Disusun oleh :
Nama : Frans seru simanullang
NPM :17160040
Matakuliah : PAK dan Aliran modern
Dosen Pengampuh : Pdt.Nurliani Siregar M.Pd
Pada masa sekarang ini kita mengetahui bahwa Kemajuan dan perkembangan dalam Segala
aspek bertumbuh dan berkembang dengan melesat jauh. Hal ini terjadi dikarenakan adanya
tuntutan dari manusia sendiri yang setiap tahun nya secara kuantitas bertambah terus. Hal ini
menimbulkan banyak pengaruh baik positif maupun negatif. Untuk pengaruh positif sendiri
bisa kita rasakan lewat perkembangan saat ini yang bisa kita lihat ada banyak muncul aliran-
aliran Gereja ditengah-tengah masyarakat dan kita bisa lihat bagaimana timbulnya sebuah
persekutuan antara Gereja yang satu dengan yang lain yang menjalin hubungan yang baik
serta saling topang-menopang antara Gereja yang satu dengan Gereja yang lain. Tetapi
terlepas dari itu ada juga yang efek negatif yang sangat-sangat memberikan pengaruh buruk
bagi masyarakat salah satu nya ialah muncul nya aliran-aliran sesat ditengah-tengah
masyarakat yang ajaran nya bertolak belakang dengan isi dari pada Alkitab . Tentu hal ini
menjadi pro dan kontra ditengah masyarakat ada yang menolak keras dikarenakan
bertentangan dengan ajaran Alkitab dan juga ada yang menerimanya karena sudah terlebih
dahulu menerima doktrin dari penggagas aliran sesat tersebut. Tentu efek samping dari
muncul nya berbagai aliran-aliran modern membuat masyarakat kristen juga tidak sedikit
terjebak dan terlibat membuat kualiats Iman semakin menurun dan merosot. Bahkan sampai
mendapatkan gelar Kristen KTP saja. Tentu sebagai guru PAK mempunyai peranan penting
juga untuk mennyikapi permasalahan yang terjadi, Dimana Guru PAK memiliki
tanggungjawab untuk mengajarkan dan mengantisipasi penyebaran aliran-aliran tersebut.
Guru PAK sebagai seorang pendidik yang sebelum nya sudah menerima didikan mengenai
bagaimana sebenarnya aliran yang benar dan sesuai dengan apa yang Tuhan ajarkan lewat
Alkitab. Guru PAK tidak hanya bertugas formal sebagai guru disekolah saja, juga di Gereja
Guru PAK memiliki tugas pelayanan membantu Gereja dalam menjalankan misi sebagai
wadah dan tempat untuk menyampaikan kebenaran akan Firman Allah sendiri.
1.2 Rumusan masalah
1.Apakah hakikat utama seorang Guru PAK?
2. Apa saja Unsur-unsur dalam PAK ?
3.apa saja Aliran-aliran modern gereja ?
4.apa saja Aliran yang ditentang oleh para Gereja ?
5.Apakah tugas pelayanan Guru PAK dalam mengajarkan dan mengantisipasi aliran-aliran
modern disekolah dan diGereja ?
6.Bagai mana tantangan yang akan diterima Guru PAK dalam mengajarakan dan
mengantisipasi aliran-aliran modern ?
1.Untuk mengetahui apa yang menjadi hakikat utama seorang Guru PAK.
2.Untuk memahami Apa saja Unsur-unsur dalam PAK .
3.memahami berbagai Aliran-aliran modern gereja
4.apa saja Aliran yang ditentang oleh para Gereja ?
5.Memahami Apakah tugas pelayanan Guru PAK dalam mengajarkan dan mengantisipasi
aliran-aliran modern disekolah dan diGereja.
6.Mengerti bagaimana tantangan yang akan diterima Guru PAK dalam mengajarakan dan
mengantisipasi aliran-aliran modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat utama seorang Guru PAK.
Dalam dunia pendidikan, guru merupakan faktor penting dan utama, karena guru adalah
orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik,
terutama di sekolah, untuk mencapai kedewasaan peserta didik sehingga ia menjadi manusia
yang paripurna dan mengetahui tugas-tugasnya sebagai manusia. Dalam arti khusus dapat
dikatakan bahwa pada setiap diri guru terletak tanggung jawab untuk membawa siswanya
kearah kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru diartikan sebagai orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dalam Undang-undang Guru dan Dosen No
14 Tahun 2005 Pasal 2, guru dikatakan sebagai tenaga profesional yang mengandung arti
bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi
akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis
dan jenjang pendidikan tertentu. Menurut Noor Jamaluddin Guru ialah pendidik, yakni orang
dewasa yang bertanggung jawab memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik
dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar dapat mencapai kedewasaannya, yaitu
mampu berdiri sendiri dan dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khilafah di
muka bumi, sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mampu berdiri sendiri.
Hakikat Pendidikan Agama Kristen (PAK) seperti yang tercantum dalam hasil Lokakarya
Strategi PAK di Indonesia tahun 1999 adalah: Usaha yang dilakukan secara terencana dan
kontinu dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan
Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus
yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya.
Dengan demikian, setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki
keterpanggilan untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi
maupun sebagai bagian dari komunitas. Pada dasarnya PAK dimaksudkan untuk
menyampaikan kabar baik ( euangelion = injil ), yang disajikan dalam dua aspek, aspek
ALLAH TRITUNGGAL (ALLAH BAPA, ANAK, DAN ROH KUDUS) dan KARYANYA,
dan aspek NILAI-NILAI KRISTIANI. Secara holistik, pengembangan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar PAK pada Pendidikan Dasar dan Menengah mengacu pada dogma
Allah Tritunggal dan karya-Nya. Pemahaman terhadap Allah Tritunggal dan karya-Nya harus
tampak dalam nilai-nilai kristiani yang dapat dilihat dalam kehidupan keseharian peserta
didik.
Menurut Tokoh Reformasi Martin Luter (1488-1548) PAK adalah pendidikan yang
melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa
mereka serta bersukacita dalam firman Yesus Kristus yang memerdekakan. Di samping itu
PAK memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya yang berkaitan dengan
pengalaman berdoa, firman tertulis (Alkitab) dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka
mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian
dengan bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen.
Selain itu menurut John Calvin PAK adalah pendidikan yang bertujuan mendidik semua
putra-putri gereja agar mereka terlibat dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana
dengan bimbingan Roh Kudus; mengambil bagian dalam kebaktian dan memahami keesaan
Gereja, diperlengkapi untuk memilih cara-cara mengejawantahkan pengabdian diri kepada
Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta hidup bertanggung jawab di
bawah kedaulatan Allah demi kemuliaan-Nya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang
dipilih dalam Yesus Kristus. Karena sebagai dasar untuk menerima sebuah didikan dalam
Alkitab tertulis didalam Amsal 15:32-33 : “Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya
sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi. Takut akan TUHAN
adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan”.
B. Aliran Calvinis
Aliran Calvinis dipelopori oleh Johannes Calvin (Jean Cauvin) yang lahir di Noyon-Perancis
Utara tanggal 10 Juli 1509. Gerakan reformasi diawali di Perancis tahun 1534 kendati dia
sendiri sebagai anggota GKR. Pengaruh Calvin terlihat dalam perdebatan konfesional
gerejawi sepanjang abad ke-17, sehingga tradisi ini kemudian dikenal sebagai Calvinisme.
Calvinisme adalah sebuah sistem teologis dengan pendekatan kepada kehidupan orang
Kristen yang menekankan kedaulatan pemerintahan Allah atas segala sesuatu. Aliran Calvinis
mulai berkembang melalui penginjilan para misionaris abad ke-19 dan 20 di Jerman,
Belanda, Amerika, Korea, Negeria, dan termasuk Indonesia yang sering disebut gereja
Reformed. Memang jarang kita menemukan gereja dengan nama Calvinis, tetapi beberapa
gereja yang bercirikan Calvinisme atau dipengaruhi oleh paham Calvin telah berkembang di
seluruh wilayah Indonesia. Untuk mengetahui secara pasti aliran ini harus didasarkan pada
pengakuan pemimpin gereja tersebut. Umumnya gereja ini tidak menggunakan nama Calvin
dan juga tidak menganut paham Calvin secara murni.
Pokok ajaran Calvin tidak jauh berbeda dengan Luther. Kedua tokoh gereja ini saling
melengkapi satu sama lainnya. Mereka memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Sebagian besar Calvin melengkapi dan memperbaharui ajaran Luther yang masih
dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan biarawan di dalam Gereja Katolik Roma pada
waktu itu. Pokok ajarannya dapat ditelusuri dalam buku Institutio, yaitu:
1. Alkitab adalah Firman Allah yang satu-satunya sumber ajaran gereja yang benar (sola
scriptura).
2. Keselamatan diperoleh hanya karena kasih karunia Allah (sola gratia) melalui iman
kepada Yesus Kristus (sola fide).
3. Predestinasi adalah karya pemilihan Allah atas orang-orang berdosa berdasarkan
anugerah-Nya yang tak terbatas.
4. Hukum Taurat memiliki 3 fungsi utama, yaitu: menyatakan kehendak Allah,
menyadarkan manusia atas dosanya, dan pedoman bagi manusia yang sudah dibenarkan
untuk mengatur kehidupannya agar sesuai kehendak Allah.
5. Gereja adalah persekutuan orang yang sudah diselamatkan oleh kasih karunia Allah di
dalam Yesus Kristus, sehingga pemberitaan Firman Allah dan pelayanan sakramen harus
dilakukan dengan benar.
6. Jabatan gereja terdiri atas empat, yaitu: pendeta (gembala), guru, penatua, dan diaken.
7. Sakramen baptisan kudus dilayankan dalam ibadah jemaat secara percik. Baptisan
sebagai simbol keikutsertaan seseorang dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Baptisan
tidak menyelamatkan serta bukan syarat untuk memperoleh keselamatan.
8. Sakramen perjamuan kudus merupakan tanda yang ditetapkan oleh Allah untuk
mengingat karya pengorbanan Kristus di kayu salib. Pada saat perjamuan kudus roti dan
anggur tidak berubah bentuknya, tetapi sebagai simbol dari tubuh dan darah Yesus Kristus.
9. Puji-pujian yang dipakai di gereja Calvinis adalah nyanyian Mazmur. Mazmur dipahami
sebagai nyanyian yang paling layak untuk memuji Allah karena terdapat dalam Alkitab dan
ciptaan Roh Kudus yang ditulis oleh para hamba-hamba-Nya.
Secara singkat pokok ajaran Calvin yang paling populer yaitu doktrin rahmat sebagaimana
diuraikan Baan (2009) dengan singkatan TULIP: Total depravity yaitu kerusakan total,
Unconditional election yaitu pemilihan tanpa syarat, Limited atonement yaitu penebusan
terbatas, Irresistible grace yaitu anugerah yang tidak dapat ditolak, dan Perseverance of the
saints yaitu ketekunan orang-orang kudus.
Dengan melihat sejumlah pokok ajaran di atas maka gereja yang beraliran Calvinis yaitu:
GKPB, GPIB, GMIT, GKI, GPM, dan sebagainya. Kendati belum sepenuhnya menerapkan
paham Calvin dalam setiap aspek pelayanannya. Berdasarkan pengamatan menunjukkan
bahwa sebagian besar gereja Calvinis justru masih mengadopsi ajaran dari gereja lain, yang
sebelumnya sangat bertentangan dengan Calvin itu sendiri.
C. Aliran Anglican
Aliran Anglican atau Church of England merupakan salah satu bukti bahwa orang Inggris
pernah menjajah suatu wilayah tertentu di dunia. Perkembangan aliran ini terasa pada saat
kepemimpinan raja Henry VIII (1509-1547) di Inggris. Dia memisahkan diri dari Gereja
Katolik Roma sekitar tahun 1533 karena konflik dengan Paus Clemens di Roma. Raja Henry
meminta untuk bercerai dengan istrinya Catharina dari Aragon yaitu putri Spanyol dengan
alasan belum memiliki anak laki-laki dari pernikahannya. Kemudian meminta kepada Paus
agar diijinkan untuk menikahi pembantunya yang bernama Anne Boleyn. Tentu permintaan
ini tidak dikabulkan oleh Paus karena bertentangan dengan Alkitab.
Dalam pendangan Aritonang (2000:86) menegaskan ada tiga faktor mendasar yang memicu
pemisahan dari Gereja Katolik Roma ke aliran Anglican, yaitu: pertama, hasrat raja untuk
mendapatkan anak laki-laki untuk mewarisi tahta; kedua, tumbuhnya perasaan nasionalisme
dan anti-klerikalisme; ketiga, meluasnya gagasan-gagasan Luther. Dari penegaskan ini
membuktikan bahwa akibat pengaruh kekuasaan, kepentingan pribadi, dan tujuan popularitas
menjadi pemicu perpecahan gereja.
Aliran Anglican di Indonesia secara resmi berdiri pada tahun 1829 dengan nama British
Protestant Community at Jakarta di Jalan Arif Rahman Hakim sekitar tugu Pak Tani Jakarta
Pusat. Hal ini terwujud melalui London Missionary Society (LMS) yang mengutus Pdt. W.H.
Medhurst pada Januari 1822 yang berlatar belakang gereja Presbyterian. Selanjutnya Pdt. J.R.
Denyes dari Gereja Methodist Episcopal Amerika pada tahun 1905-1907 ikut mengambil
bagian dalam memajukan aliran ini, dan sebagainya.
Selain di Jakarta ternyata aliran ini berkembang di Surabaya yang sebagian besar anggotanya
orang Inggris. Kehadirannya diawali pada sebuah yayasan The Congregation of British
Protestans of East Java pada tahun 1928. Dengan kegigihan dan perjuangan jemaat maka
yayasan ini berhasil membangun gedung gereja pada bulan Mei 1931 yang bernama Christ
Church. Pada dasarnya aliran ini sangat kompromi dengan berbagai aliran dan denominasi
gereja yang ada di Indonesia maupun di luar negeri.
Untuk bisa membedakan aliran ini maka perlu kita melihat beberapa pokok ajaran yang
menjadi ciri khasnya, yaitu:
1. Otoritas di dalam gereja terdiri dari 3 unsur, yakni: Alkitab, tradisi, dan akal budi.
2. Inkarnasi yaitu Allah menjadi manusia di dalam Yesus Kristus. Inkarnasi ini dipahami
dalam 3 pokok penting, yaitu: pertama, sekalipun manusia tidak berdosa, namun Allah tetap
berinkarnasi di dalam Yesus Kristus; kedua, dosa ada karena pemberontakan manusia kepada
Allah; ketiga, gereja harus terbuka terhadap seluruh pengalaman karena yang baik dan jahat
menjadi sumber pemahaman diri kita di hadapan Allah.
3. Sakramen terdiri atas perjamuan kudus dan baptisan kudus. Selain itu upacara gerejawi
yang mengandung nilai sakramental (bukan sakramen) yakni peneguhan sidi, pengakuan
dosa, ucapara penahbisan, upacara pernikahan, dan perminyakan orang sakit. Anak-anak
yang meninggal sebelum dibaptis tidak mendapat hukuman dari Allah. Baptisan dilakukan
secara percik ataupun selam serta menambahkan nama baptis di belakang namanya yang
disaksikan oleh bapa dan ibu seraninya.
D. Aliran Mennonit
Aliran Mennonit dimulai oleh seorang Pastor dari Gereja Katolik Roma yang bernama
Menno Simons. Dia dilahirkan di kota Witmarsum di Friesland Belanda tahun 1496 dan
meninggal pada 31 Januari 1561. Aliran ini dapat digolongkan dalam kelompok gereja
Anabaptis yang menolak baptisan anak-anak dan hanya mengakui baptisan percik dewasa.
Perlu disadari bahwa aliran ini sebagai perpecahan dari aliran gereja Anabaptis yang ada di
Swiss dan Jerman.
Berkembangnya aliran Menonit adalah jawaban atas kekecewaan para pengikutnya terhadap
reformasi yang telah dilakukan oleh Luther di Jerman, Calvin di Perancis, dan Zwingli di
Swiss yang kurang radikal. Ditambah lagi sikap Jan Matthijs dan pengikutnya dari aliran
Anabaptis di Belanda yang memaksa masyarakat untuk menjadi pengikutnya dengan cara
kekerasan serta ancaman senjata pada saat itu. Jemaat yang tidak setuju dengan paham
Anabaptis keluar menjadi pengikut Menonit. Sepintas terlihat aliran ini sebuah gerakan
reformasi yang menuju demokrasi radikal. Mereka menganut garis moderat yang anti
terhadap kekerasan seperti perang, perceraian, poligami, perkelahian, dan sebagainya.
Pemahaman mereka tentang demokrasi radikal yaitu setiap insan manusia tidak
diperkenankan menyakiti, menghakimi, dan menganggap diri lebih baik dari insan yang lain
di dunia. Bisa dikatakan aliran ini lebih menekankan pada persamaan hak di hadapan Tuhan.
Setiap anggota jemaatnya tidak diperbolehkan menjadi pejabat kemiliteran, kepolisian,
hakim, atau bidang-bidang lain yang bernuansa kekerasan dan penindasan. Anggotanya selalu
dianjurkan untuk berbuat baik dengan berpedoman pada khotbah Tuhan Yesus yaitu
“Khotbah di Bukit”. Dalam menjalankan ajarannya selalu menggunakan demokrasi radikal.
Menurut Mouffe (1984:143) sebagai pewaris Althusser serta membandingkannya dengan
teori hegemoni Gramsci menjelaskan bahwa demokrasi radikal bertujuan untuk menciptakan
suatu masyarakat di mana semua orang, apa pun jenis kelaminnya, ras, dan posisi ekonomis,
akan berada pada situasi efektif kesetaraan dan partisipasi di mana tidak ada basis bagi
diskriminasi. Jadi, persamaan derajat dan hak hidup bagi manusia menjadi prioritas utama
dalam aliran Menonit.
Aliran Menonit menolak kekerasan dan diskriminasi, tetapi di sisi lain mereka konflik
dengan Luther, Calvin, dan Anabaptis. Yang paling menonjol yaitu adanya perubahan konsep
dan logika berpikir tentang pelaksanaan baptisan kudus. Baptisan dilayankan bagi orang
dewasa secara percik. Selain dewasa secara jasmani juga harus dewasa secara rohani.
Seseorang yang dewasa secara jasmani belum tentu dewasa secara rohani. Dewasa secara
rohani berarti sungguh-sungguh menerima panggilan pertobatan, hidup baru, dan berperilaku
sesuai kehendak Allah.
Walaupun baptisan percik dewasa dilaksanakan di gereja ini, namun mereka tidak
menggunakan istilah sakramen baptisan melainkan penetapan baptisan. Pemakaian istilah ini
menunjukkan bukan hanya pendeta yang berhak melayankan upacara-upacara gerejawi, tetapi
anggota jemaat pun bisa melaksanakannya. Oleh sebab itu, sifat sakramental dari setiap
upacara gerejawi ditiadakan. Beberapa ketetapan yang patut dilaksanakan oleh aliran ini
menurut Aritonang (2000:121-122) yaitu: Baptisan, komuni (perjamuan kudus), pembasuhan
kaki, kecupan suci, pengurapan (peminyakan), kerudung (bagi wanita) pada kebaktian,
perkawinan, dan penumpangan tangan pada penahbisan.
Akibat doktrin yang berbeda maka mereka dicap sebagai aliran sesat. Pemerintah maupun
masyarakat yang tidak sepaham akan menindas dan mengusir mereka di wilayah tersebut. Di
balik penderitaan yang mereka alami, justru semakin bersemangat untuk memberitakan
ajarannya sambil mengungsi ke beberapa negara selain Belanda yaitu Rusia, Amerika,
Canada, Mexico, Indonesia, dan beberapa negara yang memungkinkan untuk menerimanya.
Gereja ini hampir semuanya tidak memakai nama Mennonit. Awalnya mereka disebut
sebagai kelompok “Taufgesinnt” yang berarti kelompok orang yang melaksanakan
pembaptisan dewasa secara percik. Aliran ini di Belanda memakai nama Doopsgezinden,
Ethiopia dikenal dengan Meserete Kristos yang berarti dasar yang diletakkan Kristus, dan di
Indonesia memakai nama gereja sesuai daerah dan budaya dimana berkembangnya aliran
tersebut. Perkembangannya di Indonesia dimulai dari desa Cumbring Jepara. Pernah ada di
Sumatera Barat dan Utara pada tahun 1830, namun mengalami kemunduran karena berada di
bawah jajahan kolonial Hindia-Belanda pada waktu itu. Pada tanggal 16 Maret 1854
dilaksanakan pembaptisan pertama terhadap 5 orang di desa Cumbring oleh Zendeling Pieter
Jansz. Beberapa tahun kemudian aliran ini berkembang secara signifikan dengan membentuk
tiga sinode besar, yaitu: Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI), Gereja Injili di Tanah Jawa
(GITJ), dan Jemaat Kristen Indonesia (JKI).
E.Aliran Baptis
Aliran Baptis muncul sekitar awal abad ke-16 setelah reformasi Luther. Kehadiran aliran ini
erat hubungannya dengan gerakan Anabaptis yaitu aliran yang membaptis ulang orang
Kristen secara selam kendati sudah pernah dibaptis secara percik pada saat masih bayi
ataupun dewasa. Pada waktu itu Smyth dan rekan-rekannya ditindas oleh pemerintah Inggris
karena dianggap sebagai pembawa aliran sesat dalam gereja dan Negara. Mereka mengungsi
ke Belanda dan bergabung dengan aliran Mennonit pada tahun 1607. Jadi, aliran ini
dipelopori oleh John Smyth yang berasal dari gereja Anglican di Inggris.
Kemudian pada tahun 1609 Smyth dan rekan-rekannya kembali menerima baptisan selam
(baptisan ulang) di Belanda. Peristiwa pembaptisan ulang inilah menjadi cikal bakal
terbentuknya jemaat Baptis Inggris yang pertama di Amsterdam. Awalnya mereka
berkomitmen tinggal di Belanda, tetapi beberapa penduduk di sana menolaknya. Pada
akhirnya mereka kembali ke Inggris mendirikan aliran Baptis pertama pada tahun 1912.
Perkembangan aliran Baptis di luar negeri terjadi tahun 1640 pada masa pemerintahan Oliver
Cromwell. Keberadaannya di Indonesia melalui pelayanan dan penginjilan Jabez Carey di
Maluku pada tahun 1814. Penginjilan Carey hanya sampai tahun 1818 yang kemudian
melanjutkan penginjilan ke India. Kehadirannya di Maluku tidak diterima oleh kalangan
orang yang sudah menjadi Kristen karena berusaha mempraktekan baptisan selam dewasa.
Mereka hanya menerima konsep teologi yang diterapkan oleh Joseph Kam utusan NZG yang
mempraktekkan baptisan anak secara percik sesuai dengan paham Calvinis.
Perkembangan aliran Baptis di Indonesia kembali dimulai melalui penginjil Richard Burton
dan secara khusus Nathaniel Ward yang bertahan di Padang-Sumatera Barat sampai
meninggal pada tahun 1850. Sejak itu beberapa misionaris gereja Baptis dari luar negeri
maupun orang pribumi tetap melanjutkan misinya untuk memberitakan Injil sampai saat ini.
Terbukti sejumlah organisasi gereja Baptis telah berkembang dalam beberapa denominasi,
antara lain: Persekutuan Gereja-gereja Baptis Irian Jaya (PGBIJ), Gabungan Gereja Baptis
Indonesia (GGBI), Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia (GPIBI), Kerapatan Gereja
Baptis Indonesia (KGBI), Gereja Baptis Independent di Indonesia (GBII), Sinode Gereja
Kristen Baptist Jakarta (SGKBJ), dan masih banyak lagi denominasi gereja-gereja Baptis
yang masih terus berkembang.
Beberapa pokok ajaran aliran gereja ini sehingga memiliki perbedaan dengan aliran atau
denominasi lain, yaitu:
1. Alkitab adalah Firman Allah yang dijadikan sumber hidup orang Kristen, dasar ajaran,
dan pedoman berperilaku. Mereka memiliki kebebasan menafsirkan Alkitab secara
fundamentalis, liberal, maupun modernis. Perbedaan dalam penafsiran sering menjadi
kontroversial yang berakhir pada pertikaian dan perpecahan dalam denominasi gereja baptis
itu sendiri.
2. Gereja adalah persekutuan orang-orang yang sudah dibersihkan dosanya melalui baptisan
selam dewasa dan diselamatkan oleh pengorbanan Yesus Kristus.
3. Sakramen terdiri atas Perjamuan Kudus dan Baptisan Kudus. Perjamuan kudus adalah
upacara simbolik untuk mengenang pengorbanan dan kematian Yesus Kristus.
Menyelenggarakan baptisan ulang terhadap orang yang sudah dibaptis percik pada usia bayi
atau dewasa.
4. Pemerintahan gereja bersifat otonom dan demokratis. Gereja tidak boleh tunduk di bawah
perintah badan atau organisasi mana pun, tetapi hanya tunduk kepada Yesus Kristus kepala
Gereja.
5. Gereja harus terpisah dari negara dan negara juga menjamin kebebasan dalam beragama.
Pada umumnya aliran Baptis kurang bergaul dengan denominasi gereja lain karena
menganggap doktrin, pokok ajaran, serta perbedaan-perbedaan lainnya akan mengganggu
misi pelayanan mereka. Mereka cenderung membentuk kelompoknya sendiri. Sikap eksklusif
gereja ini terjadi juga di Indonesia. Kondisi inilah yang menunjukkan keberadaan serta
perkembangan gereja yang beraliran Baptis di luar negeri tidak jauh berbeda dengan yang ada
di Indonesia.
F.Aliran Methodist
Aliran Methodist diprakarsai oleh tokoh utamanya yaitu John Wesley dan Charles Wesley di
Inggris pada abad ke-18. Keduanya putra seorang pendeta yang aktif di gereja Anglican.
Pelayanan mereka mengalami pasang surut. Namun John Wesley tetap bersemangat karena
dipengaruhi oleh gerakan Pietis (kesalehan) yang sedang berkembang pada waktu itu.
Awalnya aliran ini terbentuk lewat persekutuan-persekutuan kecil (Camp Meeting) tetapi
bukan dalam bentuk aliran Methodist. Menurut Haskins (1992:72) bahwa aliran Methodist
sudah mulai terasa keberadaannya sejak tahun 1787. Kendati demikian, perkembanganya
secara terbuka baru terjadi setelah John Wesley meninggal dunia pada tahun 1791. Aliran ini
disebut Methodist setelah seluruh pengikut Wesley memisahkan diri dari Gereja Anglican
sekitar tahun 1795. Keberadaannya di Inggris menandai bangkitnya semangat kebangunan
rohani (Revival) di seluruh dunia. Tentunya perkembangan ini bukan saja terjadi di Amerika
tetapi di beberapa negara lainnya seperti Indonesia. Perkembangannya aliran ini di Indonesia
berkat pelayanan misionaris J.R. Denyes dari Singapura datang ke Bogor tahun 1905. Strategi
pelayanannya dimulai dengan membuka kursus bahasa Inggris dan sekolah (Anglo-Chinese
School) sehingga beberapa orang mulai bergabung. Kemudian George F. Pykett seorang
misionaris Metodist dari Malaysia yang mengutus Salomon Pakhianatan ke Sumatera Timur
tahun 1908 khususnya daerah sungai Asahan. Ketika berada di sana sebagian besar annggota
jemaatnya berasal dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Selain itu, beberapa orang
Tionghoa dari Malaysia dan Singapura pergi ke Kalimantan sekitar tahun 1906 untuk
menyebarkan aliran ini.
G.Aliran Pentakosta
Aliran Pentakosta pertama sekali berkembang di Eropa dan Amerika Utara pada tahun 1906.
Aliran ini dipelopori oleh Ch. F. Parham pada tahun 1900 yang memaksakan diri keluar dari
aliran Methodis serta ingin membentuk organisasi gereja baru pada saat itu. Dasar
pemahamannya untuk membentuk aliran gereja baru yang bertitik tolak pada eskatologi,
baptisan Roh Kudus, dan karunia berbahasa lidah. Berdasarkan pengakuan mereka bahwa
gereja Pentakosta adalah gereja yang penuh Roh Kudus. Kata Pentakosta berasal dari bahasa
Yunani yang artinya “hari ke lima puluh”. Aliran ini masuk ke Indonesia dengan nama
Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) yang dahulu bernama Vereeniging De
Pinkstergemeente in Nederlandsch Oost Indie. Selain GPdI ada juga Jemaat Pantekosta di
Indonesia (JPI). Aliran ini diawali oleh dua orang misionaris dari Amerika keturunan
Belanda, yaitu Pdt. Van Klaveren dan Pdt. Groesbeek pada tahun 1921. Mereka diutus oleh
Pdt. W.H. Offiler dari Bethel Pentacostal Temple Inc, Washington, Amerika Serikat. Kedua
misionaris di atas pertama sekali tiba di Jakarta pada bulan Maret 1921 dengan menumpang
kapal laut KM Suwa Maru bersama keluarganya. Selanjutnya mereka langsung menuju pulau
Bali untuk misi pemberitaan Injil. Kehadiran mereka di Bali dilarang oleh pemerintah Hindia
Belanda pada waktu itu, sehingga pada bulan Desember 1922 mereka kembali ke pulau Jawa.
Di pulau Jawalah secara khusus Surabaya, Temanggung, dan Cepu aliran ini berkembang
secara luar biasa.
H.Aliran Kharismatik
Pada dasarnya aliran Kharismatik memiliki ciri khas yang hampir sama dengan aliran
Pentakosta. Secara khusus dalam hal karunia Roh seperti bahasa lidah, nubuat, dan lain-lain.
Kharismatik adalah sebuah istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan dirinya sebagai gereja
yang percaya pada manifestasi Roh Kudus. Kata karismatik berasal dari sebuah kata Yunani
charis yang berarti kasih karunia. Anggotanya sebagian besar dari denominasi gereja Katolik,
gereja ortodoks, dan gereja Protestan yang telah memisahkan diri dari gereja induknya.
Memang sangat sulit menentukan kapan dan di mana tepatnya aliran ini mulai muncul. Akan
tetapi, Dennis Bennett seorang pendeta dari Gereja Episkopal St. Markus di kota Van Nuys,
Los Angeles Amerika Serikat disebut sebagai pionir dari gerakan ini. Sekitar tahun 1960 dia
mengumumkan kepada jemaatnya telah menerima pencurahan Roh Kudus. Setelah itu dia
dipecat dan pindah melayani di Vancouver dalam lokakarya serta beberapa seminar mengenai
karya Roh Kudus. Dengan semangat yang berkobar-kobar puluhan ribu anggota gereja
Anglikan di seluruh dunia terbius dan terpengaruh pada ajaran Bennett. Secara langsung
maupun tidak langsung banyak orang yang menjadi pengikutnya. Sebagian orang yang tidak
setuju atas ajarannya keluar dengan membentuk aliran gereja baru lagi atau bergabung
kembali ke gerejanya yang lama. Perpecahan dalam gereja pun tak terhindarkan.
Pelayanan Bennet yang berorientasi pada baptisan Roh dan bahasa lidah bagaikan sebuah
“iklan” yang mempromosikan doktrin dan ideologi baru dalam gereja pada saat itu. Pada
tataran konsep berpikir seperti ini baptisan Roh dan bahasa roh menjadi magnet untuk
mengikat para pengikutnya. Mereka harus memiliki karunia-karunia berbahasa roh,
bernubuat, dan sebagainya. Orang yang tidak memiliki salah satu karunia itu dianggap belum
mengalami kuasa Tuhan dan bukan orang Kristen sejati tentunya.
I. Aliran Injili
Gereja yang beraliran Evangelical (Injili) merupakan produk dari negara Amerika dan Eropa
melalui pelayanan dari beberapa misionaris. Sejak tahun 1930-an para pemimpin aliran ini
lebih suka menggunakan istilah Injili daripada Protestan. Penggunaan istilah Injili tentu tidak
terlepas dari pengaruh European Evangelical Alliance yang sudah terbentuk di Inggris sejak
tahun 1842. Memang perkembangannya baru terasa sekitar tahun 1950 yang meliputi
Amerika, Jerman, Belanda, dan kemudian Indonesia.
Keberadaan aliran ini di Indonesia ditandai dengan berdirinya Institut Injili Indonesia (I-3) di
Malang pada tahun 1959 yang didukung oleh gerakan Injili dari Jerman. Kemudian Yayasan
Persekutuan Pekabaran Injil di Indonesia (YPPII) yang didirikan pada tahun 1961 dan
Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) di kota Malang. Lembaga penginjilan lain yang
termasuk dalam gerakan Injili seperti Christian and Missionary Alliance (CMA atau CAMA)
yang menganut gerakan kesucian.
Salah satu tokoh utama CMA atau CAMA yang pernah tinggal di Indonesia yaitu R.A.
Jaffray (1873-1945). Hasil pelayanannya telah mendirikan sekolah teologi dan sejumlah
gereja yang masuk dalam rumpun Injili seperti Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII). Selain
GKII masih banyak lagi gereja yang beraliran Injili dengan memakai nama lain bahkan
memakai istilah Injili Reformed. Sebagian besar gereja Injili ini sudah banyak berinovasi
sesuai konteks jamannya serta mengadopsi paham dari berbagai aliran dan denominasi gereja
lain yang ada di sekitarnya.
J. Aliran Adventis
Aliran Adventis yang mudah kita kenal yaitu Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh
(GMAHK). Ciri khas ibadah gereja ini sangat mudah kita kenal yaitu melaksanakan kegiatan
ibadah raya setiap hari Sabtu. Sistem peribadatan mereka berbeda dengan gereja Kristen pada
umumnya. Hari Sabtu merupakan hari Sabath (perhentian) yang ditetapkan oleh Tuhan sesuai
dengan kebenaran Alkitab. Aliran gereja ini berkembang pesat di bawah kepemimpinan Ellen
Gould Harmon White (Ellen G. White) di Portland sekitar 22 Oktober 1844. Memang ada
beberapa tokoh Advent sebelumnya seperti William Miller (1782-1849), Hiram Edson (1806-
1882), dan Joseph Bates (1792-1872). Kendati mereka sudah ada sebelum Ellen, tetapi
pengaruh mereka sangat kecil terhadap perkembangan aliran ini. Keempat tokoh ini
menegaskan bahwa akhir zaman merupakan kedatangan Yesus Kristus kedua kali. Mereka
berani menentukan tempat dan waktu kedatangan Yesus Kristus berdasarkan perhitungan
yang mereka lakukan. Perlu diketahui bahwa semua ramalan atau penglihatan yang mereka
lakukan selama bertahun-tahun belum pernah terjadi sampai detik ini.
Perkembangan aliran ini di Indonesia mulai terasa sejak 1 Januari 1900 melalui kehadiran
Ralph Waldo Munson di Padang-Sumatera Barat. Munson merupakan seorang misionaris
Metodis dari Singapura. Ketika berobat ke rumah sakit Adventis di Amerika, dia mengalami
kesembuhan sehingga memilih menjadi anggota Adventis. Pengalaman mujizat kesembuhan
itu menjadi sarana dalam pelayanannya.
Kendati mujizat itu sering dijadikan sarana dalam pelayananya, tetapi di Padang kurang
berhasil karena mengalami hambatan dari aliran gereja yang sudah ada. Kemudian pindah ke
Medan, Sumatera Utara bersama misionaris dari Australia. Dia pindah lagi ke pulau Jawa
yang pada akhirnya kembali ke Amerika. Kemudian dilanjutkan oleh beberapa misionaris
dari Australia, Belanda, Amerika, dan Indonesia seperti M.E. Direja Samuel Rantung, J.J.
Merukh, dan sebagainya. Mereka terus berjuang menyebarluaskan ajaran Adventis ke seluruh
wilayah Indonesia sampai sekarang.
Pokok ajaran yang mudah dikenal pada aliran ini ditunjukkan melalui etika kehidupan. Pada
setiap lingkungan masyarakat yang mereka tempati harus menunjukkan sikap integritas
sebagai warga gereja yang baik dan mengusahakan kesejahteraan semua orang. Setiap jemaat
dilarang merusak tubuhnya, seperti membuat tato, melubangi daun telinga pada laki-laki, dan
sebagainya. Peraturan ini didasarkan pada ucapan rasul Paulus terdapat pada 1 Korintus 6:19
yang berkata: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam
di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik
kamu sendiri
2. Aliran Mormon
Aliran Mormon atau sering disebut The Church of Jesus Christ of the Latter-Day Saints
didirikan oleh Joseph Smith, Jr di Salt Lake City-Utah, New York pada tanggal 6 April 1830.
Selain Smith, tokoh utama lainnya yakni Oliver Cowdery, David Whitmer, dan Martin
Harris. Seiring perjalanan waktu perkembangan aliran ini tidak saja terjadi di Amerika, tetapi
juga berkembang di Indonesia. Aliran ini masuk ke Indonesia sejak 5 Januari 1970 melalui 6
misionarisnya serta melaksanakan baptisan pertama tanggal 29 Maret 1970 di Jakarta.
Strategi penginjilan mereka di Indonesia dengan cara memberikan kursus bahasa Inggris
dengan biaya murah. Ternyata strategi ini cukup ampuh sehingga berhasil membaptis para
petobat baru mulai sejak berdirinya sampai tahun 1977 berjumlah 1200 orang (Aritonang,
2000:344). Pada bulan Agustus 1978 pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Surat
Keputusan Nomor 70 dan 77 untuk membatasi kegiatan mereka. Kemudian pada tanggal 24
Juli 1988 meresmikan kembali markas barunya dan membangun gedung gereja di Jalan
Saharjo, Jakarta Selatan. Kegiatan aliran ini sering mengalami hambatan hingga saat ini.
Beberapa pokok ajarannya yang paling popular hingga saat ini, yaitu:
a. Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus terdiri dari tiga pribadi yang berbeda natur dan
fungsinya. Mereka tidak mengakui keberadaan Allah Tritunggal sebagaimana orang Kristen
pada awalnya.
b. Manusia adalah berdosa dan ditebus oleh Yesus Kristus, tetapi manusia bisa menjadi
Allah.
c. Keselamatan diperoleh melalui penebusan Yesus Kristus dengan dua cara: pertama,
keselamatan umum berlaku bagi setiap orang melalui kematian dan kebangkitan Kristus;
kedua, keselamatan pribadi berlaku bagi setiap orang melalui Kristus tetapi harus ada usaha
manusia melalui etika, ketaatan pada hukum, baptisan, ikut serta pada upacara bait suci, dan
lain-lain.
d. Kitab Suci terdiri atas dua bagian yaitu: Alkitab dan Kitab Suci Mormon.
f. Gereja dipimpin oleh imam berdasarkan kerangka imam Harun dan Melkisedek. Badan
organisasinya disebut General Authorities terdiri atas jabatan presiden, penasehat, dan
dewan-dewan lainnya. Gereja ini juga disebut sebagai Gereja Perjanjian Baru.
g. Upacara di Bait Suci antara lain: (a) Baptisan orang mati sebagai sarana untuk memperoleh
keselamatan; (b) Penganugerahan (Endowment) yaitu pria dan wanita dipisahkan dalam suatu
upacara mandi istimewa, sehingga semua organ-organ tubuh diurapi dan didoakan agar
berfungsi dengan baik, termasuk alat kelamin; dan (c) Perkawinan celestial yaitu seseorang
harus menikah di Bait Suci dalam suatu upacara khusus agar perkawinannya berlangsung
hingga kekekalan. Berdasarkan pokok ajaran ini menunjukkan perbedaannya dengan aliran
atau denominasi gereja lain. Mereka sering menyerang dan mendakwa semua gereja lain
sebagai sesat, murtad, munafik, dan sebagainya sambil mengutip sejumlah ayat Alkitab untuk
membenarkan argumentasinya (Aritonang, 2000:352). Sikap saling mengklaim aliran atau
denominasinya benar sudah berlangsung lama dalam sejarah kekristenan sampai hari ini.
Biarlah Tuhan yang menjadi penilai dan hakim atas semua sikap yang kita lakukan selama di
dunia ini.
4.Aliran Scientology
Aliran Christian Science dan Scientology sebenarnya sama-sama menekankan
kepercayaannya pada kuasa ilmu pengetahuan serta pikiran (mind). Tokoh utamanya adalah
Lafayette Ronald Hubbard yang lahir tanggal 13 Maret 1911 di Tilden, Amarika Serikat.
Kemudian dia meninggal tanggal 24 Januari 1986 di California. Aliran ini resmi berdiri
sebagai Church of Scientology pada 18 Februari 1954 di Amerika (Aritonang, 2000:414).
Kemudian berkembang di 75 negara di dunia, antara lain Filipina, Australia, India, Taiwan,
Jepang, Indonesia, dan sebagainya.
Setelah Hubbard meninggal maka aliran ini dilanjutkan oleh David Miscavige. Sementara
keberadaannya di Indonesia dibawa oleh beberapa orang pribumi dan orang asing yang sudah
mengenalnya di luar negeri, secara khusus di Los Angeles sebagai kantor pusatnya. Berbagai
strategi dilakukan untuk mencari peminatnya seperti yayasan pelayanan sosial, membentuk
perkumpulan, membuat kursus pengembangan kepribadian, perawatan mental, menjual buku
Hubbard dan pengikutnya. Kegiatan ini menghasilkan uang dan menjadi sarana untuk
menyebarluaskan ajarannya.
Sesungguhnya aliran ini bukanlah gereja, kendati anggotanya kebanyakan berasal dari agama
Kristen Katolik dan agama Kristen Protestan. Keberadaannya di Amerika dikenal karena
memakai nama organisasi gereja. Alasan utama pemakaian nama gereja sebenarnya untuk
menghindari pembayaran pajak kepada pemerintah atas hasil penjualan buku, literatur, dan
beberapa kegiatan lain yang menghasilkan uang. Dengan melihat berbagai kegiatannya maka
dapat dipastikan bahwa pokok ajarannya hanya seputar ilmu pengetahuan. Ilmu psikologi dan
psikoterapi menjadi acuan dalam meningkatkan kualitas hidup manusia atau pun
menyembuhkan seseorang yang sedang mengalami berbagai jenis penyakit.
5.Children Of God
Children of God (COG) disebut juga sebagai Family of Love atau The Family International
merupakan sebuah gerakan bidat Kristen yang muncul pada tahun 1968 di California,
Amerika Serikat. Gerakan ini muncul di era Jesus Movement atau Gerakan Yesus[1].
Children of God bermula dari gerakan konter budaya pemuda tahun 1960-an, yang
menelurkan kelompok Flower Children.[2] Pelopor Gerakan Children of God adalah seorang
pendeta yang bernama David Brant Berg[3] (1914-1994). Beliau mencampuradukkan ajaran
Kristen dengan kebebasan perilaku Hippies seperti seks bebas dan pemberontakan kepada
masyarakat. Ajaran ini dikenal sebagai “sexual sharing” di mana para anggota komunitas ini
bebas melakukan hubungan seksual dengan sesama anggota, sekalipun hubungan pernikahan
tetap diakui.
Pada tahun 1977, karena nama miring yang melekat dalam diri COG, mereka
mempopulerkan nama baru, yaitu The Family atau The Family of Love. Dalam situs resmi,
mereka mengklaim telah memiliki pengikut yang tersebar di penjuru dunia yakni lebih dari
100 negara; memiliki lebih dari 35 ribu sukarelawan, 850 juta literatur yang sudah
diterjemahkan dalam 61 bahasa, memproduksi sekitar 1,4 juta video dan 8 juta tape yang
sudah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa dan disebarkan ke seluruh dunia. Pada saat David
Brant Berg menemui ajalnya pada tahun 1994, kepemimpinannya diambil alih oleh isteri
mudanya, Maria. Maria kemudian menikah dengan anggota lain.
Sejatinya, pelbagai informasi miring mengenai COG, diperoleh dari para anggota COG yang
kemudian sdar dan melepaskan diri dari komunitas tersebut, termasuk putri David dan isteri
pertamanya, Jane. Sang isteri, Linda Berg (Deborah Davis), kemudian menulis buku yang
membongkar praktek mesum dan otoriter komunitas tersebut. Di Indonesia sendiri, gerakan
COG hadir dengan kemasan baru bertajuk The Family of Love, yang pada tahun 1980-an
pernah beroperasi di Indonesia sebelum akhirnya dilarang oleh Departemen Agama RI.
Pertama, satu-satunya hukum Allah adalah kasih. Sepuluh perintah Allah tidak lagi bersifat
perintah; satu-satunya prinsip yang mengatur adalah apakah dapat mengasihi dalam segala
sesuatu. Secara sederhana, ajaran ini mengatakan bahwa bila tindakan seseorang
dimotivasikan oleh kasih yang tidak egois dan penuh pengorbanan dan tidak dimaksudkan
untuk menyakiti orang lain, maka tindakan itu sesuai dengan Kitab Suci, dan dengan
demikian sah di mata Allah. Mereka percaya bahwa ajaran ini mengatasi semua hukum
Alkitab lainnya, kecuali hukum yang melarang homoseksualitas, yang mereka yakini sebagai
suatu "kekejian" di mata Allah. Mereka percaya bahwa Allah menciptakan seksualitas
manusia, bahwa seksualitas adalah kebutuhan emosional dan fisik, dan merupakan sesuatu
yang alamiah, dan bahwa hubungan heteroseksual antara orang yang dianggap dewasa
menurut hukum dan sama-sama mau, adalah suatu keajaiban yang murni dan alamiah dari
ciptaan Allah, dan diizinkan menurut Kitab Suci.
Kedua, penipuan secara etis diperbolehkan dalam beberapa hal, terutama untuk membela
gerakan ini. Berg mengemukakan praktek ini dalah Mo Letters-nya pada tahun 1977, In
Deceivers Yet True. Di dalamnya, ia berpendapat bahwa Tuhan memperkenankan umat-Nya
untuk menipu para musuhnya.
Ketiga, Allah Bapa adalah pria berambut putih yang merupakan Allah yang telanjang dan
seksi dalam kegirangan Roh dan seorang mucikari (Mo Letters 286 dan 520).
Keempat, lahirnya Yesus adalah hasil dari persatuan seksual antara Maria dan Malaikat
Gabriel (Mo Letters 1566 dan 2359).
Kelima, Roh Kudus merupakan wanita sensual yang memungkinkan individu mengalami
“orgasme spiritual” (Mo Letters 723 dan 2115).
Keenam, Mereka percaya bahwa Amanat Agung penginjilan dunia adalah tugas dari setiap
orang Kristen, dan bahwa hidup mereka harus dipersembahkan demi pelayanan kepada Allah
dan orang lain. Mereka mempunyai sejumlah tingkat keanggotaan dan para "Murid Keluarga"
yang paling tinggi komitmennya hidup secara komunal (bersama-sama). Mereka juga sangat
menganjurkan anggotanya untuk mempunyai anak. Meskipun keluarga berencana mulanya
sangat tidak dianjurkan, pilihannya diserahkan kepada setiap individu dan praktiknya ternyata
cukup lazim. Sebuah ajaran sentral dari teologi mereka adalah "Hukum Kasih". Secara
sederhana, ajaran ini mengatakan bahwa bila tindakan seseorang dimotivasikan oleh kasih
yang tidak egois dan penuh pengorbanan dan tidak dimaksudkan untuk menyakiti orang lain,
maka tindakan itu sesuai dengan Kitab Suci, dan dengan demikian sah di mata Allah. Mereka
percaya bahwa ajaran ini mengatasi semua hukum Alkitab lainnya. Bahkan Berg memberikan
kesaksian bahwa dirinya dipilih oleh Tuhan langsung melalui mimpinya untuk menjadi
gembala atas domba-domba dan menuntun domba-domba tersebut kepada terang-Nya.
Setelah itu kita menjelaskan bahwa ajaran mereka sangat bertolak belakang dengan apa yang
Alkitab katakan dan Alkitab ajarkan kepada kita. Tentu itulah penyebab nya aliran-aliran
tersebut dikatakan sesat dan tidak diterima oleh aliran-aliran kristen yang sah dan benar.
Berikut nya contoh kepada para peserta didik mengenai salah satu ajaran yang
dianggap sesat di sekitar kita yang ada saat ini yaitu saksi Yahowa. Ya aliran ini berkembang
pesat di Indonesia khususnya juga mereka melakukan penarikan anggota jemaat secara
langsung turun terjun kelapangan dan mendatangi rumah orang-orang dan memberikan
brosur serta memberikan sedikit doktrin kepada mereka untuk mau bergabung.
Kembali pada eksistensi seorang Guru PAK dalam mengajarkan dan mengantisipasi
mengenai aliran-aliran modern, Guru PAK dianggap sebagai salah satu bagian yang
mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan spritualitas peserta didik.
Apabila Guru PAK mampu mengajarkan dan berhasil mengajarkan mengenai hal-hal yang
benar terhadap peserta didik semasa para peserta didik mengemban pendidikan formal tentu
pada masa berikut nya peserta didik sudah memiliki bekal yang cukup dan maksimal
mengenai ajaran-ajaran Agama Kristen khususnya mengenai aliran-aliran modern saat ini.
Salah satu Nats Alkitab sebagai pendukung untuk terus menyuarakan kebenaran dan
kebenaran mengenai aliran-aliran modern yang bisa saja menyesatkan kita dari 1 Timotius
4:1-2 “Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang
yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan oleh tipu daya
pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka.
F. Tantangan yang akan diterima Guru PAK dalam mengajarakan dan mengantisipasi
aliran-aliran modern
Untuk menyuarakan sesuatu yang benar dan baik tentu tidak lah hal mudah tentu ada
tantangan yang akan diterima oleh para Guru PAK. Tentu hal-hal ini yang nanti nya bisa
menjadi pembangkit semangat atau bahkan hal yang membuat para Guru PAK dalam
menyuarakan kebenaran mengenai aliran-aliran modern. Berikut hal-hal yang menjadi
tantangan pada masa kini khusu nya yaitu :
1.IPTEK
IPTEK bukan hanya salah satu pendorong untuk menyampaikan ajaran tentang aliran-
aliran modern yang ada tetapi bisa juga menjadi salah satu tantangan juga. Perkembangan
teknologi saat ini yang berkembang begitu pesat dan maju membuat banyak orang-orang
menggunakan pola pikir yang instan dan pendek. Hal tersebut tercipta karena kita melihat
bahwa banyak sekali orang Kristen yang melupakan ajaran-ajaran Kristen karena kemajuan
dari pada Teknologi ini. Kemajuan IPTEK sudah dirasakan hampir semua aspek secara
keseluruhan tanpa kecuali, dan teknologi ini juga bisa dan gampang digapai dan didapat.
Didalam Alkitab sebenarnya penggunaan teknologi sudah ada terjadi akan tetapi untuk hal-
hal yang positif seperti contoh kecil ialah Paulus dalam menuliskan surat-surat nya juga salah
satu menggunakan perkembangan IPTEK pada masa itu .
3.Pluralisme
Pluralisme bisa juga salah satu menjadi tantangan pada guru PAK seperti yang kita
rasakan saat ini bahwa banyaknya agama lain diluar sana juga cukup mempengaruhi dan
memberikan dampak pada jemaat sendiri. Sebenarnya tidak semua menjadi tantangan tetapi
selalu ada oknum-oknum yang dengan sengaja membuat keributan dan kekacauan agar Iman
kita goyah dan kacau. Sehingga kita menjadi susah untuk memberikan ajaran karena suasana
yang tidak kondusif dan juga situasi yang tidak aman karena adanya intervensi dan gangguan
dari luar yang bukan dari ajaran Kristen sendiri .
4.Sikap Apatisme
Sikap Apatisme merupakan sebuah tantangan yang begitu berat dan sangat menantang
khusus nya bagi guru PAK sendiri. Sikap Apatis artinya rasa tidak ingin tau dan tidak perduli
akan suatu hal. Ini banyak kita temukan disekitar kita yang menganggap bahwa ajaran Agama
itu tidak terlalu penting khusus nya mengenai aliran-aliran yang ada. Hal ini timbul karena
tidak ada rasa ingin tau dan ingin mengenal lebih dekat, Karena adanya pola pikir bahwa
yang paling penting mereka masih bisa makan dan hidup itu sudah lebih cukup. Nah untuk
mengubah pola pikir ini kita Guru PAK harus bisa mengubah nya dan memberikan didikan
yang harus spesifik dan intim lagi karena hal ini perlu didikan dan bisa saja hal itu berupa
pengalaman-pengalaman rohani sendiri.
Amsal 9:7 “Siapa mendidik seorang pencemooh, mendatangkan cemooh kepada dirinya
sendiri, dan siapa mengecam orang fasik, mendapat cela.”
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pelayanan Pendidikan Agama Kristen disekolah adalah Proses pengajaran dan pembelajaran
pengenalan akan Allah yang benar berdasarkan Alkitab, berpusat pada Yesus Kristus dengan
tuntunan Roh kudus, menuju kepada kesempurnaan illahi yaitu menjadi seperti Yesus
Kristus. Dalam proses pengajaran melibat kan beberapa bagian salah satunya guru PAK .
PAK bukanlah sekedar kegiatan biasa, akan tetapi sebuah bentuk usaha sadar dari lembaga
gereja, sekolah, dan berbagai lembaga lainnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Mengacu pada pegertian pendidikan yang ada di atas dalam pelaksanaan PAK memerlukan
persiapan dan perencanaan yang matang. Pada saat menyelenggarakan PAK diperlukan
tujuan yang jelas, ada kurikulum, terdapat rencana pokok pembelajaran, memiliki
penjadwalan yang teratur, dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan
pembelajaran. Untuk bentuk pelayanan yang dilakukan di Gereja sendiri lebih kompleks
karena permasalahan yang ditemukan ialah para remaja dan jemaat Gereja yang mengikuti
satu aliran tetapi berbeda latar keluarga masing-masing. Tentu hal ini lebih sulit dilakukan
karena. Ada beberapa tujuan umum PAK yang dilakukan digereja yaitu :
1. Menjadikan jemaat percaya dan mengenal Alkitab.
2. Proses penemuan kebenaran firman Tuhan yang pada gilirannya jemaat mengalami
pembaharuan tingkah laku dan menghidupi kebenaran.
3. Menjadikan umat Tuhan menjadi pribadi yang bijaksana dengan menghidupi iman
di dalam Kristus.
4. Dengan pendidikan kepada jemaat diharapkan warga gereja diperlengkapi dan mengalami
perubahan perbuatan menuju kesempurnaan hidup.
Juga PAK dalam mengajarkan dan mengantisipasi penyebaran aliran-aliran modern saat ini
bertugas untuk membimbing dan mengarahkan lewat edukasi bagaimana sebenarnya aliran-
aliran modern yang benar yang sesuai dengan isi dan ajaran Alkitab sendiri. Juga Untuk
mengantisipasi dogma aliran-aliran sesat yang membuat jemaat dan peserta didik kehilangan
arah dan melanggar perintah-perintah Allah karena menjalan kan aturan yang sesat dan salah.
B.Saran
Semoga para Guru PAK yang belum melaksanakan Tugasnya secara maksimal dan
konkret bisa lebih lagi kedepan nya karena Guru PAK bukan hanya melayani disekolah
melainkan Gereja dan juga masyarakat. Seperti pengalaman pribadi saya masih banyak Guru
PAK yang belum melaksanakan tugasnya dengan baik disekolah Gereja dan terutama
masyarakat, Banyak yang belum mengerti apa tugas dan tanggung jawab sebagai salah satu
elemen yang memiliki tugas dan tanggungjawab yang besar.
DAFTAR PUSTAKA
Homrighausen,E.G dan Enklaar,I.H. 2013.Pendidikan agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
GP Harianto. 2012. Pendidikan Agafma Kristen Dalam Alkitab dan Dunia Pendidikan Masa
Kini. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Kristianto Paulus Lilik. 2008. Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen, Yogyakarta:
ANDI OFSSET. 2008
Muhamara Daniel. Pembimbing PAK. Bandung: Jurnal Info Media, 2007
Nainggolan John. M. Menjadi Guru Agama Kristen. Bandung: Generasi Info Media, 2007
Sijabat B. S.1994. Strategi Pendidikan Kristen.Yogyakarta: ANDIOFFSET,
Stefanus Daniel. 2009. Sejarah PAK(Tokoh-tokoh Besar PAK), Bandung: Bima Media
Informasi.
Iris V. Cully, 2011. Dinamika Pendidikan Kristen (terj). Jakarta : BPK Gunung mulia
Ismail, Andar, 2009. Selamat Menabur 33 Renungan tentang Didik mendidik. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Robert Boehlke. 2011. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Prakten Pendidikan Agama
Kristen dari Plato Sampai Ig. Loyola. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
Pdt. Dr. Paulus Daun, Th. M. Penerjemah: Timothy Junianto Daun, Spd. 2011, Bidat Kristen
dari Masa ke Masa, Yayasan "Daun Family". Manado,
Wahyuni, Sri. 2014. Profesi Guru adalah Panggilan Ilahi. Jurnal Antusias. vol. 3 No.2
Nasution, M. A. 2011, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Bumi Aksara,
Mulyasa. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda, 2005).
Jan S.Aritonang. 2008. Berbagai aliran didalam dan disekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Janwar. 2010. Strategi Belajar Mengajar . Pematangsiantar
Thomas H.Groom.1999. Christian religious education Jakarta: BPK Gunung Mulia.
John Nainggolan.2009. PAK dalam masyarakat majemuk. BMI
Rida Gultom.2011. PAK kepada anak-anak.Medan : Mitra
Elizabeth K.Nottingham.2004.Agama & masyarakat. Jakarta : Bumi Aksara
Hamzah B.UNO & Nina Lamatenggo Tugas Guru Dalam Pembelajaran : Jakarta
Slameto.2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinva, Jakarta: Eka Cipta,
Totok Santoso,1998. Lavanan Bimbingan Belaiar di Sekolah Menengah, Semarang: Satya
Wacana,
Alkitab terejmahan Baru dari Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)
Sumber Internet :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ajaran_sesat/ diakses pada Kamis 30 april, 2020 pukul 11.30
WIB
Weruah,Wordpress. Com/2009/11/30/peran-guru-pak/ diakses pada, Jumat 1 mei 2020.
Pukul 14.39 WIB