PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi sangat dirasakan begitu cepat. Berbagai kejadian yang
ada di pelosok dunia dapat kita akses dalam waktu yang sangat singkat. Perkembangan teknologi
informasi tersebut akan berdampak pada dunia pendidikan.Dunia pendidikan harus dapat
mengejar perkembangan tersebut, agar tidak ketinggalan. Berbagai cara telah ditempuh, baik dari
Saat ini teknologi informasi melalui internet lebih banyak digunakan. Semua informasi ada
dan tersedia di internet serta dapat diakses oleh siapa saja dengan mudah, fleksibel, cepat dan
akurat. Pemanfaatan teknologi internet dalam pembelajaran perlu diciptakan sebagai salah satu
inovasi dalam pengunaan media pembelajaran dan sumber belajar. Berbagai bentuk aplikasi dan
fasilitas yang tersedia di internet bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk peningkatan kualitas
dan mutu pembelajaran. Selain itu juga dapat mempermudah kegiatan pembelajaran jika ditinjau
dari aspek penggunaan media. Sejalan dengan itu muncul pembelajaran berbasis computer
(computer based instruction ) dan pembelajaran melalui media elektronik, yang kita kenal
E-learning atau electronic learning merupakan aplikasi teknologi informasi yang berbasis
kepentingan pembelajaran. Sudah banyak sekolah di berbagai negara yang mencoba dan
banyak pihak merasa bahwa teknologi ini masih jauh untuk diterapkan secara optimal dengan
segala keterbatasannya.
B. RUMUSAN MASALAH
2. Apakah yang menjadi kendala dan kemungkinan yang muncul pada penerapan e-learning
Indonesia ?
PEMBAHASAN
Beberapa pandangan yang mengarah pada definsi E-Learning dapat dikemukakan sebagai
berikut:
lagi. Sekolah maupun perguruan tinggi harus menjadikan agenda reformasi pendidikan dan
pembelajaran. Namun di negara kita Indonesia, akan mengalami kendala dalam pelaksanaanya,
karena hal tersebut berkaitan dengan ekuitas dan akses.(Danim, 2003,hal 43). Berkenaan dengan
hal tersebut, maka kendala yang kita rasakan saat ini adalah :
1. Tidak semua sekolah atau perguruan tinggi di Indonesia mempunyai biaya yang cukup
pemeliharaannya. Hal ini diperparah dengan adanya otonomi daerah, dimana anggaran
pendidikan tergantung pada pendapatan daerah, sehingga fasilitas pendidikan di Indonesia tidak
2. Tidak semua pebelajar memiliki daya bayar. Kemiskinan pebelajar merupakan kendala utama.
Masih banyak penduduk Indonesia berada pada garis kemiskinan. Untuk pembelajaran elearning,
memerlukan computer dan akses internet. Ini akan menjadi mahal bagi penduduk yang belum
3. Belum semua daerah mampu menyediakan pangkalan untuk mengakses internet. Hal ini
berkaitan dengan kondisi geografis Indonesia, yang terdiri dari beribu-ribu pulau serta
banyaknya pengunungan. Kondisi ini menjadikan daerah di Indonesia terbagi menjadi daerah
maju, daerah tertinggal serta daerah terpencil. Daerah tertinggal dan daerah terpencil, rata-rata
4. Infrastruktur listrik yang belum memadai. Masih adanya daerah belum dialiri listrik. Hal ini
menjadi kendala dalam pembelajaran elearning. Kalaupun ada, saat ini ada istilah “ pemadaman
bergilir”. Suatu hari, ada bantuan pemerintah pusat untuk daerah terpencil. Bantuan itu berupa
satu set personal computer. Sepertinya pemerintah pusat tidak memperhatikan infrastrukturyang
menunjang pengoperasian computer di daerah tersebut. Memang didaerah tersebut belum ada
aliran listrik. Komputer yang dikirimkan akhirnya menjadi barang pajangan bagi sekolah.
(pengalaman pribadi)
5. Kultur tatap muka dalam proses pembelajaran masih dominan. Ini dipicu oleh kebiasaan
dalam menerima informasi dalam bentuk lisan. Masyarakat kita belum terbiasa dengan bahasa
tulis. Merasa kurang pas, jika belum ketemu dengan gurunya sebagai nara sumber. Gejala ini
dapat kita lihat pada kegiatan ceramah pengajian. Masyarakat mau berbondong-bondong
mendengarkan pengajian, dalam hal ini konteksnya adalah belajar. Pada hal materi pengajian
6. Belum terbentuknya budaya belajar mandiri di kalangan pebelajar. Siswa bahkan
mahasiswa masih kergantungan dengan guru atau dosen dalam pembelajaran. Ini terbukti, jika
dosen tidak datang, mereka lebih memilih ngobrol, pulang atau nongrong, bukan berdiskusi atau
belajar sendiri. Jadi siswa atau mahasiswa kita masih jauh dari sosok menjadi manusia
7. E-learning belum menjadi kebutuhan bagi siswa dan mahasiswa sebagai sumber belajar.
Sistem pendidikan kita belum menciptakan atau mengkondisikan siswa ataumahasiswa untuk
selalu mengakses materi atau informasi lewat internet. Diktat dan buku wajib masih
mendominasi sumber belajar, terutama di daerah-daerah. Internet digunakan masih pada taraf
pemenuhan kebutuhan akan hiburan dan tukar informasi. Ini dapat kita lihat dari beberapa
8. E-Learning belum menjadi kebutuhan guru dalam memperkaya sumber belajar siswanya.
Masih ada guru merasa sangat penting dan harus menyampaikan sendiri materi pelajaran pada
siswanya. Gejala ini pada umumnya terjadi pada guru yang sudah lama (senior) dalam mengajar.
9. Sangat sedikit tenaga ahli jaringan dan disain computer yang berminat pada pendidikan.
Dalam diskusi penulis dengan beberapa alumni teknik informastika ITB, mengatakan bahwa
pada saat ini tenaga ahli informatika lebih banyak berkiprah di dunia bisnis dari pada pendidikan.
Ini akibat dari pola pendekatan yang digunakan sangat berbeda antara dunia bisnis dengan
pendidikan. Dunia bisnis lebih menghargai prestasi dan profesi seseorang. Mereka lebih diberi
pendidikan di negara kita. Kebijakan pendidikan kita sangat lambat dalam mengantisipasi
perkembangan teknologi. Pengambilan keputusan yang bersifat top-down, serta prosedur yang
berbelit-belit, sehingga untuk melakukan inovasi harus melewati mata rantai yang cukup
panjang.
10. Belum terciptanya pendidikan berbasis masyarakat di negara kita. Pendidikan di negara kita
masih berbasis sekolah (formal). Sekolah masih memangang peran tunggal dalam mengemban
pendidikan. Sumber belajar masih terpusat di sekolah. E-learning yang didesain masih melayani
kebutuhan siswa di sekolah, belum melayani kebutuhan masyarakat pada umumnya, Hal ini
dikarenakan masyarakat kita belum banyak yang mempunyai komitmen untuk belajar sepanjang
hayat (life long education). Paradigma masyarakat kita terhadap konsep belajar masih berada
pada :
a. Guru adalah orang tempat menuntut ilmu. Belajar tanpa guru, belum dianggap belajar.
b. Sekolah, madrasah, pesantren adalah tempat belajar yang dianggap sah dan sakral
c. Ijazah adalah akhir dari kegiatan belajar. Belajar adalah untuk mencari ilmu yang ditandai dengan
pembelajar.Ada beberapa kemungkinan yang muncul, jika e-learning di pakai sebagai sumber
a. Proses pembelajaran lebih menekankan pada kapasitas teknologinya dari pada aspek
paedagogisnya.
b. Lebih memikirkan prestasi yang dicapai melalui hard ware dan soft ware, ketimbang prestasi
c. Lebih mementingkan kualitas teknologi yang dipakai dari pada kualitas dan proses belajar siswa (
d. Konsentrasi guru lebih banyak pada konten materi dari pada proses belajar yang dialami siswa.
e. Rancangan e-learning lebih mengutamakan disain tampilan dari pada konten materi yang harus
dikuasi siswa.
Kendala seperti dipaparkan diatas harus kita carikan solusinya, agar pendidikan di Indonesia
tidak jauh ketinggalan dari negara lainnya. Solusi yang saya tawarkan di sini mengacu pada
1. Pebelajar. Pebelajar ( siswa atau mahasiswa) harus memiliki self effiicacy yaitu kekuatan dari
dalam diri untuk belajar secara mandiri. Memiliki kebebasan dalam memilih sumber balajar serta
cara belajarnya. Ini akan dapat dicapai apabila siswa memilki kebiasaan belajar dengan baik.
Mulai dari pendidikan dasar, kebiasaan siswa dalam mengakses informasi sudah perlu dilatihkan,
2. Guru, harus memiliki komitmen bahwa siswa belajar tidak harus bersama dia (guru), melainkan
dapat dilaksanakan dimana-mana dan dari berbagai sumber belajar. Guru berfungsi sebagai
perkembangan zaman. Pemerintah mempersiapkan sumber belajar yang dapat diakses masyrakat
dari mana saja. Hal ini tentu tidak mudah, tetapi ini merupakan sebuah konsekwensi di zaman
teknologi informasi yang sedang kita hadapi, dimana kita harus dapat mengejar setiap
perkembangannya.
4. Masyarakat (kalangan pebisnis) dapat menjadi mitra pendidikan agar percepatan dalam dunia
bisnis juga dapat diseimbangkan dalam dunia pendidikan. Dukungan masyarakat untuk
6. Keluarga. Orang tua sebaiknya dapat menciptakan budaya belajar di rumah untuk semua anggota
keluarga. Dalam keluarga ada waktu dan ruangan tempat anak untuk mengakses sumber belajar.
7. Pembelajaran e-learning akanlebih efektif dirancang untuk jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, seperti untuk pebelajar usia SMA dan perguruan tinggi (diatas usia 17 tahun), karena
pembelajaran e-learning menuntut pesertanya dapat belajar secara mandiri dan dapat memahami
Interaksi merupakan bagian yang terpenting dalam pembelajaran. Pada proses pembelajaran
berlangsung, terjadi interaksi antara pebelajar dengan sumber belajar yang lebih rumit dan
kompleks, karena proses interaksi harus dikaitkan dengan tujuan, materi, metoda, strategi dan
evaluasi pembelajaran. Implentasi pemanfaatan e-learning dapat dibedakan menjadi dua yakni :
a. E-learning digunakan sepenuhnya untuk pembelajaran. E-learning dimanfaatkan untuk
mengantikan pembelajaran konvensianal (tatap muka). Pebelajar belajar dengan cara mandiri.
Pebelajar dapat menentukan tujuan, metoda dan memilih materi yang ia inginkan. Interaksi
pembelajaran terjadi antara pebelajar dengan sumber belajar yang dipilihnya. E-learning dibuat
sesuai dengan kebutuhan dan karakter pebelajar. Guru atau instruktur berperan sebagai
b. E-learning dikembangkan dan didesain agar tidak sepenuhnya mengantikan pembelajaran
dijadikan sebagai suplemen dari pembelajaran konvensional ( tatap muka ), seperti untuk
learning merupakan salah satu upaya agar tujuan pembelajaran lebih efektif dan efesien. Dalam
hal ini, guru sebagai pengendali kegiatan pembelajaran, harus dapat mendisain dan
terjadi antara pebelajar dengan guru, e-learning adalah sebagai alat atau media pembelajaran.
keberadaan dan kesinambunganya. Hal ini harus mendapat perhatian yang serius dari ilmuan
teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan mempunyai potensi yang cukup besar dalam
Memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembanga sesuai dengan kemapuannya.
f. Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas, menembus ruang dan waktu :
1. Bagi siswa. Pembelajaran e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibelitas belajar siswa
yang optimal. Siswa dapat mengakses berbagai bentuk materi pelajaran setiap saat dan berulang-
ulang. Siswa belajar sesuai dengan gaya dan kemapuan belajarnya. Percepatan belajar siswa
dapat dikuti sesuai dengan kemapuannya, tidak harus menunggu temannya sekelas.
2. Bagi guru. Bahan atau materi dapat di up date setiap saat, sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan. Guru tidak lagi sepenuhnya menjadi nara sumber dalam belajar, sehingga tugas
guru lebih diringankan. Guru lebih banyak konsentrasi pada perkembangan kemajuan belajar
siswa.
3. Bagi sekolah. Efektivitas dan efeseinsi pembelajaran secara keseluruhan akan meningkat.
terbentuknya kerjasama antar guru dan antar guru dan siswa. (Wena,2011, hal 214)
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa teknologi pendidikan sangat besar
teknologi pendidikan yang mutakhir yakni tahun 2004, teknologi pendidikan adalah studi dan
praktek yang etis dalam memberi kemudahan belajar dan perbaikan kinerja melalui kreasi,
penggunaan dan pengelolaan proses dan sumber teknologi yang tepat. Dalam konsep
teknologi pembelajaran juga ditegaskan bahwa siswa atau pebelajar adalah subyek yang aktif
dalam belajar. Dengan demikian teknologi pendidikan harus dapat mempengaruhi siswa untuk
Mengatasinya.
frekuensi kontak secara langsung antar sesama siswa untuk bersosialisasi dengan nara sumber
sangat minim, serta sosialisasi antar siswa juga sangat terbatas.(Wena, 2011, hal 214).
Kelemahan diatas tidak dapat kita jadikan alasan agar pembelajaran e-learning
dihentikan.Teknolog pendidikan harus dapat mencarikan solusinya, sesuai dengan perannya
yakni mengatasi masalah dalam belajar. Sebenarnya dalam teknologi informasi ada beberapa
a. Chat, merupakan media komunikasi langsung antar siswa dalam bentuk teks. Salah satu program
yang dipakai untuk chat adalah IRC (internet Relay Chat), mailink list, dan whatsApp.
b. Aplication sharing, yakni menggunakan aplikasi khusus, sehingga memungkin sekelompok siswa
bisa berkolaborasi secara langsung pada suatu dokumen kerja dengan melakukan editing secara
terjadinya komunikasi antar siswa. Skypy merupakan salah satu contoh yang sudah banyak
dipakai orang.
Selain itu, pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran e-learning adalah kerja kelompok,
pada terbagunnya interaksi sesama siswa maupun interaksi siswa dengan lingkungannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil diskusi diatas dapat disimpulkaa bahwa pembelajaran e-learning tidak dapat kita
pembelajaran e-learning tetap eksis di dunia pendidikan. Segala kendala yang ditemui dilapangan
akan menjadi bahan kajian bagi para ilmuan teknologi pendidkan. Semoga kehadiran
pembelajaran e-learning lebih dapat dirasakan masyarakat dan pemerintah senantiasa
mempunyai komitmen dalam memajukan pendidikan di negara yang kita cintai ini.
Schrum, Lynne (2012) Teknologi Pendidikan bagi Para Pemimpin Sekolah, Jakarta, Indeks
Uno, Hamzah B, (2011) Teknologi Komunikasi & Informasi Pembelajaran, Jakarta, Bumi Aksara.
Wena, Made, (2011) Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta, Bumi Aksar