Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nurwina Septi

NPM : 1502013020

Bagaimana E-Learning dibuat di Negara Maju

Sistem pembelajaran jarak jauh saat ini sudah menjadi model dan trend pendidikan di
Indonesia. Dengan bantuan teknologi informasi, proses pendidikan dapat dilakukan secara
elektronik atau yang disebut dengan e-learning.

Di Amerika Serikat, konsep pendidikan jarak jauh dengan sistem e-learning dilatarbelakangi
oleh kelemahan sistem pembelajaran di kelas ketika para siswa tidak dapat memperoleh
literature atau koleksi yang mendukung proses perkuliahan. Sehingga dengan memanfaatkan
internet dan wesite perpustakaan, akhirnya transaksi online untuk mendapatkan bahan bacaan
dilakukan guna untuk mendapat bahan bacaan dilakukan gunamemenuhi kebutuhan informasi
siswa. Sistem e-learning di perpustakaan pertama kali diperkenalkan oleh American Library
Asosiation (ALA) pada tahun 1931.

Model e-learning

Penerapan sistem elearning di perpustakaan dapat mengikuti konsep dan model blended
learning. Secara istilah blended learning digunakan untuk meningkatkan akademis
maupunkorporasi (Graham, 2004). Pada tahun 2003, The Chronile of Higher Education
quoted the President of Pennsylvania Stte University menyatakan bahwa blended learning
merupakan konvergensi tunggal terbesarantara instruksi pembeljaran online dengan
lingkungan pendidikan. Ada tiga konsep penting yang tersirat dalam model blended learning,
yaitu :

1. Model penghubung intruksi atau media pengiriman pembelajaran.


2. Penggabungan metode pembelajaran.
3. Penggabungan sistem online dan face-to-face instruksi pembelajaran.

Mengacu pada ketiga aspek di atas, model blended learning menuntut anak didik untuk
belajar secara mandiri dengan memanfaatkan berbagai bahan yang tersedia, baik cetak,
audio/visual berbantuan jaringanmaupun dengan mengikuti tatap muka online.

Terdapat enam alas an seorang instruktur, pengajar, pelatih, atau pelajar lebih memilih model
blended learning, yaitu dengan alasan :

1. Memperkaya padagogi

2. Kemudahan akses pengetahuan

3. Interaksi Sosial

4. Agen pribadi

5. Hemat biaya
6. Kemudahan melakukan revisi.

Dari ke enam alasan tersebut, Osguthorpe and Graham (2003) menyatakan hanya ada tiga
alasan penting orang memilih blended learning yaitu :

1. Peningkatan Pedagogi
Saat pengajaran dan pembelajaran praktik dalam pendidikan tinggi dan pelatihan
bisnis, peraturan masih terfokus pada transmisive dari pada strategi interaktif. Di
lembaga pendidikan Amerika Serika, terdapat 83% dari instruktur pendidikan yang
menggunakn kuliah mandiri.
2. Peningkatan akses (fleksibilitas)
Fleksibilitas dan kenyamanan akses informasi merupakan aspek penting bagi siswa
untuk meningkatkan kualiatas pendidikannya.
3. Meningkatkan efektivitas biaya
Efektivitas biaya adalah tujuan ketiga bagi blended learning. Karena model ini
memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menerima informasi dalam waktu
singkat dan konsisten.

Itulah penerapan/ pembuatan menurut Osguthorpe and Graham.

http://www.pdii.lipi.go.id/read/2012/10/03/menerapkan-elearning-di-perpustakaan.

E-Learning di Amerika

Standar pendidikan di AS ada sebagian kemiripan dengan Indonesia seperti SQL (Standar of
Learning) yang berisi pernyataan tentang pengetahuan, proses, dan keterampilan yang harus
dimiliki siswa agar sukses, serta harapan yang jelas dan singkat tentang standar minimal yang
harus diajarkan oleh guru dan yang harus dipelajari oleh siswa.

Teknologi pendidikan: E-Learning

Dr. Tommy White, Vice President dari Institute for Public-Private Partnerships menyatakan
bahwa ada perbedaan antara diklat jarak jauh dengan E-Learning. Arti dari Elearning adalah
penggunaan teknologi internet untuk memperluas solusi yang dapat mengembangkan
pengetahuan dan kinrja. Pengguna E-learning adalah pelaku bisnis, pemerintah, dan sekolah
dari tingkat TK sampai universitas.

Vice President dari Institute for Public-Private Partnerships tersebut melihat ada
kemungkinan pengembangan e-learning di Dapartemen Agama dari 2 segi, yaitu:

a. Pengembangan sistem elearning untuk pejabat, pemimpin, dan staf di Departemen


Agama.
b. Kemampuan menciptakan penelitian internet dan pengguna kurikulum e-learning di
kelas.

Tahapan yang dapat dilakukan dalam rencana aksi adalah :


1. Penilaian lingkungan untuk kemampuan teknologi informasi.
2. Penilaian lingkungan untuk e-leaning.
3. Identifikasi sistem manajemen e-learning di Departemen Sgama dan strategi e-
learning secara komprehensif guna pengembangan kurikulum dari tingkat TK sampai
SMU.
4. Identifikasi persyaratan sumber daya.
5. Finalisasi rencana aksi dan implementasi strategi untuk pilot proyek dan
6. melaksanakan pilot proyek.

Keterbatan dibidang bandwidth misalnya pada tahun 2001 di Negara berkembang 14-
28 b/detik. Padahal saluran telepon di AS sudah 56 kb/detik, bahkan di perusahaan
kecil 400-600 kb/detik karena DSL atau kabel, dan perusahaan besar kecepatannya
1.5-3 MB/detik dengan alat T-1. Saat ini, ketika keterbatasan di Negara berkembang
sudah teratasi, namun tetap lebih rendah dibandingkan dengan Negara maju. Hal ini
antara lain disebabkan setiap Negara akan berusaha meningkatkan kecepatan
bandwidth masing-masing, selain beban yang dimuat dalam internet berat.

Diakses 29 September 2014, 14:18


www.pendidikanislam.net

E-learning atau pembelajaran virtual masih sebatas kebutuhan sekunder semata, sehingga
belum mampu menggantikan sistem kelas seutuhnya.

Di Jepang e-learning hanya berupa alat bantu bagi dosen dan mahasiswa, sehingga belum
dapat menggantikan sistem kelas biasa,”kata staf pengajar dari Kumamoto University Jepang,
Prof. Toshihiro kita di Surabaya, Rabu (5/11).

Menurut dia, Elearning tidak bertujuan mengganti sistem kelas, tapi hanya semacam alat
tambahan untuk mencapai materi. Pihaknya mengaku telah melakukan riset mengenai e-
learning di universitas, namun tren ini dianggap masih bertahan di era selanjutnya. Bahkan
meskipun berbagai model learning telah banyak dikembangkan, namun pembelajaran melaui
kelas masih dianggap yang terbaik.

www.tekno.kompas.com

E-learning merupakan metode pembelajaran yang marak digunakan dalam era globalisasi saat
ini. Dengan metode tersebut, suatu materi pembelajaran dapat dinikmati oleh para pelajar
tanpa terbatas ruang dan waktu.

Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, mendapat kesempatan untuk


mempelajari sistem e-learning Kumamoto University (KU) Jepang. Prof Tsuyoshi Usagawa
memaparkan sistem e-learning menarik yang di miliki KU. Sebagai salah satu institute
pelopor sistem pembelajaran e-learning di Jepang, KU menetapkan tes setiap akhir
perkuliahan secara online. “Setiap mahasiswa mendapatkan soal random, kalau dapat nilai
jelek mereka dapat mengulang lagi dengan tipe soal yang berbeda,” ujar Usagwa, seperti
disitat dari ITS online, kamis (24/5/2012.
Pola ini merupakan contoh optimalisasi e-learning di KU. Metode ini dianggap sangat efektif,
mengingat jumlah mahasiswa yang cukup banyak.

http://kampus.okezone.com

Anda mungkin juga menyukai