Anda di halaman 1dari 5

Imelda Theresia Natalia S

181124023 -UTS Kader-


Hal Yang Perlu Kita Kembangkan Sebagai Pendamping Pendampingan Katekis/Calon
Katekis Sehubungan Dengan Ketrampilan Berkomunikasi
Secara umum, katekese memiliki tiga tujuan yaitu: pertama, mengembangkan iman umat
yang masih berada dalam tahap awal kehidupan Kristianinya. Kedua, memajukan sepenuhnya
serta merawat hari demi hari kehidupan umat beriman, baik tua maupun muda. Ketiga,
mendidik para murid Yesus Kristus yang sejati dengan pengetahuan yang mendalam dan
sistematis tentang misteri Pribadi dan pesan Tuhan kita Yesus Kristus (bdk. CT, 20). Tujuan
katekese ini harapannya dapat tercapai. Namun seringkali kita menjumpai pelayanan katekese
yang dilaksanakan baik dalam Keuskupan, Paroki maupun stasi-stasi yang membutuhkan
pelayanan belum dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Terdapat banyak hal yang
menyebabkan tujuan katekese tidak dapat tercapai salah satunya yaitu keterampilan
berkomunikasi yang dimiliki baik oleh katekis maupun guru-guru agama yang berkatekese
dalam lingkup sekolah.

Keuskupan Bogor merupakan paroki asal tempat saya tinggal. Keuskupan Bogor memiliki
banyak gereja-gereja yang terbagi dalam beberapa dekanat. Dekanat tengah di Gereja BMV
Katedral merupakan tempat saya tumbuh dan berkembang baik dalam iman maupun relasi
dengan sesama umat Kristiani. Meskipun merupakan sebuah Keuskupan yang cukup besar,
tetapi Keuskupan Bogor tidak memiliki katekis-katekis professional yang dapat membantu
Imam dalam menjalankan karya perutusannya. Sehingga dalam menjawab kebutuhan paroki
akan pelayanan umat, Keuskupan mencari katekis-katekis volunteer yang bersedia
membantu.

Dalam praktiknya, seringkali katekis tidak mempersiapkan diri dengan baik ketika hendak
berkatekese. Sehingga hal yang ingin disampaikan dan direnungkan bersama dengan umat
tidak dapat dipahami dengan baik. Hal ini tentunya dapat dirasakan oleh umat yang
mengikuti katekese. Berdasarkan pengalaman, dalam pertemuan katekese lingkup wilayah,
seringkali orang yang memberikan katekese bukanlah seorang katekis professional maupun
katekis volunteer melainkan seorang awam yang melayani sebagai prodiakon atau awam
yang dipercaya oleh umat dapat memberikan katekese. Sehingga dalam berkatekese, awam
yang dipilih oleh umat untuk membantu mendalami misteri Pribadi dan pesan Tuhan kita
Yesus Kristus tidak memiliki kemampuan-kemampuan dasar dalam berkatekese.

Sebab seorang katekis adalah mereka yang sebenarnya berhadapan langsung dengan jemaat
beriman dengan segala macam problematikanya. Sehingga terdapat kemampuan-kemampuan
dasar yang harus dimiliki oleh seorang katekis yang handal yaitu pengetahuan dan kedalaman
akan iman Katolik, pemahaman tentang situasi konkrit umat, kemampuan berkomunikasi dan
kreativitas dalam mengelola kegiatan katekese. Keempat kemampuan-kemampuan dasar
tersebut dapat membantu katekis dalam berkatekese sehingga tujuan katekese dapat tercapat.
Pengetahuan dan kedalaman akan iman Katolik menjadi sumber utama berkatekese. Seorang
katekis professional yang mengenyam pendidikan keagamaan katolik, tentunya memiliki
kualitas pengetahuan iman yang berbeda dengan awam yang dipilih untuk berkatekese.
Namun tidak berarti bahwa seorang katekis professional memiliki kedalaman iman.
Pengetahuan dan penghayatan akan iman merupakan dua hal yang berbeda.

Terdapat katekis yang memiliki pengetahuan iman yang luas tetapi penghayatan akan
imannya tidak cukup baik. Cukup banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi,
misalnya saja katekis tersebut tidak menjalin relasi dengan Tuhan seperti melalui doa pribadi
dan pelayanan kepada umat (lektor, PIA, doa lingkungan). Jadi selama mengenyam
pendidikan katekis tersebut hanya berfokus pada pengetahuan akan iman. Hal tersebut bukan
merupakan sesuatu yang buruk, tetapi hendaknya pengetahuan dan penghayatan akan iman
mempunyai porsi yang seimbang sehingga dalam berkatekese tujuan yang diharapkan dapat
tercapai. Selain itu, pemahaman tentang situasi jemaat yang hendak dilayani.

Dalam hal ini, katekis harus memiliki pengalaman berpastoral dan terjun langsung kepada
umat. Untuk mengetahui apa saja kesulitan dan hambatan yang dialami oleh umat, seorang
katekis dapat bekerja sama dengan Imam untuk mengadakan kunjungan kepada umat baik
secara pribadi maupun dalam suatu komunitas. Dengan mengadakan kunjungan, baik katekis
maupun Imam dapat mengetahui bahkan merasakan hambatan dan kesulitan yang dihadapi
oleh umat khususnya dalam masa pandemi seperti saat ini sehingga Gereja dapat saling
membantu dalam meringankan beban sesama umat Kristiani. Pengalaman berpastoral ini
dapat menjadi bahan permenungan seorang katekis ketika berkatekese. Dengan mengetahui
kondisi umat, katekis dapat menentukan topik atau materi seperti apa yang sesuai dan
menjawab kebutuhan umat akan pelayanan iman.

Selain itu, kemampuan lainnya yang perlu dimiliki oleh seorang katekis yaitu kemampuan
berkomunikasi (public speaking) dan kreativitas dalam mengelola kegiatan katekese. Secara
umum, public speaking dipahami sebagai teknik penyampaian pesan di depan publik. Secara
keilmuan, public speaking sendiri merupakan bagian dari ilmu komunikasi. Hal ini
dikarenakan komunikasi merupakan proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke
pihak lainnya. Secara umum, tujuan public speaking yaitu a) to inform; b) to persuade; and
c) to entertain. To inform (untuk menginformasikan) dalam kegiatan ber-public speaking
harus memuat informasi yang hendak disampaikan kepada khalayak orang; to persuade
(untuk mengajak) dalam kegiatan ber-public speaking hendaknya informasi yang
disampaikan di depan publik memuat sebuah ajakan yang memberikan dampak positif bagi
banyak orang; to entertain (untuk menghibur) tujuan ini hendak menjadikan kegiatan ber-
public speaking sebuah kegiatan yang tidak menegangkan atau membuat seseorang jenuh.
Oleh karena itu, artikulasi, intonasi dan gesture merupakan hal yang perlu diperhatikan ketika
seseorang berkomunikasi di depan publik.

Dalam konteks berkatekese, tanpa disadari kegiatan public speaking terjadi sebab terdapat hal
atau pesan yang hendak disampaikan oleh seseorang di depan publik. Dalam hal ini, hal atau
pesan yang disampaikan oleh katekis tentunya mengenai Kerajaan Allah dan pengalaman
hidup beriman. Kemampuan public speaking tidak hanya digunakan untuk berkatekse saja
sebab saat ini public speaking merupakan salah satu kemampuan mutlak yang dibutuhkan di
era global. Hal tersebut dipicu oleh tuntutan zaman dan teknologi yang ada sekarang ini yang
memaksa individu untuk bisa bersaing meningkatkan kualitas diri. Dengan kemampuan
berkomunikasi dan public speaking tersebut harapannya tujuan katekese dapat terpenuhi dan
tercapai. Selain itu, kreativitas dalam mengelola kegiatan katekese juga diperlukan agar
dalam berkatekese umat tidak merasa jenuh akan suatu aktivitas yang terus menerus
dilakukan. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat diperoleh dalam proses pendidikan yang
ditempuh oleh para ketekis tetapi tidak menutup kemungkinan jika kemampuan-kemampuan
tersebut dimiliki oleh awam yang dipilih untuk berkatekese. Sebab berkatekese merupakan
salah satu bentuk usaha Gereja dalam mewartakan sabda Tuhan ditengah situasi konkret yang
melingkupi umat Katolik sehingga antar umat dapat saling melayani.

Secara pribadi, dalam menghayati fokus yang telah dipilih saya merasa bahwa saya belum
memiliki seluruh kemampuan-kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh katekis. Saya
menyadari bahwa untuk menjadi seorang katekis yang professional diperlukan adanya
spiritualitas seorang pewarta dalam pribadi. Spiritualitas adalah cara bagaimana pengalaman
kita akan Allah menentukan cara kita memandang dunia dan juga cara kita berinteraksi
dengan dunia. Oleh karena itu, hari demi hari saya terus berusaha dan belajar untuk
mengembangkan kemampuan diri sebagai seorang katekis. Sebab, secara pribadi saya
sungguh merasakan bahwa kemampuan berkomunikasi dan public speaking dalam diri saya
masih sangat perlu untuk dikembangkan. Maka dengan memiliki kemampuan-kemampuan
dasar seorang katekis dan spiritualitas seorang pewarta, saya secara pribadi sebagai seorang
katekis dapat semakin mengembangkan dan memantaskan diri sebagai pewarta sabda Allah
dan pelayan umat-Nya.
Referensi :

Seta, Martinus Ariya. 2018. Menjadi Katekis Handal di Zaman Sekarang (Situasi Indonesia
dan Tantangan Katekese). Yogyakarta: PT. Kanisius.

Sanjaya, V Indra. 2011. Belajar dari Yesus “Sang Katekis”. Yogyakarta: PT. Kanisius.

Lasmery RM Girsang. 2018. ‘Public Speaking’ Sebagai Bagian Dari Komunikasi Efektif
(Kegiatan PKM di SMA Kristoforus 2, Jakarta Barat). Jurnal Pengabdian dan
Kewirausahaan. 2(2). 81-85.

Anda mungkin juga menyukai