I. PENDAHULUAN
Perubahan kurikulum yang terjadi berdampak pada perubahan proses belajar mengajar di
sekolah. Guru Pendidikan Agama Kristen harus mampu mengikuti perkembangan kurikulum dan
mengaplikasinya dalam proses belajar mengajar.
II. ISI
A. MENYIKAPI PERUBAHAN
Dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Menengah, disebutkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antar peserta didik dan
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada Peran Guru PAK. suatu lingkungan
belajar. Bahkan dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 diungkapkan bahwa pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi
yang diharapkan. Berdasarkan dua Permendikbud tersebut pembelajaran dapat diartikan sebagai
suatu proses terjadinya interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan
sumber belajar, untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Lingkungan belajar yang diharapkan
adalah berbasis aktivitas berdasarkan karakteristik:
1. interaktif dan inspiratif; Interaktif, proses belajar mengajar merupakan suatu proses sosial
dan dialogis dimana peserta memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik
di dalam maupun di luar kelas, misalnya memakai mobile phone, chatting, dan webcham.
2. Menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
3. Aktif, peserta didik dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan
bermakna. Penggunaan TIK seperti pembuatan presentasi dengan powerpoint, pelaporan
dengan Ms Word, browsing internet akan membuat peserta lebih aktif.
4. Konstruktif, peserta didik dapat menggabungkan ide-ide baru ke dalam pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keingintahuan dan keraguan yang
selama ini ada dalam benaknya. Dengan penggunaan bermacam-macam TIK, masing-
masing peserta didik dapat mengeksplore pengetahuannya sesuai kemampuan dalam
penguasaan TIK.
5. Kolaborasi, peserta didik dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama,
berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama
anggota kelompoknya.
6. Intensif, dengan pendekatan TIK peserta didik dapat secara aktif dan antusias berusaha
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Peserta akan lebih mudah dalam memahami
materi didik dan mencapai tujuan pembelajaran.
7. Kontesktual, kegiatan belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna melalui
pendekatan “problem-based atau case-based learning”. Pada abad digital ini, pembelajaran
dengan mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran berarti membuat pembelajaran seperti
kehidupan kekinian.
8. Refleksi, peserta didik dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa
yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri (Jonassen (1995),
dikutip oleh Norton et al (2001).
9. Kolaboratif, memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
peserta didik; serta
10. Sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, serta perkembangan fisik serta psikologis dari
peserta didik.
1|Page
Sistem pembelajaran konvensional di sekolah saat ini dinyakini kurang efektif, konsep-konsep
kemampuan otak, kecerdasan, dan kreativitas telah berkembang dengan pesat seiring dengan
kemajuan dalam bidang teknologi dan komunikasi.
B. PERAN TEKNOLOGI
Perkembangan tersebut memberikan pengaruh terhadap penguatan yang ingin mengoreksi
kelemahan dan kekurangan yang ada pada sistem pembelajaran konvensional. Dalam sistem
konvensional, proses transfer of knowledge dilakukan dengan menggunakan papan tulis sebagai
sarana utama, ruangan dikelola dengan format yang statis dan guru menjadi satu-satunya
informan yang expect dalam bidangnya (teacher centered).
1. Di era globalisasi saat ini TIK (Teknologi Informasi dan komunikasi) menjadi kebutuhan yang
mendasar dalam menentukan kualitas dan efektifitas proses pembelajaran.
2. Dryden dan Vos (2003) menyimpulkan dari hasil penelitian mereka bahwa dalam sistem
pendidikan yang terbukti berhasil, citra diri ternyata lebih penting dari materi pelajaran.
Dengan demikian, konsep pendidikan masa depan ialah diarahkan kepada bagaimana
membangkitkan gairah siswa untuk belajar secara menyenangkan (how student learn).
Salah satu pendekatan dan metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan aspek
tersebut ialah dengan pemanfaatan information and comunication technology (ICT) dalam
proses pembelajaran. Mean (1993) dalam Suryadi (2007;91) menerangkan bahwa
kebutuhan masyarakat persekolahan untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran
merupakan bagian dari reformasi pembelajaran.
3. Selain membantu menciptakan kondusi belajar yang kondusif bagi siswa, peran penting
dari teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah menyediakan
seperangkat media dan alat (tool) untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan
siswa, serta tentu saja memberi keterampilan penggunaan teknologi tinggi (advance skill)
(Suryadi, 2007;92). Selain itu, antara siswa dan sumber-sumber belajar dapat terjadi kapan
saja dan di mana saja tidak terbatas oleh ruang dan waktu (space and time), serta proses
penyampaian dan penyajian materi pembelajaran maupun gagasan dapat menjadi lebih
menarik dan menyenangkan.
C. FUNGSI TEKNOLOGI
Dalam kenyataan bahwa selama ini terdapat berbagai kritik terhadap pelaksanaan pendidikan
agama di sekolah. Salah satunya ialah metode pembelajaran yang masih tradisional, yaitu;
ceramah monoton dan statis akonstektual, cenderung normatif, lepas dari sejarah, dan semakin
akademis, serta guru sebagai orang yang ahli (expect). Dengan demikian, kehadiran dan kemajuan
ICT di era komunikasi global saat ini telah memberikan peluang dan perluasan interaksi antara
guru dan siswa, interaksi tidak hanya terbatas di ruang kelas saja. Sehingga di rumah siswa dapat
mengualangi materi dengan baik. Untuk itu, guru PAK dapat memanfaatkan berbagai jenis media
secara bersamaan dalam bentuk multimedia pembelajaran.
1. Penggunaan multimedia interaktif yang memuat komponen audio-visual untuk
penyampaian materi pembelajaran dapat menarik perhatian siswa untuk belajar
2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksperimen semu dan
ekplorasi sehingga memberikan pengalaman belajar daripada hanya sekedar mendengar
uraian guru.
3. Kehadiran media dalam proses pembelajaran memiliki makna yang sangat urgen,
ketidakjelasan materi yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media
sebagai perantara. Kerumitan materi yang akan disampaikan kepada anak dapat
disederhanakan dengan media. Selain itu, media dapat mewakili apa yang kurang mampu
diucapkan seorang guru melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan materi yang
abstrak dapat dikonkretkan melalui media (lihat; Djmarah, Zain, Lestari, 2002).
4. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau information communication and technology
(ICT) di era globalisasi saat ini sudah menjadi kebutuhan yang mendasar dalam mendukung
efektifitas dan kualitas proses pendidikan. UNESCO (2003) mendefenisikan “ ICT generally
relates to those technologies that are used for accessing, gathering manipulating and
presenting or communicating information. The technologies could include hardware
2|Page
computer and others devices, software applications, and connectively, access to the
internet, local networking infrastructure and video conferencing”. Berdasarkan konseptual
tersebut, peran TIK sebagai alat untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan dan
pembelajaran yang efektif dan efesien.
3|Page
1. Metode Visual
a. Demonstrasi ( seperti membersihkan bait Allah dan mencuci kaki para murid)
b. Menggunakan obyek ( menggunakan anak kecil dan menunjuk pohon ara yang layu )
c. Menulis di tanah
d. Memberi contoh ( kehidupan doa)
2. Metode Verbal
a. Pernyataan yang sifatnya langsung: provokatif, peringatan, pengontrasan, dorongan,
ringkasan.
b. Pertanyaan retoris: Tanya jawab, permintaan, langsung.
c. Amsal, kata-kata bijak
d. Kutipan dari PL
e. Perumpamaan, cerita kehidupan sehari-hari
f. Mengemukakan argumentasi
g. Ilustrasi: burung, bunga, dll.
h. Pernyataan hiperbolis memancing perhatian
i. Moetafora/simile
j. Paradoks/ironi, kisah yang bertentangan sifatnya guna memancing pikiran
k. Permintaan
l. Suasana diam ( silence)
3. Metodi Partisipatif
a. Mengajukan pertanyaan – membuka diri agar muridNya bertanya
b. Mendorong murid membuat pernyataan
c. Membuat murid berani berpikir
d. Membangun keberanian dalam melibatkan diri/tugas
e. Berani menghadapi realitas dan isu kritis
f. Memberikan ujian ( di danau, kelaparan)
4|Page
Desain sistem instuksional adalah prosedur yang terorganisir yang meliputi langkah-langkah
analisis desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi instruksi. Salah satu desain sistem
instruksional seperti yang dikemukakan oleh Dick dan Carey (1996) dan diadopsi oleh Atwi
Suparman (2001) dikemukakan sebagai berikut :
a. Melakukan identifikasi kebutuhan instruksional
b. Merumuskan tujuan pembelajaran umum
c. Melakukan analisis instruksional
d. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal pebelajar
e. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus
f. Mengembangkan strategi pembelajaran
g. Mengembangkan bahan pembelajaran
h. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
Desain pesan akan berubah-ubah tergantung pada media yang digunakan, apakah statis, dinamis,
atau kombinasi daripada keduanya. Strategi instruksional adalah spesifikasi untuk menyeleksi dan
mengatur kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan dalam satuan pelajaran. Apakah yang akan
dilakukan seorang guru dalam setiap proses pembelajaran harus dirancang, diatur sedemikian
rupa dengan strategi-strategi yang tepat. Strategi instruksional haruslah selalu berinteraksi dengan
situasi belajar yang diinginkan. Karakteristik pebelajar mencakup masalah-masalah dan latar
belakang pebelajar yang dapat mempengaruhi keefektifan proses belajar. Pengenalan terhadap
karakteristik pebelajar secara individual harus dilakukan guru secepatnya dan setepatnya agar
pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
5|Page
4. Penerapan Domain Manajemen
Pada dasarnya domain manajemen menjalankan fungsi manajemen dalam organisasi
manajemen dan personal manajemen. Manajemen merupakan kontrol teknologi pembelajaran
melalui : perencanaan (planing), organisasi (organizing), koordinasi (koordinating), dan supervisi
(supervising).
Kelas pada dasarnya merupakan “organisasi” dimana guru bertugas sebagai “manajer”.
Sebagai organisasi dipastikan bahwa ada perencanaan yang matang dalam pengembangan proses
pembelajaran, ada pengorganisasian proses pembelajaran, ada koordinasi yang harus dijalankan
dengan berbagai pihak agar dapat diciptakan interaksi baik dengan sesama guru, sesama pebelajar
dan bahan pembelajaran seperti yang telah ditetapkan dalam desain pembelajaran guna mencapai
hasil pembelajaran yang maksimal. Sebagai manajer, guru harus melaksanakan fungsi supervisi
tetapi, tetap memperhatikan situasi dan kondisi agar proses pembelajaran tidak kaku, tidak
mencekam, tetapi menyenangkan dan mencapai situasi pembelajaran yang berhasil. Perencanaan
pembelajaran mencakup perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Dalam evaluasi, praktek penafsiran terhadap skor yang dicapai pebelajar adalah sangat
penting, itulah sebabnya penilaian harus dilakukan dengan adil dan benar, dan sistematis. Selain
penilaian hasil belajar yang diindikasikan dengan skor-skor yang dicapai, penilaian terhadap proses
juga harus menjadi hal yang harus dicermati guru PAK.
Penafsiran nilai PAK bagi setiap pebelajar janganlah dilakukan dengan gegabah, sebab
aspek afeksi haruslah menjadi pertimbangan serius bagi setiap guru PAK, sehingga tidak hanya
pengetahuan PAK yang menjadi tumpuan penilaian guru, tetapi yang lebih penting adalah faktor
sikap. Mendeteksi dan menilai sikap pebelajar memerlukan kerja ekstra hati-hati agar diterapkan
penilai-an yang tepat.
III. KESIMPULAN
Guru Pendidikan Agama Kristen sebagai Fasilitator Peranan guru dalam proses belajar
mengajar sangat krusial yang memegang peranan penting. Dunia berkembang semakin cepat
termasuk dalam hal teknologi dan pengetahuan. Beberapa negara di dunia seperti Jepang, China
dan Rusia, telah mampu menciptakan robot teacher dengan dasar mesin dan kecerdasan buatan
(Artificial Intelligence). Namun, dari sekian banyak teknologi canggih yang telah ditemukan
manusia belum ada satu pun yang dapat menggantikan posisi seorang guru. Sehingga menurut
Khoe Yao Tung, guru harus membangun kreativitas dan pertumbuhannya dalam membantu
6|Page
mengatasi kesulitan dan hambatan belajar murid. Guru harus sensitif terhadap metode yang
digunakan bagi kebutuhan murid dalam pemahaman makhluk ciptaan Tuhan.18 Artinya peran
guru lebih dari sekedar suatu sistem baku yang monoton dalam pendidikan, melainkan
mempunyai peran dinamis untuk mendidik dan membimbing individu kepada pencapaian
kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran menjadi hal mutlak mengingat kondisi
permasalahan pendidikan yang makin kompleks. Pendidikan berbasis TIK hanya akan berhasil
apabila dikelola dan ditangani dengan terencana, sistematis dan terintegrasi. Disamping itu,
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran juga memberikan tanggung jawab dan otoritas kepada guru
untuk menentukan apa dan bagaimana ia membawa siswa ke dalam proses pembelajaran yang
bermakna (meaningful tasks). Seorang guru harus menjadi sumber pengetahuan dan
mendemostrasikan kemampuan intelektualnya untuk membimbing siswa untuk mencapai tujuan
tertentu. Guru sebagai fasilitator harus mampu menciptakan kondisi dan tugas belajar yang
menarik, merangsang siswa untuk belajar, serta bertanggung jawab untuk mengembangkan
karakter dan kepribadian siswa yang sangat heterogen dalam kelas. Akan tetapi, yang pasti dalam
pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT, yang perlu diketahui dan dimiliki oleh seorang
guru ialah kompetensi. Kompetensi yang dimaksud ialah kompetensi pedagogik, profesional,
pribadi dan sosial sebagaimana yang diamanatkan dalam UUGD tahun 2006.
7|Page