Anda di halaman 1dari 21

PENERAPAN QUIPPER SCHOOL DALAM MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PESERTA DIDIK PAKET B

DI PKBM NEGERI 21 TEBET

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

informasi sangat pesat dan mampu menghadirkan internet yang sangat

mudah diakses oleh setiap lapisan masyarakat. Selain memudahkan

aktivitas sehari-hari, internet juga sudah digunakan untuk urusan

pemerintahan untuk meningkatkan layanan publik. Dengan adanya

internet, pelayanan kepada masyarakat dirasa lebih efektif dan efisien,

serta pelayanan terkait informasi kepada masyarakat lebih mudah, cepat,

dan murah serta tanpa adanya sekat birokrasi yang didasari oleh instruksi

Presiden Nomor 3 Tahun 2003 dan dalam dunia bisnis juga menerapkan

hal tersebut untuk mempermudah konsumen dan meningkatkan kualitas

produk dan pemasarannya (Arifianto, 2013). Selain itu, internet juga

dimanfaatkan oleh lembaga pendidikan. Dengan menciptakan konsep

pembelajaran jarak jauh atau biasa dikenal dengan sebutan e-learning,

internet membawa proses perubahan dari pendidikan konvensional

menjadi pendidikan digital. Berbagai lembaga pendidikan mulai dari

sekolah dasar hingga perguruan tinggi telah menerapkan beragam jenis e-


learning. Salah satu e-learning yang sedang bekembang baru-baru ini

adalah Quipper School. Meskipun masih dianggap baru, namun Quipper

School sudah memiliki ribuan materi pembelajaran yang dapat diakses

oleh siswa maupun guru serta ribuan soal tugas yang dapat dikerjakan oleh

siswa. Adanya Quipper School diharapkan dapat meningkatkan efisiensi

dan efektifitas dalam proses pembelajaran serta mampu menjadi

pendukung media pembelajaran bagi siswa dan guru. Di lain sisi, dibalik

kegiatan pembelajaran menyenangkan tentu terdapat masalah dalam

menggunakan Quipper School, baik dari cara menggunakan maupun cara

mengaksesnya. Hal tersebut biasa terjadi jika pemahaman mengenai

penggunaan Quipper School yang diberikan oleh guru kepada siswa

dianggap kurang. Masalah-masalah tersebut kemudian menjadi bahan

kajian peneliti untuk mengetahui tentang penerapan Quipper School di

kalangan siswa sebagai pendukung media pembelajaran di lembaga

pendidikan.

Penerapan Quipper School sebagai pendukung media belajar

secara online di lembaga pendidikan didukung dengan adanya prilaku para

siswa dalam menggunakan internet. Setiap harinya, hampir semua

kalangan masyarakat senang menggunakan internet, mulai dari kalangan

anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Para siswa yang termasuk

kedalam golongan remaja inilah yang mendominasi penggunaan internet.

Menurut hasil riset yang dilakukan oleh kementrian komunikasi dan


informasi (Kemkominfo) pada tahun 2014 bahwa pengguna internet di

Indonesia mencapai angka 82 juta orang. Artinya hampir 80% jumlah

pengguna internet didominasi oleh remaja usia 15-19 tahun. Riset ini

membuktikan bahwa kaum remaja memang banyak memanfaatkan internet

dalam aktivitas sehari-hari.

Perilaku informasi yang dikembangkan remaja saat ini semata-

mata tidak hanya melakukan aktivitas mencari dan menemuan informasi

saja sebagai aktivitas tunggal meraka melainkan dalam aktivitas tersebut

remaja juga mengembangkan perilaku membaca (Sugihartati, 2010).

Siswa yang termasuk kaum remaja banyak mengakses internet untuk

mencari dan menemukan informasi yang mereka butuhkan, baik informasi

untuk mengerjakan tugas sekolah maupun informasi untuk menambah

pengetahuan mereka. Dari perilaku informasi tersebut memunculkan

perilaku membaca secara online. Hal ini mendorong orang-orang yang

mempunyai keahlian dalam bidang teknologi informasi untuk menciptakan

sebuah sistem atau aplikasi berbasis online yang mampu mengembangkan

proses pembelajaran dan meningkatkan kualitas pendidikan serta

memperluas jangkauan akses layanan pendidikan. Aplikasi pembelajaran

berbasis online yang dikembangkan bersifat open source yang dapat

diakses secara terbuka ataupun bersifat sebaliknya salah satunya yaitu

Quipper School.
Penerapan Quipper School sebagai metode pembelajaran secara

online di lembaga pendidikan juga di dukung oleh adanya penggunaan

internet di area lembaga. Adanya internet di area tersebut dapat

memudahkan peserta didik untuk memperoleh informasi dan materi-materi

pembelajaran yang dibutuhkan dalam menunjang kegiatan belajar tanpa

ada batasan ruang dan waktu.

Jaringan internet dapat dijadikan sumber alternatif yang efektif dan

efisien dalam kegiatan belajar peserta didik yang mana internet

menyediakan segala informasi yang beragam sehingga memudahkan siswa

dalam memahami pekajaran. Hal ini seperti di tunjukan oleh Elok (2010)

dalam penelitiannya yang berjdul perilaku pemanfaatan internet dalam

menunjang belajar. Dari hasil penelitian itu didapatkan bahwa 97,8 peserta

didik menyatakan adanya internet memberikan kemudahan bagi mereka

dalam memahami mata pelajaran dan menemukan informasi yang

dibutuhkan. Sedangkan 2,2% peserta didik berpendapat sebaliknya. Selain

itu penelitian Elok (2010) juga menemukan bahwa terdapat 76,7% peserta

didik menyatakan bahwa adanya internet sangat membantu dalam

mengerjakan tugas-tugas sekolah dan hanya 23,3% yang mengatakan

bahwa adanya internet kurang mampu membantu mereka dalam

mengerjakan tugas-tugas sekolah. Dari hasil penelitian tersebut dapat

diketahui bahwa adanya internet di sekolah mempunyai pengaruh besar

bagi siswa dalam menunjang proses pembelajaran. Kahadiran internet di


lingkungan lembaga pendidikan juga memungkinkan pihak lembaga untuk

menerapkan pembelajaran secara online melalui Quipper School sebagai

alat penunjang tutor dan peserta didik dalam proses kegiatan belajar

mengajar di lemabaga pendidikan serta dapat mempermudah komunikasi

antar keduanya.

Selama kehadiran e-learning telah banyak digunakan dan

dimanfaatkan oleh berbagai lembaga pendidikan, mulai dari lembaga

pendidikan formal seperti sekolah hingga lembaga pendidikan non formal

seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), serta berbagai

perguruan tinggi, baik negeri maupu swasta. Salah satu contoh e-learning

yang banyak dimanfaatkan dalam dunia pendidikan dahulu adalah e-

dukasi.net yang dikemangkan oleh Pustekkom Dekdiknas pada tahun 2002

sebagai upaya memberdayakan potensi internet untuk kebutuhan

pendidikan (Warsita, 2008). Kehadiran e-learning ini di harapkan mampu

mengembangkan cara pembelajaran baru yang lebih efektif, oleh karena

itu menurut mason & rennie (2009) e-learning harus di desain secara

khusus dengan cara menggabungkan konten yang disampaikan secara

digital dengan jasa dan sarana pendukung pembelajaran.

Dengan demikian e-learing di desain untuk proses belajar secara

online dimana peran tutor tetap mempunyai peranan yang penting dalam

menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih menyenangkan dan peserta

didik tetap memperoleh lebih banyak informasi yang di butuhkannya.


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2010) mengenai

persepsi peserta didik tentang penerapan e-learning di SMAN 20 Surabaya

menujukkan bahwa sebanyak 96,7% peserta didik menyetujui adanya

penerapan e-learing sebagai salah satu media belajar yang digunakan

dalam dunia pendidikan dan sebanyak salah satu media belajar yang

digunakan dalam dunia pendidikan dan sebanyak 3,3% peserta didik yang

masih belum bisa menyetujuinya. Mereka juga menyatakan bahwa dengan

penerepan media elektronik maupun berbasis teknologi mampu

mendukung mereka dalam proses belajar mengajar sebanyak 84,5%

peserta didik.

Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa penerapan e-

learning pada lembaga pendidikan dapat mendukung proses pembelajaran

yang efektif dan efisien baik bagi peserta didik maupun bagi tutor sebagai

pengajar.

Penerepan pembelajaran secara online seperti e-learning memiliki

kelebihan-kelebihan yang mampu memberikan kemudan dalam proses

pembelajaran dan juga memiliki kekurangan dala penggunaanya. Menurut

Prawiradilaga dan Evaline (2004), kelebihan menggunakan e-learning

seperti dapat mendorong peserta didik yang pendiam (pasif) dimana

peserta didik tersebut tidak dapat berkembang dalam lingkungan

pembelajaran yang secara langsung (tatap muka) akan menjadi lebih aktif

dengan adanya penerapan e-learning, guru dapat melakukan diskusi


dengan banyak peserta didik dalam e-laerning, serta kegiatan belajar dan

mengajar akan menjadi lebih efektif dan efisien, sedangkan

kekurangannya seperti kurangnya interaksi antar tutor dan peserta didik,

maupun interaksi antar peserta didik yang dapat menghambat terbentuknya

value dalam proses belajar dan mengajar, proses belajar dan mengajar

akan cenderung ke arah pelatihan dari pada pendidikan, peserta didik yang

tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi akan cenderung lebih malas

belajar, dan juga kuranganya penguasan mengenai bahasa komputer dan

internet, dengan kata lain, penerapan dan pemanfaatan e-learing seperti

Quipper School pada lembaga pendidikan mempunyai peran untuk

mendukung tutor dan peserta didik dalam proses pembelajaran dan juga

mempunyai dampak buruk jika tidak dimanfaatkan dengan baik.

Dengan penerapan e-learning yang semakin banyak dalam dunia

pendidikan, sehingga dari tahun ke tahun e-learning mengalami

perkembangan yang pesat dalam dunia pendidikan Indonesia. Salah satu

e-learning yang mulai banyak diterapkan adalah Quipper School. Quipper

School sendiri adalah sebuah platform online yang dapat diakses secara

gratis yang disediakan untuk tutor dan peserta didik dalam membantu

proses pembelajaran. Quipper School didirikan oleh Masayuki Watanabe

di London pada bulan Desember 2010, dimana terbagi menjadi dua bagian

yaitu LINK yang diperuntukan bagi tutor dan LEARN yang diperuntukan

bagi peserta didik.


Ada banyak media e-learning semacam Quipper School di

Indonesia, misalnya Ruangguru dan Classroom yang mana kedua platform

e-learning tersebut juga menyediakan materi-materi belajar yang

umumnya diajarkan di lembaga pendidikan seperti sekolah. Yang

membedakan Quipper School dengan media e-learning sejenisnya adalah

orang tua dapat memantau perkemangan harian dari mereka sehingga

mereka dapat melihat proses belajar dari anak mereka. Dikutip dari

website resmi Quipper School Indonesia pada

indonesia.quipperschool.com, sejauh ini telah terdaftar lebih dari 500.000

tutor dan lebih dari 250.000 peserta didik yang menggunakan Quipper

School, dimana para tutor dan peserta didik berasal dari sekitar 10.000

sekolah dan PKBM, dari jenjang SMP hingga SMA. Kemudian pada tahun

2015, dailysocial.net mengulas kembali bahwa lebih dari 1 juta peserta

didik di seluruh dunia menggunakan Quipper School dan setengahnya

berasal dari Indonesia.

Saat ini, Quipper School tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh

lembaga pendidikan formal saja, melainkan lembaga pendidikan non

formal seperti pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) juga dapat

memanfaatkannya. Salah satu PKBM yang sudah memanfaatkan Quipper

School adalah PKBM Negeri 21 Tebet. Quipper School diterapkan di

PKBM Negeri 21 Tebet untuk memudahkan peserta didik dalam mencari

materi-materi belajar dan latihan soal. Kurangnya fasilitas sumber belajar


berupa buku, menjadi pemicu rasa malas belajar, baik di kelas maupun

diluar kelas. Akibatnya, nilai yang diperoleh peserta didik jauh dari

harapan karena waktu belajar di kelas dihabiskan hanya untuk mencatat

materi dan hanya sedikit waktu untuk menjelaskan materi. Terutama

dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial, dimana materi yang

disajikan berupa teks bacaan yang menuntut pemahaman dan hafalan

peserta didik. Meskipun Quipper School baru diterapkan di PKBM Negeri

21 Tebet selama sebulan terkahir, namun antusias peserta didik cukup

tinggi. Terlebih, dengan keterbatasan waktu belajar di PBKM juga

menjadikan Quipper School sebagai media pendukung pembelajaran di

luar kelas. Selain itu, berdasarkan hasil pre-wawancara dengan salah satu

tutor di PKBM Negeri 21 Tebet, kurangnya sumber belajar juga menjadi

salah satu kendala yang dialami peserta didik di PKBM Negeri 21 Tebet.

Berdasarkan dari hasil pre-wawancara tersebut, menjadikan penulis

berpikir bahwa dengan adanya Quipper School akan sangat membantu dan

menjadi solusi dari masalah yang ada.

B. Identifikasi Masalah

Adapun masalah yang penulis temukan selama observasi di lingkungan

PKBM Negeri 21 Tebet adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya sumber belajar berupa buku paket pembelajaran

2. Warga kurang paham dengan materi yang diajarkan karena waktu

belajar habis untuk mencatat materi.


3. Hasil belajar berupa nilai kurang baik dan jauh dari harapan.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat lebih fokus dan mendalam, maka penulis

perlu membatasi variabel penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini akan di

fokuskan kepada penerapan Quipper School dan Hasil Belajar Ilmu

pengetahuan sosial kelas IX di PKBM Negeri 21 Tebet. Hasil belajar

dipilih karena hal ini akan menunjukan seberapa besar manfaat dan

kegunaan Quipper School dalam menunjang proses pembelajaran peserta

didik kelas IX.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di latar belakang, maka

peneliti mengangkat permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana penerapan Quipper School dalam meningkatkan Hasil

Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial peserta didik Kelas IX di PKBM

Negeri 21 Tebet?

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi tentang hasil

Penerapan Quipper School dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial peserta didik kelas IX di PKBM Negeri 21 Tebet.

Selain itu, penelitian ini juga sebagai bentuk sumbangan pemikiran pada

Program Studi Pendidikan Masyarakat dan Perpustakaan khususnya tekait


penerapan media e-learning di lingkungan PKBM yang mana merupakan

ranah pendidikan non formal.

BAB II. KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Penerapan Quipper School

a. Pengertian Quipper School

Quipper School merupakan salah satu platform

pembelajaran digital yang diciptakan oleh Masayuki Watanabe

pada bulan Desember 2010 di London yang mana telah

berkembang di Indonesia. Quipper School dapat diakses gratis oleh

peserta didik dan tutor dengan menggunakan perangkat seperti

handphone dan PC serta sambungan internet. Terdiri dari dua

bagian, LINK yang diperuntukan bagi tutor dan LEARN yang

diperuntukan bagi peserta didik. Kedua bagian ini menghubungkan

antara peserta didik dan tutor.

Q-Link yang merupakan portal untuk tutor dapat mengelola

kelas secara online dan meliahat perkembangan peserta didik

dengan memanfaatkan ribuan materi belajar yang telah disediakan.


Selain itu, tutor juga dapat membuat konten edukasi, dimana tutor

dapat membuat sendiri materi dan soal baru ataupun sekedar

mengubah konten yang telah ada.

Q-Learn, setiap peserta didik mempunyai akses untuk dapat

bergabung kedalam kelas tertentu dengan menggunakan kode kelas

yang di berikan oleh tutor. peserta didik akan memperoleh materi-

materi belajar dana tugas terkait mata pelajaran di dalam kelas

tersebut. melalui Quipper School, tutor dapat memberikan tugas

dan peserta didik dapat mengerjakan tugas yang diberikan melalui

perangkat yang terkoneksi dengan internet.

Quipper School dapat dijadikan sebagai tempat belajar

tanpa batasan ruang dan waktu karena tutor dan peserta didik

mengakses secara online. Di dalam Quipper School terdapat

konten-konten pendidikan yang sesuai dengan kurikulum yang

digunakan di sekolah Indonesia. Selain memadukan tutor dan

peserta didik, Quipper School juga mengajak orang tua peserta

didik untuk bergabung sehingga para orang tua dapat mendampingi

peserta didik dalam proses belajar diluar kelas.

b. Fungsi Quipper School

Quipper School secara umum berfungsi sebagai media

online pendukung pembelajaran peserta didik, baik di dalam kelas

maupun di luar kelas. Sedangkan fungsi Quippe School dalam


pembelajaran yaitu: (1) menyediakan bahan ajar lengkap disertai

soal latihan dengan tampilan menarik yang mudah dimengerti

peserta didik, (2) memudahkan guru untuk memantau kegiatan

belajar peserta didik karena di lengkapi dengan analisa data

perkembangan peserta didik, (3) peserta didik dapat mereview

bahan ajar setiap saat dan dimana saja, (4) tutor dan peserta didik

dapat melakukan diskusi pembelajaran di internet karena tersedia

fasilitas pesan dan forum diskusi yang memudahkan peserta didik

untuk bertanya kepada tutor, (5) efisien dari segi waktu, tempat dan

biaya.

c. Cara Menggunakan Quipper School

2. Hakekat Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar ialah proses perubahan pola pikir, tingkah laku, dan

keterampilan yang disengaja berdasarkan pengalaman yang bukan

semata-mata sikap dan nilai tetapi juga penguasaan pengetahuan dan

keterampilan. Dari proses belajar tersebut, diharapkan adanya hasil-

hasil ataupun prestasi-prestasi yang dicapai setelah belajar. Menurut

Tohirin (2005),”Prestasi belajar adalah apa yang telah tercapai oleh

siswa setelah melakukan belajar”.

Menurut Syah, dkk (2009) :


“Hasil belajar atau prestasi belajar adalah tahapan pencapaian aktual
yang ditampilkan dalam bentuk perilaku yang meliputi : aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik dan dapat dilihat dalam bentuk
kebiasaan, sikap, penghargaan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.”
Dalam hal ini, prestasi belajar merupakan aplikasi dari ketiga

aspek tersebut (kognitif, afektif, psikomotorik) yang didapat melalui

serangkaian proses pembelajaran.

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang

diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’I dan

Anni, 2011). Aspek yang diperoleh dari perubahan perilaku tersebut

tergantung yang dipelajari oleh peserta didik maka itu yang didapat.

Apabila siswa mempelajari tentang konsep, perubahan perilaku yang

diperoleh adalah penguasaan konsep. Tujuan perubahan perilaku

tersebut merupakan tujuan peserta didikan yaitu deskripsi tentang

perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang

menunjukan bahwa belajar telah terjadi.

Dalam proses belajar mengajar, tujuan yang harus dicapai oleh

setiap individu dalam belajar memiliki beberapa peranan penting

yaitu:

1) Memberikan arah pada kegiatan peserta didikan.

2) Untuk mengetahui kemajuan belajar dan perlu tidaknya

pemberian peserta didikan pembinaan bagi peserta didik.


3) Sebagai bahan komunikasi. Dengan tujuan peserta didikan,

pendidik dapat mengkomunikasikan tujuan peserta didikannya

pada peserta didik.

b. Fungsi Hasil Belajar

Hasil belajar tidak hanya semata-mata hasil yang didapat,

menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) :

“Hasil belajar berfungsi untuk diagnostik dan


pengembangan, seleksi, kenaikan kelas, kenaikan peringkat belajar,
dan penempatan siswa, adapun sasaran prestasi belajar berorientasi
pada perbaikan atau peningkatan kemauan pada ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik siswa”.

Hasil belajar menurut Kunandar (2007) yaitu kemampuan

siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman

belajar dalam satu kompetensi.

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar tidak hanya hasil

yang didapat setelah melalui proses pembelajaran. Akan tetapi

memiliki fungsi bagi kualitas siswa itu sendiri, sebagaimana

berpacu kepada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Untuk mengetahui hasil belajar, harus diadakan tes. Tes

tersebut berupa tes tertulis ataupun tes lisan. Tes tertulis adalah tes

yang dilakukan secara tertulis, seperti ; latihan soal, ulangan

harian, ulangan kenaikan kelas, ujian akhir semester, ataupun ujian

nasional. Sedangkan tes lisan adalah tes yang diujikan dengan cara
siswa berbicara langsung mengenai pendapat, kritikan, saran,

ataupun pemaparan sebuah materi.

Tes adalah teknik penilaian yang biasa digunakan untuk

mengukur kemampuan siswa dalam pencapaian suatu kompetitif

tertentu, melalui pengolahan secara kuantitatif yang hasilnya

berbentuk angka, berdasar angka itulah selanjutnya ditafsirkan

tingkat penguasaan kompetensi siswa. (Sanjaya, 2009).

Menurut Suharsimi dalam Dini Amaliah (2012), guru

maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap

hasil belajar siswa karena dalam dunia pendidikan, khususnya

dunia persekolahan penilaian hasil belajar mempunyai makna yang

penting, baik bagi siswa, guru maupun sekolah.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah hasil yang dicapai setelah melalui serangkaian

proses pembelajaran. Untuk mengetahui hasil yang didapat, maka

diadakan tes yang dilakukan secara lisan ataupun tulisan dan

dinilai dalam bentuk kuantitatif. Dengan begitu, dapat diketahui

prestasi belajar siswa yang berpacu pada aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik.

c. Jenis-Jenis Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan


(Suprijono: 2011). Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa

hal-hal berikut :

1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapan

pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis

2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan

mempresentasikan konsep dan lambang.

3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan

mengarahkan aktivitas kognitifnya

4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan

serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi

sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani

5) Sikap, adalah kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut

3. Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Mata pelajaran di sekolah menengah pertama dan sederajat

terdiri dari beberapa mata pelajaran, diantaranya yaitu mata

pelajaran IPS. Sapriya, dkk (2006) menjelaskan IPS merupakan

perpaduan dari pilihan konsep ilmu-ilmu sosial seperti sejarah,

geografi, ekonomi, antropologi, budaya dan sebagainya yang

diperuntukan sebagai pembelajaran pada tingkat persekolahan.


Menurut A Kosasih Djahiri (dalam Sapriya, dkk., 2006) IPS

merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep

pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian

diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa IPS adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari, menelaah, menganalisa tentang berbagai fakta,

konsep, dan generalisasi sosial yang ada di masyarakat. Selain itu,

IPS juga mempelajari hubungan manusia yang menyangkut

tingkah laku manusia didalam kehidupan bermasyarakat.

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Setiap pembeajaran memiliki tujuan yang akan dicapai

dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya tujuan pembelajaran

maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai arah dalam proses

belajar mengajar. Kurikulum 2006 menjelaskan bahwa

pembelajaran IPS bertujuan untuk: (1) mengenal konsep-konsep

yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya,

(2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa

ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap

nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan


berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat

yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Menurut Solihatin & Raharjo (2007) pembelajaran IPS

bertujuan untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar

pada peserta didik untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat,

kemampuan dan lingkungannya, serta bekal bagi peserta didik

untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

Sedangkan menurut Hasan (dalam Supriatna, dkk., 2007) tujuan

pembelajaran IPS dapat dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu

pengembangan kemampuan intelektual, pengembangan

kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat

dan bangsa, serta pengembangan diri peserta didik sebagai pribadi.

4. Paket B

a. Pengertian Paket B

Menurut Sudjana (2004) Program pendidikan non formal

dapat di klasifikasian atas dasar sasaran, jenis program, dan

lembaga penyelenggara. Atas dasar sasaran, program pendidikan

non formal dapat diklasifikasiakn menurut karakteristik calon

peserta didik seoerti latar belakang pendidikan, tingkatan usia,

jenis kelamin, lingkungan tempat tinggal, serta latar belakang

sosialnya. Program pendidikan yang dilaksanakan PKBM Negeri

21 Tebet salah satunya adalah pendidikan kesetaraan Paket B yang


dirancnag untuk memberikan bekal kemampuan, pengetahuan dan

keterampilan fungsional serta memiliki sikap yang setara dengan

lulusan sekolah menengah pertama yang kemudian dapat

dimanfaatkan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang selanjutnya.

b. Fungsi Paket B

Pendidikan kesetaran pada umumnya dimaksudkan untuk

memberikan akses kepada masyarakat yang belum menuntaskan

wajib belajar sembilan tahun dan masyarakat yang membutuhkan.

c. Kurikulum di Paket B

5. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

a. Pengertian PKBM

b. Fungsi PKBM

B. Penelitian yang Relevan

C. Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

B. Tempat dan Waktu Penelitian

C. Metode dan Desain Penelitian

D. Populasi dan Sampel

E. Teknik Pengumpulan Data

F. Teknik Analisis Data


G. Hipotes is Statistik

DAFTAR PUSTAKA

Tim Fakultas Ilmu Pendidikan.2015.Pedoman Pelaksanaan Tugas Akhir Dan

Penyelesaian Studi.Jakarta:Universitas Negeri Jakarta

Suwartono.2014.Dasar-Dasar Metodologi Penelitian.Yogyakarta:CV ANDI

OFFSET

Tanelmi, “Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial”, diakses dari

http://digilib.unila.ac.id/368/7/Bab%202.pdf, halaman 8 pada tanggal 24

November 18 pukul 00.36

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai