Nim : 17.165
1. Pendahuluan
dibagian rohani atau dibagian jasmani. Ada juga para beberapa orang ahli mengartikan pendidikan
itu adalah suatu proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang
dalam mendewasakan melalui pengajaran dan latihan. Dengan pendidikan kita bisa lebih dewasa
karena pendidikan tersebut memberikan dampak yang sangat positif bagi kita, dan juga
pendidikan tersebut bisa memberantas buta huruf dan akan memberikan keterampilan,
kemampuan mental, dan lain sebagainya. Seperti yang tertera didalam UU No.20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan Negara. Guru merupakan unsur yang
sangat penting dalam dunia pendidikan, karena tanpa adanya guru maka suatu pendidikan tidak
akan dapat dikatakan berhasil. Seorang guru dikatakan memiliki tugas yang berat dalam dunia
pendidikan, untuk itu guru tidak hanya dituntut mampu menguasai bahan ajar, melainkan guru itu
juga harus mampu memahami peserta didik, mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran,
mampu mengevaluasi hasil belajar, dan mampu mengembangkan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, yang mana semua itu dapat diperoleh
1
seorang guru apabila menguasai kompetensi guru. Jadi, seorang guru dapat melaksanakan
Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pengertian Pendidikan dapat diartikan
sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau untuk kemajuan lebih baik.
Secara sederhana, Pengertian pendidikan adalah proses pembelajaran bagi peserta didik untuk
dapat mengerti, paham, dan membuat manusia lebih kritis dalam berpikir. Pendidikan merupakan
hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan kebutuhan
mutlak yang harus dipenuhi. Dalam kehidupan bernegara pendidikan sering dikaitkan dengan
Menurut Prof. H. Mahmud Yunus dan Martinus Jan Langeveld mengatakan pendidikan
adalah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang
bertujuan meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa
mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi. Agar anak tesebut
memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukannya dapat bermanfaat bagi dirinya
sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya. Selain dari itu Pendidikan adalah upaya
menolong anak untuk dapat melakukan tugas hidupnya secara mandiri dan bertanggung jawab dan
pendidikan merupakan usaha manusia dewasa dalam membimbing manusia yang belum dewasa
menuju kedewasaan. Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi (terwujud) dalam alam sekitar
intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia. Setiap negara maju tidak akan pernah
terlepas dengan dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu negara, maka
semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dapat memajukan dan mengharumkan
2
negaranya. Pendidikan merupakan faktor penting bagi masyarakat, demi maju mundurnya kualitas
masyarakat atau bangsa sangat bergantung pada pendidikan yang ada pada rakyat bangsa tersebut.
Seperti yang dikatakan oleh harahap dan poerkatja, pendidikan adalah usaha yang secara sengaja
dari orang tua yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala
perbuatannya. 1
Ruth S. Kadarmanto menguraikan dalam bukunya yang berjudul Tuntunlah ke Jalan yang
Benar tentang tanggung jawab utama sebagai pelayan sekolah Minggu terdiri dari 3 hal yakni:
Allah memberikan tugas utama kepada para pelayan-Nya untuk melakukan kebenaran dan
keadilan, termasuk kepada orang-orang dewasa dalam mendidik anakanak yaitu agar anak-
anak mulai diajarkan tentang jalan hidup yang benar melalui Alkitab sejak mereka masih
Ketika melayani di sekolah Minggu, aktifitas seorang guru sekolah Minggu pasti
bernyanyi, bercerita, bermain dengan anak-anak sekolah Minggu yang memunculkan rasa
sukacita. Perasaan sukacita besar itu menyakinkan setiap pelayan sekolah minggu bahwa
dirinya telah dipakai Tuhan menjadi saluran berkat Allah bagi anak-anak tersebut. Menjadi
pelayan sekolah Minggu berarti menyerahkan diri sendiri untuk dipakai Tuhan menjadi
alat dalam memberitakan cinta kasih dan kebenaranNya. Artinya, anak-anak dapat secara
langsung berkomunikasi dengan pelayan sekolah Minggu, seorang hamba Tuhan yang
Setiap orang diberikan Tuhan kemampuan yang berbeda-beda, sesuai dengan talenta dan
kemampuannya masing masing. Melalui kemampuan yang berbeda ini setiap orang
diharapkan dapat bekerja dan melayani sebaik mungkin. Maka sebagai guru sekolah
1
Haryanto, Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli http://belajarpsikologi.com/pengertian-pedidikan-menurut-
ahli/ diakses tanggal 25 Januari 2022.
3
Minggu, hendaknya ia melayani dengan baik (Roma 12:6-7). Dengan mengembangkan
karunia dan talenta berarti seseorang akan berupaya untuk menemukan kemampuan apa
saja yang ada dalam dirinya. Kemampuan yang berbeda-beda itu akan dipakai untuk
kemampuan dan talenta yang berbeda setiap orang terpanggil untuk saling melengkapi,
dan tidak ada seorangpun yang memegahkan diri, namun melakukan tugas bersama-sama
dan secara bersama-sama pula mengucap syukur kepada Tuhan karena semua guru sekolah
Susanto Leo mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Kiat Sukses Mengelola Dan
Mengajar Sekolah Minggu,bahwa guru sekolah Minggu bertanggungjawab untuk belajar dan
meningkatkan kualitas diri. Guru sekolah Minggu harus mampu menguasai materi yang diajarkan
berkaitan dengan nilai kehidupan kristiani serta menyadari bahwa materi ajar tersebut bersumber
dari firman Tuhan yang tidak pernah bisa habis atau tamat dipelajari. Selain itu, pengelolaan
dalam kegiatan sekolah Minggu berupa pendanaan dan pengadaan sarana serta prasarana dalam
kegiatan sekolah Minggu haruslah bertujuan untuk menunjang dan meningkatkan kinerja para
guru sekolah Minggu. Pengelola memerlukan bantuan dan kerja sama dengan pengajar karena
adanya murid yang perlu belajar. Di sisi lain, pengajar melakukan tugasnya karena diberi
wewenang oleh pengelola untuk mengajar, mendidik anak sesuai dengan program yang telah
ditetapkan. Pengajar berusaha untuk mengajar sesuai dengan komitmen panggilannya. Masalah
pengelolaan dan pengajaran akan selalu ada, tetapi dengan kepedulian dan dukungan semua
anggota tubuh Kristus di gereja, masalah akan semakin ringan dan dapat diselesaikan dengan
baik.3
2
Ruth S. Kadarmanto, Tuntunlah ke Jalan yang Benar, Panduan Mengajar Anak di Jemaat, (Jakarta: BPK-GM, 2012),
9-10.
3
Susanto Leo, Kiat Sukses Mengelola Dan Mengajar Sekolah Minggu,(Yogyakarta: ANDI 2008), 10.
4
Dalam suatu pelayanan gereja, tanggungjawab menjadi peranan penting yang harus
dimiliki oleh seluruh pelayan gereja. Pelayan harus sepenuhnya melayani dan bukan untuk
dilayani sebagaimana Yesus Kristus sendiri sudah melayani terlebih dahulu. Sebagai seorang
pelayan, maka ia dituntut supaya melayani, mengabdi, atau menghamba kepada Tuhan dan kepada
orang lain, atau pola hidup yang bukan lagi hidup untuk dirinya sendiri melainkan untuk Tuhan
dan orang lain. Pelayan merupakan hamba Allah karena menjadi pendorong umat untuk menjadi
duta serta saksi Injil. Atas dasar panggilannya untuk melayani, pelayan memiliki tanggungjawab
penuh untuk melayani umat-Nya di tengah-tengah gereja.4 Pelayan yang dimaksudkan dalam hal
ini tidak hanya ditujukan kepada pelayan fulltimer saja, melainkan terlebih kepada pelayan
sebagai “pengajar anak sekolah minggu” di tengah-tengah gereja yaitu guru sekolah minggu.
Guru sekolah minggu yang profesional adalah seorang pribadi yang sadar akan tanggungjawabnya
sebagai pelayan yang melayani anak sekolah minggu yang dipercayakan kepadanya. Menjadi guru
sekolah minggu adalah panggilan Allah kepada setiap orang yang mau memberikan hatinya
kepada anak sekolah minggu untuk dipakai Tuhan dan diperlengkapi dalam melanjutkan
pekerjaan Roh Kudus, yakni membagikan pemahaman tentang Yesus kepada orang lain
khususnya kepada anak sekolah minggu. Guru sekolah minggu yang terpanggil harus memiliki
komitmen dan keteladanan dimana dapat menomorsatukan panggilan Kristus untuk mengajar anak
sekolah Minggu dengan penuh sukacita. Pelayanan yang dilakukan bertujuan untuk membawa
anak sekolah Minggu ke dalam hubungan yang lebih akrab dengan Allah dan ditunjukkan melalui
Guru yang selalu dinantikan oleh anak-anak adalah guru yang mampu mengundang hati
anak-anak serta lebih mengutamakan kecintaan melihat kegembiraan anak-anak. Guru sekolah
Minggu yang menyadari bahwa membuat anak-anak senang dan bersukacita belajar firman Tuhan
sangat penting daripada harus memaksa mereka untuk membacanya. Sebab pengaruh membaca
dengan sukacita akan berbeda hasilnya dengan membaca karena dipaksa, dimana semakin
4
Midian K.H Sirait, Peta Pelayanan HKBP Distrik X Medan Aceh, (Medan: Tried Rogate Printing, 2008), 3.
5
sukarela anak mengerjakan bagiannya dalam proses pembelajarannya, maka semakin optimallah
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan konteks permasalahan yang duraikan diatas kita
menemukan beberapa masalah yang selanjutnya perlu dirumuskan. Berbicara mengenai guru
sekolah minggu yang ideal itu berarti berbicara mengenai pola sikap dan kehidupan yang harus
dibangun dan harus nampak dalam diri seorang guru sekolah minggu. “Ideal” artinya lebih
menunjuk kepada kemampuan dalam memainkan perannya sebagai seorang pendidik rohani bagi
anak-anak dan diupayakan untuk membangun relasi yang tepat dengan dirinya sendiri, anak-anak,
Guru adalah komponen penting dalam pendidikan anak, sebab guru menjadi ujung tombak
dalam menyampaikan firman Tuhan dalam pengajaran, kemudian guru juga menjadi pembimbing
rohani anak-anak sehingga dapat mengalami pertumbuhan rohani. Dengan tersedianya guru-guru
yang berkualitas maka akan membawa dampak positif dalam pelayanan Sekolah Minggu. Namun
belum semua guru Sekolah Minggu melayani dengan baik. Hal ini dimungkinkan karenakan ada
beberapa faktor yaitu: kurangnya pembekalan tentang pelayanan Sekolah Minggu, kurangnya
minat dalam mengajar anak-anak, guru itu sendiri belum mengerti hal yang mendasar yaitu
menurut Kristiono dan Perda dapat mempengaruhi pelayanan guru Sekolah Minggu. Padahal
secara teoritis dan teologis, guru Kristen termasuk guru Sekolah Minggu berperan untuk
agama yang diselenggarakan oleh Gereja Protestan. Sekolah ini hanya diberikan pada hari minggu
5
Igrea Siswanto, Mengajar Dengan Metode 4M, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), 3.
6
J.N.S. Juntak, Pengaruh Pemahaman Panggilan Guru Kristen Terhadap Pemberitaan Injil. (Jurnal Teologi dan
Pelayanan Kristiani,2019). 9-20.
6
karena disebut sekolah minggu. Lazimnya sekolah minggu memiliki koleksi buku keagamaan dan
bacaan yang bertema agama yang diperuntukkan bagi anak-anak yang berumur 5 sampai dengan
15 tahun. Menurut Gultom, Pujiati “Pendidikan agama Kristen anak atau yang dikenal dengan
istilah sekolah minggu adalah pendidikan yang difokuskan pada anak usia 1-12 tahun. Anak-anak
umur ini sangat perlu dididik khususnya sesuai dengan umur dan keadaan mereka masing-masing.
Hal ini perlu dipahami oleh pendidik, karena perkembangan jasmani, mental, dan rohani anak
Sekolah minggu adalah bagian integral dari hidup, pelayanan dan kesaksian gereja sebagai
tubuh Kristus yang kelihatan di dunia. Pelayanan sekolah minggu merupakan bagian dari
pelayanan gereja secara utuh pada jemaat yang terdiri dari orang dewasa, remaja dan anakanak.
Pelayanan gereja pada jemaat anak-anak pada umumnya disebut “sekolah minggu” karena
berlangsung pada hari minggu, hari yang dikuduskan Tuhan, dimana ibadah orang dewasa pun
berlangsung juga. Gereja memahami pentingnya pelayanan bagi anak-anak, sehingga dalam
kenyataannya hampir tak ada gereja yang tidak memiliki sekolah minggu.
Jika berbicara mengenai peran penting Guru Sekolah Minggu, dimana dapat melihat pola
sikap dan kehidupan seperti apa yang harus dibangun agar dapat mencapai kategori yang ideal
dalam pelayanan.
Dalam aturan peraturan HKBP untuk menjadi Guru Sekolah Minggu yang ideal adalah:
jemaat
b. Berperilaku yang pantas ditiru, tidak bercela, rajin mengikuti kebaktian atau persekutuan,
7
Adriana Tfaentem, Ana Irhandayaningsih, Amin Taufiq K, Motivasi Anak-anak Sekolah Minggu Dalam
Memanfaatkan Koleksi di Perpustakaan Kristen 2015.
7
e. Seboleh-bolehnya berpendidikan keguruan, dan memiliki pengertian tentang
perkembangan pikiran, emosi, dan fisik anak-anak sekolah minggu, dan proses belajar.
f. Dipilih dalam rapat gabungan dewan Koinonia dan majelis Tahbisan dari antara warga
jemaat, dan ditetapkan oleh pimpinan Jemaat dengan surat keputusan, serta diumumkan
Melihat dari kenyataan bahwa syarat ini belum terpenuhi secara benar di berbagai gereja
HKBP. Maka dalam hal ini pendidikan Guru Sekolah Minggu perlu memuat pembekalan tentang
pendidikan rohani terhadap anak-anak, membangun relasi yang baik sesama pelayan, baik
terhadap gereja maupun terhadap Tuhannya. Berdasarkan syarat HKBP khususnya yang
mengatakan pada aturan dan peraturan HKBP yang terdapat pada poin lima “Seboleh-bolehnya
berpendidikan keguruan, dan memiliki pengertian tentang perkembangan pikiran, emosi, dan fisik
anak-anak sekolah minggu, dan proses belajar”. Maka pendidikan Guru Sekolah Minggu
Daya pikir adalah salah satu potensi manusia yang diberikan Allah yang amat berharga
yang harus disyukuri. Karena itu potensi lain perlu dikembangkan, hingga potensi berpikir
dan porensi-potensi lain dapat berjalan seiring menuju kebutuhan manusia. Berpikir adalah
lainnya dalam kehidupan. Hal ini karena upaya untuk meningkatkan kemampuan daya
yang dapat dikembangkan melalui proses belajar. Guru dalam proses belajar harus
8
HKBP, Aturan Dohot Peraturan HKBP Dung Amandemen 2002, (Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung 2015). 45-46
8
pengetahuan dan berpikir dapat saling melengkapi dalam perkembangan berpikir
selanjutnya. Pentingnya keseimbangan proses dan pengetahuan ini juga untuk menghindari
Guru mengenali emosi pada anak-anak Sekolah Minggu untuk membangun suasana yang
nyaman dalam mengajar. Hal ini harus dikemukakan dalam menciptakan lingkungan
belajar. Selain itu, untuk membangun komunikasi dengan anak-anak, guru bisa mengetahui
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam diri anak. Jika situasi ini tidak terbangun, hal
ini bisa membuat anak-anak merasa canggung untuk berbicara dengan guru dan
komunikasi yang tidak baik. Akibatnya, guru juga akan menemukan kesulitan keinginan
Perkembangan pada anak mencakup perkembangan fisik, motorik dan kognitif, serta sosial
emosional dan bahasa. Masa ini merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat
sekaligus paling sibuk pada diri anak. Pada masa ini, anak sudah memiliki keterampilan
dan kemampuan walaupun belum sempurna. untuk itu, sebagai Guru Sekolah Minggu
harus memahami perkembangan anak usia dini khusunya perkembangan fisik, sehingga
Proses belajar mengajar adalah proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan
anak-anak Sekolah Minggu atas dasar hubungan timbale balik. Dalam hal ini pengaruh
dari peran seorang guru sangat besar sekali. Di mana keyakinan seorang guru atau
pengajar atas potensi dan kemampuan semua anak-anak untuk belajar dan berprestasi
merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan. Aspek-aspek teladan mental guru atau
pengajar berdampak besar terhadap situasi belajar dan pemikiran siswa yang diciptakan
9
guru. Guru harus mampu memahami bahwa perasaan dan sikap anak-anak akan terlihat
Peran Guru Sekolah Minggu berlangsung selama 1 tahun dengan pertemuan 100 menit
setiap pertemuan, usia minimal 18 ke atas dan sudah naik sidi serta dibekali dengan kompetensi
keguruan untuk mampu mengimplementasikan kurikulum sekolah minggu dan atau buku panduan
Berdasarkan pemahaman diatas rumusan masalah adalah apakah pendidikan Guru Sekolah
Pembinaan Guru Sekolah Minggu disini yang penulis maksud adalah yang dilakukan secara
formal dengan adanya pendidikan Guru Sekolah Minggu, itu sebabnya pembinaan perlu dilakukan
dengan baik sehingga guru-guru dapat terus mengembangkan diri. Keselamatan adalah salah satu
doktrin penting dalam kekristenan. Tetapi keselamatan juga berkaitan dengan kehidupan seorang
memiliki kaitan dengan karakter seseorang, itu sebabnya hal ini penting bagi guru maupun murid.9
Hanya dalam mengajarkan keselamatan pada anak-anak, terdapat kesulitan sebagaimana yang
diungkapkan oleh Tinggi. Menurut Tinggi kesulitan guru dalam membimbing anak-anak percaya
pada Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan adalah ketika guru harus membimbing mereka
C. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang dan perumusan masalah diatas dapat dijumpai berbagai masalah yang
belum terpenuhi terhadap Guru Sekolah Minggu diantaranya, belum bersedia mempersembahkan
9
D.E. Setiawan, Kelahiran Baru di Dalam Kristus Sebagai Tidik Awal Pendidikan Karakter Unggul. (Jurnal Teologi Injil
dan Pembinaan Warga Jemaat, 2019). 154-161.
10
R. Tinggi, Mengajarkan Injil Kepada Anak Usia Empat Sampai Lima Tahun. (Jurnal Amanat Agung, 2010) 71-86.
10
diri bekerja di tengah-tengah anak-anak sekolah minggu jemaat, kurangnya perilaku yang pantas
ditiru, tidak bercela, dalam mengikuti kebaktian atau persekutuan masih kurang dalam melakukan
pekerjaan geejawi, kemalasan mengikuti sermon, berusia sekurang-kurangnya 18 tahun dan sudah
pikiran, emosi, dan fisik anak-anak sekolah minggu, dan proses belajar.
Maka dalam batasan masalah ini penulis akan menyoroti/mengkaji secara khusus tentang
perlunya pendidikan GSM untuk menjawab pemenuhan syarat menjadi GSM di HKBP. Lebih
jelasnya skripsi ini akan mengkaji lebih dalam tentang pemenuhan syarat GSM sebagaimana pada
poin lima yang menyatakan Seboleh-bolehnya berpendidikan keguruan, dan memiliki pengertian
tentang perkembangan pikiran, emosi, dan fisik anak-anak sekolah minggu, dan proses belajar.
D. Hipotesis
Berdasarkan batasan masalah diatas maka hipotesis penelitian ini adalah pendidikan Guru
Sekolah Minggu menjadi kebutuhan meningkatkan kemampuan Guru Sekolah Minggu untuk
memiliki pengertian tentang perkembangan pikiran, emosi, dan fisik anak-anak sekolah minggu,
a. Banyaknya syarat yang harus dipenuhi Guru Sekolah Minggu sebagaimana dalam aturan
HKBP dalam pasal 5 masih banyak gereja HKBP yang belum mampu memenuhinya di
dalam menentukan GSM. Untuk itu penulis sangat tertarik untuk dapat sedikit memberi
masukan dalam hal mengatasi masalah tersebut. Dengan menawarkan arti pentingnya
b. Manfaat penulisan
1. Manfaat teoritis
11
Tulisan ini diharapkan dapat digunakan salah satu rujukan dalam membahas tentang
2. Manfaat praktis
Bagi penulis, dapat memahami lebih dalam tentang peran Guru Sekolah Minggu dalam
pelayanan di gereja
a. Bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Guru Huria, tulisan bermanfaat dalam memahami
b. Untuk Guru Sekolah Minggu, tulisan ini dapat digunakan menjadi salah satu
c. Bagi gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), dapat digunakan menjadi
Kajian dalam wawancara mendalam terhadap para pelayan fulltimer dan guru sekolah minggu
tentang perlunya pendidikan Guru Sekolah Minggu. Metode penelitian yang saya lakukan adalah
mengenai masalah-masalah dalam kegiatan kehidupan sosial berdasarkan realitas atau natural
seting yang kompleks, dan rinci. Penelitian yang menggunakan pendekatan induksi yang
mempunyai tujuan penyusunan kontruksi teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta
ialah dimana seseorang peneliti sebelum memulai proses penelitian perlu mengenal dan paham
tentang karakteristik penelitian kualitatif dengan harapan dapat mempermudah saat proses
penelitian dan dapat mengungkap informasi kualitatif secara teliti dalam prosesnya yang
deskripsi-analisis dan penuh makna. Penelitian kualitatif dilakukan dengan karakteristik yang
12
mendeskripsikan suatu keadaan yang sebenarnya atau fakta, tetapi laporan yang dibuat bukan
Menurut Bogdan dan Biklen, bahwa karakteristik penelitian kualitatif, yaitu penelitian
kualitatif lebih bersifat deskriptif, penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif,
dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati). 11 Dengan
penelitian kualitatif penulis akan bertindak sebagai pelaksana, pengumpul data, dan sebagai
instrument aktif dalam upaya pengumpulan data serta informasi terkait hal-hal yang berkaitan
a. Sumber data
1. Observasi
Secara umum observasi merupakan aktivitas pengamatan terhadap suatu objek secara
cermat langsung dilokasi penelitian, serta mencatat secara sistematis mengenai gejala-
gejala yang diteliti. Penelitian dengan tehnik observasi adalah untuk memberikan
terhadap aspek tertentu serta memberikan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih yang terjadi antara
pewawancara dan narasumber untuk bertukar informasi dan ide melalui interaksi tanya
tertentu, yaitu dilakukan dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan
3. Dokumentasi
Metode ini dilakukan untuk memperkuat dan pelengkap data yang didapatkan.
b. Pengolahan Data
11
Albi Anggito Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Sukabumi: Cv jejak,2018), 8-10.
12
Mardawan, Prakis Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Deepublish Publisgher, 20200), 50-52.
13
Menurut Hasan, Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan
Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi data
yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut.13
c. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah
dipahami, dan temuanya dapat diiformasikan kepada orang lain. Analisis data pada
data, melakukan sintesis dan memilih nama yang paling penting yang dipelajari dan
G. Sistematika Penulisan
BAB I
A. Landasan Teologis
Sekolah Minggu dengan baik dapat menjadi sarana yang tepat bagi gereja untuk
menjadi masa depan yang indah bagi gereja dan bangsa. Gereja berpartisipasi
kerohanian anak untuk menanamkan rasa Takut akan Tuhan. Penulis menggunakan
ulangan 31:9-13 yang dianggap sebagai salah satu landasan alkitabiah yang penting
untuk dipelajari dengan tujuan dapat dikembangkan sebagai landasan strategi oleh
Guru Sekolah Minggu dalam mengajarkan takut akan Tuhan kepada anak-anak.
13
https://amaktik.com (diakses 30/01/2022).
14
Khadijah, Nurul Amelia, Perkembangan Fisik Motorik, (Ramawagun: Kencana,2020), 174.
14
yaitu: menghadap hadirat Tuhan, mendengarkan Firman Tuhan, dan pembelajaran
Takut akan Tuhan yang akan menjadi landasan Teologis Guru Sekolah Minggu.
Penulis mengangkat landasan teoritis yang terdapat dalam aturan dan peraturan
HKBP Pasal yang ke 5 tentang syarat-syarat menjadi Guru Sekolah Minggu serta
diambil dari buku-buku dokumen HKBP dan buku yang membahas tentang
BAB II
BAB III
BAB IV
15