(SD)
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun telah mampu
menyelesaikan makalah berjudul “E-Learning pada Pendidikan Jarak Jauh di
Sekolah Dasar (SD)” penyusun yakin tanpa ridha dan izin-Nya tidak mungkin
makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa
dilimpahkan kehadirat Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya dan
umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan
untuk Inovasi Global. Penyusun menyadari bahwa selama penulisan makalah ini
penyusun banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ferril Irham Muzaki S.Pd., M.Pd dan Ibu Dra. Lilik Bintartik, M.Pd
selaku dosen matakuliah yang telah membantu penulis selama menyusun
makalah ini.
2. Rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini.
3. Semua pihak yang tidak bias disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi
informasi banyak membawa dampak positif bagi kemajuan dunia pendidikan
dewasa ini.Pendidikan formal. Informal, dan non formal dapat menikmati
fasilitas teknologi informasi dari yang sederhana sampai kepada yang canggih.
Teknologi komputer dan internet, mulai dari perangkat lunak maupun
perangkat keras memberikan banyak tawaran dan pilihan bagi dunia
pendidikan untuk menunjang proses pembelajaran para peserta didik.
Keunggulan yang ditawarkan bukan saja terletak pada faktor kecepatan untuk
mendapatkan informasi, namun juga fasilitas multi media yang dapat membuat
belajar lebih menarik mellalui visual secara interaktif.Sejalan dengan
perkembangan teknologi internet, banyak kegiatan pembelajaran yang dapat
dilakukan dengan memanfaatka teknologi ini. Cyber atau electronic learning
(E-Learning) pada hakekatnya belajar, atau pembelajaran melalui pemanfaatan
teknologi komputer atau internet. Teknologi belajar seperti itu bisa juga disebut
sebagai belajar atau pembelajaran berbasis Web(web based instruction).
Era globalisasi atau era informasi merupakan suatu keadaan dimana
terjadi proses perubahan antar negara, antar bangsa, antar budaya, tanpa
mengenal batas dan waktu . Pengaruh era globalisasi ini semakin terasa,
teruama dengan semakin banyaknya saluran informasi yang tersedia baik cetak
maupun elektronik, serta pesatnya perkembangan dalam bidang 2 teknologi
komunikasi dan transportasi, ditunjang pula dengan munculnya sistem
informasi satelit dunia, gaya hidup kosmopolitan, pola konsumsi dan
konsumerisme global, event-event olah raga internasional, penyebaran dunia
parawisata, menurunnya kedaulatan negara dan bangsa, pengakuan tentang
terjadinya krisis lingkungan dunia, berkembangnya masalah-masalah kesehatan
berskala dunia, munculnya lembagalembaga politik dunia, munculnya gerakan
politik-politik global, perluasan konsep hakhak azasi manusia. Memasuki abad
ke -21 pendidikan harus mampu mengarahkan peserta didik agar dapat hidup
dalam situasi baru yang muncul dalam diri dan lingkungannya.
1
Dengan kondisi seperti itu diperlukan kemampuan belajar bagaimana
belajar(learning how to learn), kemampuan tersebut dapat dicapai dengan
empat pilar pendidikan yang diajukan UNESCO dan digambarkan sebagai
dasar-dasar dari pendidikan. Pilar tersebut yaitu learning to know, learning to
do, learning to be, learning ti live together.Dengan memperhatikan empat pilar
pendidikan tersebut, dikembangkan kompetensi-kompetensi yang berguna bagi
kehidupan peserta didik dimasa depan, yaitu kompetensi keagamaan, ekonomi,
sosial, pengembangan diri. Format-format pendidikan yang mungkin tersedia
di abad ke-21 yaitu Cyber (E-Learning) yang merupakan belajar atau
pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi komputer dan atau internet,
open/distance learning yaitu model belajar jarak jauh, dimana guru atau pelatih
dan peserta didik tidak berada dalam satu tempat dan waktu yang sama, serta
tidak bertatap muka secara fisik langsung.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari e-learning?
2. Apa saja jenis-jenis e-learning ?
3. Bagaimana fungsi dan manfaat e-learning?
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari e-learning?
5. Bagaimana dimensi penerapan e-learning?
6. Bagaimana penerapan e-learning di Sekolah Dasar ?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan definisi dari e-learning
2. Untuk menjelaskan jenis-jenis e-learning
3. Untuk menjelaskan fungsi dan manfaat e-learning
4. Untuk menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari e-learning
5. Untuk menjelaskan dimensi penerapan e-learning
6. Untuk menjelaskan penerapan e-learning di Sekolah Dasar
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi E-Learning
E-learning tersusun dari dua bagian, yaitu 'e' yang merupakan
singkatan dari 'electronica' dan 'learning' yang berarti 'pembelajaran'.
Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan
perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya, e- learning
menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi
dari ketiganya. Dengan kata lain e-learning adalah pembelajaran yang
dalam pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon,
audio, videotape, transmisi satelite atau komputer.(Tafiardi, 2005)
Sejalan dengan itu, Onno W. Purbo (dalam Amin, 2004) menjelaskan
bahwa istilah "e" dalam e-learning adalah segala teknologi yang
digunakan untuk mendukung usaha- usaha pengajaran lewat teknologi
elektronik internet. Internet, satelit, tape audio/video, tv interaktif, dan
CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan.
Pengajaran boleh disampaikan pada waktu yang sama (synchronously)
ataupun pada waktu yang berbeda (asynchronously).
Secara lebih singkat william Horton mengemukakan bahwa (dalam
Sembel, 2004) e-learning merupakan kegiatan pembelajaran berbasis
web (yang bisa diakses dari internet). Tidak jauh berbeda dengan itu
Brown, 2000 dan Feasey, 2001 (dalam siahaan, 2002) secara sederhana
mengatakan bahwa e-learning merupakan kegiatan pembelajaran yang
memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai metode
penyampaian, interaksi, dan fasilitas yang didukung oleh berbagai
bentuk layanan belajar lainnya.
Sebenarnya materi e-learning tidak harus di distribusikan secara on-
line baik melalui jaringan lokal maupun intemet. Interaksi dengan
menggunakan internetpun bisa dijalankan secara on-line dan real-time
ataupun recara off-line atau archieved. Distribusi secara offline
menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-learning. Dalam hal
ini aplikasi dan materi belajar di kembangkan sesuai kebutuhan dan di
3
distribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajaran dapat
memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat dimana dia berada
(Lukmana,2006).
B. Jenis-jenis E-Learning
Model-model e-learning pembelajan Daring penuh terbagi ke dalam beberapa
jenis. Adapaun jenisnya sebagai berikut :
1. Web-Based Learning
Pembelajaran berbasis Websiate learning dimana proses pembelajaran
dilakukan melalui dalam jaringan dengan memanfaatkan Learning
Management System. Kegiatan ini dilakukan melalui jarak jauh atau
distance learning. Seluruh proses komunikasi antara guru dan peserta didik
dilakukan melalui LMS baik dengan sistem synchronous dan synchronous.
2. Computer-Based Learning
Computer-Based Learning adalah proses pembelajaran dilakukan
menggunakan komputer. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara mandiri
oleh peserta didik dengan masing-masing komputernya. Hal ini sudah sering
dilakukan pada level sekolah menengah untuk praktikum komputer atau
dilakukan oleh kursus-kursus berbasis Komputer.
Tugas dari instruktur adalah membuat pembelajran dalam bentuk
aplikasi atau sistem belajar dalam sebuah CPU dan tugas dari peserta didik
menuntaskan tugas-tugas yang ada dalam aplikasi tersebut. Interaksi
dari Computer-Based Learning hampir tidak ada karena tujuannya sudah
dicantumkan secara lengkap sehingga fasilitas Feed back tidak tersedia.
3. Virtual Education
Virtual education adalah proses pembelajaran yang dilakukan dimana
peserta didik tidak bertemu dengan isntruktur. Instruktur membuat bahan-
bahan ajar dalam bentuk virtual seperti manajemen LMS atau Video
pembelajaran.
Setelah sistem yang dirancang disipakan, peserta didik melakukan
kegiatan pembelajaran dengan instruktur virtual. Hal ini membuat Virtual
Education masuk dalam kategori asynchrounous. Keuntungan dari jenis ini
adalah satu instruktur kemungkinan mengajar banyak kelas sekaligus karena
4
bisa dengan mudah diperbanyak. Kekurangan virtual education adalah feed
back agak sulit dilakukan, karena jiak dilakukan feed Back maka
pembelajran ini masuk dalam kategori Web-Based Learning.
4. Digital Colaboration
Kolaborasi Digital adalah kegiatan pembelajaran yang menggabungkan
banyak kelas yang berbeda instruktur dalam satu kelas. Tugas ini dilakukan
untuk menyelesaikan sebuah proyek yang mungkin saja membutuhkan dua
ahli yang berasal dari isntansi yang berbeda kemudian digabungkan dengan
memanfaatkan tekonologi informasi dan komunikasi.
b. Manfaat E-Learning
E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik
dengan bahan/materi pelajaran. Peserta didik dapat saling berbagi
informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut
pelajaran atau kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Selain
itu, guru dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di
dalam web untuk di akses oleh peserta didik. Sesuai dengan
kebutuhan, guru dapat pula memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-
soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja
dan dalam rentangan waktu tertentu pula (Website Kudos, 2002,
dalam Siahaan).
6
Secara lebih rinci, manfaat e-learning dapat dilihat dari 2
(dua) sudut, yaitu dari sudut peserta didik dan guru :
1) Sudut peserta didik
Dengan kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya
fleksibilitas belajar yang tinggi. Menurut Brown, 2000 (dalam
Siahaan) ini dapat mengatasi siswa yang:
a) Belajar di sekolah-sekolah kecil di daerah-daerah miskin
untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak dapat
diberikan oleh sekolahnya,
b) Mengikuti program pendidikan keluarga di rumah (home
schoolers) untuk mempelajari materi yang tidak dapat
diajarkan oleh orang tuanya, seperti bahasa asing dan
ketrampilan di bidang komputer,
c) Merasa phobia dengan sekolah atau peserta didik yang di
rawat di rumah sakit maupun di rumah, yang putus sekolah
tapi berminat melanjutkan pendidikannya, maupun peserta
didik yang berada di berbagai daerah atau bahkan yang
berada di luar negeri, dan
d) Tidak tertampung di sekolah konvensional untuk
mendapatkan pendidikan.
2) Guru
Menurut soekartawi (dalam Siahaan) beberapa manfaat yang
diperoleh guru adalah bahwa guru dapat :
9
Selain itu e-learning juga memiliki kekurangan, menurut Efendi (dalam
Sumanihuruk, 2019) kekruangan e-learning diantaranya yaitu:
1. Interaksi secara tatap muka yang terjadi antara peserta didik dengan
pengajar minim.
2. Pembelajaran yang dilakukan cenderung pada pelatihan bukan pendidikan.
3. Pengajar dituntut lebih menguasai pembelajaran dengan menggunakan IT.
4. Belum meratanya fasilitas internet yang tersedia di tempat yang bermasalah
dengan listrik , telepon, dan komputer.
E. Dimensi Penerapan E-Learning
Ada beberapa dimensi yang menyangkut penerapan e-learning antara lain
dimensi organisasi, dimensi infrastruktur, dimensi sumberdana, dan dimensi
sumber daya. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing dimensi
tersebut:
1. Dimensi Organisasi
Dimensi organisasi ini berkaitan dengan perubahan organisasi sebagai
konsekuensi yang harus diterima dari adanya inovasi (saat diterapkannya) e-
learning. Memang, beberapa inovasi yang dilakukan dapat saja merupakan
kendala atau dapat mengganggu keberadaan sistem yang ada (Robinson,
2001). Bagi sebagian besar institusi, mengadopsi sistem pembelajaran
menggunakan media elektronik (e-learning) akan berpengaruh terhadap
infrastruktur, prosedur kerja, sumberdaya manusia, dan kultur dari institusi
yang bersangkutan. Sedangkan bagi sebagian kecil institusi perubahan
dimaksud akan sangat tergantung kepada seberapa penting perubahan itu
berpengaruh pada program jangka panjangnya. Selain itu, antisipasi dan
penanganan terhadap dampak perubahan yang mungkin timbul juga sangat
tergantung kepada peran para petinggi atau pimpinan institusi dalam
menerima perubahan itu. Perubahan pola organisasi tanpa mendapat
dukungan ‘senior management’ sudah pasti akan sia-sia Inglis (dalam
Sumanihuruk, 2019)
2. Dimensi Infrastruktur
10
Dimensi infrastruktur ini pada kenyataannya juga meliputi penelitian
dan pemilihan piranti lunak yang menjadi begitu kompleks seiring dengan
cepatnya perkembangan teknologi yang lalu berdampak pada pemilihan
aplikasi yang diperlukan. Namun demikian, pemilihan piranti lunak ini juga
harus mempetimbangkan apakah para pengguna (users) mampu dalam
menggunakan program tersebut atau tidak. Hal ini menjadi pertimbangan
yang sangat penting karena program yang sulit dan tidak user-friedly pasti
akan ditolak atau tidak dilirik oleh para pengguna (users). Hal ini juga
ditegaskan oleh Inglis (dalam Sumanihuruk, 2019) bahwa investasi yang
dilakukan itu haruslah unsur yang substansial dan benar-benar dibutuhkan
sehingga kita menjadi yakin bahwa semua upaya yang dilakukan itu
memang sesuai dengan kebutuhan dan merupakan batu pijakan untuk maju
ke depan.
3. Dimensi Sumberdana
Pengembangan teknologi baru pastilah memerlukan penyediaan dana
yang mencukupi. Menurut Inglis(dalam Sumanihuruk, 2019) penggunaan
biaya yang terbatas dalam membangun pembelajaran online adalah suatu
kesalahan. Demikian pula halnya bila dana yang disediakan terlalu besar. Itu
juga merupakan suatu kesalahan. Jadi jelas bahwa keterbatasan dana sudah
pasti akan menghambat pengembangan e-Learning. Di sisi lain, e-Learning
juga sebenarnya dapat mengurangi dana bagi adanya kebutuhan berbagai
pelatihan yang dilakukan secara tatapmuka yang memerlukan biaya. Hanya
saja, ini dapat dianggap sebagai tantangan dalam perencanaan penggunaan
dana seefektif mungkin. Atas hal ini, Brown (dalam Sumanihuruk, 2019)
menegaskan bahwa tanpa dasar yang kuat dalam membangun (e-learning),
proses ini justru akan menyedot biaya yang besar dan waktu yang lama
daripada yang dibutuhkan dan direncanakan semula. Dalam konteks ini,
Inglis(dalam Sumanihuruk, 2019) mengusulkan bahwa, berdasar aturan
yang berlaku pada komunitas investor, investasi itu harus memperhitungkan
11
kembalinya modal yang diinvestasikan dan juga harus melihat resiko yang
mungkin timbul.
Oleh karenanya, mengikuti aturan tersebut, maka investasi yang
ditanamkan itu sesungguhnya tidak memberikan jaminan dalam
memberikan keuntungan yang tinggi. Ini memang merupakan langkah yang
hati-hati terkait dengan resiko yang mungkin timbul dari proyek yang
digarap. Faktor terpenting adalah bagaimana kita memperoleh keuntungan
dari investasi yang telah ditanamkan. Hanya saja, dalam kasus di mana
pemerintah memberi bantuan dana atas proyek yang kita kerjakan maka cara
terbaik adalah mengelola dana tersebut secara efisien. Jelas bahwa di sini,
peran para pimpinan menjadi begitu penting dalam menyokong penyediaan
dana. Visi, perencanaan, penerapan kebijakan, dan komiten mereka
merupakan asset yang besar dan dukungan yang kuat bagi inovasi yang
dilakukan. Oleh karenanya, perencanaan pembiayaan memegang peranan
penting dan harus menggambarkan secara detil tidak saja mengenai biaya
yang akan digunakan tetapi juga termasuk perkiraan kembalinya dana yang
telah diinvestasikan. Kembalinya modal yang telah diinvestasikan itu dapat
saja berasal dari berbagai sumber pendapatan
4. Dimensi Sumber Daya
Setiap institusi tentu berharap bahwa proyek e-learning yang sedang
dikerjakan akan berhasil dalam melewati masa transisi. Oleh karenanya,
sangatlah penting bagi pimpinan untuk memberikan wewenang dan
tanggungjawab kepada seseorang untuk mengelola (proyek) e-learning itu.
Menurut Inglis(dalam Sumanihuruk, 2019), orang yang diberi wewenang
dan tanggungjawab itu haruslah memiliki kemampuan dalam hal (1)
kepemimpinan, (2) komunikasi interpersonal, (3) pengelolaan waktu secara
efektif, (4) pengelolaan dana secara efisien, (5) perencanaan proyek, (6)
penulisan laporan, dan (7) melakukan evaluasi. Selain itu, ia harus pula
memiliki pemahaman yang baik mengenai berbagai isu kependidikan,
pengetahuan teknis mengenai komputer dan komunikasi, Darmayanti, E-
Learning pada Pendidikan Jarak Jauh 107 serta mampu menggunakan
12
infrastruktur yang dimiliki untuk mewujudkan tujuan (pendidikan) dari
proyek yang direncanakan..
F. Penerapan E-Learning di Sekolah Dasar (SD)
Pembelajaran di sekolah dasar menitikberatkan pada perkembangan
kognitif siswa, kreativitas siswa serta koneksi siswa dalam pembelajaran
berbagai bidang ilmu. Para guru di sekolah dasar dan menengah memiliki
tugas untuk memastikan para siswanya dapat berkembang secara optimal
sesuai dengan yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. Proses pembelajaran pada
sekolah dasar dan menengah juga didesain semenarik mungkin, agar para siswa
yang berpengalaman belajar hingga pada akhirnya dapat menggunakan
pengalaman belajar tersebut dalam memecahkan masalah di Sekitar mereka.
Kreativitas siswa juga merupakan salah satu poin utama agar siswa sekolah
dasar dan menengah dapat belajar bagaimana berpikir kritis, hingga ketika
memasuki tingkat pendidikan tinggi, mereka dapat mengatasi masalah secara
kritis dan menarik solusi tepat Hubalovska(dalam Sumanihuruk, 2019).
Namun, seiring perkembangan teknologi yang semakin cepat, dunia pendidikan
juga secara berjangka melakukan transformasi dalam pendekatan
pembelajaran, khususnya pembelajaran sekolah. Pendekatan manusia ke
manusia masih tetap digunakan agar interaksi antara siswa dan guru tetap
terjalin, keberadaan teknologi juga tidak dapat diabaikan. Keberadaan
teknologi di tengah-tengah transformasi pendidikan menjadikan guru sekolah
melakukan inovasi pembelajaran dengan menggunakan teknologi sebagai salah
satu alat atau media penghubung. Guru maupun siswa belajar dan menemukan
kepercayaan diri dalam menggunakan teknologi pada proses belajar mengajar
di kelas.
Kecenderungan itu juga diperkuat dengan munculnya Revolusi Industri
4.0 yang juga berdampak terhadap dunia pendidikan. Kemunculan Revolusi
Industri 4.0 dalam dunia pendidikan memberikan penganuh positif untuk
mengajak para guru mempersiapkan siswa memasuki dunia a knowledge
society yang akan membutuhkan keberadaan teknologi untuk diintegrasikan
dalam kurikulum pembelajaran Ghavifekr (dalam Sumanihuruk, 2019).
Penerapan teknologi dalam pembelajaran sekolah bertujuan untuk
13
meningkatkan kualitas, aksesbilitas smlan efisiensi biaya dalam melaksanakan
pembelajaran kepada siswa. Salah satu teknologi yang diterapkan dalam proses
pembelajaran sekolah adalah e-learning Ghavifekr (dalam Sumanihuruk,
2019). Hamadin (dalam Sumanihuruk, 2019) dalam penelitiannya yang
dilakukan pada sekolah di Jordania mendapati hasil bahwa pembelajaran
menggunakan e- learning memberikan efek positif bagi para siswa. E-learning
dalam pembelajaran dapat dijadikan komponen terpenting dalam dunia
pendidikan sebagai bagian dari pengembangan pendidikan berbasis teknologi.
Penggunaan e-learning juga direkomendasikan untuk digunakan pada
beberapa sekolah lainnya dengan harapan agar siswa dapat meningkatkan
keterampilan belajar yang tidak hanya diperoleh melalui pembelajaran berbasis
tatap muka (tradisional). Hal senada juga diperoleh oleh Etherington (dalam
Sumanihuruk, 2019) dalam penelitiannya pada siswa sekolah di Australia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa e- learning memungkinkan untuk
diintegrasikan dalam kurikulum dan pembelajaran. Namun, perlu diterapkan
secara hati-hati khususnya pada pembelajaran sekolah, di mana interaksi antara
siswa dan guru masih menjadi hal utama dalam mencapai pengembangan
karakteristik siswa sekolah dasar maupun menengah. Pikiran dan tubuh harus
tetap aktif digunakan dalam proses pembelajaran, yang bertujuan agar siswa
dapat mengembangkan kemampuan berinteraksi sosial kepada sesamanya dan
belajar untuk membangun komunitasnya sendiri. Pada pembelajaran,
khususnya sekolah dasar perlu dilakukan penyesuaian penerapan e-leaming
dalam pembelajaran agar pengembangan karakteristik siswa tetap tercapai.
Solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan melakukan kontrol
terhadap penerapan e-learning dalam pembelajaran, serta membangun
komunikasi kepada orang tua siswa. Penerapan blended learning juga
merupakan salah satu penerapan model pembelajaran berbasis e-learning yang
dapat dijadikan altematif pémbelajaran bagi siswa sekolah dasar. Berdasarkan
pada dua hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa Penerapan e-
learning dalam pembelajaran pembelajaran sekolah untuk diterapkan namun
harus dilakukan kontrol terhadap penggunaanya baik kontrol pada siswa
maupun kontrol pada guru itu sendiri. Faktor negatif pada e-learning juga
14
tidak dapat dihindari, namun kemunculan faktor negatif sebenamya berasal dari
diri siswa dan guru itu sendiri. Penerimaan terhadap perkembangannya
teknologi dalam pembelajaran sekolah dan kesiapan alat serta kemampuan
menggunakan teknologi juga harus diperhatikan. Berdasarkan berbagai hasil
penelitian yang berkaitan tentang penerapan e-learning dalam pembelajaran di
sekolah, menunjukkan bahwa munculnya e-learning sebagai salah satu
pendekatan pembelajaran baru bagi siswa sekolah dasar mengakibatkan
perubahan pola pembelajaran menjadi lebih aktif dan positif. Pengalaman dan
Ingkungan baru menjadikan siswa sekolah lebih kreatif dan kritis dalam
mempelajari materi pelajaran. Perhatian khusus pada proses interkasi,
pengembangan karakter dan adaptasi Siswa ketika menerapkan pembelajaran
e-learning perlu dilakukan, agar tujuan akhir pembelajaran di sekolah dapat
tercapai
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
E-learning tersusun dari dua bagian, yaitu 'e' yang merupakan singkatan
dari 'electronica' dan 'learning' yang berarti 'pembelajaran'. Jadi e-learning
berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat
elektronika. Dengan kata lain e-learning adalah pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio,
videotape, transmisi satelite atau komputer.
Model-model e-learning pembelajan Daring penuh terbagi ke dalam beberapa
jenis. Adapaun jenisnya sebagai berikut :
1. Web-Based Learning
2. Computer-Based Learning
3. Virtual Education
4. Digital Colaboration
Manfaat E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik
dengan bahan/materi pelajaran. Peserta didik dapat saling berbagi
informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut
pelajaran atau kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Selain itu,
guru dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di dalam web untuk di
akses oleh peserta didik.
Penerapan e-learning dalam pembelajaran pembelajaran sekolah untuk
diterapkan namun harus dilakukan kontrol terhadap penggunaanya baik kontrol
pada siswa maupun kontrol pada guru itu sendiri. Faktor negatif pada e-learning
juga tidak dapat dihindari, namun kemunculan faktor negatif sebenamya berasal
dari diri siswa dan guru itu sendiri. Hamadin (dalam Sumanihuruk, 2019) dalam
penelitiannya yang dilakukan pada sekolah di Jordania mendapati hasil bahwa
pembelajaran menggunakan e- learning memberikan efek positif bagi para siswa.
E-learning dalam pembelajaran dapat dijadikan komponen terpenting dalam dunia
pendidikan sebagai bagian dari pengembangan pendidikan berbasis teknologi.
16
DAFTAR RUJUKAN
Darmayanti, Tri. 2007. E-Learning oada Pendidikan Jarak Jauh: Konsep yang
Mengubah Metode Pembelajaran di Perguruan Tinggi di Indonesia. Universitas
Terbuka
Simanihuruk, L., Simarmata, J., Sudirman, A., Hasibuan, M. S., Safitri, M.,
Sulaiman, O. K. & Sahir, S. H. (2019). E-learning: Implementasi, strategi
dan inovasinya. Yayasan Kita Menulis.
17