Anda di halaman 1dari 15

Nama : Rio Martin Sitanggang

Nim : 17.165

Mata kuliah : Seminar Proposal

Dosen Pembimbing : Pdt. Manaek Simanungkalit, M.Th

Kajian Terhadap Kebutuhan Pendidikan Guru Sekolah Minggu HKBP

1. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah dan Konteks Permasalahan

Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan kepribadian manusia baik

dibagian rohani atau dibagian jasmani. Ada juga para beberapa orang ahli mengartikan pendidikan

itu adalah suatu proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang

dalam mendewasakan melalui pengajaran dan latihan. Dengan pendidikan kita bisa lebih dewasa

karena pendidikan tersebut memberikan dampak yang sangat positif bagi kita, dan juga

pendidikan tersebut bisa memberantas buta huruf dan akan memberikan keterampilan,

kemampuan mental, dan lain sebagainya. Seperti yang tertera didalam UU No.20 tahun 2003

Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan Negara. Guru merupakan unsur yang

sangat penting dalam dunia pendidikan, karena tanpa adanya guru maka suatu pendidikan tidak

akan dapat dikatakan berhasil. Seorang guru dikatakan memiliki tugas yang berat dalam dunia

pendidikan, untuk itu guru tidak hanya dituntut mampu menguasai bahan ajar, melainkan guru itu

juga harus mampu memahami peserta didik, mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran,

mampu mengevaluasi hasil belajar, dan mampu mengembangkan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, yang mana semua itu dapat diperoleh

1
seorang guru apabila menguasai kompetensi guru. Jadi, seorang guru dapat melaksanakan

pendidikan dengan baik apabila telah menguasai kompetensi guru.

Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pengertian Pendidikan dapat diartikan

sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau untuk kemajuan lebih baik.

Secara sederhana, Pengertian pendidikan adalah proses pembelajaran bagi peserta didik untuk

dapat mengerti, paham, dan membuat manusia lebih kritis dalam berpikir. Pendidikan merupakan

hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan kebutuhan

mutlak yang harus dipenuhi. Dalam kehidupan bernegara pendidikan sering dikaitkan dengan

tingkat kemajuan suatu bangsa.

Menurut Prof. H. Mahmud Yunus dan Martinus Jan Langeveld mengatakan pendidikan

adalah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang

bertujuan meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa

mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi. Agar anak tesebut

memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukannya dapat bermanfaat bagi dirinya

sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya. Selain dari itu Pendidikan adalah upaya

menolong anak untuk dapat melakukan tugas hidupnya secara mandiri dan bertanggung jawab dan

pendidikan merupakan usaha manusia dewasa dalam membimbing manusia yang belum dewasa

menuju kedewasaan. Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari

penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan

mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi (terwujud) dalam alam sekitar

intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia. Setiap negara maju tidak akan pernah

terlepas dengan dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu negara, maka

semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dapat memajukan dan mengharumkan
2
negaranya. Pendidikan merupakan faktor penting bagi masyarakat, demi maju mundurnya kualitas

masyarakat atau bangsa sangat bergantung pada pendidikan yang ada pada rakyat bangsa tersebut.

Seperti yang dikatakan oleh harahap dan poerkatja, pendidikan adalah usaha yang secara sengaja

dari orang tua yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala

perbuatannya. 1

Ruth S. Kadarmanto menguraikan dalam bukunya yang berjudul Tuntunlah ke Jalan yang

Benar tentang tanggung jawab utama sebagai pelayan sekolah Minggu terdiri dari 3 hal yakni:

1. Mengkomunikasikan hal yang benar

Allah memberikan tugas utama kepada para pelayan-Nya untuk melakukan kebenaran dan

keadilan, termasuk kepada orang-orang dewasa dalam mendidik anakanak yaitu agar anak-

anak mulai diajarkan tentang jalan hidup yang benar melalui Alkitab sejak mereka masih

kecil (2 Tim 3:14-16).

2. Menjadi saluran berkat

Ketika melayani di sekolah Minggu, aktifitas seorang guru sekolah Minggu pasti

bernyanyi, bercerita, bermain dengan anak-anak sekolah Minggu yang memunculkan rasa

sukacita. Perasaan sukacita besar itu menyakinkan setiap pelayan sekolah minggu bahwa

dirinya telah dipakai Tuhan menjadi saluran berkat Allah bagi anak-anak tersebut. Menjadi

pelayan sekolah Minggu berarti menyerahkan diri sendiri untuk dipakai Tuhan menjadi

alat dalam memberitakan cinta kasih dan kebenaranNya. Artinya, anak-anak dapat secara

langsung berkomunikasi dengan pelayan sekolah Minggu, seorang hamba Tuhan yang

hidup, dimana perkataan dan perbuatannya dapat dicontoh oleh anak-anak.

3. Melayani sesuai kempuan masing-masing

Setiap orang diberikan Tuhan kemampuan yang berbeda-beda, sesuai dengan talenta dan

kemampuannya masing masing. Melalui kemampuan yang berbeda ini setiap orang

diharapkan dapat bekerja dan melayani sebaik mungkin. Maka sebagai guru sekolah
1
Haryanto, Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli http://belajarpsikologi.com/pengertian-pedidikan-menurut-
ahli/ diakses tanggal 25 Januari 2022.
3
Minggu, hendaknya ia melayani dengan baik (Roma 12:6-7). Dengan mengembangkan

karunia dan talenta berarti seseorang akan berupaya untuk menemukan kemampuan apa

saja yang ada dalam dirinya. Kemampuan yang berbeda-beda itu akan dipakai untuk

melakukan berbagai kegiatan dan saling melengkapi di sekolah Minggu. Melalui

kemampuan dan talenta yang berbeda setiap orang terpanggil untuk saling melengkapi,

dan tidak ada seorangpun yang memegahkan diri, namun melakukan tugas bersama-sama

dan secara bersama-sama pula mengucap syukur kepada Tuhan karena semua guru sekolah

Minggu dipakai untuk menjadi saluran berkat-Nya.2

Susanto Leo mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Kiat Sukses Mengelola Dan

Mengajar Sekolah Minggu,bahwa guru sekolah Minggu bertanggungjawab untuk belajar dan

meningkatkan kualitas diri. Guru sekolah Minggu harus mampu menguasai materi yang diajarkan

berkaitan dengan nilai kehidupan kristiani serta menyadari bahwa materi ajar tersebut bersumber

dari firman Tuhan yang tidak pernah bisa habis atau tamat dipelajari. Selain itu, pengelolaan

dalam kegiatan sekolah Minggu berupa pendanaan dan pengadaan sarana serta prasarana dalam

kegiatan sekolah Minggu haruslah bertujuan untuk menunjang dan meningkatkan kinerja para

guru sekolah Minggu. Pengelola memerlukan bantuan dan kerja sama dengan pengajar karena

adanya murid yang perlu belajar. Di sisi lain, pengajar melakukan tugasnya karena diberi

wewenang oleh pengelola untuk mengajar, mendidik anak sesuai dengan program yang telah

ditetapkan. Pengajar berusaha untuk mengajar sesuai dengan komitmen panggilannya. Masalah

pengelolaan dan pengajaran akan selalu ada, tetapi dengan kepedulian dan dukungan semua

anggota tubuh Kristus di gereja, masalah akan semakin ringan dan dapat diselesaikan dengan

baik.3

 Guru sekolah minggu (GSM)

2
Ruth S. Kadarmanto, Tuntunlah ke Jalan yang Benar, Panduan Mengajar Anak di Jemaat, (Jakarta: BPK-GM, 2012),
9-10.
3
Susanto Leo, Kiat Sukses Mengelola Dan Mengajar Sekolah Minggu,(Yogyakarta: ANDI 2008), 10.
4
Dalam suatu pelayanan gereja, tanggungjawab menjadi peranan penting yang harus

dimiliki oleh seluruh pelayan gereja. Pelayan harus sepenuhnya melayani dan bukan untuk

dilayani sebagaimana Yesus Kristus sendiri sudah melayani terlebih dahulu. Sebagai seorang

pelayan, maka ia dituntut supaya melayani, mengabdi, atau menghamba kepada Tuhan dan kepada

orang lain, atau pola hidup yang bukan lagi hidup untuk dirinya sendiri melainkan untuk Tuhan

dan orang lain. Pelayan merupakan hamba Allah karena menjadi pendorong umat untuk menjadi

duta serta saksi Injil. Atas dasar panggilannya untuk melayani, pelayan memiliki tanggungjawab

penuh untuk melayani umat-Nya di tengah-tengah gereja.4 Pelayan yang dimaksudkan dalam hal

ini tidak hanya ditujukan kepada pelayan fulltimer saja, melainkan terlebih kepada pelayan

sebagai “pengajar anak sekolah minggu” di tengah-tengah gereja yaitu guru sekolah minggu.

Guru sekolah minggu yang profesional adalah seorang pribadi yang sadar akan tanggungjawabnya

sebagai pelayan yang melayani anak sekolah minggu yang dipercayakan kepadanya. Menjadi guru

sekolah minggu adalah panggilan Allah kepada setiap orang yang mau memberikan hatinya

kepada anak sekolah minggu untuk dipakai Tuhan dan diperlengkapi dalam melanjutkan

pekerjaan Roh Kudus, yakni membagikan pemahaman tentang Yesus kepada orang lain

khususnya kepada anak sekolah minggu. Guru sekolah minggu yang terpanggil harus memiliki

komitmen dan keteladanan dimana dapat menomorsatukan panggilan Kristus untuk mengajar anak

sekolah Minggu dengan penuh sukacita. Pelayanan yang dilakukan bertujuan untuk membawa

anak sekolah Minggu ke dalam hubungan yang lebih akrab dengan Allah dan ditunjukkan melalui

hubungan dengan sesamanya dalam persekutuan dengan Tuhan Yesus.

Guru yang selalu dinantikan oleh anak-anak adalah guru yang mampu mengundang hati

anak-anak serta lebih mengutamakan kecintaan melihat kegembiraan anak-anak. Guru sekolah

Minggu yang menyadari bahwa membuat anak-anak senang dan bersukacita belajar firman Tuhan

sangat penting daripada harus memaksa mereka untuk membacanya. Sebab pengaruh membaca

dengan sukacita akan berbeda hasilnya dengan membaca karena dipaksa, dimana semakin

4
Midian K.H Sirait, Peta Pelayanan HKBP Distrik X Medan Aceh, (Medan: Tried Rogate Printing, 2008), 3.
5
sukarela anak mengerjakan bagiannya dalam proses pembelajarannya, maka semakin optimallah

pertumbuhan spiritualitas anak sekolah Minggu tersebut.5

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan konteks permasalahan yang duraikan diatas kita

menemukan beberapa masalah yang selanjutnya perlu dirumuskan. Berbicara mengenai guru

sekolah minggu yang ideal itu berarti berbicara mengenai pola sikap dan kehidupan yang harus

dibangun dan harus nampak dalam diri seorang guru sekolah minggu. “Ideal” artinya lebih

menunjuk kepada kemampuan dalam memainkan perannya sebagai seorang pendidik rohani bagi

anak-anak dan diupayakan untuk membangun relasi yang tepat dengan dirinya sendiri, anak-anak,

orang tua anak, rekan sepelayanan, gereja dan dengan Tuhannya.

Guru adalah komponen penting dalam pendidikan anak, sebab guru menjadi ujung tombak

dalam menyampaikan firman Tuhan dalam pengajaran, kemudian guru juga menjadi pembimbing

rohani anak-anak sehingga dapat mengalami pertumbuhan rohani. Dengan tersedianya guru-guru

yang berkualitas maka akan membawa dampak positif dalam pelayanan Sekolah Minggu. Namun

belum semua guru Sekolah Minggu melayani dengan baik. Hal ini dimungkinkan karenakan ada

beberapa faktor yaitu: kurangnya pembekalan tentang pelayanan Sekolah Minggu, kurangnya

minat dalam mengajar anak-anak, guru itu sendiri belum mengerti hal yang mendasar yaitu

tentang keselamatan di dalam Yesus secara pribadi. Permasalahan-permasalah seperti di atas

menurut Kristiono dan Perda dapat mempengaruhi pelayanan guru Sekolah Minggu. Padahal

secara teoritis dan teologis, guru Kristen termasuk guru Sekolah Minggu berperan untuk

mengajarkan keselamatan atau memberikan Injil kepada anak-anak.6

Menurut Sulistyo-Basuki “Sekolah minggu adalah pendidikan nonformal untuk pelajaran

agama yang diselenggarakan oleh Gereja Protestan. Sekolah ini hanya diberikan pada hari minggu

5
Igrea Siswanto, Mengajar Dengan Metode 4M, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), 3.
6
J.N.S. Juntak, Pengaruh Pemahaman Panggilan Guru Kristen Terhadap Pemberitaan Injil. (Jurnal Teologi dan
Pelayanan Kristiani,2019). 9-20.
6
karena disebut sekolah minggu. Lazimnya sekolah minggu memiliki koleksi buku keagamaan dan

bacaan yang bertema agama yang diperuntukkan bagi anak-anak yang berumur 5 sampai dengan

15 tahun. Menurut Gultom, Pujiati “Pendidikan agama Kristen anak atau yang dikenal dengan

istilah sekolah minggu adalah pendidikan yang difokuskan pada anak usia 1-12 tahun. Anak-anak

umur ini sangat perlu dididik khususnya sesuai dengan umur dan keadaan mereka masing-masing.

Hal ini perlu dipahami oleh pendidik, karena perkembangan jasmani, mental, dan rohani anak

yang berbeda satu dengan yang lainnya”.7

Sekolah minggu adalah bagian integral dari hidup, pelayanan dan kesaksian gereja sebagai

tubuh Kristus yang kelihatan di dunia. Pelayanan sekolah minggu merupakan bagian dari

pelayanan gereja secara utuh pada jemaat yang terdiri dari orang dewasa, remaja dan anakanak.

Pelayanan gereja pada jemaat anak-anak pada umumnya disebut “sekolah minggu” karena

berlangsung pada hari minggu, hari yang dikuduskan Tuhan, dimana ibadah orang dewasa pun

berlangsung juga. Gereja memahami pentingnya pelayanan bagi anak-anak, sehingga dalam

kenyataannya hampir tak ada gereja yang tidak memiliki sekolah minggu.

Jika berbicara mengenai peran penting Guru Sekolah Minggu, dimana dapat melihat pola

sikap dan kehidupan seperti apa yang harus dibangun agar dapat mencapai kategori yang ideal

dalam pelayanan.

Dalam aturan peraturan HKBP untuk menjadi Guru Sekolah Minggu yang ideal adalah:

a. Bersedia mempersembahkan diri bekerja di tengah-tengah anak-anak sekolah minggu

jemaat

b. Berperilaku yang pantas ditiru, tidak bercela, rajin mengikuti kebaktian atau persekutuan,

dan melakukan pekerjaan geejawi

c. Rajin mengikuti sermon

d. Berusia sekurang-kurangnya 18 tahun dan sudah sidi

7
Adriana Tfaentem, Ana Irhandayaningsih, Amin Taufiq K, Motivasi Anak-anak Sekolah Minggu Dalam
Memanfaatkan Koleksi di Perpustakaan Kristen 2015.
7
e. Seboleh-bolehnya berpendidikan keguruan, dan memiliki pengertian tentang

perkembangan pikiran, emosi, dan fisik anak-anak sekolah minggu, dan proses belajar.

f. Dipilih dalam rapat gabungan dewan Koinonia dan majelis Tahbisan dari antara warga

jemaat, dan ditetapkan oleh pimpinan Jemaat dengan surat keputusan, serta diumumkan

dalam ibadah minggu. 8

Melihat dari kenyataan bahwa syarat ini belum terpenuhi secara benar di berbagai gereja

HKBP. Maka dalam hal ini pendidikan Guru Sekolah Minggu perlu memuat pembekalan tentang

pendidikan rohani terhadap anak-anak, membangun relasi yang baik sesama pelayan, baik

terhadap gereja maupun terhadap Tuhannya. Berdasarkan syarat HKBP khususnya yang

mengatakan pada aturan dan peraturan HKBP yang terdapat pada poin lima “Seboleh-bolehnya

berpendidikan keguruan, dan memiliki pengertian tentang perkembangan pikiran, emosi, dan fisik

anak-anak sekolah minggu, dan proses belajar”. Maka pendidikan Guru Sekolah Minggu

diharapkan memuat pengajaran yang bermutu dan mendidik:

1. Kemampuan berpikir Guru Sekolah Minggu

Daya pikir adalah salah satu potensi manusia yang diberikan Allah yang amat berharga

yang harus disyukuri. Karena itu potensi lain perlu dikembangkan, hingga potensi berpikir

dan porensi-potensi lain dapat berjalan seiring menuju kebutuhan manusia. Berpikir adalah

penggerak dalam kehidupan yang saling berkaitan dengan aspek-aspek kemanusiaan

lainnya dalam kehidupan. Hal ini karena upaya untuk meningkatkan kemampuan daya

pikir harus memperhatikan berbagai dimensi yang terkait hingga dalam

pertumbuhannyaakan membawa pengaruh pula terhadap potensi-potensi kognitif lainnya

guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan pikiran serta keutuhan pribadi.

Meningkatkan daya pikir dalam proses pendidikan merupakan seperangkat keterampilan

yang dapat dikembangkan melalui proses belajar. Guru dalam proses belajar harus

mengkaitkan dan menyatukan latihan berpikir dengan penguasaan pengetahuan, sebab

8
HKBP, Aturan Dohot Peraturan HKBP Dung Amandemen 2002, (Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung 2015). 45-46
8
pengetahuan dan berpikir dapat saling melengkapi dalam perkembangan berpikir

selanjutnya. Pentingnya keseimbangan proses dan pengetahuan ini juga untuk menghindari

dangkalnya berpikir dalam diri anak-anak.

2. Kontrol emosi dalam mengajar

Guru mengenali emosi pada anak-anak Sekolah Minggu untuk membangun suasana yang

nyaman dalam mengajar. Hal ini harus dikemukakan dalam menciptakan lingkungan

belajar yang menyenangkan. Ini termasuk partisipasi-partisipasi anak-anak dalam proses

belajar. Selain itu, untuk membangun komunikasi dengan anak-anak, guru bisa mengetahui

kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam diri anak. Jika situasi ini tidak terbangun, hal

ini bisa membuat anak-anak merasa canggung untuk berbicara dengan guru dan

komunikasi yang tidak baik. Akibatnya, guru juga akan menemukan kesulitan keinginan

anak-anak Sekolah Minggu.

3. Pemahaman GSM terhadap perkembangan fisik anak-anak Sekolah Minggu

Perkembangan pada anak mencakup perkembangan fisik, motorik dan kognitif, serta sosial

emosional dan bahasa. Masa ini merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat

sekaligus paling sibuk pada diri anak. Pada masa ini, anak sudah memiliki keterampilan

dan kemampuan walaupun belum sempurna. untuk itu, sebagai Guru Sekolah Minggu

harus memahami perkembangan anak usia dini khusunya perkembangan fisik, sehingga

dalam proses mengajar yang dilakukan bisa diterapkan dengan baik.

4. Proses pengajaran Guru Sekolah Minggu

Proses belajar mengajar adalah proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan

anak-anak Sekolah Minggu atas dasar hubungan timbale balik. Dalam hal ini pengaruh

dari peran seorang guru sangat besar sekali. Di mana keyakinan seorang guru atau

pengajar atas potensi dan kemampuan semua anak-anak untuk belajar dan berprestasi

merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan. Aspek-aspek teladan mental guru atau

pengajar berdampak besar terhadap situasi belajar dan pemikiran siswa yang diciptakan
9
guru. Guru harus mampu memahami bahwa perasaan dan sikap anak-anak akan terlihat

dan berpengaruh kuat pada proses belajarnya.

Peran Guru Sekolah Minggu berlangsung selama 1 tahun dengan pertemuan 100 menit

setiap pertemuan, usia minimal 18 ke atas dan sudah naik sidi serta dibekali dengan kompetensi

keguruan untuk mampu mengimplementasikan kurikulum sekolah minggu dan atau buku panduan

kebaktian sekolah minggu HKBP.

Berdasarkan pemahaman diatas rumusan masalah adalah apakah pendidikan Guru Sekolah

Minggu dapat menjawab harapan HKBP terhadap gsm?

Pembinaan Guru Sekolah Minggu disini yang penulis maksud adalah yang dilakukan secara

formal dengan adanya pendidikan Guru Sekolah Minggu, itu sebabnya pembinaan perlu dilakukan

dengan baik sehingga guru-guru dapat terus mengembangkan diri. Keselamatan adalah salah satu

doktrin penting dalam kekristenan. Tetapi keselamatan juga berkaitan dengan kehidupan seorang

Kristen. Setiawan mengungkapkan bahwa pemahaman dan keyakinan tentang keselamatan

memiliki kaitan dengan karakter seseorang, itu sebabnya hal ini penting bagi guru maupun murid.9

Hanya dalam mengajarkan keselamatan pada anak-anak, terdapat kesulitan sebagaimana yang

diungkapkan oleh Tinggi. Menurut Tinggi kesulitan guru dalam membimbing anak-anak percaya

pada Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan adalah ketika guru harus membimbing mereka

satu persatu dan masih terbatasnya pemahaman mereka.10

C. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang dan perumusan masalah diatas dapat dijumpai berbagai masalah yang

belum terpenuhi terhadap Guru Sekolah Minggu diantaranya, belum bersedia mempersembahkan

9
D.E. Setiawan, Kelahiran Baru di Dalam Kristus Sebagai Tidik Awal Pendidikan Karakter Unggul. (Jurnal Teologi Injil
dan Pembinaan Warga Jemaat, 2019). 154-161.
10
R. Tinggi, Mengajarkan Injil Kepada Anak Usia Empat Sampai Lima Tahun. (Jurnal Amanat Agung, 2010) 71-86.
10
diri bekerja di tengah-tengah anak-anak sekolah minggu jemaat, kurangnya perilaku yang pantas

ditiru, tidak bercela, dalam mengikuti kebaktian atau persekutuan masih kurang dalam melakukan

pekerjaan geejawi, kemalasan mengikuti sermon, berusia sekurang-kurangnya 18 tahun dan sudah

sidi, seboleh-bolehnya berpendidikan keguruan, dan memiliki pengertian tentang perkembangan

pikiran, emosi, dan fisik anak-anak sekolah minggu, dan proses belajar.

Maka dalam batasan masalah ini penulis akan menyoroti/mengkaji secara khusus tentang

perlunya pendidikan GSM untuk menjawab pemenuhan syarat menjadi GSM di HKBP. Lebih

jelasnya skripsi ini akan mengkaji lebih dalam tentang pemenuhan syarat GSM sebagaimana pada

poin lima yang menyatakan Seboleh-bolehnya berpendidikan keguruan, dan memiliki pengertian

tentang perkembangan pikiran, emosi, dan fisik anak-anak sekolah minggu, dan proses belajar.

D. Hipotesis

Berdasarkan batasan masalah diatas maka hipotesis penelitian ini adalah pendidikan Guru

Sekolah Minggu menjadi kebutuhan meningkatkan kemampuan Guru Sekolah Minggu untuk

memiliki pengertian tentang perkembangan pikiran, emosi, dan fisik anak-anak sekolah minggu,

dan proses belajar.

E. Alasan Pemilihan Pokok Bahasan dan Manfaat Penulisan

a. Banyaknya syarat yang harus dipenuhi Guru Sekolah Minggu sebagaimana dalam aturan

HKBP dalam pasal 5 masih banyak gereja HKBP yang belum mampu memenuhinya di

dalam menentukan GSM. Untuk itu penulis sangat tertarik untuk dapat sedikit memberi

masukan dalam hal mengatasi masalah tersebut. Dengan menawarkan arti pentingnya

pendidikan Guru Sekolah Minggu

b. Manfaat penulisan

1. Manfaat teoritis

11
Tulisan ini diharapkan dapat digunakan salah satu rujukan dalam membahas tentang

Guru Sekolah Minggu

2. Manfaat praktis

Bagi penulis, dapat memahami lebih dalam tentang peran Guru Sekolah Minggu dalam

pelayanan di gereja

a. Bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Guru Huria, tulisan bermanfaat dalam memahami

arti pentingnya pendidikan Guru Sekolah Minggu dan kesulitan-kesulitan yang di

hadapi oleh Guru Sekolah Minggu

b. Untuk Guru Sekolah Minggu, tulisan ini dapat digunakan menjadi salah satu

penguatan dan pembekalan

c. Bagi gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), dapat digunakan menjadi

pertimbangan untuk mendorong dibukanya pendidikan GSM

F. Metodologi Penelitian: Bahan atau materi penelitian, jalan penelitian, penelitian

Kajian dalam wawancara mendalam terhadap para pelayan fulltimer dan guru sekolah minggu

tentang perlunya pendidikan Guru Sekolah Minggu. Metode penelitian yang saya lakukan adalah

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menekankan pemahaman

mengenai masalah-masalah dalam kegiatan kehidupan sosial berdasarkan realitas atau natural

seting yang kompleks, dan rinci. Penelitian yang menggunakan pendekatan induksi yang

mempunyai tujuan penyusunan kontruksi teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta

merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif. Karakteristik penelitian kualitatif

ialah dimana seseorang peneliti sebelum memulai proses penelitian perlu mengenal dan paham

tentang karakteristik penelitian kualitatif dengan harapan dapat mempermudah saat proses

penelitian dan dapat mengungkap informasi kualitatif secara teliti dalam prosesnya yang

deskripsi-analisis dan penuh makna. Penelitian kualitatif dilakukan dengan karakteristik yang

12
mendeskripsikan suatu keadaan yang sebenarnya atau fakta, tetapi laporan yang dibuat bukan

laporan sekedar laporan suatu kejadian tanpa interpretasi ilmiah.

Menurut Bogdan dan Biklen, bahwa karakteristik penelitian kualitatif, yaitu penelitian

kualitatif lebih bersifat deskriptif, penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif,

dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati). 11 Dengan

penelitian kualitatif penulis akan bertindak sebagai pelaksana, pengumpul data, dan sebagai

instrument aktif dalam upaya pengumpulan data serta informasi terkait hal-hal yang berkaitan

dengan penelitian ini.

a. Sumber data

1. Observasi

Secara umum observasi merupakan aktivitas pengamatan terhadap suatu objek secara

cermat langsung dilokasi penelitian, serta mencatat secara sistematis mengenai gejala-

gejala yang diteliti. Penelitian dengan tehnik observasi adalah untuk memberikan

gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, membantu

memahami perilaku manusia, dan sebagai evaluasi yaitu melakukan pengukuran

terhadap aspek tertentu serta memberikan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih yang terjadi antara

pewawancara dan narasumber untuk bertukar informasi dan ide melalui interaksi tanya

jawab. Moleong menyatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu, yaitu dilakukan dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan

dan terwawancara (responden) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.12

3. Dokumentasi

Metode ini dilakukan untuk memperkuat dan pelengkap data yang didapatkan.

b. Pengolahan Data
11
Albi Anggito Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Sukabumi: Cv jejak,2018), 8-10.
12
Mardawan, Prakis Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Deepublish Publisgher, 20200), 50-52.
13
Menurut Hasan, Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan

atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumusan-rumusan tertentu.

Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi data

yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut.13

c. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah

dipahami, dan temuanya dapat diiformasikan kepada orang lain. Analisis data pada

penelitian dilakukan dengan cara mengorganisasikan data, menyusunnya kedalam unit-unit

data, melakukan sintesis dan memilih nama yang paling penting yang dipelajari dan

membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kapada orang lain.14

G. Sistematika Penulisan

BAB I

A. Landasan Teologis

Sekolah Minggu dengan baik dapat menjadi sarana yang tepat bagi gereja untuk

mendidik anak-anak dalam pertumbuhan rohaninya sehingga kelak menjadi

menjadi masa depan yang indah bagi gereja dan bangsa. Gereja berpartisipasi

melalui Guru Sekolah Minggu merupakan bagian penting dari pembinaan

kerohanian anak untuk menanamkan rasa Takut akan Tuhan. Penulis menggunakan

ulangan 31:9-13 yang dianggap sebagai salah satu landasan alkitabiah yang penting

untuk dipelajari dengan tujuan dapat dikembangkan sebagai landasan strategi oleh

Guru Sekolah Minggu dalam mengajarkan takut akan Tuhan kepada anak-anak.

Metode yang digunakan dalam landasan teologis ditemukan bagian-bagian utama,

13
https://amaktik.com (diakses 30/01/2022).
14
Khadijah, Nurul Amelia, Perkembangan Fisik Motorik, (Ramawagun: Kencana,2020), 174.
14
yaitu: menghadap hadirat Tuhan, mendengarkan Firman Tuhan, dan pembelajaran

Takut akan Tuhan yang akan menjadi landasan Teologis Guru Sekolah Minggu.

B. Landasan Teoritis tentang pengajaran sekolah minggu

Penulis mengangkat landasan teoritis yang terdapat dalam aturan dan peraturan

HKBP Pasal yang ke 5 tentang syarat-syarat menjadi Guru Sekolah Minggu serta

diambil dari buku-buku dokumen HKBP dan buku yang membahas tentang

pendidikan Guru Sekolah Minggu

BAB II

Hasil penelitian dan laporan penelitian

BAB III

Pembahasan hasil penelitian

BAB IV

Kesimpulan dan saran

15

Anda mungkin juga menyukai