Anda di halaman 1dari 11

Moh.

Sutomo

E-LEARNING SEBAGAI ALTERNATIF MODEL


PEMBELAJARAN
DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU DI PERGURUAN
TINGGI

Oleh : Moh. Sutomo1

ABSTRAK

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi (IT= Information


Teknology) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan
mekanisme belajar mengajar berbasis IT menjadi tak terelakkan lagi.
Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-learning ini
membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan
konvensional ke pendidikan modern dalam bentuk digital, baik
secara isi (content) dan sistemnya. Saat ini konsep e-learning sudah
banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya
implementasi e-learning di lembaga pendidikan (sekolah, training dan
universitas) maupun industry (Cisco, IBM, Oracle, dsb). E-
learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik.
Dengan demikian, e-Learning menjadi salah satu alternatif
pembelajaran karena keunggulan yang dimilikinya. Sayangnya,
meskipun disadari e-learning dapat membantu mempercepat proses
pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan, pemanfaatannya
belum populer di sekolah-sekolah bahkan di perguruan tinggi di
Indonesia.

Key Word: E-Learning, Model Pembelajaran, Mutu Pendidikan

Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi (Information Teknology=IT) yang
sangat pesat membawa dampak yang begitu besar bagi pola hubungan
antar individu, antar komunitas, bahkan antar negara atau bangsa.2
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi ini telah mengubah

1 Penulis adalah Guru SMPN 2 Yosowilangun dan Dosen Tetap STAI Bustanul Ulum
Yosowilangun Lumajang
2 Wahid, Fathul. 2007, Teknologi Informasi di Perguruan Tinggi:Peluang dan
Tantangan(online), (www.geocities.com diakses tanggal 18 April 2012)

149
JURNAL FALASIFA. Vol.3 , No. 1 Maret 2012

pemikiran baru di masyarakat, peran ilmu pengetahuan sangatlah menonjol


yang menuntut sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan
keterampilan yang tinggi dalam mengikuti perkembangan teknologi dan
informasi. Sehingga tidak terjadi ketimpangan antara perkembangan ilmu
pengetahuan yang didukung perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dengan kemampuan Sumber Daya Manusia yang ada.
Perkembangan teknologi informasi saat ini, terutama internet, telah
mampu menghadirkan ruang-ruang interaksi virtual serta menyediakan
informasi/resources dalam jumlah yang melimpah yang bisa diakses secara
cepat. Oleh karena batasan ruang dan waktu dalam proses belajar semakin
terbuka bahkan dirasa semakin menghilang secara perlahan-lahan. Dengan
demikian berbagai aktivitas keseharian termasuk di dalamnya aktivitas
pendidikan sebenarnya bisa dilakukan dengan lebih mudah, murah, efisien,
serta demokratis. Jika pada masa lalu sumber pengetahuan terpusat pada
institusi-institusi pendidikan formal maka saat ini sumber pengetahuan
tersebar di berbagai lokasi yang melintasi batas-batas institusi, geografis
maupun negara.3
Konsep yang kemudian terkenal dalam dunia pendidikan, dengan
sebutan e-learning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi
pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (contents)
dan sistemnya. Saat ini konsep e-learning sudah banyak diterima oleh
masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi e-learning
khususnya di lembaga pendidikan (sekolah, training dan perguruan tinggi).
Beberapa perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran
elektronik sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang
disajikan secara reguler di kelas. Namun, beberapa perguruan tinggi
lainnya menyelenggarakan e-learning sebagai alternatif bagi mahasiswa
yang karena satu dan lain hal berhalangan mengikuti perkuliahan secara
tatap muka. Dalam kaitan ini, e-learning berfungsi sebagai option (pilihan)
bagi mahasiswa.
Kecenderungan untuk mengembangkan e-learning sebagai salah
satu alternatif pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan
semakin meningkat sejalan dengan perkembangan di bidang teknologi
komunikasi dan informasi. Infrastruktur di bidang telekomunikasi yang
menunjang penyelenggaraan e-learning tidak lagi hanya menjadi monopoli
kota-kota besar, tetapi secara bertahap sudah mulai dapat dinikmati oleh

3 Wahono. 2008, Meluruskan Salah Kaprah tentang e-learning (online),


(h@p://romisatriawahono.net/2008/01/23/meluruskan-salah-kaprah-tentang-e-
learning/diakses tanggal 19 Maret 2012).

150
Moh. Sutomo

mereka yang berada di kota-kota di tingkat kabupaten bahkan di daerah


pedesaan. Hal ini seiring dengan berkembangnya program pemerintah di
bidang teknologi komuniksi serta semakin meluasnya jaringan internet
yang dapat di akses hingga di seluruh pelosok pedesaan. Bahkan
perkembangan internet yang dapat diakses dengan menggunakan telepon
genggam (HP).
Pemanfaatan teknologi telekomunikasi untuk kegiatan
pembelajaran di perguruan tinggi di Indonesia semakin kondusif dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Departemen Pendidikan Nasional
(SK Mendiknas) tahun 2001 yang mendorong perguruan tinggi
konvensional untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh (dual mode).
Dengan iklim yang kondusif ini, beberapa perguruan tinggi telah
melakukan berbagai persiapan, seperti penugasan para dosen untuk:
1. Mengikuti pelatihan tentang pengembangan bahan belajar elektronik,
2. Mengidentifikasi berbagai platform pembelajaran elektronik yang
tersedia, dan,
3. Melakukan eksperimen tentang penggunaan platform pembelajaran
elektronik tertentu untuk menyajikan materi perkuliahan.
Dengan demikian seharusnya guru atau dosen tidak lagi
memposisikan diri sebagai pemegang otoritas pengetahuan namun lebih
sebagai mediator yang berperan untuk memfasilitasi berlangsungnya
proses belajar yang lebih partisipatif. Konsekuensi dari hal ini adalah
selayaknya paradigma yang digunakan bukan lagi menekankan pada
aspek teaching(mengajar) namun lebih menitikberatkan pada
proses learning (belajar). 4

Dalam kondisi demikian sangat mungkin kualitas seorang siswa


/mahassiswa lebih baik dari kepandaian seorang guru/dosen. Proses yang
lebih menekankan pada learning telah menempatkan guru/dosen dan
siswa/mahasiswa sebagai ‘mitra’ dalam belajar. Guru/dosen telah
menempatkan diri sebagai fasilitator dalam belajar dari siswa/mahasiswa,
dan tidak berhak lagi untuk memaksakan pendapatnya. Sebaliknya siswa
telah menempatkan dirinya sebagai aktor pembelajar aktif yang memahami
kebutuhan dirinya dan mengupayakan pencapaian pemahaman akan
pengetahuan secara mandiri. Untuk menuju kesana, maka
siswa/mahasiswa bisa mengoptimalkan web, homepage, search engine dan
fasilitas-fasilitas lain yang tersedia saat ini, seperti di banyak perguruan
tinggi atau kampus-kampus yang sudah memiliki fasilitas e-learning, digital
library dan lain sebagainya.

4 Syahrul, Aini dan Saleh., 2004, Teknologi Informasi dan Pendidikan (online,
(http://educare.e-fkipunla.net, diakses tanggal 20 Maret 2012)

151
JURNAL FALASIFA. Vol.3 , No. 1 Maret 2012

Pengertian dan Manfaat E-Learning


Pembelajaran elektronik atau e-learning telah dimulai pada tahun
1970-an 5 . Berbagai istilah digunakan untuk mengemukakan
pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain adalah: on-
line learning, internet-enabled learning, virtual learning, atau web-based learning
dan sebagainya.
E-Learning merupakan suatu teknologi informasi yang di
implementasikan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam sumber
pembelajaran. Oleh karena itu E-Learning merupakan sesuatu yang relatif
baru di Indonesia. E-learning terdiri dari dua bagian, yaitu e- yang
merupakan singkatan dari elektronika dan learning yang berarti
pembelajaran. Jadi e-Learning berarti pembelajaran dengan menggunakan
jasa/bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer.
Karena itu, maka e-Learning sering disebut pula dengan on-line course. E-
Learning adalah pembelajaran melalui jasa elektronik. Kini, e-Learning
menjadi salah satu alternatif pembelajaran karena keunggulan yang
dimilikinya. Sayangnya, meskipun disadari e-learning dapat membantu
mempercepat proses pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan,
pemanfaatannya belum populer di sekolah-sekolah bahkan di perguruan
tinggi di Indonesia.6
Electronic learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara
untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun
di negara yang sedang berkembang. Banyak orang menggunakan istilah
yang berbeda-beda dengan e-learning, namun pada prinsipnya e-learning
adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat
bantunya. E-learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran
yang yang relatif baru di Indonesia.
Sebelum lebih lanjut membahas mengenai apakah memang e-
learning itu penting untuk proses pembelajaran pada lingkungan sekolah,
ada baiknya kita fahami defenisi mengenai e-learning itu sendiri agar kita
tidak bias dalam memahaminya. Terdapat banyak ahli yang memberikan
interpretasi mengenai e-learning itu sendiri, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. E-learning (electronic learning) adalah pembelajaran baik secara formal
maupun informal yang dilakukan melalui media elektronik, seperti

5 Sembel, Roy. 2004, Yang Perlu Anda Tahu Tentang E-Learning (Online),
(h@p://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2004/0217/man01.html, di akses
tanggal 23 Maret 2012)

6 h@p:/ media.diknas.go.id/media/document/5084.pdf, dalam Peran Pendidik Dalam


Proses Belajar Mengajar Melalui Pengembangan e-Learning, oleh Ahmad Sopian.

152
Moh. Sutomo

internet, intranet, CD-ROM, video tape, DVD, TV, handphone, PDA, dan
lain-lain. Akan tetapi, e-learning pembelajaran yang lebih dominan
menggunakan internet (berbasis web).
2. E-learning adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning
merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau
murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk
menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning
juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan
tentu saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh
sebuah program studi atau program pendidikan.7
3. E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan
menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer
lain. Untuk menyampaikan pembelajaran, e-learning selalu
diidentikkan dengan penggunaan internet. Namun sebenarnya media
penyampaian sangat beragam dari internet, intranet, cd, dvd, mp3,
PDA, dan lain-lain. Penggunaan teknologi internet pada e-
learning umumnya dengan pertimbangan memiliki jangkauan yang
luas. Ada juga beberapa lembaga pendidikan dan perusahaan yang
menggunakan jaringan intranet sebagai media e-learning sehingga
biaya yang disiapkan relatif lebih murah.
Ada 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar
elektronik (e-learning), yaitu: (1) kegiatan pembelajaran dilakukan melalui
pemanfaatan jaringan (“jaringan” dalam uraian ini dibatasi pada
penggunaan internet. Jaringan dapat saja mencakup LAN atau WAN).
(Website eLearners.com), (2) tersedianya dukungan layanan belajar yang
dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM, atau bahan
cetak, dan (3) tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu
peserta belajar apabila mengalami kesulitan.
Di samping ketiga persyaratan tersebut di atas masih dapat
ditambahkan persyaratan lainnya, seperti adanya: (a) lembaga yang
menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-learning, (b) sikap positif dari
peserta didik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan
internet, (c) rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui
oleh setiap peserta belajar, (d) sistem evaluasi terhadap kemajuan atau
perkembangan belajar peserta belajar, dan (e) mekanisme umpan balik
yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.

7 Peran Pendidik Dalam Proses Belajar Mengajar Melalui Pengembangan e-Learning,


oleh Ahmad Sopian , dalam h@p:/ media.diknas.go.id/media/document/5084.pdf.

153
JURNAL FALASIFA. Vol.3 , No. 1 Maret 2012

Dengan demikian, secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa


pembelajaran elektronik (e-learning) merupakan kegiatan pembelajaran
yang memanfaatkan jaringan (Internet, LAN, WAN) sebagai metode
penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh berbagai bentuk
layanan belajar lainnya .
Manfaat pembelajaran elektronik menurut Bates (1995) dan Wulf
(1996) terdiri atas 4 hal, yaitu:
1. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan
guru atau instruktur (Enhance Interactivity).
2. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan
saja (Time And Place Flexibility).
3. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (Potential to Reach a
Global Audience).
4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran
(Easy Updating Of Content As Well As Archivable Capabilities).
Dengan demikian diharapkan penerapan e-learning di perguruan
tinggi dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Adanya peningkatan interaksi mahasiswa dengan sesamanya dan
dengan dosen.
2. Tersedianya sumber-sumber pembelajaran yang tidak terbatas.
3. E-learning yang dikembangkan secara benar akan efektif dalam
meningkatkan kualitas lulusan dan kualitas perguruan tinggi.
4. Terbentuknya komunitas pembelajar yang saling berinteraksi, saling
memberi dan menerima serta tidak terbatas dalam satu lokasi.
5. Meningkatkan kualitas dosen karena dimungkinkan menggali
informasi secara lebih luas dan bahkan tidak terbatas

Karakteristik E-Learning
Selanjutnya sebagai suatu sistem yang menggabungkan beberapa
konsep dan teori pembelajaran, maka e-learning memiliki karakteristik,
diantaranya adalah :
1. Non-linearity, Pemakai (user) bebas untuk mengakses objek
pembelajaran dan terdapat fasilitas untuk memberikan persyaratan
tergantung pada pengetahuan pemakai.
2. Self-managing, Dosen dapat mengelola sendiri proses pembelajaran
dengan mengikuti struktur yang telah dibuat.
3. Feedback-Interactivity, Pembelajaran dapat dilakukan dengan interaktif
dan disediakan feedback pada proses pembelajaran.
4. Multimedia-Learners style, E-learning menyediakan fasilitas multimedia.
Keuntungan dengan menggunakan multimedia, siswa dapat
memahami lebih jelas dan nyata sesuai dengan latar belakang
siswanya.

154
Moh. Sutomo

5. Just in time, E-learning menyediakan kapan saja jika diperlukan


pemakai, untuk menyelesaikan permasalahan atau hanya ingin
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan.
6. Dynamic Updating, Mempunyai kemampuan memperbaharui isi materi
secara onlinepada perubahan yang terbaru.
7. Easy Accessibility/Access Ease, Hanya menggunakan browser (dan
mungkin beberapadevice yang terpasang).
8. Collaborative learning, Dengan tool pembelajaran memungkinkan bisa
saling interaksi, maksudnya bisa berkomunikasi secara langsung pada
waktu yang bersamaan (synchronous) atau berkomunikasi pada waktu
yang berbeda (asynchronous). Pemakai bisa berkomunikasi dengan
pembuat materi, siswa yang lain.8

Penerapan Program E-Learning Pada Pembelajaran di Perguruan Tinggi


Konsep keberhasilan program e-learning selain ditunjang oleh
perangkat teknologi informasi, juga oleh perencanaan, administrasi,
manajemen dan ekonomi yang memadai. Perlu juga diperhatikan peranan
dari para fasilitator, dosen, staf, cara implementasi, cara mengadopsi
teknologi baru, fasilitas, biaya, dan jadwal kegitan.
Secara konsep, dosen e-learning harus mempunyai kemampuan
pemahaman pada materi yang disampaikannya, memahami strategi e-
learning yang efektif, bertanggung jawab pada materi pelajaran, persiapan
pelajaran, pembuatan modul pelajaran, penyeleksian bahan penunjang,
penyampaian materi pelajaran yang efektif, penentuan interaksi
mahasiswa, penyeleksian dan pengevaluasian tugas secara elektronik.
Menurut Koswara (2006) kemampuan baru yang diperlukan dosen untuk e-
learning, antara lain perlu:
1. Mengerti tentang e-learning,
2. Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa.
3. Mendesain dan mengembangkan materi kuliah yang interaktif sesuai
dengan perkembangan teknologi baru.
4. Mengadaptasi strategi mengajar untuk menyampaikan materi secara
elektronik.
5. Mengorganisir materi dalam format yang mudah untuk dipelajari.
6. Melakukan training dan praktek secara elektronik.
7. Terlibat dalam perencanaan, pengembangan, dan pengambilan
keputusan.

8 Team, Univ Utrech&UNPAD, Panduan WebCT4.1 Untuk Pengajar, 2004


(http://www.webict.com/e-learning/ 2010)

155
JURNAL FALASIFA. Vol.3 , No. 1 Maret 2012

8. Mengevaluasi keberhasilan pembelajaran, attitude dan persepsi para


mahasiswanya.9
Sementara itu untuk menghindari kegagalan e-learning, program-
program yang perlu dikembangkan berkaitan dengan kebutuhan pengguna
khususnya mahasiswa antara lain :
1. Berkaitan dengan informasi tentang unit-unit terkait dengan proses
pembelajaran : tujuan dan sasaran, silabus, metode pengajaran, jadwal
kuliah, tugas, jadwal dosen, daftar referensi atau bahan bacaan dan
kontak pengajar
2. Kemudahan akses ke sumber referensi : diktat dan catatan kuliah,
bahan presentasi, contoh uian yang lalu, FAQ (Frequently Ask Question),
sumber-sumber referensi untuk pengerjaan tugas, situs-situs
bermanfaat dan artikel-artikel dalam jurnal online
3. Komunikasi dalam kelas : forum diskusi online, mailing list diskusi,
papan pengumuman yang menyediakan informasi (perubahan jadwal
kuliah, informasi tugas dan batas waktu pengumpulannya.10

Strategi Penerapan E-Learning


Strategi penggunaan e-learning untuk menunjang pelaksanaan
proses belajar, diharapkan dapat meningkatkan daya serap dari mahasiswa
atas materi yang diajarkan; meningkatkan partisipasi aktif dari mahasiswa;
meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa; meningkatkan
kualitas materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kemampuan
menampilkan informasi dengan perangkat teknologi informasi, dengan
perangkat biasa sulit untuk dilakukan; memperluas daya jangkau proses
belajar-mengajar dengan menggunakan jaringan komputer, tidak terbatas
pada ruang dan waktu.
Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas, dalam pengembangan
suatu aplikasi e-learning perlu diperhatikan bahwa materi yang ditampilkan
harus menunjang penyampaian informasi yang benar, tidak hanya

9 Koswara, E. 2006. Konsep Pendidikan Tinggi Berbasis E-learning : Peluang dan Tantangan.

Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia ITB, 3-4
10 Salah satu contoh perguruan tinggi yang telah menerapkan e-learning secara baik dan

berorientasi pada implementasi kampus digital adalah Universitas Bina Nusantara


(UBINUS). Sistem yang dikembangkan disebut dengan Multi Canel Learning (MCL), dan
e-learning merupakan salah satu chanelnya. MCL di Universitas Bina Nusantara
merupakan model sistem pembelajaran berbasis teknologi informasi yang terdiri dari 3
aktivitas utama yaitu : (1) aktifitas dalam kelas (classroom); (2) aktifitas belajar mandiri
(self study); dan (3) aktifitas e-learning. Saat ini, seluruh mata kuliah telah menggunakan
MCL dengan komposisi aktifitas classroom dan e-learning yang terus diatur mengarah
pada e-learning. Untuk mendukung operasional MCL, Ubinus menggunakan Learning
Management System buatan sendiri yang dapat diakses melalui alamat
http://www.ubinus.ac.id.

156
Moh. Sutomo

mengutamakan sisi keindahan saja; memperhatikan dengan seksama teknik


belajar-mengajar yang digunakan; memperhatikan teknik evaluasi
kemajuan mahasiswa dan penyimpanan data kemajuan mahasiswa.
Materi dari pendidikan dan pelatihan dapat diambil dari sumber-
sumber yang valid dan dengan teknologi e-learning, materi bahkan dapat
diproduksi berdasarkan sumber dari tenaga-tenaga ahli (experts). Misalnya,
tampilan video digital yang menampilkan seorang ahli mekanik
menunjukkan bagaimana caranya memperbaiki suatu bagian dari mesin
mobil. Dengan animasi 3 dimensi dapat ditunjukkan bagaimana cara kerja
dari mesin otomotif dua langkah.
Menurut Koswara (2006) ada beberapa strategi pengajaran yang
dapat diterapkan dengan menggunakan teknologi e-learning adalah
sebagai berikut :
1. Learning by doing. Simulasi belajar dengan melakukan apa yang
hendak dipelajari; contohnya adalah simulator penerbangan (flight
simulator), dimana seorang calon penerbang dapat dilatih untuk
melakukan penerbangan suatu pesawat tertentu seperti ia berlatih
dengan pesawat yang sesungguhnya
2. Incidental learning. Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak
semua hal menarik untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini
seorang mahasiswa dapat mempelajari sesuatu melalui hal lain yang
lebih menarik, dan diharapkan informasi yang sebenarnya dapat
diserap secara tidak langsung. Misalnya mempelajari geografi dengan
cara melakukan “perjalanan maya” ke daerah-daerah wisata.
3. Learning by reflection. Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan
ide/gagasan tentang subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa
didorong untuk mengembangkan suatu ide/gagasan dengan cara
memberikan informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan
memproses masukan ide/gagasan dari mahasiswa untuk kemudian
diberikan informasi lanjutan berdasarkan masukan dari mahasiswa.
4. Case-based learning. Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus
yang telah terjadi mengenai subyek yang hendak dipelajari. Strategi ini
tergantung kepada nara sumber ahli dan kasus-kasus yang dapat
dikumpulkan tentang materi yang hendak dipelajari. Mahasiswa dapat
mempelajari suatu materi dengan cara menyerap informasi dari nara
sumber ahli tentang kasus-kasus yang telah terjadi atas materi tersebut.
5. Learning by exploring. Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan
eksplorasi terhadap subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa
didorong untuk memahami suatu materi dengan cara melakukan
eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Aplikasi harus menyediakan
informasi yang cukup untuk mengakomodasi eksplorasi dari
mahasiswa. Mempelajari sesuatu dengan cara menetapkan suatu

157
JURNAL FALASIFA. Vol.3 , No. 1 Maret 2012

sasaran yang hendak dicapai (goal-directed learning). Mahasiswa


diposisikan dalam sebagai seseorang yang harus mencapai
tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas yang diperlukan
dalam melakukan hal tersebut. Mahasiswa kemudian menyusun
strategi mandiri untuk mencapai tujuan tersebut.11

Penutup
Keberhasilan e-learning ditunjang oleh adanya interaksi maksimal
antara dosen dan mahasiswa, antara mahasiswa dengan berbagai fasilitas
pendidikan, antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, dan adanya
pola pembelajaran aktif dalam interaksi tersebut.
Bila pembelajaran bebasis pada web, maka diperlukan adanya pusat
kegiatan mahasiswa, interaksi antar kelompok, administrasi penunjang
sistem, pendalaman materi, ujian, perpustakan digital, dan materi online.
Dari sisi Teknologi informasi; dunia Internet memungkinkan perombakan
total konsep-konsep pembelajaran yang selama ini berlaku.
Teknologi informasi dan telekomunikasi yang murah dan mudah
akan menghilangkan batasan ruang dan waktu yang selama ini membatasi
dunia pendidikan. Beberapa konsekuensi logis yang terjadi antara lain
adalah:
1. Mahasiswa dapat dengan mudah mengambil matakuliah dimanapun
tanpa terbatas lagi pada batasan institusi & negara;
2. Mahasiswa dapat dengan mudah berguru dan berdiskusi dengan para
tenaga ahli atau pakar di bidang yang diminatinya;
3. Materi kuliah bahkan dapat dengan mudah diambil di berbagai
penjuru dunia tanpa tergantung pada perguruan tinggi dimana
mahasiswa belajar.
Berbagai peluang tersebut diatas masih menghadapi tantangan baik
dari biaya, kesiapan infrastuktur teknologi informasi, masyarakat, dan
peraturan yang mendukung terhadap kelangsungan e-learning

11Koswara, E. 2006. Konsep Pendidikan Tinggi Berbasis E-learning : Peluang dan Tantangan.
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia ITB, 3-4
Mei 2005

158
Moh. Sutomo

DAFTAR PUSTKA

http:/ media.diknas.go.id/media/document/5084.pdf, Dalam Peran Pendidik


Dalam Proses Belajar Mengajar Melalui Pengembangan e-Learning, oleh
Ahmad Sopian.

Koswara, E. 2006. Konsep Pendidikan Tinggi Berbasis E-learning : Peluang dan


Tantangan. (Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan
Komunikasi Indonesia ITB), 75

Sembel, Roy. 2004, Yang Perlu Anda Tahu Tentang E-Learning (Online),
(h@p://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2004/0217/man01.
html)

Syahrul, Aini dan Saleh., 2004, Teknologi Informasi dan Pendidikan (online,
(http://educare.e-fkipunla.net)

Team, Univ Utrech&UNPAD, Panduan WebCT4.1 Untuk Pengajar, 2004


(http://www.webict.com/e-learning)

Wahid, Fathul. 2007, Teknologi Informasi di Perguruan Tinggi:Peluang dan


Tantangan(online), (www.geocities.com )

Wahono. 2008, Meluruskan Salah Kaprah tentTang E-Learning (Online),


(h@p://romisatriawahono.net/2008/01/23/meluruskan-salah-kaprah-
tentang-e-learning)

159

Anda mungkin juga menyukai