1.
PASTORAL UMAT - BAHAN AJAR.
1.PENDAHULUAN.
Pengantar :
Dalam perkembangan Gereja dewasa ini, pekerjaan pastoral oleh umat makin digalakkan
dan disebar luaskan ke segala pelosok dan lapisan umat. Dasarnya jelas, yaitu bahwa
seluruh umat Allah adalah penanggungjawab atas kehidupan dan perkembangan Gereja.
Melalui pastoral umat, seluruh umat dilibatkan dalam memikirkan, memutuskan dan
melaksanakan tugas Gereja di tengah-tengah masyarakat. Kiranya keterlibatan umat di
dalam karya pastoral akan lebih meningkat, jika mereka sendiri mengetahui persoalannya.
Pastoral umat menghendaki supaya potensi yang ada dalam lingkungan digali dan
dimanfaatkan dalam pengembangan lingkungan tersebut.
Contoh-contoh potensi yang ada dan perlu digali dalam lingkungan tersebut antara lain :
1.Potensi sebagai pemimpin umat.
2.Potensi sebagai pembimbing umat.
3.Potensi sebagai penggerak umat.
4.Potensi untuk memberi renungan.
5.Potensi untuk memimpin doa.
6.dll.
Oleh sebab itu seorang pekerja pastoral umat harus benar-benar berpotensi dan mamou
mewujudkan Kerajaan AllahDalam potensi untuk pastoral umat dibutuhkan dua unsur penting
, yaitu :
1.Kemampuan.
2.Kesanggupan.
Kedua unsur inti tersebut diperlukan oleh umat untuk mewujudkan Kerajaan Allah. Di
samping itu pastoral umat juga harus dilaksanakan di dalam wilayah-wilayah tertentu, itulah
yang disebut pastoral perwilayahan. Pastoral perwilayahan yaitu pekerjaan pastoral dalam
wilayah dan dalam lingkungan-lingkungan.
Tentang wilayah dan lingkungan, akan dibicarakan tersendiri. Tetapi apakah pengertian
pastoral di sini ? Pastoral yaitu sumbangan umat terhadap pengembangan masyarakat atau
bimbingan perkembangan dunia dan masyarakat oleh umat berdasarkan iman. Sesudah
Konsili Vatikan II, bimbingan masyarakat sekitar ataupun bimbingan lingkungan menjadi
tugas seluruh umat beriman.
Pengembangan masyarakat tidak hanya dijalankan oleh pastor saja, melainkan umat harus
diikutsertakan dalam pekerjaan tersebut. Oleh karena itu yang diharapkan di sini
2
adalah bahwa umat semakin tahun tidak semakin apatis melainkan agar semakin lama makin
menjadi lebih aktif. Jika dahulu umat sudah dilatih untuk menjadi domba-domba yang taat
yang ikut saja dalam pekerjaan pimpinan, sekarang diharapkan menjadi domba-domba yang
sungguh-sungguh mau bekerja dengan kreativitas. Umat harus aktif sedangkan pimpinan
Gereja ada di tengah-tengah untuk memimpin mereka. Suatu pekerjaan yang merupakan
aksi bersama agar berhasil memerlukan pimpinan. Tugas pastor antara lain membimbing dan
memimpin umatnya, supaya warga paroki menjadi lebih aktif bekerja dalam mengembangkan
masyarakat dunia dan kebudyaan sekitarnya.
Prinsip ini melengkapi pandangan lama, yang melihat arus perkembangan sebagai sesuatu
yang berasal dari pimpinan saja, dari keahlian pimpinan, untuk membuat rencana dan
meperkenalkan rencana itu kepada umat, ada kesanggup- an dari umat untuk melaksanakan
dan sebagai akibat dari itu adalah perkembangan. Pandangan tersebut ini sekarang lebih
disempurnakan. Menurut pandangan sekarang, perkembangan adalah sesuatu yang berasal
dari dalam atau dari bawah yang dapat dibimbing oleh pemimpin. Pandangan ini berdasarkan
atas kesadaran bahwa perkembangan yang laras tergantung dari auto-aktivitas umat, dari
keaktifan-keaktifan yang dijalankan oleh umat sendiri di bawah pimpinan hirarki.
Pengembangan lingkung- an yang laras harus berasal dari inisiatif dan tanggung jawab umat
di bawah pimpinan hirarki. Proses perkem
.
- bangan tersebut dimulai dari motivasi kemudian penga= rahan ke tujuan oleh pembimbing
dan akhirnya sebagai hasilnya adalah perkembangan. Di dalam pandangan sekarang untuk
membangun Gereja dan Dunia diperlukan partisipasi umat Katolik sebagai subyek
pengembangan.
(Kemampuan dan kesanggupan seringkali berada dalam kebutuhan dan masalah. Oleh
karena itu, berikut ini akan dibicarakan bagaimana pengenalan kebutuhan, masalah
dan potensi : kemampuan dan kesanggupan, di dalam lingkungan)
Berdasar atas pandangan ini maka lingkungan dapat diperkembangkan dengan memperkuat
perkenalan di dalam lingkungan itu. Lingkungan adalah kelompok orang-orang yang hidup
bersaudara dan bersama di dalam Kristus.
Misalnya, kebutuhan akan pelajaran agama, pendalaman Kitab Suci yang menarik,
kesempatan kerja, sekolah yang baik dan murah, dll.
Kebutuhan ini berbeda-beda untuk tiap lingkungan. Contoh kebutuhan lainnya misalnya,
kebutuhan akan renungan dan latihan rohani, keterlibatan umat dalam perayaan liturgi,
pembentukan pribadi, pembentukan komunita, pembentuk- an keluarga sebagai keluarga
katolik, pelayanan sosial, komunikasi, kesehatan lingkungan, dll. Pengurus lingkung -
an harus menyadari apa kebutuhan yang ada di lingkungannya, kemudian mencatat
kebutuhan itu serta menguraikannya.
perlu dicatat, agar tidak hilang dan memper- mudah menentukan prioritas dalam
pemenuhannya serta mempermudah dalam perencanaan.
Masalah.
Masalah erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab ma- salah itu justru timbul jika ada
kebutuhan yang di dalam usaha pemenuhannya mengalami hambatan-hambatan atau
kesulitan-kesulitan. Pada umumnya masalah juga merupakan hal yang sudah dimulai tetapi
tidak terselesaikan, misalnya :
-Umat membutuhkan doa bersama akan tetapi tidak ada
tempat yang cukup untuk menampung.
-Muda-mudi ingin mengadakan kegiatan olah raga akan te-
tapi tidak ada alat dan sarananya.
Masalah perlu dipecahkan, sebab ada kecenderungan makin menjadi besar apabila
dibiarkan. Ada masalah yang tidak begitu mendesak, ada
masalah yang mendesak, dan ada masalah nyang amat mendesak. Kalau masalahnya
urgent tidak ada jalan lain kecuali menanganinya.
Untuk menemukan masalah ada beberapa cara, misalnya : dengan mendengarkan keluhan-
keluhan dari warga,de- ngan menghubungi orgniasasi-organisasi paroki yang anggota-
anggotanya ada di dalam lingkungan.
Masalah ini menjadi pegangan di dalam pembicaraan pada rapat dewan paroki. Untuk
memecahkan masalah dapat ditempuh beberapa jalan :
Potensi.
Dengan potensi dimaksudkan kemampuan yang ada di dalam lingkungan, umpamanya:
potensi untuk ikut serta dalam pastoral, potensi untuk mengajar agama, koor,mera- wat orang
sakit, dsb.
Banyak kebutuhan tidak terpenuhi dan msalah tidak terpecahkan karena tidak mengenal
potensi. Potensi-potensi ini baik individu maupun kelompok ada di dalam lingkungan. Umat
atau keompok potensial itu hendaknya
Kristus menunjukkan bahwa tiap-tiap orang itu mempunyai talenta dan talenta itu perlu
digunakan (Mat.25:14-30). Pengurus lingkungan berusaha supaya talenta (potensi) ini digali
dan dimanfaatkan dalam pengembangan lingkungan. Misalnya, potensi memimpin umat,
membimbing umat, penggerak umat, mengajar agama, memimpin doa, dll.
Potensi baru berguna kalau ada kesediaan.
Kemampuan belaka tidak menjamin perkembangan ling- kungan, sebab untuk perkembangan
itu diperlukan dua hal : kemampuan dan kesediaan/kesanggupan. Orang-orang yang mampu
dan sanggup itulah
5
yang perlu dicari. Di ba – nyak lingkungan sering potensi ada tetapi belum dimanfaat- kan
karena tidak digali atau orangnya tidak diminta.
b.1. Refleksi.
Pengurus lingkungan perlu bertanya diri, mana kebutuhan, masalah dan potensi yang ada di
lingkungannya. Ini kemungkinan sudah dilakukan oleh pengurus lingkungan
yang sudah berpengalaman. Maka ada baiknya, dan seharusnya pengurus lingkungan
mengadakan refleksi di hadapan Tuhan, dengan menggunakan catatan kecil untuk
membantu diri, sehingga sungguh-sungguh sadar akan kebutuhannya, masalah serta potensi
yang ada di dalam lingkungannya.
b.4. Sharing.
Pengurus lingkungan dapat mengadakan sharing untuk membicarakan kebutuhan, masalah
dan potensi lingkungan dengan pastor atau ketua wilayah, sehingga kebutuhan, masalah dan
potensi dilihat dalam keseluruhan paroki dan Gereja. Di samoing itu akan mengurangi
subyektif/individu- al saja.
c. Garis besar proses penyadaran akan kebutuhan, masalah dan potensi umat.
c.1. Persiapan.
- Persiapan mental.
Sebelum berjumpa dengan umat, pengurus lingkungan harus ingat bahwa dia berjumpa
dengan Kristus, maka dari itu perjumpaan ini bukan tehnis semata-mata, tetapi suatu cara
untuk berjumpa dengan Kristus sendiri. “Di mana dua atau tiga orang berkumpul atas nama-
Ku, Aku ada di tengah-tengah mereka.”(Mat.18:20).
-Pola percakapan.
Pola percakapan yang dimaksud di sini adalah apa-apa saja yang akan dibicarakan selama
kunjungan, hal iniamat penting agar supaya pembicaraan terarah, bukan hanya ramah tamah
belaka.
c.3. Mendengarkan.
Dalam kunjungan atau perjumpaan, jangan banyak bicara laksana ceramah, akan tetapi
mendengarkan.Bahkan tidak hanya mendengarkan dengan telinga, melainkan mende-
ngarkan dengan hati.
c.6. Mencatat.
Mencatat amat penting, agar kebutuhan, masalah dan potensi tidak terlupakan dan
mempermudah dalam menyusun program.
Tugas-tugas umat Allah tersebut, sebenarnya berda- sarkan panggilan dan perutusan
dari Kristus sendiri.
Kristus memanggil manusia untuk menjadi Tubuh-Nya yang mistik, yaitu Gereja-Nya.
Karenanya Kristus merupakan pusat Gereja sepanjang segala masa. Secara permanen
Kristus menjadi prinsip vital, menjadi pemberi hidup, dan Kepala yang aktif dari Gereja.
Kristus sendirilah dasar pertama
Gereja terpanggil untuk melanjutkan karya Kristus sendiri. Tugas Gereja untuk melaksanakan
panggilan dari Kristus tersebut diserahkan kepada umat Allah dan harus diwujudkan oleh
seluruh umat.
Doa Yesus untuk murid-muridNya, khususnya dalam Yoh 17:17-23 merupakan suatu pesan
wasiat yang secara evangelis menjadi dasar dari pastoral oleh seluruh umat Al-
Lah. Dalam teks tersebut secara jelas dipaparkan dia-log Yesus dengan BapaNya:
“Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firmanMu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau
telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam
dunia”.
Umat Allah diutus ke dalam dunia. Seperti Kristus diutus oleh Bapa; kini Kristus mengutus
umatNya. Dari hal ini dapat diketahui, bahwa pengutusan dari Allah terlaksana dalam Kristus
dan lebih lanjut dalam Gereja, dalam paroki, dalam lingkungan-lingkungan, keluarga dan
dalam diri umat masing-masing. Umat Allah harus memenuhi pesan Kristus itu secara khas di
dalam tugas-tugas yang sesuai dengan kedudukan masing-masing.
Seluruh umat perlu menyadari bahwa mereka sebagai pengikut Kristus mempunyai misio,
perutusan. Kepada umat dipercayakan suatu tugas. Melalui pelaksanaan tugas ini cinta
mereka kembali kepada Bapa bersama umat yang digembalakannya.
Bapa mengutus Yesus untuk menjadi jalan, kebenaran dan kehidupan, dan di dalam
kepenuhan Roh Kudus, Ia kembali kepada Bapa.
10Lebih lanjut Yesus mengutus para Rasul untuk mewujudkan buah dan karya Roh Kudus di
dalam umat, dan dengan demikian mereka kembali kepada Bapa.
7
Proses tersebut terjadi di dalam Gereja, terulang kembali di dalam kelompok yang lebih kecil
di dalam Gereja: dalam lingkungan, dalam keluarga di mana Yesus mengutus suami sebagai
kepala keluarga dan di dalam relasi sebagai suami isteri mereka kembali kepada Bapa, dan
seterusnya.
Di dalam siklus pengutusan ini selalu ditemukan anugerah Allah yang memberikan Diri,
damai di dalam Kristus dan melalui cinta dalam Roh Kudus umat kembali kepada Bapa.
Gereja, adalah Gereja umat, berkembang dan hidup bersatu sebagai umat.(Di dalam
wawancara kepada para imam dan biarawan yang diadakan bulan Juli 1980,
Mgr.F.X.Hadisumarta O.Carm mengemukakan gagasan sebagai berikut ): “Gereja adalah
umat Allah. Karena itu tugas panggilannya harus dilaksanakan oleh umat beriman sebagai
keseluruhan. Seperti negara harus dirakyatkan, demikian pula Gereja harus diumatkan.
Gereja sebenarnya baru hidup dan berkembang, bilasemua umat ambil bagian di dalamnya.
Gereja mengenal diri, berkembang dan berkarya bukan hanya demi kepentingan umatnya
saja, tetapi sekaligus juga harus lebih dikenal dan berfungsi sebagai tanda efektif atau
Sakramen Keselamatan keluar,
artinya kepada masyarakat. Memasyarakatkan diri adalah inti hakekat Gereja. Partisipasi
umat dalam Gereja secara menyeluruh sangat menentukan hidup dan karya Gereja bukan
hanya “ ke dalam”, tetapi sekaligus “ke luar” dan menentukan gambaran yang diterima
masyarakat tentang Gereja dan relevan- sinya.”(Hadisumarta.F.X.,O.Carm.,Gereja adalah
umat Allah. Beberapa Gagasan.,Malang Keuskupan 1980).
Ungkapan tersebut betul-betul menarik dan mengesan, karena isinya begitu tinggi, namun
pengungkapannya begi- tu sederhana. Gagasan
tersebut mu tak mau menggugah kesadaran umat, bahwa mereka bersama-sama adalah
Gereja, dan bahwa tugas-tugas Gereja adalah tugas-tugas seluruh umat Allah.
Dalam pastoral umat ini, Gereja tidak dipandang sebagai suatu institusi atau sebagai
perkumpulan saja, melainkan sebagai rakyat, sebagai suatu bangsa. Konsili Vatikan II
dengan tegas mengemukakan pandangannya bahwa Gereja adalah umat Allah, dan bukan
organisasi belaka, dalam konsitusi Dogmatis Lumen Gentium, yang berbunyi sebagai
berikut : “Pada segala jaman dan dalam segala bangsa Allah berkenan akan siapa saja yang
menyegani-Nya dan melakukan kebenaran. Namun Allah hendak menguduskan dan
menyelamatkan orang tidak sendirian, tanpa hubungan satu sama lain, tetapi dengan
membentuk mereka menjadi umat, yang mengakui Dia dalam kebenaran dan mengabdi
kepada-Nya dengan suci. Orang-orang yang percaya akan Kristus, yang dilahirkan kembali
tidak dari benih yang punah, tetapi dari yang tak dapat punahkarena Sabda Allah yang hidup,
tidak dari daging tetapi dari air dan Roh Kudus, akhirnya dibentuk menjadi “keturunan terpilih,
imamat rajawi, bangsa suci, umat pusaka.....yang dulu bukan umat sekarang umat Allah”.
(bdk. LG. Art.9).
16.
..................kemudian dalam LG. Masih dapat dicari lagi hal-hal /pembicaraan tentang awam.
Di samping itu dapat dimasukkan juga Gereja seelum dan seudah Vatikan II dlam Pengantar
Pek.Pastoral...........................
Dalam kebenaran Gereja “umat Allah” ini tekanan pasti tidak terletak pada aspek organisasi
Gereja saja, melainkan pada panggilan Tuhan yang menggabungkan orang dalam satu
8
jemaah. Gereja menurut Konsili Vatikan II bukan merupakan suatu organisasi, bukan suatu
institusi belaka, melainkn suatu umat Allah.
Orang lahir dalam Gereja, dan baik atau buruk orang-orang di dalamnya bersama-sama
menuju ke suatu tanah air yaitu surga. Maka dariitukalau Gerteja berkembang, Gereja juga
dapat berkembang sebagai umat. Dan umat ini memang beraneka ragam, beraneka bangsa,
suku, terdiri dari paguyuban-paguyuban, kearbatan-kerabatan, komuni- tas-komunitas dan
keluarga-keluarga yang bersama-sama merupakan umat itu; dan yang menjalankan hidup
kristiani bukan sebagai ketaatan kepada perintah-perintah dari organisasi Gereja, tetapi atas
dasar keinsyafan, bahwa mereka adalah umat Kristus,umat Allah. Sedangkan apa yang di
dalam rakyat adalah ikatan darah, di dalam Gereja adalah ikatan rahmat, pastoral umat akan
mewujudkan kebenaran tersebut.
Pastoral umat berusaha membawa warga Gereja, warga Keuskupan, warga paroki untuk
berhubungan dengan sesama warga untuk menjadi lebih dekat dengan umat katolik di
sekelilingnya dan masyarakat sekelilingnya. Membawa mereka untuk mulai berkumpul dan
merenungkan Injil, saling membicarakan kejadian-kejadian
di dalam hidup mereka di bawah terang Sabda Allah, dan agar lebih saling menolong dan
lebih hidup bersama sebagai saudara. Dalam pastoral umat diusahakan agar umat Allah itu
saling memberi penerangan melalui diskusi yang jujur sambil memelihara cinta kasih satu
sama lain dan mengutamakan kesejahteraan umum di atas segala-galanya.
Akhirnya pastoal umat juga bertujuan agar umat Allah memenuhi panggilan menjadi saksi
bagi Kristus dalam segala hal di tengah masyarakat manusia.
Maka dari itu diharapkan seluruh umat menjalankan tugas misioner dengan dijiwai oleh Roh
Kudus. Tugas-tugas inilah yang diwujudkan di dalam pastoral umat.
Untuk dapat melaksanakan tugas perutusan ini, masing-masing umat memiliki kharisma
khas. Kharisma-kharisma itulah yang seluruhnya dipersatukan dalam pengutusan Kristus.
Dalam pastoral umat kharisma-kharisma tersebut dibina dan dipadukan ke dalam aneka
ragam pelayanan dalam hidup menggereja.
Dalam pekerjaan pewilayahan akan diterangkan bahwa tugas Gereja adalah membentuk
suatu komunita (koinonia) yaitu suatu kesatuan diantara anggota-anggotanya, khususnya
kesatuan yang mencerminkan Kabar Gembira yang dibawa oleh Kristus.
Lebih lanjut melalui penyaksian, ibadat dan pembinaan hidup berdasar atas moral kristiani
Gereja membawa kesatuan tersebut ke perwujudannya dalam pelayanan kepada
masyarakat.
Gereja di dunia merupakan kejadian yang bergerak dan hidup di tengah-tengah masyarakat.
Tugas Gereja itu dilaksanakan di tengah masyarakat di mana saja Gereja dapat berada, dan
disegala jaman sejak Kristus. Tugas Gereja bukan pertama-tama langsung membawa ke-
9
sejahteraan material, bukan pula untuk mengkatolikkan semua orang : melainkan menjadi
tanda dan jalan kese- lamatan di segala tempat dan jaman di mana hal itu mungkin.
Cara kerja Gereja adalah melalui komunitas Kristiani, melalui jemaat. Yakni suatu jemaat
yang menyaksikan imannya yang diperoleh dari hubungannya dengan Allah melalui Kristus
dan yang diungkapkan dalam ibadat yang resmi maupun spontan, yang diresapkan ke dalam
masyarakat melalui sistem moralnya, serta yang diwujudkan atau dijadikan kenyataan dalam
pelayanan kristiani.
Walaupun dikatakan bahwa pastoral merupakan tugas seluruh umat, dan pastoral paroki
merupakan tugas dari seluruh warga paroki, namun dalam pastoral umat tentu ada
pembagian tugas. Karena umat Allah terdiri dari imam, awam dan biarawan/wati, maka
pastoral paroki harus dilaksanakan oleh ketiga unsur tersebut.
Imam-imam adalah umat Allah yang mendapat kedudukan sebagai pemimpin. Mereka adalah
umat yang berjabatan. Biarawan/biarawati adalah umat Allah yang karena penye- rahannya
kepada Kristus secara total menjadi inti dari Gereja. Mereka adalah tanda kehadiran Kristus
yang hidup dan bersama-sama dengan umatnya. Sedangkan awam adalah umat Allah yang
menjadi dasar dari hubungan antara Gereja dengan dunia.
Pertanyaannya : dalam pastoral paroki apa sajakah tugas mereka?.
Untuk tugas inilah merekadiberi jabatan. Dengan menjadi pemimpin formal mereka menjadi
penanggung jawab : penanggung jawab terhadap Gereja. Dalam hal ini mereka disebut
penanggung jawab institusional Gereja.
Kadang-kadang Gerejainstitusional itu merupakan Gereja yang hierarki dari Paus sampai
dengan lingkungan, kadang-kadang Gereja institusional merupakan jemaat-jemaat yang kecil
yang berkumpul dalam kelompok-kelompok institusional tertentu.
pastores dengan awam “siapa boleh menjalankan apa?”. Kesan demikian ini nyatanya tidak
benar, sebab awam pada umumnya tidak mempunyai kecenderungan yang besar untuk
berbuat sehubungan dengan pastoral.
Maka dari itu di dalam pastoral umat tidak ada soal bagi umat berjabatan untuk membela
tugas-tugasnya agar supaya tidak diambil alih oleh awam. Nyatanya kalau kepada awam
diterangkan mengenai prinsip solidaritas, reaksi mereka adalah menerima sedikit mungkin,
dan mereka akan mengatakan :” biarlah sebanyak mungkin tugas-tugas ada di tangan
pastor”.
Sebaiknya dalam pastoral umat para umat berjabatan perlu berusaha supaya semua umat
mau ambil bagian di dalam tugas-tugas Gereja. Pastoral umat bukan tuntutan dari awam,
melainkan merupakan kebutuhan dari seluruh umat. Dalam pastoral umat tidak ada
perjuangan dari umat dasar untuk mendapatkan haknya. Pastoral umat adalah suatu
penjiwaan dari dalam supaya umat dasar secara bebas berdasar atas iman yang diperdalam
dan Injil yang dihayati lebih mewujudkan tugasnya. Dengan kata lain, struktur dari Gereja
bersifat dialogis. Struktur di dalam Gereja tidak bersifat perintah.
Struktur di dalam Gereja didasarkan atas putusan yang bebas (bukan perintah dari atas).
Struktur dari Gereja ada
lah struktur persaudaraan, dan bukan struktur atasan dan bawahan. Umat berjabatan
adalah :pembentuk dan pemer- satu dari komunitas-komunitas kristiani. Pastor adalah
penggali dan pewarta sabda. Ia memperdalam iman komunita dengan memandang warta
gembira dalam hubungan dengan tanda-tanda jaman. Untuk umat yang menerima tahbisan
imam, perayaan ekaristi tidak merupakan suatu “kewajiban”, tetapi momen yang penuh
keindahan dalam komunita-komunita dibentuk. Pastor ialah pengembang dari pelayanan-
pelayanan yang tidak dilaksanakan olehnya sendiri tetapi yang diberinya inspirasi menurut
kebutuhan kaum miskin. Untuk itu pastor dipersiapkan oleh profesinya.
3.1.3. Kecuali tugasnya sebagai pemimpin dan penanggung jawab yang institusional,
tugas-tugas umat berjabatan adalah penjiwa.
Tugas pastor paroki adalah menjiwai umatnya supaya : mereka mau menjalankan tugas-
tugas pastoral dan mau kerja untuk Gereja. Untuk inilah pastor menjadi animator dan
memberi kepercayaan kepada umat. Untuk ini diperlukan sikap mau menerima kenyataan
bahwa tugas-tugas yang dikerjakan oleh umat dasar mungkin tidak berhasil secara sempurna
seperti halnya jika dijalankan oleh pastor sendiri.
Pastor adalah penjiwa (animator), seorang yang berusaha supaya komunita kristiani atau
koinonia dalam bentuk apapun akan hidup dan mau menyaksikan, mewartakan, beribadat,
dan hidup secara kristiani serta melayani. Hal ini masih diperkuat karena tiap orang yang
berjabatan dalam Gereja, pada waktu yang sama juga adalah umat. Dengan menjadi umat
berjabatan, mereka tidak keluar dari umat. Sebagai manusia, dia adalah satu dari umat Allah
yang
berjalan ke tujuannya, dan bukan orang yang di luar umat dan yang menggiring orang atau
domba-domba lain ke tujuannya. Itulah yang dimaksud Gereja yang bersifat dialogis.
3.1.6. Koordinator.
Fungsionaris-fungsionaris seperti katekis, pengurus lingkungan tidak lain dari pada
pengambilan bagian dari tugas umat berjabatan.
11
Orang-orang seperti tersebut bertanggung jawab mengenai bagian tertentu dari tugas umat
berjabatan. Sehingga umat berjabatan juga mempunyai fungsi sebagai koordinator dan
merupakan jiwa dari suatu team yang menyebabkan bahwa semua petugas pastoral dalam
suatu paroki akan dapat menjalankan tugasnya. Team tersebut di tingkat paroki disebut
Dewan Paroki.
Ada bahaya dari pastoral umat, yaitu jika pembagian tugas-tugas di dalam Gereja hanya
didasarkan atas keadaan atau situasi yangpraktis dewasa ini, misalnya denga menambah
orang berjabatan, seperti : kurang pastor, maka ditambah diakon, kalau diakon masih kurang,
maka ditambah
katekis. Dengan jalan menambah orang yang berjabatan saja, dapat dikatakan bahwa
pekerjaan pastoral tidak merata sampai ke umat dasar. Untuk menghindari bahaya tersebut,
umat dasar perlu menyadari bahwa mereka perlu ,menjalankan tugasnya sendiri sebagai
umat Allah.
-Menghidupkan dan melangsungkan komunitas kristiani dalam bentuk yang sesuai dengan
kebutuhan tempat dan
jaman.
-Tugas pembentukan komunita ini harus dijalankan oleh umat sendiri. Tugas-tugas ini di
banyak paroki sudah berja lan. Umpamanya : adanya lingkungan yang hidup, adanya
kelompok kharismatik, adanya kelompok ME,dsb. Pokok di mana ada kelompok yang hidup
mulai dari keluarga sampai ke kelompok yang lebih luas, di sana Gereja berkembang.
-Membawa kehidupan kristiani dalam profesinya sendiri dan melalui profesinya ke dalam
perjalanan dunia.
Kekhususan dari umat dasar adalah bahwa mereka hidup di dalam profesi tertentu dan
bahwa mereka membawa kekatolikkan di dalam profesi itu.
12
( Karena umat dasar pada umumnya adalah awam, ada baiknya apabila kita lihat juga
tanggung jawab dari setiap anggota awam).
Demikian pula awam tidak boleh berkata “Aku bukan Imam jadi aku tidak punya urusan
terhadap hal-hal yang menyangkut kepentingan tubuh Gereja”.
(2). Awam bertanggung jawab terhadap persekutuan dan persaudaraan antar orang
beriman.
Kisah para Rasul 2:41 dan seterusnya menjelaskan pola hidup jemaat pertama, bahwa hidup
orang-orang kristiani menuju ke arah jemaat.
(4). Awam bertanggung jawab terhadap pelayanan pada sesama umatberiman dan
pada masyarakat sekitar.
Awam adalah anggota dari Tubuh Kristus dengan tugas-tugas yang khas. Tugas anggota
adalah mengerjakan apa yang di dalam jangkauannya bermanfaat untuk kepentingan
bersama ( 1 Kor.12:7). Tugas anggota adalah menyum- bangkan “Pembangunan Tubuh
Kristus” (Ef.4:12). Konsili VatikanII mengatakan: “Awam yakni umat beriman yang
digabungkan dengan Kristus oleh permandian, dilantik sebagai umat Allah dan
mengambil bagian atas caranya dalam tiga tugas Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja.
Lalu menjalankan perutusan seluruh umat Kristen dalam Gereja dan dalam dunia
sesuai tanggungannya.” (Bdk. LG. No. 31).
Dengan kata lain, awam mempunyai hak dan tanggung jawab di bidang kerasulan.
Supayajangan terjadi salah paham Konsili mengingatkan bahwa di samping Imamat Jabatan
atau Imamat Hierarki, ada imamat umum para beriman. Keduanya memang berbe
13
da tetapi toh diarahkan satu kepada yang lain karena baik yang satu maupun yang lain
mengambil bagian dalam Imamat Kristus. Dalam Gereja ada perbedaan pelayanan tetapi ada
kesatuan perutusan. para Rasul dan para pengganti mereka diberi Kristus tugas mengajar,
mengudus kan dan memimpin atas nama dan dengan kuasaNya. Akan tetapi para awam
yang mengambil bagian dalam tugas Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja menjalankan
peran-annya dalamperutusan seluruh umat Allah di dalam Gereja dan dunia.
(5). Awam bertanggung jawab terhadap kesaksian yang diberikan kepada khlayak
ramai, baik dengan kata-kata maupun dengan teladan hidup.
Persekutuan hidup dan pelayanan terhadap sesama merupakan kesaksian yang diberikan
umat beriman di hadapan khlayak ramai. Kesaksian ini akan mengangung- kan Tuhan dan
serentak mengundang orang lain untuk berkenalan dengan Kristus dan akhirnya mengikuti
Kristus.
Mereka ini adalah para biarawan/biarawati. Dari mereka mungkin ada yang berjabatan, tetapi
kebanyakan dari mereka adalah bagian inti dari umat dasar.
Di dalam pastoral tidak menjadi soal apakah mereka berjabatan atau tidak, mereka adalah
umat inti. Di dalam
pastoral tidak dipersoalkan istilahyuridis, apakah mereka
awam atau bukan awam, walaupun secara yuridis teologis mereka dapat dimasukkan ke
dalam status awam.(Piet Go.O.Carm.,Kedudukan dan Peranan Kaum Awam ditinjau dari
sudut pandangan Teologis Yuridis, Malang 1980.p.5).
“Berdasarkan struktur Hirarkis Gereja (iure divino) terdapat hanya dua status, yakni klerus
dan awam.” Tetapi secara pastoral mereka merupakan bagian inti dari umat dasar.
Gereja tidak dapat melarikan diri dari dunia, demikian pula umat inti tidak dapat melarikan diri
dari dunia dan dari umat.
Mereka adalah tenaga inti dari umat Allah. Umat inti adalah umat yang menjadi tanda, tanda
dari dalam. Umat inti ada di tengah-tengah umat untuk mewujudkan pengaruhnya, bukan
untuk menjadi pemimpin (meskipun tidak dilarang), tetapi dengan menjadi tenaga yang
menggerakkan dari dalam. Seperti di dalam rakyat juga ada tenaga inti yang biasanya
disebut informal leader.
Cara kerja umat inti melalui komunita dasar dan melalui pelayanan.
3.3.2. Pelayanan.
Pelayanan adalah suatu kegiatan yang pro Deo untuk memenuhi kebutuhan umat Allah dan
demi Kerajaan Allah. Sekarang kebanyakan dari biarawan/biarawati tidak bekerja secara
komunita saja, tetapi mereka juga banyak bergerak melalui pelayanan. Umpamanya :
memberi pelajaran aga -
ma bagi anak-anak miskin (pelayanan pelajaran agama), memelihara anak yatim piatu di
panti-apanti asuhan, mendirikan sekolah-sekolah dan kursus-kursus untuk anak-anak miskin.
Semuanya ini dijalankan dengan tanpa memungut bayaran. Itulah pelayanan-pelayanan. Dan
yang sekarang perlu diperhatikan adalah bahwa pelayanan-pelayanan itu dibawa ke umat.
Umpama : mencari orang sakit di dalam keluarga-keluarga, dalam lingkungan mere- ka,
sebab kalau menunggu kedatangan mereka, yang datangadalah orang-orang yang kuat dan
yang berkecu- kupan. Sedangkan mereka yang kecil dan menderita tidak berani
datangkepada pelayanan dari umat inti.
14
Untuk pelayanan ini perlu dicari orang-orang yang betul-betul membutuhkan, mereka yang
kecil-kecil, sebab yang lain akan datang dengan sendirinya. Itulah dua arah dari cara kerja
umat inti di dalam mewujudkan ifentitasnya di tengah-tengah dunia dan masyarakat. Perl;u
diperhatikan bahwa meskipun di sini disebutkan dua jalan, namun inti- nya adalah satu, yaitu
: cinta akan umat Allah.
Dan kalau ada komunita dasar tanpa pelayanan, orang-orangnya akan mudah
hilang.Sebaliknya jika ada pelayanan yang tidak menuju ke komunita dasar, ke umat,
pelayanannya menjadi profesional.
3.3.2.1. Acceptor.
Menerima apa adanya. Diharapkan bahwa umat inti menangkap dan menghayati keadaan
dunia dan masya- rakat secara mendalam dalam terang Injil. Karena kontak mereka dengan
Kristus lebih intim, apa yang terjadi di dalam dunia lebih mudah mereka tangkap berdasarkan
arti iman, atau dalam visi iman.
3.3.2.2. Transmissor.
Trans = jauh, missor =pelayanan/penebusan.
Umat inti adalah orang yangdapat dengan mudah mene- mukan kekayaan Gereja. Warisan-
warisan Gereja mereka gumuli dan hayati secara lebih jelas, dan dapat mereka bawakan
kepada umat dasar secara lebih jelas juga. Melalui meditasi dan renungan pribadi serta
pendalaman Injil seara pribadi mereka dapat membawakan kekayaan Gereja secara lebih
sesuai dengan daya tangkap umat.
3.3.2.3. Stabilisator.
Umat inti adalah tenaga yang dapat dipercaya, karena penyerahannya untuk pelaksanaan
karya pastoral bersifat lebih tetap. Di tengah-tengah umat, mereka menjamin kestabilan
usaha-usaha Gereja terhadap masyarakat. Khususnyakaul kemiskinan, ketaatan dan
kemurnian merupakan suatu kekuatan sosial yang menyebabkan bahwa mereka tidak mudah
tergoyahklan di dalam pelaksa- naan karya pastoral.
3.3.2.4. Katalisator.
Umat inti adalah umat yang dengan keahliannya dapat menyebabkan umat lainnya mulai
bekerja kembali, atau lebih bersemangat di dalam melaksanakan tugas-tugas pastoral.
Mereka punya keahlian untuk menjiwai dan menimbulkan kegairahan/keinginan untuk
melayani di dalam umat lain. Mereka akan menambah “kegiatan organis” di dalam umat
Allah, sehingga gerak pastoral umat berjalan lebih lancar.
Menurut pengertian yuridis, paroki berarti persekutuan kaum beriman dalam batas-batas
wilayah tertentu dalam lingkup Keuskupan, dikepalai imam sebagai pastor (gembala) yang
berada di bawah otoritas Uskup yang diwakilinya, dan bersama-sama menggereja. (Piet
Go.O.Carm.,Ringkasan Buku Kerja Pastoral Umat.,KKA No.9., Keuskupan Malang.,
1983.,p.5).
Dalam uraian lebih lanjut, ditekankan dasar teologis paroki.
kan sebagai persekutuan hidup, sebagai jalan hidup. Inilah yang kurang mendapat perhatian
dari orang kristen, sehingga mereka mulai menceritakan Injil, memberitakan Injil. Dalam hal
ini merekamasuk dalam
konsepsi yang oleh seorang filsuf terkemuka, Paulo Freire, disebut “bank pengetahuan”.
Kami orang kristen yang “mempunyai Injil”. Kami adalah “bank yang memberikan dan
membagi keselamatan”. Dari “bank” ini kami “mengkreditkan” Injil kepada orang lain. Kami
mewartakannya, menyampaikannya, dan orang lain menerimanya.
Secara psikologis hal ini tidak benar. Akan tetapi kalau orang kristen tetap hidup di dalam
konsepsi tersebut, kepri- badiannya sebagai orang kristiani akhirnya juga berubah. Tidak
menjadiorang pewujud dan pelaksana, akan tetapi menjadi seorang pemberi Injil. Akibat dari
pandangan ini ialah bahwa karya pastoral dalam golongan basis, dalam paroki, tidak lagi
mendapat tempat yang sentral.
Sering dilupakan bahwa paroki tidaklain dari pada pernyataan kebersamaan Injil, bentuk
sosial primer, bentuk komunita, dan sebagai komunita Injili yang khas menyum- bang pada
pengembangan masyarakat. Justru inilah mak- sud pada pembentukan kepribadian kristiani,
yaitu bahwa kepribadian kristiani harus diwujudkan dalam kelompok-kelompok basis,
sehingga dinamikanya terbentuk menurut Injil, dan dalam eksistensinya merupakan suatu
perwujudan dari warta yang menggembirakan orang lain.
Seperti diceritakan oleh Ozanam (Pada permulaannya SSV didirikan oleh Ozanam khas
untuk kalangan mahasiswa.Orga- nisasi itu dimulai dimUniversitas Negeri yang
terbesar di Peran-cis. Ozanam adalah seorang profesor di situ)....Mahasiswa-mahasiswa
dan sarjana-sarjana yang kritis dan atheis dengan siapa Ozanam bergaul, mengatakan :
“Dahulu pada abad-abad pertama, Injil hidup, merupakan suatu kenyataan yang
mempengaruhi kehidupan sosial. Seka- rang Injil mati. Banyak dibicarakan, tetapi tidak lagi
merupa kan suatu kenyataan hidup yang ikut menentukan kehidup- an jaman.”
Jawaban Ozanam adalah :”Jangan meneruskan untuk membicarakan dan mewartakan
agama kristen, tetapi jadilah Ijjil dan kristianismus kenyataan, dalam hubungan pribadi dan
persekutuan hidup, khususnya dengan orang miskin.” Paroki atau jemaatlah yang merupakan
pernyataan dan perwujudan Injil ini.
Kaum miskin dari segala jaman adalah ahliwaris Gereja. Jika ada orang bukan miskin masuk
ke dalamnya, maka tempat orang itu di dalam Gereja adalah sebagai hamba orang miskin.
Gereja bukanlah perkumpulan untuk menolong orang miskin, melainkan persekutuan hidup
orang miskin. Gerejamerupakan persekutuan hidup dari sisa-sisa penindasan dan penekanan
dari kemajuan dunia. Mereka inilah yang dipilih Kristus untuk Gereja-Nya, untuk Kerajaan-
Nya, dalam mana masuknya si kaya lebih sulit daripada si unta melalui lobang jarum.
Persekutuan hidup dalam mana manusia marginal, orang-orang pinggir jalan menemukan
kegairahan dan kegembira an hidup yang baru, adalah mysterion, perayaan Perjanjian Baru.
Itulah ziarah atau perjalanan umat Allah dari kegelapan penindasan ke kegembiraan dan
terang perse- kutuan hidup; suatu jalan kembali atau home coming ke komunita yang mulai
dari Kristus dan yang sampai seka -
rang berjalan terus. Paroki adalah komunita dalammana perubahan sosial ini berlaku.
Dalam paroki, pemisahan antara kaum miskin dan hamba-hamba dengan kaum kaya dilebur
dalam persekutuan menurut undang-undang dasar khotbah di bukit.
Apa yang dimaksud dengan kata ”pastoral”? Dengan pastoral dimaksudkan : “Bimbingan
umat manusia dalam mana kami umat kristen hidup”. Pastoral adalah sumbang- an umat
kristen berdasar atas identitasnya sendiri pada perkembangan bangsa manusia. Pastoral
16
adalah sumbang- an bimbingan melalui perwujudan Injil, sumbangan dari suatu bentuk
kehidupan bersama yang menggembirakan dan yang membebaskan, sumbangan dari
manusia yang ada dalam masa perkembangan melalui penindasan dan penekanan,
penderitaan dan kesengsaraan.
Pastoral dalam arti dewasa ini bukan bimbingan pastor terhadap umatnya sendiri, bukan
penggembalaan domba-domba Kristus, melainkan penggembalaan umat manusia dalam
perkembangannyaoleh Gereja Kristus dengan mewujudkan terus menerus bentuk
persekutuan hidup yang dibutuhkan oleh situasi dan kondisi perubahan jaman.
Dalam arti ini, pastoral dan community development amat dekat. Pastoral adalah bentuk
pengembangan komunita yang khas kristiani. Pastoral adalah sumbangan umat kristiani
dalam pengembangan dunia, Gaudium et Spes, dokumen dalam Konsisli Vatikan II mengenai
hubungan Gereja dan
dunia, mengungkapkan hal itu dengan jelas, biarpun kepenuhan artinya, dan jangkauannya
belum mere- sap dalam praktek Gerejani.
Pastoral sebagai pengembangan komunita itulah membuka
pandangan mengenai kedudukan pekerjaan pastoral paro- ki.
Pekerjaan pastoral dalam paroki bertujuan pertama-tama : menstrukturir kembali jemaat dan
masyarakat. Kalau kita tidak mulai dari sana, kita tidak dapat mengerti makna pekerjaan
pastoral.
Apa struktur yang khas yang harus diberikan atau diperkembangkan dalam umat atau dalam
jemaat ? Yaitu struktur yang dibawa oleh Kristus dalam Injil, seperti yang dikatakan oleh
Kristus sendiri :”bertobatlah karena kerajaan Allah, masyarakat Allah datang.”
Itulah pekerjaan pastoral :mendatangkan masyarakat Allah, mendatangkan struktur-struktur
komunita baru dengan mulai pembaharuan mental dari dalam seperti ragi di dalam tepung.
Di dalam kedatangan masyarakat Allah itu kelompok mendapat arti dan peranan. Di dalam
kelompok itu individu dan kasusnya mendapat perhatian semestinya.
Tugas pertama dari pekerjaan pastoral dalamparokiialah mewujudkan dan
memperkembangkan struktur paroki dengan wilayah, lingkungan, dewan paroki, organisasi-or
-
ganisasi danperkumpulan dalam paroki,sehingga sungguh- sungguh diarahkan ke pelayanan
paroki terhadap masya- rakat miskin yang merupakan inti dari paroki.
Perwujudan dari struktur-struktur ini tidak lepas dari kebudayaan yang ada, bahkan harus
berintegrasi di dalamnya. Perwujudan struktur ini membawa serta pelebur-
an dari sistem sosial yang bertentangan dengannya, seperti perbudakan, dan peningkatan
dari struktur dan sistem sosial yang timpang atau pincang.
Pada setiap jaman dan tempat jika Gereja bertemu dengan sistem-sistem seperti itu dia
menyempurnakannya melalui paroki, yaitu persatuan atau persekutuan hidup Injili yang lokal.
Khusus di daerah pedesaan paroki menghadapi kemiskinan struktural dengan sistem bagi
hasil, ijon, ketergantungan paternalistis yang total, kredit gelap yang mencekik leher korban-
korbannya, keterikatan total pada nafkah, dan keterikatan pada kolektivitas.
Terhadapsistem-sistem yang seperti itu pekerjaan pastoral dari Gereja kaum miskin
menempatkan paroki sebagai pusat kesejahteraan sosial dengan pendekatan lokal yang
komprehensip, dengan usaha solidaritas, dengan pengobat an bebas, rumah sakit dan
puskesmas berdasar dana sakit, usaha bersama dan CU, sekolah-sekolah untuk semua a-
nak dan khususnya anak-anak miskin dan drop out tanpa biaya, latihan kejuruan, pertemuan
antar golongan, jaminan sosial, dsb.
Jadi pekerja pastoral petama-tama harus insaf bahwa bukan dia yang dapat membantu umat
tetapi hanya umatlah yang dapat membantu dirinya sendiri. Pekerja pastoral harus insaf
bahwa kehidupan umat sering berlainan dari lingkungan kita.
Kebudayaan kaum miskin, perasaan dan pemikiran mereka sama sekali berbeda dari dunia
orang mampu. Paroki dapat membantu kaum miskin dengan mewujudkan persekutuan hidup
dengan mereka.
Titik permulaan pekerjaan pastoral ialah supaya umat paroki atau jemaat bekerja dengan
umat mereka sendiri. Dan kalau ada yang berkata : “dalam umat kami tidak ada orang
miskin”, assumsi ini tidak dapat diterima.
Dalam umat kita ada cukup banyak orang miskin, orang menderita, orang bermasalah, yang
kebutuhan-kebutuhan-nya tidak terpenuhi, tetapi tidak kita kenal. Pengurus lingkungan juga
tidak mengenal mereka.
Hal ini membuktikan bahwa orang mampu dalam umat sering tidak mengenal lagi orang
miskin dalam umat itu sendiri; gap antara orang yang mampu dan yang miskin juga meluas di
dalam umat kita. Untuk membantu kaum miskin perlulah pertemuan kembali antar umat
paroki dalam
persekutuan hidup dan karya. Sosialisasi itulah merupakan pemecahan kristiani dari masalah
kemiskinan dan pen- deritaan.
Yang diperlukan oleh paroki dewasa ini bukan proyek-proyek baru, melainkan pengarahan
baru, pengarahan potensi-potensi yang ada ke arah pelayanan sosial masyarakat. Hal ini
18
hanya mungkin jika sifat “awam” sikap “sekulir” sifat “di tengah dunia” dari Gereja lebih dititik
berat-
Ada juga pembagian menjadi stasi-stasi. Stasi merupakan bagian dari paroki dan tergantung
dari situasi (jumlah dan jarak) terhitung sebagai wilayah atau sebagai lingkungan-lingkungan.
Pekerjaan pastoal yang paling kecil dari bagian paroki inilah yang disbut dengan psstoral
wilayah, dapat juga disebut pastoral lingkungan.
Lingkungan/kelompok/kring.
Wilayah itu dibagi lagi ke dalam lingkungan/kelompok/kring. Persekutuan hidup yang lebih
kecil di atas keluarga. Lingkungan adalah bagian terkecil dari susunan kewilayah- an dalam
Gereja. Lingkuhgan merupakan bagian dari paro- ki yangterdiri dari kira-kira dua puluh
sampai empat puluh keluarga.Dalam membina lingkngan harus diperhatikan juga bahwa
lingkungan bukan hanya merupakan komunita,
karena lingkungan juga mempunyai pertanggungjawaban kepada paroki.
Pastoral mempercayakan lingkungan kepada pengurus ling
kungan. Untuk itulah pengurus lingkungan perlu ber- tanggung jawab atas lingkungan itu
kepada paroki. Justrukarena adanya unsur tanggung jawab ini, maka peng- emban
lingkungan mempunyai unsur yang lebih luas daripada hanya unsur pengembangan komunita
belaka.
sini dapat dikatakan bahwa sudah terjadi penyerahan tanggung jawab sehingga berdasar
atas kenyataan harus diterangkan bahwa lingkungan merupakan bagian dari hirarki.
Lingkungan merupakan anak tangga yang paling bawah dari hirarki Gereja. Itulah pandangan
pastoral.
Di dalam pastoral pewilayahan ini akan dipelajari dan dilatih secara lebih khusus bimbingan
kepada masyarakat sekitar oleh umat dalam wilayah atau dalam lingkungan.
Sebab sesudah Konsili VatikanII bimbingan masyarakat sekitar ataupun bimbingan umat
lingkungan menjadi tugas seluruh umat beriman. Pengembangan masyarakat tidak ha
nya dilaksanakan oleh pastor saja, melainkan umat harus diikut sertakan dalam pekerjaan
tersebut.
Pekerjaan pastoral dalam wilayah dan lingkungan bermaksud untuk menggiatkan umat di
wilayah dan lingkungan di dalam pekerjaan untuk mengembangkan masyarakat di sekitarnya,
19
menggiatkan umat untuk ikut berperan dalam pembangunan masyarakat. Pastoral pewi-
layahan bermaksud untuk menggali, menyadarkan, memperkembangkan dan memanfaatkan
potensi-pitensi dan bakat-bakat yang memang sudah tertanam dalam wilayah dan
lingkungan, yakni memanfaatkannya untuk memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-
kebutuh- an masyarakat, guna mencapai tujuan Gereja dalam ma- syarakat.
Maka dari itu, jika ditanya; “Apakah pastoral pewilayahan itu ?” Jawabannya adalah: “Pastoral
pewilayahan adalah usaha yang teratur dan sistematis untuk menyadarkan umat di wilayah
dan lingkungan baik individu maupun kelompok, mengenai kebutuhan-kebutuhan Gereja dan
masyarakat, masalah-masalahnya, agar umat dapat berpartisipasi dalam karya Gereja dan
menyumbang pada pembangunan masyarakat sesuai dengan bakat-bakat, kecakapan-
kecakapannya, fungsi-fungsinya, prestasi-pres- tasinya dan minat-minatnya sehingga wilayah
dan ling- kungan tersebut menjadi swadaya, swakarya dan swasembada dalam tugas-
tugasnya terhadap masyarakat.
Hierarki Gereja lokal adalah sebagai berikut : Uskup – pastor – sampai dengan diakon.
Dalam pekerjaan pastoral, Uskup adalah pimpinan pastoral di tingkat Keuskupan, sedangkan
pastor adalah pimpinan untuk tingkat paroki. Dan akhirnya perlu kita ketahui bahwa pengurus
lingkungan adalah pimpinan untuk pekerjaan pastoral di lingkungan-lingkungan atau ketua
stasi untuk tingkat stasi. Pada waktu sekarang umat dipanggil untuk ikut di dalam hierarki
Gereja.
Secara pastoral, para pengurus lingkungan adalah pengikut serta dalam hierarki Gereja,
dalam mana lingkungan merupakan bagian yang paling kecil dari hierarki Gereja. Mereka
adalah sesepuh umat. Mereka itu melaksanakan pekerjaan pastoral melalui partisipasi dalam
hierarki. Namun demikian, pekerjaan pastoral adalah merupakan tanggung jawab bersama,
yang memerlukan uluran tangan dan partisipasi dari pihak lain, dan bukan dari pihak hierarki
saja. Jika pekerjaan pastoral hanya dilaksanakan oleh hierarki, ini berarti bahwa pekerjaan
pastoral tidak merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karena itu pekejaan hierarkiperlu
dilengkapi lagi dengan partisipasi-partisipasi lain.
ra sukarela berdasarkan dorongan dari Roh Kudus dan berdasarkan atas cinta kasih kristiani
yang sejati.
Seseorang dapat ikut melaksanakan tugas Gereja karena imannya dan dorongan Roh Kudus
yang bekerja di dalam dirinya. Orang seperti itu mnenyerahkan dirinya untuk ikut serta di
dalam karya cinta kasih secara sukarela. Oleh karena itu, mereka sering disebut dengan:
“tenaga-tenaga sukarela” dalam pekerjaan pastoral, atau juga disebut :”rasul-rasul awam”.
Meskipun mereka disebut tenaga-tenaga sukarela, tetapi tidak berarti bahwa mereka hanya
bekerja kalau mereka suka dan mereka tidak bekerja kalau mereka tidak suka, tetapi mereka
adalah orang-orang yang karena dorongan Roh Kudus sadar akan panggilan mereka di
dalam Gereja dan dunia dan secara khusus mmbaktikan diri beserta keahliannya untuk
melayani kebutuhan masya- rakat.
Pada saat sekarang dalam Gereja amat dititik beratkan kharisma ini, di mana orang beriman
bekerja di bawah bimbingan Roh Kudus yang sudah diterimanya pada saat permandian.
20
Yang termasuk partisipasi kharismatis individual adalah semua orang individual yang bekerja
secara sukarela dalam dinas Gereja. Partisipasi kharismatis melalui organi- sasi adalah yang
kesemuanya bekerja secara sukarela secara kelompok. Sedangkan partisipasi kharismatis
seri- kat tidak lain dari pada kelompok rohaniwan/rohaniwati yang secara sukarela
menyerahkan diri seluruhnya untuk pekerjaan pastoral, seperti : ordo, konggregasi dan
institut sekulir.
Orang-orang yang termasuk dalam partisipasi kharismatis tersebut tidak terpisah dari umat
paroki dalam tugas dan kewajibannya, karena mereka adalah bagian dariumat paroki yang
atas bimbingan Roh Kudus menyediakan diri untuk pekerjaan Gereja.
Paroki yang tidak memanfaatkan partisipasi kharismatis ini,
pasti kehilangan potensi-potensi yang bernilai untuk pekerjaan pastoral. Tenaga-tenaga
sukarela itu dalam melaksanakan pekerjaan pastoral dapat memberikan pela- yanan
kharismatis kepada kelompok umat yang paling dasar dan kepada masyarakat.
Pelayanan kristiani selalu berbeda corak dan jumlahnya menurut kebutuhan jaman dan
tempat. Banyak orang berkecimpung dalam pelayanan krisiani ini.
Antara lain :
1.Guru-guru yang bekerja dalam pelayanan pendidikan.
6.Orang katolik yang bekerja dalam jabatan masing-masing begitu rupa sehingga pekerjaan
mereka betul-betul merupakan suatu pelayanan untuk masyarakat.
Pekerjaan itu tidak perlu selalu diadakan dengan nama katolik atau dalam konteks katolik.
Dalam masa dewasa ini
Sasaran Gereja ialah agar umatnya hidup sebagai orang kristiani. Dalam mencapai sasaran
itu orang kristiani dan keluarga kristiani akan banyak dibantu apabila mereka hidup dalam
suatu komunitas kristiani di mana tersedia semua hal yang dibutuhkan agar ia dapat hidup
dan berkembang sebagai orang kristiani.
Salah satu cara adalah komunitas dasar (basic community, communidad eclesial de base).
Daerah-daerah di mana imamnya hanya dapat datang sekali atau dua kali setahun
mengalami perkembangan besar melalui komunita dasar baik dalam penghayatan iman
maupun dalam pengembang an keadilan sosial. Di NTT komunita dasar dikembangkan pada
tahun-tahun terakhir ini dengan nama “umat basis” (di Jayapura-Papua, lingkungan disebut
dengan Kombas=ko- munitas basis).
(khusus materi Komunitas Basis Gerejawi = KBG, akan dipelajari tersendiri untuk DMS
dalam buku materi dengan kode MKB2.29/2 SKS/MODUL 1-6, di sini hanya akan
disampaikan tentang apa itu Komunita Dasar Kristiani secara singkat dan syarat-
syarat komunita dasar kristiani tersebut).
tujuan menghayati bersama seluruh bidang hidup Katolik di bawah pimpinan yang dipilih
bebas dari bawah.
Atau singkatnya :
Sekelompok umat, sekelompok keluarga-keluarga yang salingkenal dan punya hubungan
satu dengan yang lainnya, yang saling tolong menolong dalam semangat cinta kasih Kristus
untuk mewujudkan Injil. ( Dalam Madellin Document No. 10 para Uskup menyatakan :”
The Christian ought to find the living of the communion to which he has been called in
his Base Caommunity, that is to say, in a community local or environmental which
correspond to the reality of a homogeneous group and whose size allows for personal
fraternal contact among its members”)
Atau :
Kelompok-kelompok homogen umat kristen dengan minat, nilai-nilai, dan tujuan-tujuan yang
sama dan yang bersama-sama menghayati pengalaman
Gereja dalam mana hubung anpribadi yang primer menonjol dan merasakan diri sebagai satu
kesatuan Gerejani.
Dari batasan ini kita dapat melihat, bahwa komunita dasar kristiani memerlukan syarat-syarat
sebagai berikut :
Para partisipasi dalam pastoral pewilayahan tersebut harus membina umat di wilayah dan
lingkungan-lingkungan supa- ya mereka dapat berdiri sendiri
35
sebagai orang kristiani, dan mampu menjadi garam dunia, dengan menjiwai perkembangan
masyarakat dan menyumbang bagi pembangunan masyarakat sekitarnya.
tengah-tengah mereka, bersekutu dengan mereka sebagai orang yang bekerja sama dengan
mereka dan tut wuri handayani.
Dalam ketiga fungsi ini terwujudlah hakekat Gereja sebagai penerus karya Kristus, ialah
Gereja sebagai jalan, kebenaran dan hidup, dan dengan tugasnya sebagai nabi,
sebagaipengudus dan sebagai pembimbing. Dalam pastoral umat, Imam-Imam
mendelegasikan tugas-tugas ini kepada umat dengan membentuk mereka dalam rangka
pelaksanaannya.
Dalambidang ini justru kaum awamlah yang harus maju. Imam-Imam bertindak sebagai
katalisator dan animator. Me
lalui tugas-tugas ini akan dapat diukur sampai mana peranan umat Katolik di dalam
pembangunan masyarakat.
Dalam pastoral kategorial ini ada hal penting yang harus diingat oleh pekerja pastoral, yakni
agar dengan pembinaan secara kategorial tersebut tidak justru menimbulkan gap diantrara
warga Gereja/umat Katolik. Atau paling tidak jangan ada rasa superioritas dari kalangan
tertentu, atau merasa diri kelompok eksklusif.
Acapkali dalam pastoral kategorial ini lalu berkembang menyerupai komunita dasar berdasar
pada kategori mereka (pekerjaan, profesi, latar belakang, dll).
5.1.1. Perkenalan.
Yaitu usaha untuk mengenal dan memahami hidup umat dalam lingkunganbaik secara
pribadi maupun dalam hubungan sosialnya dengan mengadakan kontak dengan umat.
Mengenal umat berarti mau menerima kenyataan hidup umat, yang merupakan tahap
pertama (orientasi) dalam usaha membina mereka. Perkenalan harus dijalankan baik secara
pribadi maupun secara kelompok. Perkenalan secara individu dijalankan lewat kunjungan
keluarga, dan perkenalan secara kelompok lingkungan/wilayah.
5.1.2. Inventarisasi/sensus.
Yaitu membuat perincian mengenai fakta-fakta yang ada dalam wilayah/lingkungan scara
khusus mengenai keadaan umat. Dengan keadaanumat di sini dimaksudkan keadaan
mereka dalam bidang kehidupan rohani, kehidup- an sakramental dan bidang tugas Gereja.
25
Ada dua dasar tentang sensus ini, yakni : Dasar Injili dari Mat.18:12-18,yang antara lain
menceritakan gembala yang meninggalkan 99 ekor dombanya dan mencari seekor yang
hilang. Dasar sosiologis, yakni : pemimpin sebuah komunita tidak boleh mempunyaisikap
acuh tak acuh terhadap anggota-anggota yang ada di dalamnya.
Dalam Paroki juga ada sensus sakramental, yakni yang berisi data-data umat dalamhal
penerimaan sakramen, kapan dan dimana. Sedang sensus pastoral isinya agak beragam
sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing Paroki, data apa saja yang diperlukan.
Prinsipnya data harus diketahui dengan baik, dicatat dan diolah, untuk menjadi dasar
menyusun program pastoral. Setiap usaha pastoral harus mendasarkan diri pada keadaan
konkrit umat setempat. Setiap wilayah/lingkungan mempunyai situasi yang berbeda satu
sama lain. Umat mempunyai cara hidup dan mentalitas yang berlainan. Bertitik tolak dari
sikap dasar ini, setiap pelaksana pekerja- an pastoral perlu mengadakan
orientasi-analisa situasi secara sistematis sehingga dapat dipergunakan sebagai dasar usaha
pembinaan umat secara tepat.
5.1.3. Bimbingan/penyadaran.
Yaitu usaha penyadaran kepada masing-masing pelaksana pekerjaan pasoral dalam
wilayah/lingkungan, pengurus wilayah, rasul awam, petugas pelayanan serta kelompok umat
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing sbagai pelaksana pekerjaan
pastoral.
5.1.4.Musyawarah.
Musyawarah atau rapat wilayah adalah merupakan pembicaraan bersama diantara
warga di suatu wilayah. Sistem musyawarah memang sudah lazim menjadi salah satu cara
untuk memperoleh persetujuan bersama.
Musyawarah bukan hanya suatu pembicaraan yang tanpa tujuan, melainkan cara bertukar
pikiran untuk saling mengisi dan memperlengkapi sehingga mencapai hasil yang diharapkan
yaitu persetujuan bersama dan memenuhi kepentingan seluruh warga wilayah/paroki.
5.1.5. Perencanaan.
Yaitu mebuat rencana atau program yang akan dijalankan dalam pembinaan wilayah/paroki.
Perencanaan yang tersusun diharapkan dapat diterapkan sesuai dengan situasi konkrit
wilayah. Untuk menyusun program yang demikian itu, harus dilalui langkah-langkah
perencanaan yang tepat dengan memikirkan tiap-tiap langkah, apa yang diharapkan atau
fasilitas mana yang diperlukan untuk mencapai tujuan pastoral itu.
pekerjaan lingkungan terlaksana secara sistematis dan merupakan penuntun bagi pelaksa-
naan pekerjaan pastoral di lingkungan.
Hal-hal yang menjadi dasar penyusunan rencana kerja lingkungan adalah : rencana
Gereja/Keuskupan/Paroki,
Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah bahwa rencana kerja harus dapat
dilaksanakan dan dievaluasi.
5.1.6. Pengelolaan/pelaksanaan.
Setelah disusun suatu program, maka rencana tersebut dilaksanakan. Dalam
pelaksanaan ini kelemahan-kelemahan dari perencanaan akan dapat diketahui.
Agar supaya usaha perbaikan tetap berjalan, perlu diperhatikan pokok-pokok berikut :
(1). Menentukan faktor-faktoryang perlu ditinjau kembali da
lam usaha pastoral. Meninjau kembali apakah sumber a
tau fasilitas yang direncanakan sudah memenuhi kebu -
tuhan untuk kelangsungan kegaiatn pastoral.
(2). Menjaga kelangsungan usaha pastoral.
58.
5.1.7. Evaluasi.
Yaitu meninjau kembali lelangsungan dan pelaksana-
an usaha pastoral. Evaluasi perlu dijalankan, sebab dengan evaluasi dapat diketahui sejauh
mana hasil yang telah dicapai, faktor-faktor mana yang menjadi penghambat dan faktor-faktor
mana yang menjadi pelancar dalam usaha pastoral. Atas evaluasi tersebut dapat dicari
langkah perbaikan yang lebih sesuai.
5.2.1.1.Arti pewartaan.
Suatu usaha secara terus menerus dari setiap orang beriman untuk membantu sesamanya
agar semakin mengerti dan mendalami hidup pribadi maupun hidup bersama menuju ke
kehidupan Kristiani yang dewasa penuh menurut ajaran Yesus Kristus.
Sudah menjadi tugas dan kewajiban untuk setiap orang Kristen untuk menjadi pewarta Kabar
Gembira melalui kesaksian hidupnya melaluikeyakinan dasarnya dan mela-
lui tindakan dalam kehidupannya sehari-hari dalam lingkungan.
Iman kita berkembang dalam situasi konkrit, dengan menafsirkan tanda-tanda jaman dan
peristiwa-peristiwa hidup manusia dalam perspektif iman kita, sebab di sinilah kita
menemukan kehidupan baru dalam Kristus. Semaklin kita dapat menghayati misteri Kristus
dalam hidup sehari-hari, semakin kita menghayati pula arti hidup mengGereja sebagai
komunitas umat beriman. Maka tujuan pewartaan bukan saja pembinaan iman seseorang
melainkan pembinaan jemaat beriman secara keseluruhan Gereja melalui komunikasi.
Komunikasi tak hanya terjadi dalam liturgi atau ibadat bersama, melainkan dalam
penghayatan iman segenap warga.
Allah dibutuhkan sikap terbuka dan sikap rendah hati, seperti Yesus telah merendahkan Diri
dan menjadi sama dengan umat banyak. Tetapi dibalik kerendahan hatiNya, terlukis nilai
kekudusan yang melebihi segalanya.
Pembinaan bertujuan untuk mengembangkan iman umat dengan menggali dan menilai
pengalaman-pengalaman imannya. Dengan demikian umat akan dapat memahami potensi-
potensi dasar yang ada pada dirinya yang berguna bagi pembentukan pribadi dalam arti yang
luas yaitu menjadi manusia yang dewasa dan bertanggungjawab untuk melibatkan dirinya
dalam tugas-tugas Gereja dan masyarakat. Pewartaan dan pengudusan tak dapat tercapai
secara intensif tanpa adanya pembinaan. Dengan kata lain pembinaan merupakan tindak
lanjut dari usaha pewartaan dan pengudusan, yaitu membina umat dalam penghayatan
sabda ke dalam kehidupannya sendiri.
keselamatan kekal dan demi kehidupan yang layak bagi masyarakat-Nya. Kristus sendiri
telah memberikan teladan nyata dalam membebaskan penderitaan-penderitaan manusia.
Sebab bagaimana mungkin kita mencintai Tuhan, tetapi tidak mencintai sesama yang ada di
sekitar kita ?
Tugas-tugas ini ditinjau dari 7 (tujuh) bidang pokok sebagai berikut :
Usaha medis adalah usaha-usaha untuk memberikan bantuan pengobatan, baik sebagai
tindakan preventif maupun terapeutis. Sasaran usaha di bidang pastoral bukan semata-mata
terbatas pada bidang keagamaan, melainkan juga bidang kesehatan jasmaniah. Hidup
keagamaan akan terganggu jika hidup dan kesehatan terganggu.
atau lebih tepat dikatakan persekutuan hidup dasar adalah merupakan sarana untuk
mewujudkan komunita dasar Kristiani agar lebih lanjut dapat mempengaruhi pengembangan
“komunita” dalam arti yang luas yaitu masyarakat sekitarnya.
dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat religius, umat akan dibantu di dalam menghayati iman
Kristiani.
Pengakaran iman umat, tidak tercapai dengan menda- tangkan kebudayaan asing, melainkan
dengan menanam- kan iman itu ke dalam kebudayaan setempat.
5.3.9. Bidang hak azasi manusia.(bidang ini juga bisa dicari dalam GS atau dalam KC
tentang gembala-gemabal dalammYehezkiel dan Injil Mat tetg memberi makan yg lapar dsb).
(fakultatif).
hidup sebagai orang Kristen, dengan sendirinya kita makin tertarik untuk mewujudkan Injil.
Situasi kita membutuhkan Injil. Dan kalau dalam mewujudkan Injil ada spontanitas dan kita
mengerjakan sesuatu dengan cara kita sendiri, hal ini sudah baik dan amat berharga, asal
pertama-tama kita mulai berusaha agar gap antara kita sendiri dengan masyarakat dalam
mana kita hidup, hilang.
Kunjungan yang diadakan dengan maksud : memperkenal- kan diri dengan lingkungan inilah
nomor satu dalam pekerjaan pastoral.Kalau umat paroki tidak mulai dengan saling
mengunjungi, tidak ada dasar untuk pekerjaan pastoral. Makin perkenalan mendalam, makin
pekerjaan pastoral dengan sendirinya akan berkembang.
Analisa situasi menurut hemat kami , memerlukan pengetahuan tentang luasnya daerah dan
berapa orang yang harus diperhatikan, umpama kita perlu mengetahui berapa orang miskin,
berapaorang cacat, berapa pemuda yang tidak mendapat pekerjaan dalam lingkungan kita.
Untuk bergerak di dalam pekerjaan kepemudaan, kita harus mengetahui berapa pemuda ada
dan masalah apa yang mereka hadapi. Data-data ini harus tersedia dan jelas.
Pokoknya :mengerti dan menganalisir situasi tidak telepas dari jabatan kita. Kalau kita
mengetahui bahwa kita adalah ragi, ini berarti bahwa kita adalah orang tersebar di beberapa
tempat, akan tetapi juga tersebar di beberapa tingkatan dalam masyarakat. Dan di dalam
tingkatan ini jika kitamengadakan analisa, kitamulai mengembangkan hidup bersama dengan
orang miskin. Tanpa realisme, tanpakeinginan untuk betul-betul bertemu dengan fakta-fakta,
maka pekerjaan pastoral tidak mungkin.Betapapenting spirit, semangat, ilham di dalam
pekerjaan pastoral, toh perlu ada ikatan yang nyata dengan keadaan dalam mana kita hidup.
Secara tidak sadar seolah-olah kita kadang-kadang takut, dan ada kecenderungan tidak
melihat keadaan secara nyata. Ini merupakan hambatan.
Usaha pastoral tidak hanya merupakan usaha yang kebetulan saja yang hanya dijalankan
karena pada suatu saat hati kita terdorong untuk mengerjakan sesuatu untuk kepentingan
paroki/wilayah/lingkungan.
Pekerjaan pastoral menuju ke pembaharuan sistem dan struktur hidup, yang disebut dalam
bagian pertama, supaya datang Kerajaan Allah, masyarakat Allah, susunan sosial yang
menjamin keadilan dan persekutuan hidup.
Pendampingan pada psstoral umat pada hakekatnya adalah bimbinghan. Bimbingan yang
dilaksanakan setelah memperlajari fakta yang ada, dari sensus, pengamatan dsb. Pendek
kata setelah kita kenal situasi,kebutuhan
masalah dan potensi yang ada. Setelah ada perundingan dengan tim pastoral, barulah
ditentukan pendampingan atau bimbingan apa yang tepat untuk dilaksanakan.
7.1.2. Dasarpsikologis.
Umat dalam lingkungan terdiri dari bermacam-macam kelompok. Kelompok-kelompok itu
harus hidup dan ber-kembang dari dirinya sendiri. Tidak boleh mereka dikuasai pengurus
lingkungan, melainkan didampingi. Di dalam lingkungan juga ada keluarga-keluarga, mereka
juga mempunyai hidupnya sendiri, tetapi memerlukan pendam- pingan. Umat dalam
perkembangannya sebagai warga Gereja juga memerlukan perawatan rohani,jadi butuh pen-
dampingan.
.
Untuk melaksanakan tugas tersebut pengurus lingkungan tidak mungkin bekerja sendirian,
akan tetapi perlu bekerja sama dengan potensi-potensi yang adadan petugas-petugas yang
lain yang ada di dalam lingkungan. Pengurus lingkungan perlu mengelompokkan potensi
yang ada sesuai dengan masalah dan kebutuhan yang harus ditangani/sesuai dengan
pendampingan yang diperlukan. Misalnya masalah sosial ekonomi, pendidkan,pendalaman
iman dll.
.
I.IDENTITAS :
1.1. Nama Keluarga :......................................................
1.2. Alamat :...................................................................
IV. KETERANGAN.
IV.1. Kunjungan yang ke .................................................
IV.2. Uraian kasus atau masalah :....................................
1.Pendampingan langsung.
Pengurus lingkungan langsung memberikan pendamping- an, tidak perlu dibicarakan terlebih
dahulu dengan pengurus lainnya. Pendampingan ini mungkin juga dilaksanakan oleh
perkumpulan-perkumpulan kerasulan.
bimbingan, agar pendampingan yang diberikan tidak hanya berdasar atas intuisi dan inspirasi
pada saat kunjungan saja.
3.Pendampingan kelompok.
Ada beberapa alasan mengapa di lingkungan diberikan pendampingan kelompok :
a). Seringkali pendamping tidak cukup waktu untuk menga -
dakan pendampingan indvidual.
Pendampingan dalam bimbingan kelompok perlu dibeda- kan dari kegiatan rapat, kegiatan
ibadat, kegiatan pendalaman iman,dsb.
35
Pendamping tidak bisa memaksakan. Hubungan dalam kelompok akan menjadi bimbingan
dalam kelompok apabila ada :
(a). Penerimaan.
Setiap anggota diterima menurut apa adanya.Ini tidak berarti menyetujui juga kesalahan-
kesalahan mereka. Orang tidak diterima menurut idealnya, cita-cita orang lain mengenai
norma-norma. Tiap orang berbeda dari orang lain. Makin di dalam kelompok tidak ada
suasana saling menerima menurut adanya, kemungkinan untuk bimbingan dalam kelompok
juga semakin kecil.
(c). Dinamis.
Permisive yang dimaksud adalah dalam konteks dinamika kelompok, bukan berarti tanpa
batas. Ada suatu sistem dimana anggota kelompok dapat berkembang melalui dinamika
kelompok.
(d). Terbuka.
Artinya bahwadi dalam kelompok tidak hanya ada satu orang saja yang boleh bicara,
anggota yang lainpun diberi kesempatan.
Keempat ciri tadi yang menyebabkan suatu hubungan dalam kelompok menjadi hubungan
bimbingan, terjadi pendampingan. Empat unsur tersebut di dalam bimbingan kelompok tidak
boleh dipisahkan, semuanya merupakan satu kesatuan.
Penampingan yang diberikan dalam administrasi kepengu- rusan serta pembinaan kader,
kepemimpinan, dll.