Anda di halaman 1dari 7

MENJALANI PROFESI GURU PENDIDIKAN AGAMA

KATOLIK SEBAGAI PANGGILAN HIDUP

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna


Mendapatkan Nilai Akhir Semester Genap Tahun Akademik 2020-2021
Untuk Mata Kuliah Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah Dasar

OLEH
AGNES MILU
NIM: 2019270938

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS FLORES
ENDE-2021

1
A. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat secara umum mengenal dan mengakui bahwa
guru merupakan orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan
diteladani. Terutama Guru agama Katolik merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan
yang memerlukan keahlian khusus dalam bidang pendidikan dan pengajaran agama Katolik dan
tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar disiplin ilmu yang dimaksud. Guru agama
Katolik adalah orang-orang yang sungguh-sungguh paham dan ahli dalam bidangnya sebagai
pendidik dan pewarta Sabda.
Tugas mengajar dan menggembalakan telah dipercayakan Yesus kepada para murid-Nya,
di mana Yesus sendiri bersabda kepada mereka: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapak, Anak dan Roh Kudus, dan ajarilah mereka segala sesuatu
yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 18: 19). Kementerian Agama Republik Indonesia
(2016), mengatakan bahwa “Guru agama Katolik adalah seorang pendidik sekaligus pewarta”.
Sebagai guru agama Katolik, seseorang harus beriman Katolik atau sudah dibaptis dan dengan
demikian dia berpartisipasi dalam tri tugas Kristus dan berpartisipasi dalam tugas misi/perutusan
Gereja” (Iryanto & Ardijanto, 2019). Dngan demikian, guru pendiidkan agama Katolik merupakan
orang yang terpanggil dalam mengajar dan menggembalakan serta melakukan tindakan-tindakan
kesaksian dalam mewartakan Kerajaan Allah dan Injil Yesus Kristus di Sekolah.
Tujuan Pendidikan Agama Katolik adalah membangun hidup beriman kristiani siswa,
yang berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus yang memiliki keprihatinan tunggal
terwujudnya Kerajaan Allah dalam hidup manusia (Kemendikbud, 2019: 9). Dengan demikian,
dalam kegiatan pembelajaran, guru Pendidikan Agama Katolik harus bertindak sebagai model,
motivasi, evaluasi dan sebagai konselor. Pada dasarnya guru agama Katolik adalah representasi
dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi
teladan yang dapat ditiru, sehingga guru agama Katolik harus menjadi contoh bagai para siswanya.
Dalam konteks mata pelajaran pendidikan agama Katolik diharapkan seorang guru agama Katolik
berusaha menimbulkan, meningkatkan, dan memelihara motivasi peserta didik untuk belajar.
Dengan perannya sebagai konselor, seorang guru agama Katolik diharapkan dapat merespon
segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran.
B. MENJALANI PROFESI GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SEBAGAI
PANGGILAN HIDUP
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar
Guru adalah orang dewasa yang bekerja dalam dunia pendidikan yang dianggap
sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama dan
menengah atas agar menjadi sosok yang berkarakter, berilmu pengetahuan, serta terampil
mengaplikasikan ilmu pengetahuannya (Wiyani, 2015: 27-28).

2
Secara umum, guru dan karyawan katolik merupakan orang-orang yang telah belajar
banyak dari Yesus sebagai Sang Guru dan Sang Pelayan sejati. Guru Pendidikan Agama
Katolik merupakan orang yang mengajar dan memberi pelayanan yang tidak terlepas dari tugas
sebagai murid Kristus dan anggota Gereja. Guru Pendidikan Agama Katolik adalah orang yang
memiliki peranannya penting dalam memberitakan dan menjadi saksi Kerajaan Allah dan Injil
Yesus Kristus dalam suatu lembaga pendidikan. Guru Penddikan Agama Katolik dipanggil
untuk melakukan tindakan kesaksian yang bukan hanya dalam bidang pengajaran dan karya
yang formal, namun juga berbuah dalam kesaksian hidup yang baik.
Guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar adalah orang yang terpanggil
sebagai pengikut Kristus yang mempunyai peranan dalam mengajar dan memberi pelayanan
serta melakukan tindakan-tindakan kesaksian dalam mewartakan Kerajaan Allah dan Injil
Yesus Kristus di Sekolah Dasar. Guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar adalan
orang yang meneladani kehidupan Yesus sebagai Sang Guru dan Pelayan Sejati di Sekolah
Dasar.
2. Spiritualitas Guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar
Tugas mengajar dan menggembalakan telah dipercayakan Yesus kepada para murid-
Nya, di mana Yesus sendiri bersabda kepada mereka: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapak, Anak dan Roh Kudus, dan ajarilah mereka
segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 18: 19). Spiritualitas Guru
Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar berpedoman pada spiritualitas Yesus Kristus, di
mana merupakan tugas perutusan yang diterima dan dilaksanakan sebagai saksi-saksi Kristus
dalam mewartakan Kerajaan Allah dan Injil Yesus Kristus di Sekolah Dasar.
Spiritualitas Guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar meneladani kehidupan
Yesus sebagai Guru Utama, di mana Yesus mengajar para murid-Nya seperti yang dinyataka
Santo Yohanes, Dia dapat mengajar di atas perahu, di rumah ibadat, di atas gunung, di pantai,
di danau bahkan selama dalam perjalanan mereka, Yesus tidak canggung untuk mengajar.
Bahkan pada saat-saat akhir hidup-Nya, ketika hendak menghembuskan nafas terakhirnya di
kayu salib, Yesus masih menyampaikan ajaran-Nya. Ajaran Yesus mendidik para murid pada
kedewasaan emosional, yaitu kemampuan mengendalikan perasaan, kemampuan untuk tetap
mempertahankan kepala yang dingin.
Dalam menjalani tugas sebagai guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar,
berarti kita telah menjawab panggilan Allah. Allah memanggil kita untuk membangun
kerajaan-Nya di dunia lewat karya pendidikan yang kita emban sebagai guru. Dalam
mengemban tugas ini, tetu saja ada berbagai tantangan dan rintangan. Yang menjadi kunci
pokok dan selalu menjadi kompas dalam karya ini adalah sumber inspirasi tugas dan karya dari
pribadi Yesus sebagai Sang Guru Utama (da Santo, 2019: 13-17).
3. Hakekat Guru Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah Dasar

3
Hamu mengemukakan bahwa, Guru agama Katolik merupakan suatu profesi, yang
berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus dalam bidang pendidikan dan
pengajaran agama Katolik dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar disiplin ilmu
yang dimaksud. Mereka adalah orang-orang yang sungguh-sungguh paham dan ahli dalam
bidangnya sebagai pendidik dan pewarta Sabda. Selain itu, Prasetya, L.Pr menegaskan bahwa
hakekat profesi guru agama Katolik adalah sebuah panggilan kenabian untuk mengabdi Tuhan
dalam wujud pewartaan Kabar Baik kepada peserta didik. Mereka yang dipanggil menyatakan
“ya” kepada Tuhan dan dengan sukarela menyediakan dirinya untuk menjadi guru agama
Katolik. Di sinilah tampak nyata keunikan dan kekhasan profesi sebagai guru agama
Katolikjika dibandingkan dengan profesi keguruan bidang studi lainnya (Hamu, 2015: 2-3).
Berkaitan dengan hakekat profesi seorang guru agama Katolik, prinsip dasar yang perlu
dipahami dan diketahui dengan baik oleh seorang guru agama Katolik agar dapat melaksanakan
tugasnya secara profesional, yaitu: Guru agama Katolik harus dapat membangkitkan perhatian
peserta didik pada materi pelajaran yang diberikan serta dapat mengggunakan berbagai media
dan sumber belajar yang bervariasi, Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik
untuk aktif dalam berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, Guru Agama
Katolik harus dapat membuat urutan dalam pemberian pelajaran dan penyesuaian dengan usia
dan tahapan tugas perkembangan peserta didik, Guru Agama Katolik perlu menghubungkan
pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (kegiatan
apersepsi), agar peserta didik menjadi lebih mudah dalam memahami pelajaran yang
diterimanya.
4. Peran Guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar
Kementerian Agama Republik Indonesia (2016), mengatakan bahwa “Guru agama
Katolik adalah seorang pendidik sekaligus pewarta. Sebagai guru agama Katolik, seseorang
harus beriman Katolik atau sudah dibaptis dan dengan demikian dia berpartisipasi dalam tri
tugas Kristus dan berpartisipasi dalam tugas misi/perutusan Gereja” (Iryanto & Ardijanto,
2019). Menurut Mulyani, dkk (2014), ada 13 peran guru, yaitu sebagai korektor, inspirator,
inisiator, informator, organisator, motivator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola
kelas, mediator, supervisor, dan evaluator. Guru tidak hanya mentransfer pengetahuan tetapi
juga mendorong potensi siswa untuk mengembangkan pembelajaran. Hal ini berarti guru
menghadapi tugas dan tanggung jawab yang kompleks dalam menjalankan pencapaian tujuan
pendidikan, di mana guru sendiri dituntut tidak hanya menguasai bidang pelajaran tetapi juga
menampilkan kepribadian sebagai panutan bagi siswa (Wea, 2021).
Seorang guru agama Katolik sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat
ditunjukkan oleh peserta didiknya. Untuk itu, apabila seseorang ingin menjadi guru agama
Katolik maka sudah seharusnya ia dapat selalu meningkatkan wawasan pengetahuan akademis
dan praktis melalui jalur pendidikan. Sebagai seorang Guru Agama Katolik hendaknya

4
berperan sebagai pengarah, pembimbing, pemberi kemudahan dengan menyediakan berbagai
fasilitas belajar, pemberi bantuan bagi peserta yang mendapat kesulitan belajar, dan pencipta
kondisi yang merangsang dan menantang peserta untuk berpikir dan bekerja. Guru Pendidikan
Agama Katolik di Sekolah Dasar juga mempunyai peran sebagai pendidik iman, sebagai saksi
iman dan sebagai penanggung jawab pembinaan iman.
5. Syarat-Syarat Menjadi Guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar
Menurut Justisianto (2009), syarat menjadi guru pendidikan agama Katolik antara lain
memiliki iman yang teguh kepada Kristus, kasih yang berkobar, pengetahuan tentang agama
Katolik dan disiplin ilmu secara luas, serta professional dalam menjalankan tugas. Hal ini
hanya dapat diwujudkan bilamana guru pendidikan agama Katolik memiliki kesungguhan dan
menyadari keluhuran panggilan, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa dan kinerjanya. Menurut Bintoro (2015), sebelum menjadi guru pendidikan agama
Katolik, hal pertama yang dimiliki oleh para calon guru, sebelum menekuni pendidikan formal
di lembaga pendidikan tinggi, adalah kesadaran akan panggilan untuk mengajar iman dan
agama kepada anak-anak, mewartakan Yesus dan kerajaan Allah kepada peserta didik (Wea,
2021).
Menurut Dewantara dan Permana (2018), menjadi guru pendidikan agama Katolik
adalah sebuah panggilan. Hal senada juga dikatakan oleh Hardy (2018) bahwa menjadim guru
pendidikan agama Katolik adalah suatu panggilan profetis yang menuntut kesadaran akan
panggilannya, kesediaan untuk menjadi nabi dan rasul Kristus (pewarta). Menurut Turu (2020)
ada empat hal yang harus disadari oleh seorang guru pendidikan agama Katolik sehingga dia
tetap setia dalam menjalankan tugasnya, yakni mengambil bagian dalam tugas kenabian Yesus
Kristus, mengambil bagian dalam tugas perutusan Gereja, terlibat dalam menjaga kemurnian
ajaran iman dan moral, dan bertanggung jawab terhadap pertumbuhan iman dan moral peserta
didik (Wea, 2021).
6. Kualitas Diri Guru Pendidikan Agama Katolik Sebagai Panggilan
Rusyan (1993) mengemukakan bahwa motivasi, kematangan dan kesiapan diperlukan
dalam proses belajar, karena tanpa motivasi, proses belajar mengajar tidak akan efektif dan
tanpa kematangan, upaya belajar sukar berlansung (Kemendikbud, 2011: 55). Kematangan
seseorang guru dalam mengemban profesi keguruan sangat dibutuhkan. Kemtangan tersebut
ditentukan oleh faktor pengalaman mengajar dan lamanya mengajar. Artinya setelah sekian
lama mengarungi profesi keguruan yang diembannya membuat yang bersangkutan tahu dan
paham tentang kapasitasnya sebagai seorang guru sehingga memungkinkan yang bersangkutan
semakin dewasa dan mandiri di dalam berpikir, bertutur dan bertindak dalam kerangkah
profesinya. Hal ini terjadi karena dia tahu dan paham betul pekerjaan yang telah digelutinya.
Dalam Pendidikan Agama Katolik penemuan pengetahuan. pengembangan sikap iman
dan pengayaan penghayatan iman dapat diproses melalui langkah-langkah katekese yaitu

5
dengan merefleksikan pengalaman hidup dalam terang Kitab Suci dan Tradisi Gereja Katolik.
Guru Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik diharapkan untuk dapat memanfaatkan
berbagai macam pendekatan yang selama ini telah dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran
di sekolah, seperti pendekatan secara kateketis, naratif-eksperiensial, dan pedagogi reflektif,
dan lain-lain (Kemendikbud, 2017: 5).
C. PENUTUP
Menjadi guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar, berarti kita telah menjawab
panggilan Allah untuk menjalankan tugas perutusan sebagai saksi-saksi Kristus dalam mewartakan
Kerajaan Allah dan Injil Yesus Kristus di Sekolah Dasar. Kesadaran diri untuk memahami dan
menghayati peran guru antara sebagai tugas dan menjawab panggilan, tentu saja memuat
konsekuensi bahwa mengajar bukan lagi sekedar kerja untuk mencari upah. Pengajaran seorang
guru menjadi ibadah yang berdimensi keagungan dan keluhuran. Kesadaran tersebut
mempengaruhi ikatan batin seorang guru dengan pekerjaannya, motivasi dan perasaannya, sikap
dan disiplin mengajarnya, kuantitas dan kualitas kerjanya bahkan kepribadian dengan karakternya.
Jika hal ini terjadi, tidak saja hasil pengajarannya yang semakin baik, namun guru pun makin
dimanusiakan ke tingkat yang lebih tinggi. Yang jelas terjadi proses peningkatan mutu batin sang
guru. Pada gilirannya, guru pun akan lebih berharga dalam bursa tenaga kerja, sehingga sangat
wajar sehingga bahwa mengajar adalah sesuatu yang agung dan luhur (da Santo, 2019: 29).

DAFTAR PUSTAKA

Da Santo, Fransiskus Emanuel. (2019). Guru Katolik Antara Tugas dan Panggilan pada Era Digital.
Yogyakarta: PT. Kanisius (Anggota IKAPI).
Hamu, F. J. (2015). Kompetensi guru agama Katolik. SEPAKAT-Jurnal Pastoral Kateketik, 1(1), 10-
19.
Iryanto, A., & Ardijanto, D. B. K. (2019). PEMAHAMAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
TENTANG TUGAS MISIONER GEREJA DAN PELAKSANAANNYA DI SLTA KATOLIK
KOTA MADIUN. JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik, 19(1), 100-115.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sagala, H. Syaiful. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta, Cv.

6
Wea, D. (2021). Upaya Meningkatkan Kinerja dan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Katolik di
Papua. Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Katolik, 1(1), 22-43.
Wiyani, Novan Ardi. (2015). Etika Profesi Keguruan. Yogyakarta: Gava Media.

Anda mungkin juga menyukai