Anda di halaman 1dari 5

Pembelajaran Jarak Jauh Dalam Pendidikan Jasmani

Penerapan Distance Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Oleh: MUH. TAUFIQURRAKHMAN MUHAMMAD CHAIRAD NI PUTU DWI SUCITADARTINI NI PUTU NITA WIJAYANTI SAHRUL SAMPARADJA A. Hakekat Belajar Jarak Jauh (Distance Learning) Greenberg (1998) mendefinisikan Belajar jarak jauh sebagai "sebuah rencana pengajaran/pengalaman belajar yang menggunakan spektrum yang luas dari teknologi untuk menjangkau peserta didik di kejauhan dan dirancang untuk mendorong interaksi peserta didik belajar dan sertifikasi.[1] Ada banyak definisi yang menjelaskan konsep pendidikan jarak jauh. Salah satu diantaranya adalah definisi terbaru (2006) menurut Simonson, Smaldino, Albright & Zvacek. Mereka mendefinisikan pendidikan jarak jauh yaitu distance education is defined as institution-based formal education where the learning group is separated, and where interactive telecommunications systems are used to connect learners, resources, and instructors. Definisi di atas menunjukkan bahwa pendidikan jarak jauh memilki ciri sebagai berikut: a. adanya lembaga formal yang menyelenggarakan program penididkan. b. kelompok peserta belajar terpisah dengan pengajar (isntruktur, tutor, dosen, guru, widyaiswara. c. Digunakannya sistem telekomunikasi untuk menghubungkan peserta belajar, sumbersumber belajar, dan pengajar. Arti sebenarnya dari Belajar Jarak jauh (BJJ) adalah antara siswa dan penyaji materi terpisah oleh jarak, sehingga perlu ada upaya tertentu untuk mengatasinya. Bagi Malone (1997), BJJ berlangsung ketika antara penyaji dan peserta didik terpisah karena 7216100104 7216100107 7216100109 7216100110 7216100122

jarak dan peserta didik mempelajari materi ajar yang sudah dirancang khusus untuk itu. [2] Malone menyatakan bahwa BJJ sudah berevolusi, diantaranya adalah: 1. Generasi pertama BJJ adalah correspondence learning. Konsep mengenai pendidikan jarak jauh sendiri telah ada sejak tahun 1900-an dengan istilah sekolah korespondensi atau pendidikan korespondensi. Pada pendidikan korespendensi, Siswa yang berminat melalukan proses belajar dengan melakukan surat-menyurat dengan guru atau lembaga pendidikan yang menyelenggarakannya. Guru dan lembaga pendidikan bersifat sebagai fasilitator dan siswa dituntut untuk bisa belajar mandiri. Materi pelajaran dan ujian dikirimkan memalaui pos/surat. Pendidikan ini adalah alternatif bagi para siswa yang tidak mempunyai kesempatan untuk mengikuti pendidikan tatap muka secara klasik di kelas. 2. Generasi kedua BJJ ditandai dengan penggunaan media audiovisual dan program pelatihan berasas komputer (computer based training or CBT), berikut program tutorial terjadwal. 3. Generasi ketiga BJJ sudah menggunakan jasa telekomunikasi . sudah tentu produk teknologi canggih seperti mesin faks, teleconference (melalui satelit), atau email sudah digunakan. Mengatasi masalah komunikasi belajar seperti delayed feedback merupakan alasan penggunaan jasa telekomunikasi. Akhir-akhir ini, semakin jelas terlihat penggunaan jasa satelit mendorong pengembangan model e-learning. Sistem belajar jarak jauh sendiri menuntut kemandirian dari para peserta didiknya. Kemandirian bukan berarti siswa belajar menyendiri tetapi kemandirian disini merujuk pada bagaimana siswa dapat merencanakan program pendidikannya, mengatur proses belajar, memanfaatkan beragam sumber belajar (termasuk referensi dari teman sesama siswa), serta mengevaluasi hasil belajar dan mengambil tindak lanjut yang diperlukan sesuai hasil evaluasi. Tanpa kemandirian, sangat sulit bagi siswa pada sistem belajar jarak jauh untuk menyelesaikan studi tepat waktu. Meskipun sistem pendidikan jarak jauh mensyaratkan kemandirian siswa yang tidak mudah untuk dipenuhi, sistem ini memiliki beberapa karakteristik yang menguntungkan dibandingkan dengan pendidikan tatap muka, sebagai berikut:
1.

Fleksibel. Siswa pada sistem belajar jarak jauh dapat belajar tanpa pembatasan usia, tanpa meninggalkan rutinitas pekerjaan dan terikat waktu belajar secara kelembagaan.

2.

Efesiensi biaya pendidikan. Biaya pendidikan relatif lebih murah dibandingkan dengan pendidikan tatap muka. Bahan ajar yang dirancang untuk belajar mandiri. Siswa memperoleh kemudahan dalam mempelajari materi setiap mata kuliah karena bahan ajar disajikan dalam format yang dikembangkan khusus untuk dapat dipelajari secara mandiri.

3.

4.

Dukungan suplemen dari media pembelajaran lainnya. Setiap bahan ajar pada umumnya dilengkapi dengan video dan audio serta dilengkapi akses jaringan internet untuk bantuan belajar.

B. Kendala-kendala Distance Learning Tidak diragukan lagi belajar jarak jauh (distance learning) merupakan alternatif pendidikan yang memiliki prospek yang baik dalam perkembangan di masa yang akan datang. Apalagi bila mengingat kondisi Indonesia yang memiliki banyak pulau yang tersebar maka peluang terselenggaranya distance learning semakin terbuka lebar. Namun masih banyak kendala yang dihadapi dalam menerapkan program belajar jarak jauh ini. Kendala-kendala tersebut terutama berkaitan dengan penggunaan internet baik dari segi fasilitas maupun ketersediaan sumber daya manusia dan sumber informasi. Beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu : 1. Rendahnya konsistensi peserta didik. Rendahnya pengawasan dan tingkat kemandirian peserta didik dapat menyebabkan konsistensi peserta didik mengikuti pembelajaran juga rendah. Akibatnya banyak peserta didik yang tidak meneruskan mengikuti program Distance Learning. 2. Infrastruktur jaringan internet masih kurang atau akses internet sulit diperoleh. Jaringan telepon masih belum tersedia di berbagai tempat di Indonesia untuk mengakses internet, terutama di daerah-daerah terpencil. 3. Kurangnya penguasaan Bahasa Inggris. Bahasa Inggris masih mendominasi internet termasuk informasi-informasi pendidikan. Kondisi ini menjadi penghambat akses informasi melalui internet karena masyarakat Indonesia banyak yang memiliki keterbatasan dalam menguasai bahasa Inggris 4. Tenaga kependidikan belum siap. Untuk mengoperasikan komputer diperlukan keterampilan menggunakan komputer. Saat ini banyak tenaga kependidikan yang

belum mahir mengoperasikan komputer sehingga sangat sulit untuk menggunakan layanan internet. 5. Masyarakat masih belum bisa menerima sepenuhnya hal-hal baru secara langsung dan kurangnya dukungan pemerintah. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas maka diperlukan langkahlangkah strategis untuk mengatasinya, diantaranya: 1. Peningkatan penyebaran jaringan dan fasilitas internet yang memadai oleh serverserver dan penyedia layanan internet; 2. Memberikan semacam sosialisasi bahwa penggunaan internet itu tidak mahal, tergantung kepentingan kita. Bandingkan dengan biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk pengembangan fisik pendidikan (buku-buku, alat-alat, dan gedung sekolah); 3. 4. Pemberian pengetahuan dan bimbingan kepada tenaga pendidik agar bisa mengoperasikan internet dan meningkatkan kualitas pembelajaran; Perlu dipikirkan akses ke Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah. Penggunaan Internet devices lain seperti Internet TV diharapkan dapat menolong; 5. Tempat akses Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui fasilitas di kampus, sekolah, dan bahkan melalui warung Internet; 6. Isi atau content yang berbahasa Indonesia masih langka. Untuk itu perlu kita upayakan kegiatan-kegiatan atau inisiatif untuk memperkaya materi yang ditujukan kepada masyarakat Indonesia. Proses ini harus dilakukan secara sadar dan proaktif; 7. Memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa suatu hal tidak akan menjadi berkualitas apabila kita tidak melakukan pembaharuan/inovasi terlebih dahulu. Juga perlu diberi kesadaran tentang pentingnya belajar di mana saja walaupun tidak berada di kelas; C. Penerapan Distance Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Perkembangan yang paling mutakhir pada peran TIK dalam pembelajaran jarak jauh adalah berkembangnya apa yang disebut cyber teaching atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin popuper saat ini ialah e-learning, on line learning, blenden learning, mobile

learning, dan lain sebagainya. Kita sadari bersama dengan kemajuan TIK sekarang ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan di segala bidang, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Peran TIK adalah sebagai sumber belajar dan sebagai media penyampaian pesan. Dalam pembelajaran jarak jauh siswa tidak lagi harus bertatap muka dengan gurunya, sebab semua dapat dilakukan di tempat siswa masing-masing, dimanapun dan kapan saja. Tatap muka tetap dilakukan namun proporsinya tidak terlalu besar, hanya dilakukan beberapa kali saja. Ada beberapa hal yang dapat dimanfaatkan dari TIK dalam pembelajaran penjas pada pembelajaran jarak jauh, diantaranya: 1. Pemanfaatan e-learning, seperti internet, CD Pembelajaran, video rekaman, serta teleconference sebagai media pembelajaran dalam menyampaikan materi pembelajaran penjas oleh guru kepada murid akan sangat dipergunakan dalam pendidikan jarak jauh ini. Disini tentu siswa dituntut untuk bisa dan mampu belajar mandiri, dan jika ada materi yang kurang dimengerti, siswa dapat secara mandiri mencari pemecahan masalahnya (problem solving), maupun akhirnya dapat disampaikan pada pertemuan tatap muka yang dilaksanakan hanya beberapa kali saja. 2. Sebagaimana diketahui bahwa penjas lebih banyak melibatkan psikomotor dalam proses pembelajarannya, maka video rekaman akan menjadi evaluasi belajar seorang siswa dalam menguasai materi belajar. Video tersebut kemudian dikirim kepada guru melalui email, dan guru akan dengan lebih detail dalam menilai gerakan siswanya tersebut. Feedback dapat langsung dilakukan melalui email juga maupun diberikan saat tatap muka berlangsung. Proses pembelajaran jarak jauh dalam penjas akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih bagaimana menginterpretasi konsep atau teori yang diberikan oleh guru atau sumber internet misalnya kedalam sebuah gerakan, sehingga akan membantu proses pengembangan kinesthetic intelegence nya.
[1]Nana,

Pendidikan Jarak Jauh (Distance Learning), 2010. <http://catatannana.blogspot.com/2010/12/pendidikan-jarak-jauh-distance-learning.html> diakses tanggal 29 Januari 2011. [2]Dewi Salma, dan Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), p.4

Anda mungkin juga menyukai