Penerapan MBL pada lembaga Pendidikan tinggi LPTK,


sangat sesuai untuk menghadapi karena tantangan pengembangan kom-
tantangan Indonesia dalam Abad ke 21 petensi guru abad 21 terkait dengan
dan menyiapkan lingkungan belajar teknologi, pedagogi, dan isi pem-
untuk tercapainya kompetensi abad 21 belajaran yang dibelajarkan atau
seperti yang dikemukakan OECD dan Technological, Pedagogical, and
Menteri Pendidikan Muhammad Nuh. Content Knowledge (TPACK).
MBL juga sangat tepat jika diterapkan

DAFTAR RUJUKAN
rampilan Berpikir. Edisi 6. Jakarta:
Berita Diktis. 2014. Direktur Diktis
Indeks.
Sorot Elearning untuk Peneing-
katan Kualitas Pembelajaran di Graham, C.R. 2005. Blended Learning
PTAI. http: //diktis.kemenag.go.id. System. Definisi, Current, and
Diakses 2 Juli 2014. Future Directions. dalam The
Hand Book of Blended Learning
Bintoro, Totok. 2014. Pengembangan
Kurikulum LPTK & Kaitannya Herawati. 2011. Blended Learning untuk
dengan KKNI. Makalah di- Menyiapkan Siswa Hidup di Abad
sampaikan pada lokakarya Desain 21. Makalah Seminar Nasional
Kurikulum LPTK Berkelanjutan 2011, Pengembangan Pembelajar-
PPG dengan Mengacu KKI di an berbasis Blended Learning.
Universitas Muhamasiyah Universitas Negeri Malang.
Sirakarta, 10 April 2014. Horn, M. B & Staker, H. 2011. The Rise
Comey. W.L. 2009. Blended Learning of K-12 Blended Learning.
and the Classroom Environment: A Innosight Institute. Public Impact.
Comparative Analysis of Students’ Joyce, B dan Weil, M. 1992. Models Of
Perception of the Classroom Teaching (4th Edition)
Environment across Community Massachusetts: Allyn and Bacon
College Courses Taught in Publisher.
Traditional Face-to-face, Online
and Blended Methods. Kasali, Rhenald. 2013. Tantangan
(Disertation). The Faculty of The Indonesia Dalam Abad ke21
Graduate School of Education and (Mengapa Kita Harus Siap
Human Development of The Berubah?). Disampaikan dalam
George Washington University in sosialisasi kurikulum 2013. Pe-
partial fulfillment of the nyegaran Nara Sumber Pelatihan
requirements for the degree of Guru untuk Implementasi Kuri-
Doctor of Education kulum 2013. Jakarta, 26-28 Juni
2013.
Dewey, J. (1938). Experience and
education. New York: Collier Muhammad Nuh. 2013. Pengembangan
MacMillan. Kurikulum 2013. Disampaikan
dalam sosialisasi kurikulum 2013.
Discoll, M. 2002. Blended Learning: Penyegaran Nara Sumber Pelatih-
Let’s Get Beyond the Hype. an Guru untuk Implementasi
Eggen. Paul., dan Kauchak. Don. 2012. Kurikulum 2013. Jakarta, 26-28
Strategi dan Model Pembelajaran, Juni 2013.
Mengajarkan Konten dan Kete-
136 Ta’dib, Volume 17, No. 2 (Desember 2014)

OECD. 2006. 21st Century Learning Tool For Teaching and Leraning.
Environments. Thailand.
Rusman. 2011. Model-model Pembe- Silberman, Melvin L. 2006. Active
lajaran, Mengembangkan Pro- Learning, 101 cara belajar siswa
fesionalisme Guru. Jakarta: Raja aktif. Bandung: Nusamedia.
Grafindo Perkasa. Sukarno. (...). Blended Learning Sebuah
Rusman, Kurniawan, D., Riyana, C. Alternatif Model Pembelajaran
2011. Pembelajaran Berbasis Mahasiswa Program Sarjana (S-1)
Teknologi Informasi dan Komuni- Kependidikan Bagi Guru Dalam
kasi. Mengembangkan Pro- Jabatan. Program PGSD FKIP
fesionalisme Guru. Jakarta: Raja Universitas Sebelas Maret
Grafindo Perkasa. Surakarta.
Saikaew, K.R. Krutkam, W. Trianto. 2010. Model Pembelajaran
Pattaramanon, R. Leelathakul, N., Terpadu, Konsep, Strategi, dan
Chaipah, K., Chaosakul. (..) Using Implementasinya dalam Kuri-
Facebook As A Supplementary kulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Kajarta: Bina Aksara.

Anda mungkin juga menyukai