Anda di halaman 1dari 12

Nama : Yoga Asamara

Nim : 8040190093
Kelas : 09PS5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada penelitian ini diperlukan tinjauan pustaka yang di gunakan untuk sebagai dasar teori
yang menjadi landasan dalam sebuah penelitian. Selain itu juga tinjauan pustaka juga dapat
melalui beberapa temuan penelitian terkait dalam penelitian.
Dalam sebuah proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan proses pembelajaran
secara mandiri ataupun secara kolaboratif. Dalam konteks pembelajaran online yang berlandaskan
pada metode pembelajaran kolaboratif, penggunaan fasilitas komunikasi sangat di perlukan untuk
mendukung interaksi antar peserta dalam proses pembelajaran.

1. Penelitian pertama di lakukan dengan cara menguji hipotesis terhadap beberapa aspek di
antaranya: Penerapan Sistem E-Learning pada Komunitas Pendidikan Sekolah Rumah
(Home Schooling), Pemerintah Republik Indonesia telah secara resmi memberikan ijin bagi
diselenggarakannya pendidikan sekolah rumah atau homeschooling bagi masyarakat
Indonesia yang menginginkannya. Dan legalitas kegiatan pendidikan ini ada di bawah
payung Derektorat Jendral Non-Formal dan Informal. Penyelenggara pendidikan sekolah
rumah adalah keluarga-keluarga yang tersebar di seluruh Indonesia. Salah satu sisi kelebihan
dari sekolah rumah adalah pada fleksibilitas waktu belajar, dimana guru (yang adalah
orangtua siswa) dan siswa dapat mengambil waktu belajar sesuai dengan situasi mereka, dan
proses belajar-mengajarnya dapat dilakukan berulang-ulang sesuai kebutuhan siswa, sampai
siswa dapat menguasai materi yang dipelajarinya. Tujuan dari studi ini adalah menerapkan
sistem e-learning pada komunitas sekolah rumah di daerah Tangerang. Dengan adanya
teknologi e-learning maka para penyelenggara sekolah rumah dapat memanfaatkan teknologi
ini untuk mendukung proses belajar-mengajar dan berbagi sumberdaya pembelajaran.
Dengan demikian e-learning akan dapat meningkatkan mutu, efisiensi serta efektivitas
pembelajaran para penyelenggara dan peserta sekolah rumah. Untuk menerapkan sistem e-
learning yang efektif, perlu dilakukan metode pengembangan sistem, yaitu mulai dari
analisis karakteristik penyelenggara dan peserta sekolah rumah beserta kebutuhannya, desain
sistem, implementasi sistem, serta evaluasi dari penerapan sistem e-learning tersebut. Sistem
1
e-learning tersebut pada saat ini telah berhasil diterapkan dengan nama domain
sekolahrumah.org(Winarno and Setiawan, 2013).

2. Penelitian kedua dengan judul penelitian : the Influence of E-Learning Based on


Information, Universitas Islam Nusantara (UNINUS) saat ini mengelola Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di mana dalam perkembangannya jumlah mahasiswa FKIP
UNINUS setiap tahun mengalami peningkatan. Namun demikian, kenaikan tersebut belum
sepenuhnya didukung oleh peningkatan kualitas pembelajaran bagi mahasiswa. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pembelajaran elektronik di FKIP UNINUS;
bagaimana kualitas pembelajaran di FKIP UNINUS; dan untuk mengetahui apakah
pembelajaran elektronik berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran mahasiswa di FKIP
UNINUS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
verifikatif. Sampel yang dijadikan unit analisis adalah 100 mahasiswa FKIP UNINUS.
Teknik sampling yang digunakan simpel random sampling (SRS). Teknik analisis data
menggunakan analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
bahwa pembelajaran elektronik berada dalam kategori yang tinggi, sementara kualitas
pembelajaran berada dalam kategori cukup. Selain itu, diperoleh temuan bahwa
pembelajaran elektronik memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kualitas
pembelajaran di FKIP UNINUS. Dengan demikian, pembelajaran elektronik perlu
ditingkatkan karena terbukti mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di FKIP
UNINUS(Karwati, 2014).

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Konsep Pembelajaran Jarak Jauh
Dijelaskan oleh munir (2009) pembelajaran jarak jauh merupakan sistem pembelajaran
yang tidak berlangsung dalam satu ruangan dan tidak ada interaksi tatap muka secara langsung
antara pengajar dan pembelajar. Sejalan dengan apa yang dijelaskan tersebut, Buselic (2012) dan
Tavukcu.dkk (2011) yang dijelaskan dalam artikel jurnal abdul latif (2020) menekankan bahwa
fokus dari pembelajaran jarak jauh terletak pada metode pembelajaran yang dibantu teknologi
dengan tujuan mengirimkan materi pembelajaran kepada siswa yang tidak bertemu secara fisik
seperti halnya pembelajaran di kelas tradisional. Berdasarkan hal itu, maka pembelajaran jarak
jauh dilaksanakan tanpa adanya interaksi langsung secara fisik antara pengajar dan pembelajar,
2
interaksi dilakukan pada sistem virtual dengan bantuan teknologi yang memungkinkan terjadinya
interaksi dan transfer pengetahuan dari pengajar ke pembelajar.
Pada konteks masa pandemi Covid-19, PJJ dilaksanakan sebagai bentuk upaya pencegahan
penyebaran virus Covid-19. Pada protokol pencegahan penyebaran virus Covid-19 disebutkan
bahwa masyarakat diminta untuk menghindari kerumunan atau pengumpulan orang. Pada konteks
pembelajaran di Sekolah atau Kampus, pengumpulan orang dan interaksi langsung antara civitas
akademika (guru, siswa, dosen, mahasiswa, dan civitas akdemik lainnya) dalam satu lingkungan
sekolah atau perguruan tinggi bisa saja menjadi sarana yang memiliki potensi besar untuk
terjadinya penyebaran virus Covid-19. Oleh karena itu, pembelajaran jarak jauh menjadi upaya
penting dalam rangka menekan menyebaran virus secara luas, khususnya dikalangan pengajar dan
pembelajar. selain itu juga dijelaskan dalam jurnal Huang.et.all (2020) mengatakan bahwa
selama masa pandemi Covid-19, proses pembelajaran dilaksanakan dengan sistem “Flexible
Learning”. Sistem ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
1. Dimensi pembelajaran yang bisa dilaksanakan dimana saja dan kapan saja,
2. Pembelajar bisa belajar apapun yang diinginkan,
3. Sumber belajar bisa berasal dari pengajar langsung atau berbagai sumber yang tersedia pada
berbagai media seperti web,
4. pengajar memiliki kesempatan yang banyak dalam menentukan pelaksanaan pembelajaran
(tutoring, belajar mandiri, seminar, debat, dan diskusi secara online), dan
5. pada pelaksanaan penilaian bisa menggunakan sistem yang menyediakan fleksibilitas lebih
bagi siswa dalam melaporkan setiap aktivitas yang dilaksanakan selama masa pandemi
Covid-19.
2.1.2 E-Learning
Kecanggihan teknologi dan informasi yang semakin berkembang saat ini memberikan
banyak kemudahan pada sistem pendidikan terutama dalam menunjang kegiatan pembelajaran.
Daryanto dan Karim (2017: 107) menjelaskan bahwa E-learning adalah sebuah proses
pembelajaran yang berbasis elektronik. Dalam prakteknya e-learning memerlukan bantuan
teknologi. Lebih lanjut lagi, Koran C. Jaya Kumar (2002) mendefinisikan e-learning sebagai
sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN,

3
atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
2.1.3 Edmodo
Edmodo adalah sebuah platform pembelajaran sosial untuk guru/dosen, siswa/mahasiswa
maupun untuk orang tua atau wali yang dikembangkan pada akhir 2008 oleh Nic Borg
dan Jeff O’Hara yang merasakan kebutuhan untuk berkembang di lingkungan
sekolah/kampus untuk mencerminkan bahwa dunia yang semakin global dan terhubung,
maka keduanya menciptakan sebuah alat/aplikasi yang dapat menutup kesenjangan antara
bagaimana siswa/mahasiswa menjalani kehidupan mereka dan bagaimana mereka belajar
di sekolah atau kampus, untuk itulah maka Edmodo ada. Edmodo dibuat sebagai sebuah

4
platform pembelajaran jejaring sosial untuk guru atau dosen, siswa atau mahasiswa, dan
orang tua atau wali.
Kara (2016:10) menjelaskan bahwa edmodo merupakan sebuah platform pendidikan,
beliau juga mengatakan bahwasanya edmodo is designed for educational purpose and there have
been many teachers and students who use it. Yang artinya edmodo dirancang untuk tujuan
pendidikan sehingga sudah banyak guru-guru serta siswa sekolah maupun perguruan tinggi
menggunakannya untuk menunjang kegiatan pembelajaran secara online. Pendefinisian lain
mengenai Edmodo juga disampaikan oleh Epinur & Putri (2013: 25) bahwa Edmodo adalah
facebook-nya sekolah, karena selain untuk media jejaring sosial/kolaborasi diantara
penggunanya, Edmodo juga mendukung proses pembelajaran online.
2.1.4 Model DeLone and Mclean
Dalam pemodelan untuk pengukuran kesuksesan sebuah system informasi atau aplikasi
banyak di kembangkan salah satunya adalah mode DeLone and Mclean. Model DeLone and
Mclean pertama dikemukakan pada tahun 1992 dimana yang mengemukakan model teori
kesuksesan system informasi dikenal dengan D&M Information System Success Model. Pada
model ini dijelaskan hubungan antara kualitas system dengan kualitas informasi secara
independen mempengaruhi dua elemen, baik elemen penggunaan (use) dan kepuasan pengguna
(user satisfaction). Besarnya elemen penggunaan (use) dapat mempengaruhi besarnya nilai
kepuasan pengguna (user satisfaction) baik secara positif maupun secara negatif. Setelah itu
penggunaan (use) dan kepuasan pengguna (user satisfaction) mempengaruhi dampak individual
(individual impact), dalam pemodelan tersebut dapat di modelkan seperti yang dijelaskan pada
gambar 2.1 berikut ini:

5
Gambar 2.1 D&M Information System Success Model (Delone&Mclean,1992)
Dari gambar 2.1 model pengukuran kesuksesan Delone and Mclean selanjutnya dikembangkan
dan memperbaiki model tersebut. Dengan hasil pengembangan model Delon and Mclean yang
dipublikasikan pada tahun 2003 seperti terlihat dalam gambar 2.2 berikut ini:

Gambar 2.2 pengembangan Model D&M (Delone and Mclean, 2003)

Penjelasan pada gambar 2.2 pengembangan model D&M tersebut terdapat penambahan model IS
Success D&M yaitu penggabungan antara individual impact dan organtional impact menjadi satu
yaitu net benefit. Setiap elemen yang ada dalam D&M Information System Success Model
selanjutnya akan diuraikan lebih lanjut agar dapat lebih mudah digunakan sebagai alat ukur untuk
mengetahui tingkat kesuksesan dari sistem informasi. Pada tabel 1 dijelaskan uraian indikator
dari variabel sistem informasi DeLone dan McLean.

2.1.5 Skala Likert

6
Skala Likert merupakan metode yang digunakan untuk menggukur tingkat kepuasan
pengguna. Skala Likert adalah skala pengukuran yang dikembangkan oleh Likert pada Tahun
1932. Skala Likert memiliki empat atau lebih butir-butir pertanyaan yang dikombinasikan
sehingga membentuk sebuah skor atau nilai yang mempersentasikan sifat individu, misalkan
pengetahuan, sikap dan perilaku. Skala Likert dapat juga dikatan sebagai skala psikometrik yang
umum digunakan dalam kuesioner dan merupakan skala yang paling banyak digunakan untuk
penelitian (Ryan et al., 2018 : 56).
Bentuk awal skala Likert adalah lima pilihan dari jawaban sangat tidak setuju sampai
dengan sangat setuju yang merupakan sikap atau persepsi seseorang atas suatu kejadian atau
pernyataan yang diberikan dalam instrument/kuesioner. Dalam perkembangan terkini, skala
Likert telah banyak dimodifikasi seperti skala 4 titik (dengan menghilangkan pilihan jawaban
netral), atau menggunakan skala 7 sampai 9 titik (Suryani & Hendriyadi, 2015 : 131).
Menurut Hadi dalam jurnal (Eko Hertanto, 2017 : 2), modifikasi terhadap skala Likert
dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang terkandung oleh skala lima tingkat dengan
menghapus kategori jawaban yang ditengah berdasarkan dua alasan:
1 Kategori Undecident itu mempunyai arti ganda, bias diartikan belum dapat memutuskan
atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya), bias juga diartikan netral, setuju tidak,
tidak setuju pun tidak, atau bahkan ragu-ragu. Kategori jawaban ganda arti (multi
interpretable) ini tentu saja tidak diharapkan dalam suatu istrumen.
2 Tersedianya jawaban yang ditengah ini menimbulkan jawaban ke tengah (central tendency
effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan pendapat responden,
kearah setuju atau kearah tidak setuju. Jika disediakan kategori jawaban itu akan
menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang
dapat dijaring para pesponden.
Table 2 Skala Likert

Pernyataan Nilai
STS : Sangat Tidak Setuju 1

7
TS : Tidak Setuju 2
S : Setuju 3
SS : Sangat Setuju 4

2.1.6 Partial Least Square (PLS)


Penelitian ini menggunakan Structural Equation Model (SEM) berbasis varian yaitu
dengan menggunakan Partial Least Square(PLS) . PLS merupakan metoda analisis persamaan
SEM berbasis varian yang secara simultan dapat melakukan pengujian model pengukuran
sekaligus pengujian model structural (Siti Rahmi, 2017:81)

2.1.7 Structural Equation Model (SEM)


Menurut Ghozali (2008), Structural Equation Modelling (SEM) adalah sebuah evolusi
dari model persamaan berganda yang dikembangkan dari prinsip ekonometri dan digabungkan
dengan prinsip pengaturan dari psikologi dan sosiologi, SEM telah muncul sebagai bagian
integral dari penelitian manajerial akademik. SEM terdiri dari dua bagian yaitu model variabel
laten (latent variable model), pada model ini beberapa variabel merupakan variabel laten (latent
variables yang tidak terukur secara langsung). Sedangkan bagian kedua yang dikenal dengan
model pengukuran (measurement model), menggambarkan beberapa indikator atau beberapa
variabel terukur sebagai efek atau refleksi dari variabel latennya. Untuk permasalahan pertama
yang berkaitan dengan masalah pengukuran dapat dijawab dengan model pengukuran, sedangkan
permasalahan kedua yang berkaitan dengan hubungan kausal dapat dijawab menggunakan model
variabel laten.
Pendapat dari hair.et.al (2014) SEM merupakan metode analisis data multivariat generasi
ke-2. SEM digunakan untuk meneliti pola hubungan laten dalam data, dalam kondisi di mana
tidak ada atau hanya sedikit pengetahuan tentang bagaimana variabel-variabel berhubungan.
Tujuan penggunaan PLS-SEM adalah untuk mengembangkan teori pada riset eksporatori dengan
fokus dijukan pada ekspalanasi varian pada varibel dependen, bersamaan dengan pengujian
mode.

8
Hal ini dikarenakan SEM memiliki keunggulan dibandingkan analisis asosiasi lainnya
seperti regresi atau analisis jalur seperti mampu menjelaskan keterkaitan variabel secara
kompleks dan serta efek langsung maupun tidak langsung dari satu atau beberapa variabel
terhadap variabel lainnya. Dapat dideskripsikan bahwa Structural Equation Modelling (SEM)
adalah model yang tepat digunakan untuk masalah pengukuran dan masalah hubungan klausal
pada penelitian.
Secara umum SEM terdiri dari 2 bagian utama, yaitu:
1. Measurement Model
Measurement model atau model pengukuran merupakan bagian dari model SEM yang
menggambarkan hubungan antara variabel laten dengan indikatorindikatornya. Anak
panah lurus menunjukan hubungan dari variabel-variabel laten kearah masing-masing
indikator. Selain itu, terdapat pula anak panah lurus dari faktor kesalahan dan gangguan
(error and disturbance terms) kearah variabelvariabel masing-masing, maupun tidak ada
pengaruh langsung atau anak panah lurus yang menghubungkan dengan variabel-variabel
laten. Model pengukuran dievaluasi sebagaimana model SEM lainnya dengan
menggunakan pengukuran uji keselarasan. Proses analisis hanya dapat dilanjutkan jika
model pengukuran valid.
2. Structural Model
Structural modelmerupakan bagian dari model SEM yang menggambarkan hubungan
antar variabel-variabel laten atau antar variabel eksogen dengan variabel
endogen.Structural model ini adalah seperangkat variabel eksogen dan endogen dalam
suatu model, bersamaan dengan efek langsung atau ditunjukkan dengan arah anak panah
langsung yang menghubungkannya serta faktor gangguan untuk semua variabel tersebut.

2.2 Penelitian Terkait

Selain dari dasar teori yang dijadikan referensi dalam penelitian ini, ada juga tinjauan
pustaka yang digunakan sebagai teori-teori dari beberpa junrlan. Dari hasil pengamatan yang
dilakukan peneliti dalam penelitian ini, tidak banyak penelitian yang dilakukan untuk mengukur

9
kesuksesan Edmodo. Penelitian lebih banyak ditemukan ke dalam analisis penerimaan system
Edmodo. Adapun beberapa penelitian terkait yang ditemukan dalam penelitian ini dari beberapa
jurnal penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan tema yang berkaitan dengan
analisis terhadap Edmodo ataupun dengan platform selain Edmodo dengan metode yang sama
ataupun dengan metode yang berbeda.
Dari hasil tinjauan pusataka yang digunakan dalam penelitian ini ada penelitian yang
dilakukan oleh fahirah,dkk (2020) yang berjudul Analisis Google Classroom Sebagai Sistem
Pembelajaran Jarak Jauh Saat Pandemi Covid-19 Menggunakan Model Kesuksesan Sistem
Informasi Delone Dan Mclean. Dalam penelitian tersebut menganalisis platform google
classroom sebagai media pembelajaran dengan model kesuksesan IS DeLone And Mclean.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh elemen-elemen kesuksesan yang ada
pada model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean, yaitu Kualitas sistem, Kualitas
informasi, dan Kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
pengguna, dan Kepuasan Pengguna berpengaruh positif dan signifikan terhadap manfaat bersih.
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Aisyiyah dan kawan kawan dalam jurnal METIK
(2018) yang berjudul Analisis Kesuksesan E-Learning Google Classroom pada Universitas Mulia
Kampus Samarinda Dengan Metode Delone and Mclean. Dalam penelitian tersebut
menggunakan platform google classroom. Dan hasil penelitian menjelaskan bahwa factor yang
mempengaruhi kesuksesan google classroom di lingkungan Universitas Mulia yaitu kualitas
informasi karena dari kualitas informasi google classroom berpengaruh siginifikan terhadap
kepuasan penggunaan google classroom.
Dalam Penelitian lain yang juga menjelaskan tentang penerapan e-learning dikembangkan
oleh neni seliana,dkk (2019) dalam jurnalnya dengan judul Evaluation Of E-Learning
Implementation In The University Using Delone And Mclean Success Model. Di jurnal tersebut
menggunakan data analisis SEM dengan teknik sampling asidental. Pada penelitianya
menjelaskan bahwa factor yang sangat mempengaruhi kesuksesan dalam penerapan e-learning
dalam sebuah universitas adalah kualitas informasi, pengguna, dan juga tingkat kepuasan
pengguna.
10
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, latif. 2020. Peran Literasi Teknologi Informasi Dan Komunikasi Pada Pembelajaran
Jarak Jauh Di Masa Pandemi Covid-19, Universitas Garut, Researchgate
B. Uno, Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta : Bumi Aksara.
DeLone, W. H., McLean, E. R. 1992. Information Systems Success: The Quest for the
Dependent Variable. Inf. Syst. Res., vol. 3, no. 4,:60–95.
--------------------------------, 2003. The DeLone and McLean Model of Information Systems
Success : A Ten-Year Update. J. Manag. Inf. Syst. Vol.19(4): 9–30.
Daryanto, Karim Syaiful(2017). Pembelajaran Abad 21. Gava Media. Yogyakarta
Epinur, Putri. (2013), Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Pada Materi Sistem
Periodik Unsur Menggunakan Edmodo Berbasis Social Network Untuk Siswa Kelas
X Ipa 1 Sma N 11 Kota Jambi, J. Ind. Soc. Integ. Chem., 5(2) : 23-30
Ghozali, Imam. (2008). Structural Equation Modelling, Edisi II, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Ghozali, Imam. 2011, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Huang, R. H., Liu, D. J., Tlili, A., Yang, J. F., & Wang, H. H. Handbook on facilitating flexible
learning during educational disruption: The Chinese experience in maintaining
undisrupted learning in COVID-19 Outbreak. Smart Learning Institute of Beijing
Normal University: UNESCO. 2020: 1–54.
Hair, Joseph F. Jr. et al. 2010, Multivariate Data Analysis 7th Edition. Pearson Education
Limited. Harlow. England
Hair, Joseph E, Jr et al. 2014. A Primer on Partial Least Squares Structural Equation
Modeeling {PLS-SEM). SAGE Publications,Inc. California. USA.
Kock, N. & Linn (2015, Jan). WarpPLS 5.0 User Manual. Laredo, Texas, USA.

11
Livari, J. 2005. An Empirical Test of the Model of Information System Success. DATA BASE
Adv. Inf. Syst. Vol. 36(2): 8–27
Neni.S, Arif.I.S, &Lilik.N.Y (2020). Evaluation of e-learning implementation In the university
using delone and mclean success model. Journal of Applied Management (JAM)
Volume 18 Number 2, June 2020
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT.Alfabet

12

Anda mungkin juga menyukai