Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

“PERKEMBANGAN PAK”

Oleh:
Nama : Otniel Z. Manutmasa
NIM : 212004
Semester : IV (Empat)
Prodi : PAK

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GKII


PAPUA
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya Penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang Manusia dan Ciptaan Lain dari mata kuliah Agama
tepat pada waktunya.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki
kekurangan baik dari segi isi maupun penyusunannya. Oleh karena itu Penulis mengharapkan
masukan yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata Penulis
ini berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua yang membaca makalah ini.
Sebelum dan sesudahnya Penulis mengucapkan terima kasih.

Sorong, 01 Mei 2023

Otniel Z. Manutmasa

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Kristen menjadi hal yang penting untuk terus digumuli
baik oleh keluarga-keluarga Kristen, maupun gereja dan sekolah sebagai mitra gereja
dalam membangun umat Allah yang bertumbuh dalam pengenalan akan Allah. Dalam
hal ini memang dibutuhkan sinergi yang baik, sehingga pelayanan paedagogis Kristen
ini bisa berjalan dengan baik dan efektif dalam mencapai tujuan PAK bagi jemaat dari
semua kategorial (lapisan usia). Pendidikan Agama Kristen telah mengalami sejarah
panjang, dan hingga kini pun terus dilakukan oleh para praktisi Pendidikan Agama
Kristen dan para akademisi yang menggeluti bidang ini. Dalam kenyataannya, teori
yang ideal tidak serta merta bisa diaplikasikan dengan baik. Ada saja kendala,
ataupun hambatan atau tantangan yang
dihadapi dalam mempraktekkan yang ideal di dalam kehidupan nyata sehari-
hari. Pendidikan Agama Kristen memang sudah tua dari usia, karena hadirnya yang
bersamaan dengan kehadiran kekristenan di dunia ini, dan tentunya dari sejarah yang
Panjang tersebut penitng untuk bisa tetap konsisten dalam memberikan layanan di
tengah-tengah konteks zaman seperti saat ini. Kenyataan bahwa anak-anak atau pun
orang dewasa yang hidup pada zaman digital ini telah dimanjakan dengan berbagai
kemudahan, dan berbagai tawaran kenikmatan hidup yang luar biasa. Bagaimana
layanan Pendidikan Agama Kristen atau paedagigik gereja ini bisa tetap hadir dan
mampu menjawab kebutuhan umat Allah, merupakan sebuah tugas yang tidaklah
mudah untuk diemban.
Pendidikan agama Kristen perlu dikelola dengan bertanggung jawab, dan
diawasi dengan supervise yang baik. Dan dalam manajemen atau pengelolaan PAK
perlu upaya yang serius dari pihak gereja, sekolah maupun keluarga-keluarga Kristen
untuk bisa memberikan layakan berkualitas. Tentunya sinergi adalah kata yang
penting dalam hal iini dan tidak mungkin hanya sepihak saja yang melakukan
pelayanan PAK tanpa melibatkan pihak lainnya

1
Pendidikan sudah menjadi bagian dari hidup dan panggilan gereja sejak awal,
namun sebuah ilmu atau disiplin ilmiah Pendidikan Agama Kristen (PAK) baru
diperkenalkan kepada gereja-gereja di Indonesia pada tahun 1955.[1] Bagi orang
Yahudi Pendidikan adalah segala-galanya (orang-orang pandai di dunia, banyak orang
Yahudi). Pendidikan adalah perintah Allah untuk seseorang. [2] Tiga prinsip utama
dalam Pendidikan Agama Kristen yaitu meningkatkan pengetahuan akan firman
Allah, memampukan peserta didik menyatakan keberadaan dirinya dalam hidup
sehari-hari, serta memampukan mereka untuk dapat hidup bersama dengan orang-
orang yang ada disekitarnya.

B. Tujuan Penulisan
Pendidikan Agama Kristen memiliki peran yang amat penting dalam
kehidupan umat manusia. Pendidikan Agama Kristen menjadi pemandu dalam upaya
untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna. Menyadari peran Pendidikan
Agama Kristen amat penting bagi kehidupan manusia maka tujuan penulisan tentang
PAK maka pendidikan yang baik dimulai dari keluarga dan sampai dalam
kehidupan  dengan lingkungan dimana seseorang mulai bersosialisasi dan berikut
secara keseluruhannya seberapa besar pengaruh PAK dan hasil dari pengaruh PAK itu
sendiri pada BAB seterusnya.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Agama Kristen


Pendidikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;
proses, cara, perbuatan mendidik.[3] Untuk memberi gambaran tentang PAK,
berikut ini diuraikan beberapa pandangan tokoh dan lembaga gereja.

1. Hieronimus (345-420),
PAK adalah pendidikan yang tujuannya mendidik jiwa sehingga menjadi bait
Tuhan
2. (Mat. 5:48). Agustinus (345-430),
PAK adalah pendidikan yang bertujuan mengajar orang supaya “melihat Allah”
dan “hidup bahagia”. Dalam pendidikan ini para pelajar sudah diajar secara
lengkap dari ayat pertama kitab Kejadian. Pelajaran Alkitab difokuskan pada
perbuatan Allah .
3. Martin Luther (1483-1548),
PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan
tertib agar semakin menyadari dosa mereka serta bersukacita dalam firman Yesus
Kristus yang memerdekakan. Di samping itu PAK memperlengkapi mereka
dengan sumber iman, khususnya yang berkaitan dengan pengalaman berdoa,
firman tertulis (Alkitab) dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu
melayani sesamanya termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian
dengan bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen.
4. C.L.J Sherrill (1892-1957),
PAK adalah pendidikan yang bertujuan memperkenalkan Alkitab kepada pelajar,
sehingga mereka siap menjumpai dan menjawab Allah, memperlancar komunikasi
secara mendalam antar peribadi tentang keprihatinan insan serta mempertajam
kemampuan menerima fakta bahwa mereka dikuasai kekuatan dan kasih Allah
yang memperbaiki, menebus dan menciptakan kembali.

3
Kesimpulannya PAK yang alkitabiah harus mendasarkan diri kepada Alkitab
sebagai firman Allah dan menjadikan Kristus pusat beritanya dan harus bermuara
pada hasilnya, yaitu mendewasakan murid.

B. PAK Dalam Perjanjian Lama


Alkitab menguraikan pendidikan PL dan PB. PAK mendasarkan pengajarannya
pada seluruh Alkitab termasuk PL. Pendidikan agama dalam PL tidak terlepas dari
Pendidikan Yahudi. Pendidikan Agama dalam PL dapat dogolongkan dalam dua
bagian besar dengan batas “pembuangan Israel ke Babel”.
a. Isi
Pendidikan agama dalam PL dimulai dari perpindahan Abraham dari daerah
sekitar Efrat dan Tigris menuju Kanaan. Allah berjanji kepada Abraham bahwa
keturunannya akan menjadi besar.(Kejadian 12:2-3). Umat Yahudi pada umumnya
dan setiap keluarga pada khususnya ditugaskan untuk menyampaikan kekayaan iman
bangsa pilihan Allah ini kepada generasi baru. Pusat Pendidikan agama terletak pada
keluarga, terutama ayah yang bertanggung jawab dalam pendidikan agama kepada
keluarganya (Ulangan 6:4-9).
Sebagai bangsa pilihan, orang Israel harus mengasihi Tuhan dengan segenap
hati, jiwa dan kekuatan. Perintah ini harus diajarkan berulang-ulang dari generasi ke
generasi. Hal ini sudah diperintahkan dan menjadi tanggung jawab ayah untuk
mengajarkan kepada anak-anaknya.
Pengajaran agama dalam PL berpusat kepada Hukum Allah dan Kurban
melalui system Imamat. Allah telah memberikan sepuluh hukum kepada umat Israel
(Kel. 20:1-17) dan perintah untuk mengasihi-Nya (Ul 6:4-9). Selain itu Allah juga
memberikan peraturan-peraturan mengatur tata ibadah dan hubungan sosial. Umat
Israel harus melaksanakan hukum-hukum dan peraturan-peraturan.
Semua yang terdapat dalam taurat dan sistem imamat dalam PL merupakan
bayang-bayang dari karya Kristus dan karena-Nya. Sesungguhnya PL mengajar umat
Allah untuk bersandar pada takhta anugerah Allah melalui sistem kurban. Melalui
hukum-hukum yang diberikan Allah, umat Allah disadarkan bahwa mereka sebagai
orang berdosa memerlukan pengampunan dari Allah JuruselamatNya. Jelaslah bahwa
pengajaran agama dalam PL sebenarnya menyiapkan umat Israel untuk menyambut
kedatangan Sang Mesias.

4
b. Pengajar
Allah sendiri bertindak sebagai pemrakarsa dan pengajar utama pendidikan
agama dalam PL (Hosea 11:1,3,4). Dalam mengajar umatNya, Allah sering
menggunakan 4 golongan pemimpin orang Israel, yaitu para imam (Bilangan 3), para
nabi (Yunus, Mikha dan sebagainya), Kaum Bijaksana  (Ams. 1-2, 6:11), dan Kaum
Penyair (Mazmur). Disamping empat golongan tersebut, pengajaran dalam keluarga
dijalankan kepala keluarga yaitu suami kepada istri atau orang tua kepada anak-anak.
Anak laki-laki Yahudi sendangkan anak perempuan mendapat pengajaran ayah
mereka.
c. Metode
Kepala keluarga (suami atau ayah) bertanggung jawab mengajar pendidikan
agama kepada keluarganya. Metode pengajaran yang digunakan adalah menghafal
(UL. 6:4-9; Ams. 22:6; Maz.119:11,105) bercerita kepada kaum muda tentang
peristiwa-peristiwa yang bermagna (Yos. 4:6-7; Kel. 12:24-27). Sekolah-sekolah
formal Yahudi menggunakan metode hafalan. Anak laki-laki berumur 6 tahun sudah
mempelajari huruf-huruf Ibrani dan pada umur 10 tahun sudah diharapkan mampu
membaca PL dalam bahasa Ibrani.

C. PAK Dalam Perjanjian Baru


Pendidikan Agama dalam PB tidak terlepas dari Pendidikan Agama dalam PL.
Tema pokok pengajaran PL dan PB adalah karya penyelamatan manusia oleh Allah.
Dalam PL karya tersebut dinyatakan dalam pengajaran hukum-hukum Allah dan
Kurban (yang sesungguhnya merupakan bayang-bayang dari penyelamatan manusia
oleh Allah dalam Yesus Kristus). Dalam PB dinyatakan dalam pribadi Kristus, Tuhan
dan Juruselamat. Dengan demikian Pendidikan Agama dalam PL mempunyai pusat
pengajaran pada satu pribadi, yaitu Kristus.
a. Inti Pengajaran-Nya
Tuhan Yesus Kristus layak disebut Guru Agung karena pengajaranNya disertai
Mujizat. Meskipun diakui ajaran moral (Matius 5-7) dan hubungan antar-sesama
yang menekankan kasih (Matius 22:37-40) merupakan ajaran luar biasa dan tiada
bandingnya, inti pengajaran-Nya berpusat pada diriNya sendiri.

5
b. Metode MengajarNya
Selama pelayanan-Nya di dunia ini, Tuhan Yesus Kristus memberi teladan dalam
metode pengajaran-Nya untuk membangun kontak dengan pendengar, terutama
muridNya. Metode-metode tersebut ialah:
1. Menenangkan Perhatian
 Menggunakan Mata (Yoh. 1:38)

 Mengundang pembicaraan (Yoh 4:7-10)

 Menanyatakan pertanyaan (Mat. 16:13)

 Mengundang Persahabatan (Mrk.1:17)

 Memanggil NamaNya (Yoh 1:42)

 Menggunakan kata-kata menarik perhatian (Mrk.4:3; Luk.


19:17,31;22:10;Yoh. 3:3,5).
2. Menggunakan Pertanyaan-pertanyaan
 Sebagai simulasi perhatian (Mat. 16:13)
 Menekankan Kebenaran (Luk. 10:36)
 Menegur (Mat. 21:25-27)
 Menyakinkan (Mrk 2:25)
 Menguji (Yoh 21:15-17)
 Menjernihkan Pikiran (Mrk. 10:3)
 Mengungkapakan Emosi (Mat. 12:34)
2. Menggunakan Ilustrasi dan Cerita
 Memunculkan Perhatian (Luk. 8:4-9)

 Menjelaskan suatu prinsip/ajaran (Luk.10:30-35)

 Masuk ke dalam pengajaran (Luk. 15)

 Menerapkan Kebenaran (Luk 6:47-49)


3.  Menggunakan Ceramah atau Khotbah
 Khotbah di bukit (Mat. 5-7)

 Pengajaran di Bukit Zaitun ( Mat. 24,25)

 Pengajaran di ruang atas (Yoh 14-16)


4. Menggunakan Benda Atau Objek
 Burung, bunga, rumput (Mat.6:25-31)

6
 Anak Kecil (Mat. 18:1-6)
 Pohon buah yang kering (Mat. 13-17)
 Uang Koin (Mrk. 12:13-17)
 Janda yang member persembahan (Mrk. 12.41-44)
 Ladang yang menguning (Yoh 4:35-39)
 Pohon Anggur dan Rantingnya (Yoh. 15:1-8)
 Mujizat (Yoh. 5:36)
5. Menggunakan Model
 Model mengajar yang bersasaran (Kasus Nikodemus)

 Model untuk murid-muridNya bagaiaman berdoa [5]

7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Dalam perjalanan sejarah perkembangan Pendidikan Agama Kristen,
memang tidak dalam dipungkiri bahwa prinsip dan praktik PAK telah mengalami
perjalanan yang panjang. Banyak pihak telah turut memberikan sumbangsih
sehingga umat Allah bisa ada seperti sekarang ini, dan akan terus membutuhkan
orang-orang yang memiliki komitmen kuat untuk tetap terlibat mempraktekkan
kehidupan Kristiani yang benar. Pendidikan Agama Kristen sebagai rumpun dari
teologi praktika memiliki kedudukan yang tidak kalah penting dibandingkan dengan
teologi biblika, sistematika maupun historika. Sebagai teologi praktis, bidang ini
juga membutuhkan kesungguhan dalam pelaksanaannya. Sebagaimana dijelaskan
oleh Simatupang bahwa memasuki abad ke-21 ini, sepertinya Pendidikan Kristen
kurang bersemangat memainkan peran aktifnya mengimbangi kemajuan teknologi
dan seni.2 Memang perkembangan teknologi melaju begitu pesatnya demikian juga
seni dalam masyarakat berhasil merebut perhatian masyarakat dunia, dan hal yang
mengkhawatirkan apabila pendidika Kristen merasa aman-aman saja berjalan di
tempat tanpa adanya inovasi atau pun terobosan-terobosan yang dilakukan untuk
mengimbangi kemajuan zaman yang sangat pesat ini.
Dalam wawancara mendalam yang diajukan kepada seorang guru Sekolah
Minggu, didapati bahwa memang dalam berbagai hal, masih terdapat kendala untuk
pelayanan PAK Anak di gereja. Masalah-masalah dalam lapangan pelayanan kerap
muncul adalah guru Sekolah Minggu yang terbatas baik dalam jumlah maupun
dalam kompetensinya, pengembangan kurikulum yang sulit dikarenakan
keterbatasan SDM, dana yang minim untuk mengelola Sekolah Minggu yang lebih
baik dan beberapa hal lainnya yang disampaikan.3 Hal ini belum termasuk dalam
kendala pelayanan PAK Remaja dan PAK Dewasa di gereja lokal. Artinya masih
banyak sekali PR yang harus dikerjakan terkait dengan pelaksanaan pendidikan
agama Kristen.
Mungkin untuk konteks sekolah, keadaan jauh lebih baik, sebab ada
kurikulum yan jelas yang telah ditetapkan, ada SDM yakni guru agama Kristen yang
rekruitmennya juga lebih jelas dibandingkan rekruitmen guru Sekolah Minggu. Dan
satu hal lainnnya yang juga tidak kalah memprihatinkan adalah pelaksanaan PAK

8
dalam keluarga. Dimana gereja seharusnya memperlengkapi keluarga-keluarga
Kristen untuk mampu memberikan layanan pendidikan rohani bagi anggota keluarga.
Terkadang situasi atau kenyataan berbeda dengan harapan. Gereja kurang dalam
memperlengkapi jemaat untuk mampu memberikan layanan PAK yang maksimal di
tengah masing-masing keluarga Kristen.
Sebagaimana dituliskan bahwa orangtua memiliki tanggung jawab besar
dalam memberikan layanan PAK dalam keluarga dengan cara menjadi teladan lebih
dahulu dan melaksanakan fungsi mereka sebagai orangtua dan gerejalah pihak yang
menjadi coach bagi para orangtua tersebut. Bahkan dalam Perjanjian Lama pun
dijelaskan bahwa pemimpin umat memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan umat
Allah menjadi umat yang religious, dan memiliki iman pengenalan akan Allah yang
benar. Sebagaimana ezra juga melakukan berbagai usaha untuk memulihkan
kerohanian umat Allah yang sempat mundur untuk waktu yang lama. Para orangtua
tidak mungkin dibiarkan sendirian tanpa pendampingan dari pihak gereja,
sebagaimana umat Yahudi dituntun oleh para pemimpin umat dan tidak ditinggalkan
sendirian.5 Pendidikan dalam Perjanjian Lama telah memiliki pola tersendiri dan
menjadi cikal bakal bagi pendidikan Kristen di kemudian hari.
a. Benang Merah dengan Pendidikan Yahudi Masa Perjanjian Lama
Kekristenan ada hari ini, tidak mungkin dipisahkan dari keterkaitan dengan
Perjanjian Lama, secara khusus dalam hal pendidikan rohani yang memang sesuai
dengan konteks Yudaisme, sebab orang Kristen mengakui Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru sebagai Alkitab Kanonik, dan menjadi dasar kurikulum
Pendidikan Agama Kristen (baik di gereja, dalam keluarga maupun di sekolah).
Sebagaimana dijelaskan oleh Boehlke bahwa adanya kaitan antara praktik
Pendidikan Yahudi di masa PL dengan praktik Pendidikan rohani di masa
Perjanjian Baru tidak mungkin dapat dipungkiri.
Pendidikan dalam masa Perjanjian Lama menjadi dasar peletakan awal
konsep Pendidikan Kristiani, mengingat komunitas gereja pada awalnya juga
adalah orang-orang Yahudi. Kemudian dalam perjalanan sejarah mulailah
berkembang dan memang memiliki filosofi yang berbeda antara Yudasime PL
dengan Kristen dalam Perjanjian Baru. Pendidikan Agama Kristen khususnya
sejak awalnya sama dengan pikiran dan prakteknya selama masa abad
pertengahan berakar dari kebudayaan Yunani- Romawi dan Yahudi.

9
Keunikan dari Pendidikan rohani masa Perjanjian Lama dalam komunitas Yahudi
adalah pola mengajarkan berulang-ulang Taurat Tuhan kepada anak-anak dalam
segala keadaan. Dan inilah sepertinya yang bergeser dalam pendidikan rohani
dalam keluarga pada saat ini.
Rumah atau keluarga merupakan wadah Pendidikan yang utama dan
selain Pendidikan rohani dalam keluarga, pendidikan di sinagoge merupakan
Pendidikan yang dikhususkan untuk anak laki-laki. Dimana secara khusus anak
laki-laki akan mendapatkan pendampingan dalam belajar taurat dan tradisi-tradisi
lisan keagamaan Yahudi. Supaya para lelaki bisa menjadi kepala keluarga yang
saleh, Hal ini dilakukan dengan teratur setelah Bangsa Israel pulang dari
pembuangan Babel dan membaharui tekad untuk mengikuti Tuhan dengan
sepenuh hati, berbeda dengan masa-masa sebelum pembuangan di mana umat
Allah kerap melakukan pelanggaran.

b. Pendidikan Agama Kristen Pada Masa Perjanjian Baru


Dalam masa gereja, pendidikan kerohanian didasarkan kepada pengajaran
rasul-rasul yang berporos kepada pengajaran Yesus. Ketika Yesus masih ada di
bumi dan melakukan berbagai-bagai pelayanan, orang banyak mengikuti Dia
kemana saja Yesus pergi. Pengajaran yang berkuasa merupakan karakteristik
khusus yang dimikiki oleh Yesus, dimana ajaran dan didikan yang diberikan oleh
Yesus sangat berbeda. Yesus adalah Guru Agung, dimana para guru lainnya
sudah sepantasnya berguru kepada Yesus Sang Guru Agung tersebut. Dia yang
bisa melakukan berbagai keajaiban dalam pengajaran-Nya, dan telah meletakkan
teladan baik bagi praktik Pendidikan kerohanian untuk seterusnya.
Istilah Pendidikan agama Kristen memang dikenal kemudian, dan dimaknai
sebagai Pendidikan rohani dengan dasar-dasar yang menjunjung tinggi nilai-nilai
Kristiani. Pada masa Perjanjian Baru, wadah untuk pelaksanaan Pendidikan
rohani adalah sinagoge dan rumah atau kelauarga, namun kemudian di abad
pertengahan, ada beberapa wadah yang menjadi tempat penyelenggaraan praktik
Pendidikan rohani antara lain yakni jemaat, sekolah katederal, dibukanya
universitas, dalam kelompok kesatria (keturunan bangsawan yang menjadi
militer) dan sekolah kebiaraan. Dalam kelima wadah inilah Pendidikan agama
Kristen diselenggarakan.

10
Ketiga wadah tersebut merupakan bukti bahwa Pendidikan Agama Kristen
dilaksanakan secara progresif dan semakin berkembang.

c. Pendidikan Agama Kristen Pada Masa Kini


Pendidikan Agama Kristen hari ini dalam sejarahnya sudah tua dan sudah
mengalami banyak pergumulan sehingga bisa seperti sekarang ini. Para praktisi
PAK tentunya tidak tinggal diam saja untuk memberikan bukti peran signifikan
mereka dalam bidang yang digeluti saat ini.
Berada pada zaman digitalisasi juga merupakan tantangan tersendiri bagi
para praktisi Pendidikan Agama Kristen di mana saja. Sebab dibutuhkan kemauan
yang besar untuk bisa survive di tengah-tengah situasi zaman ini. Sebagaimana
dijelaskan oleh Yunus Abidin dalam tulisannya perihal Pendidikan pada abad ke-
21 ini, bahwa perkembangan zaman telah mengubahkan kehidupan manusia baik
secara mikro maupun makro. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
telah menggeser kerja otot menjadi kerja otak, menggeser kerja kasar menjadi
kerja lancer, menggeser rasa capai dan bosan manusia. Dunia kerja berubah
drastis. Hal yang mengusik adalah secantik apakah Pendidikan abad ke- 21 ini?
Banyak hal ingin diraih manusia dalam peradaban yang sangat maju ini.
Penulis merasa tertarik dengan pemikiran perihal secantik apa Pendidikan
di abad ke-21 ini dalam konteks ke-Indonesiaan yang disoroti oleh Bapak Abidin.
Kemudian penulis juga menariknya kepada Pendidikan Agama Kristen, apakah
yang akan terjadi terhadap Pendidikan Agama Kristen ke depannya di tengah-
tengah situasi yang sedang berkembang saat ini?
Pelaksaan PAK di gereja, PAK dalam Keluarga dan PAK di Sekolah serta
PAK dalam Masyarakat Majemuk memang masih tetap berjalan hingga saat ini,
dalam arti tidak dihentikan oleh karena perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan. Hanya saja para praktisi PAK dalam situasi ini harus bisa
menjemput bola dan tidak bersikap pasif saja, oleh karena anak- anak, remaja
atau pun para orangtua telah menikmati kemudahan-kemudahan hidup
yangditawarkan oleh teknologi. Bagi penulis mengambil hal positif dari teknologi
adalah hal yang harus dilakukan oleh praktisi Pendidikan Agama Kristen di mana
saja, supaya bisa terus mengupdate bahan ajar, memperkaya keilmuan dan
mampu membuat terobosan dari ide-ide cemerlang yang dimiliki.

11
Penulis merasa prihatin apabila pelayanan paedagogi gereja dikerjakan asal
jadi, asal ada saja, dan asalkan ada orang yang mau bekerja. Bagi penulis ini
merupakan sikap yang tidak fair, justru dengan situasi dan kondisi saat ini,
seharusnya gereja sebagai penerima mandat ilahi bisa berbuat lebih untuk
menghasilkan murid-murid Tuhan dalam Amanat Agung (Menjadikan semua
bangsa murid Tuhan bnd. Matius 28:19-20).
d. Urgensi Pendidikan Agama Kristen
Penulis menyadari bahwa waktu-waktu yang ada saat ini adalah waktu yang
berharga, dan akan menjadi sebuah tronos atau kesempatan emas bagi para
praktisi Pendidikan Agama Kristen untuk berbuat lebih dan membayar harga
mahal jika tidak ingin terlindas dalam lintasan zaman yang sedang bergolak ini.
Kenyataan saat ini, banyak tersedia games bagi anak-anak dalam aplikasi yang
bisa didownload pada gadget dan anak sudah familiar sekali dengan gadget.
Mereka bisa bebas berselancar di dunia maya dan kadangkala juga kurang
mendapat pengawasan dari orangtua. Fenomena anak bermain gadget saat ini
adalah hal umum yang bisa dilihat. Banyak hal baru yang mengambil konsetrasi
anak, sehingga memberi impact terhadap minat akan hal-hal yang bersifat divine.
Dalam sebuah interviev yang dilakukan terhadap anak, mengapa mereka malas ke
gereja beribadah hari Minggu, alasan anak adalah dikarenakan lebih menarik
main games dibandingkan dengan cerita firman Tuhan di gereja.
Kondisi ini menjadi alarm bagi para praktisi Pendidikan, bahwa
pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen adalah hal yang urgen dan perlu
mendapat penangan serius. Bisakah dibayangkan apabila kelak anak-anak atau
remaja sebagai generasi penerus gereja menyatakan bahwa belajar agama Kristen
adalah kebodohan dan kesia-siaan belaka. Hal kuno yang membuang-buang
waktu saja. Padalah anak adalah harta gereja yang tetap harus mendapat warisan
iman, sebagaimana orangtua beriman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juru Selamat. Inilah keprihatinan penulis sehingga dalam pemikiran dan
pergumulan yang panjang, tetap melakoni pelayanan paedagogi di gereja dan
membekali jemaat untuk siap menghadapai gempuran arus informasi dan
digitaliasi ini dengan sikap yang siap.
Urgensi Pendidikan Agama Kristen memang tidak dapat ditawar, sifatnya
urgen- mendesak dan harus dilaksanakan dengan sunguh-sungguh dan
pengelolaannya dikakukan dengan bertanggung jawab, baik kepada Allah secara

12
lansgung sebagai pimpinan tertinggi gereja maupun kepada pemimpin-pemimpin
organisasi gereja sebagai atasan dalam kehidupan real di negeri ini. Sebagai
praktisi PAK, penulis merasakan keprihatinan mendalam dan keperdulian,
sehingga berupaya membuat pelatihan-pelatihan, seminar-seminar untuk para
guru Sekolah Minggu dan pembekalan bagi para mahasiwswa untuk bisa menjadi
pribadi yang memiliki kualifikasi sebagai praktisi Pendidikan Agama Kristen, dan
hal ini menjadi antisipasi psositif atau respon positif menyikapi perkembangan
zaman ini.
Dalam membangun fondasi Pendidikan Kristen di tengan kehidupan
masyarakat Kristiani di Indonesia, memang dibutuhkan filsafat Pendidikan
Kristen yang kuat. Baik orang muda maupun para orangtua dapat menjadi murid
Kristus yang berdampak di tengah lingkungan tempat mereka tinggal dan hidup
dengan menghidupi kebenaran firman Allah dan menjadi gereja yang berfungsi
sebagaimana semestinya.
Kevin E. Lawson dalam tulisannya menyoroti bahwa memasuki abad ke-21
memang Pendidikan agama Kristen sudah lebih maju dikarenakan Pendidikan
Kristen akhirnya menjadi rumpun tersendiri. Tren dan kesempatan berkembang
sangat besar. Profesi pendidik Kristen menjadi diperhitungkan, dan Pendidikan
Kristen tersebut berkembang menjadi berbagai bidang pelayanan Pendidikan,
termasuk pelayanan pemuda, pelayanan anak, pelayanan keluarga dan pelayanan
kategorial lainnya. Perguruan tinggi dan seminari menanggapi tuntutan ini
dengan memberikan penawaran yakni dibukannya berbagai program studi
Pendidikan.10 Hal lainnya yang menjadi ciri khusus perkembangan di abad ke-21
ini adalah dukungan perkembangan teknologi yang melaju pesat, sehingga
banyak sumber bisa digunakan untuk memperkaya keilmuan di bidang
Pendidikan Agama Kristen. Dasar Filsafat yang kuat dalam Pendidikan Agama
Kristen tentunya akan menolong para prkatisi PAK untuk berkarya sebagaiman
Amanat yang diberikan oleh Yesus sendiri sebagai guru agung dan teladan dalam
segala hal yang dibutuhkan terkait dengan changing life atau hidup yang
diubahkan sebagai hasil dari pengamalan belajar Pendidikan Agama Kristen.
Pendidikan yang diterima oleh para murid dari guru (baik sebagai orang muda
maupun orang tua) tentunya diharapkan dapat mengubahkan kehidupan seseorang
kea rah yang lebih baik atau arah positif. Inilah yang disebut dengan belajar yakni
berubah.

13
Para praktisi Pendidikan Agama Kristen baik di sekolah maupun di gereja
diharapkan adalah sebagai orang-orang yang terpanggil untuk menjadi pendidik
Kristen yang berhati gembala. Bukan harus berprofesi sebagai gembala, karena
tentunya itu adalah panggilan khusus atau profesi khusus yang diemban oleh
seorang pendeta yang memang menjadi gembala bagi jemaat.
Dalam hal ini Khoe Yao Tung menjelaskan betapa indahnya ketika
seorang praktisi PAK benar-benar memiliki hati seorang gembala di saat
melakoni panggilan pelayanannya menjadi guru Agama Kristen. Beliau
meletakkan pada porsinya bahwa ada yang menjadi tanggung jawab guru di
sekolah dan ada yang menjadi tanggung jawab orangtua di rumah. Prinsip bible
parenting merupakan sebuah prinsip yang seharusnya dimiliki oleh para
orangtua sebagai wujud tanggung jawab orangtua mendidik anak-anak mereka
dan sesungguhnya memang orangtualah yang harus menjadi pendidik utama bagi
masing-masing anak mereka di tengah keluarga dan di tengah masyarakat gereja.
Bible parenting dimaksud antara lain diringkaskan sebagai berikut:
1. Pemeliharaan anak dalam lingkungan yang aman, bebas dari pengaruh
buruk sistem Pendidikan. Lihat Amsal 22:6
2. Kewaspadaan orangtua dalam menjauhkan anak-anak dari dosa (orangtua
mengingatkan anak akan dosa kemalasan (1 Tim 5:13). Kemalasan akan
membuka jalan untuk dosa- dosa lainnya.
3. Berdoalah dengan anak sebelum mendisiplin mereka. Anak-anak sangat
membutuhkan penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Koreksi dan disiplin yang
membangun tidak akan menyebabkan anak-anak tidak mencintai orangtua
mereka. Orangtua yang memiliki penguasaan diri akan lebih mudah
mengajar anak mereka
4. Dampingi anak dalam memperoleh informasi, lindungi mereka dari
pengaruh buruk televisi, internet, video, game online/offline, dan pastikan
anak mendapatkan informasi baik dari perkembangan teknologi yang ada.
Jangan terjadi pembiaran atau lost control. Lihat Mazmur 101”3 dan 2 Kor
3:18
5. Orangtua harus memperhatikan teman-teman anaknya, dan mengingatkan
anak agar berhati-hati memilih teman. Orangtua harus memberitahukan
kepada anak bahwa teman yang baik akan membawa pengaruh yang baik
dan teman yang buruk akan membawa pengaruh yang buruk (1 Kor 15:33)

14
6. Pendidikan adalah tugas orangtua, dan mereka harus memperhatikan
Pendidikan dalam keluarga. Pengabaian tugas mendidik dalam keluarga
adalah pelanggaran terhadap perintah Tuhan (Ulangan 6:4-8)
7. Mendidik anak dalam keluarga Kristen harusnya didukung oleh prinsip-
prinsip dan dasar- dasar kebenaran firman Tuhan. Alkitab meneguhkan para
orangtua untuk merendahkan hati dan meminta pertolongan Tuhan untuk
disanggupkan melakukan hal tersbut (1 Ptr 5:6- 7)
8. Keluarga, gereja dan sekolah membutuhkan kerjasama yang baik, demi
keberhasilan pelaksanan Pendidikan Agama Kristen (Pendidikan rohani)
demi menghasilkan generasi yang cerdas secara spiritual dan tentunya akan
mempengaruhi berbagai sendi kehidupan lainnya.

Pendidik Kristen yang berhati gembala mampu melihat kebutuhan anak didik sampai
ke intinya yakni bukan hanya sisi pengetahuan atau sikap saja, melainkan bahwa
seorang anak adalah jiwa yang sangat berharga di mata Tuhan dan perlu mendapatkan
kasih serta didikan dengan benar. Pendidik seumpama seorang arsitek yang sedang
membangun, bukan bangunan dari batu melainkan membangun jiwa yakni murid itu
sendiri supaya akhirnya menemukan panggilanya secara pribadi dan menjadi murid
Kristus yang sejati.12 Sebagaiman Darlene Zschech juga menyatakan bahwa penting
bagi kita untuk mewarsikan pendidikan nilai kepada generasi berikutnya dari generasi
pendahulu.

B. PENGARUH PAK MASA KINI


Manusia yang hidup sekarang dengan heran menyaksikan munculnya
berbagai ideology, kultur dan agama-agama baru.[6] Sebagaimana degan
perkembangan dunia yang ada saat ini, maka PAK hadir dan memiliki peran yang
penting dalam setiap perkembangan yang ada bahkan berpengaruh sampai pada
generasi ke generasi berikutnya. Ada beberapa hal yang penting untuk kita bisa
melihat seberapa jauh pengaruh PAK dalam keberadaaannya di pada masa kini.
Berikut penjelasannya:
a. PAK Dalam konteks Kekristenan
Berkaitan dengan pluralitas masyarakat, maka Pendidkan Agama Kristen di
sekolah harus terus menyumbangkan pembinaan agar pluralitas tersebut tetap

15
sebagai potensi yang bias memungkinkan masyarakat hidup berdampingan secara
damai. Kehadiran PAK di sekolah harus secara sungguh-sungguh turut
menyumbangkan perannya dalam membentuk peserta didik siap dan mampu
menghadapi perbedaan-perbedaan yang  ada dengan tetap setia pada imannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini.
1.  PAK bukan untuk Mengajarkan Suatu Doktrin Gereja
Keberadaan siswa disekolah berasa; dari berbagai organisasi dan aliran gereja.
Hal tersebut adalah kenyataaan yang harus diterima dan diakui oelh setiap guru
PAK.
2. Bukan Pos Pelayanan Gereja
Guru PAK harus menyadari bahwa ia ditempatkan bukan atas nama gereja dan
bukan membawa peserta didik masuk dalam anggota gerejanya. Guru PAK
harus menjunjung tinggi, menghormati dan menghargai keanekaragaman
gereja peserta didik dan mendorong mereka menjadi warga gereja yang baik
dimana mereka menjadi anggota gereja.[7]
b. Perwujutan Pendidikan Agama Kristen masa kini
Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mewujudkan peran PAK. Metode
yang bersudut dua. Ada sudut teori dan ada sudut praktek. Baik dapat dilakukan
dalam keluarga, gereja sebagai warga gereja maupun lingkungan dimana seseorang
bekerja.
c. Pengaruh PAK Masa kini
Pengaruh PAK dimulai dari keluarga. Keluarga sebagai kelompok sosial
mempunyai tugas menyiapkan anggotanya untuk dapat berhubungan sosial dengan
lingkungan diluarnya. Dalam keluarga harus melakukan penerusan nilai-nilai yang
Alkitabiah bagi anggota keluarganya sehingga dengan sendirinya gaya hidup nilai-
nilai kekristenan bertumbuh dengan sendirinya dan akan bergantung juga kepada
tugas dan tanggung jawab gereja dalam membina warga gerejanya dalam
mengembangkan ajaran-ajaran pendidikan Kristen yang sudah dimulai dari
keluarga. Pendidikan Agama Kriten tidak akan berpengaruh tanpa pendidik dan
peserta didik. Jika Pendidikan Agama Kristen. Pendidik harus mengerti tentang apa
itu Pak dan peranannya serta peserta didik dapat mengerti dan melakukannya
sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitabiah.
Ada beberapa hal yang penting dalam melihat seberapa besar pengaruh PAK
sampai saat ini. Berikut penjelasannya,

16
a. Kehadiran Gereja
Pengajaran memang tidak dititikberatkan pada hanya salah satu tugas
panggilan gereja (bersekutu, bersaksi dan melayani), sebab berbicara
mengenai pengajaran sebenarnya mencakup ketiga tugas panggilan gereja
tersebut. Setiap tugas panggilan gereja sesungguhnya haruslah mengandung
unsur pengajaran.
b. Kehadiran Sekolah-Sekolah Kristen
Dengan kehadiran sekolah-sekolah Kristen yang dinaungi gereja-gereja yang
ada menjadi salah satu bukti kesadaran untuk menerapkan prinsip-prinsip
kekristenan yang alkitabiah lewat kurikulum pengajarannya.
c. Kehadiran Sekolah Tinggi Kristen
Dengan kehadiran sekolah tinggi Kristen lebih menyatakan bahwa sarana
melengkapi generasi-generasi yang memiliki Visi yang sama untuk sama-sama
mengembangkan PAK pada generasi ke generasi.
d. Penginjilan-Penginjilan lewat Media Elektronik, Media Masa dan Media Cetak
Dan terakhir bukti dari pengaruh PAK yang lebih nyata lagi adalah media
yang hadir sesuai kebutuhan masa saat ini. Yang tidak mengenal status sosial
hadir memenuhi kebutuhan berbagai generasi.

17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua penjelasan tentang pengaruh PAK masa kini diatas bahwa dapat
disimpulkan Pendidikan Agama Kristen berdasar kepada apa yang tertulis didalam
Alkitab sehingga kita memiliki dasar dalam pengetahuan Pendidikan Agama Kristen
itu sendiri. Menyadari akan dasar pengajaran Pendidikan Agama Kristen yang
bersadar kepada Alkitab dengan bukti sejarah yang sudah Alkitab tuliskan bahwa
PAK harus diajarkan sesuai dengan aturan-aturan Alkitab.melihat waktu yang terus
berputar bahwa kebutuhan generasi ke generasi berbeda maka pengajaran dan metode
yang dipakai harus berdasarkan dengan kebutuhan saat ini.
Pentingnya PAK yang dimulai dari keluarga sampai kepada lingkungan
dimana seseorang berada dalam kesehariannya. Keberhasilan dari pengaruh PAK kita
bisa temukan saat ini di lingkungan dimana kita tinggal. Antara lain, perkembagan
kemajuan gereja-gereja, perkembangan sekolah-sekolah Kristen, hadirnya sekolah
tinggi agama Kristen dan bahkan metode-metode dan sarana-sarana pendinjilan lewat
media yang semakin modern orang dengan muda dapat mengakses berita lewat media
sosial yang sangat muda. Keberhasilan ini tidak hanya berhenti disini saja, kita bisa
melihat tantangan yang dihadapi gereja, sekolah maupun istitusi yang terkait
menemukan masalah yang tidak mudah. Namun seiring berjalannya waktu Tuhan
memakai banyak cara untuk menggenapi firmanNya tentang pendidikan itu sendiri.
B. Saran
 Kepada keluarga-keluarga Kristen, haruslah menyadari bahwa amanat paling
penting tentang PAK adalah keluarga. Dimulai dari keluragalah PAK itu
diamanatkan kepada anggota keluarga.
 Gereja-Gereja, Teruslah mengerjakan tanggung jawab gereja dalam mendidik
anggota jemaatnya mengerti prinsip-prinsip kekeristenan yang bertumbuh dewasa
dan berbuah.
 Sekolah-Sekolah Kristen, teruslah mendidik anak-anak yang takut akan Tuhan dari
generasi ke generasi. Dari anak-anaklah didikan yang alkitabiah harus diterapkan.
 Sekolah Tinggi Agama Kristen, teruslah menjadi sarana yang memperlengkapi
hamba-hamba Tuhan yang memiliki panggilan pelayanan yang melanjutkan
pengajaran yang benar yang Tuhan sudah ajarkan didalam Alkitab

18
 Media, siapapun yang tutut andil dalam media penginjilan dan sebagainya
hendaklah memenuhi kebutuhan generasi ke generasi yang ingin mengerti ajaran
didikan yang alkitabiah dalam semua bidang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ismael, Andar. 2010. Ajarlah Mereka Melakukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

http://kbbi.web.id/didik.

Kristianto, Paulus Lilik, 2011. Prinsip dan Praktik PAK. Yogjakarta: Yayasan ANDI.

Hadinoto, N.K. Atmadja. 2011. Dialog dan Edukasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

GP, Harianto. 2014. Teologi PAK. Surabaya: STT Bethany Surabaya.

Nainggolan, John M. 2009. PAK dalam Masyarakat Majemuk. Bandung: Bina Media
Informasi.

https://aruanblog.wordpress.com/2016/04/01/makalah-pendidikan-agama-
kristen/

[1] AndarIsmael, Ajarlah Mereka Melakukan. (Jakarta:BPK Gunung


Mulia, 2010). Hlm. 1
[2] Harianto GP, Teologi PAK. (Surabaya: STT Bethany Surabaya,2014).

Hlm. 1

[3] http://kbbi.web.id/didik

[4] PaulusLilik Kristianto, Prinsip dan Praktik PAK. Yogjakarta:


Yayasan ANDI, 2011. Hlm.5
[5] Paulus Lilik Kristianto, Hlm. 9-10

[6] N.K. Atmadja Hadinoto, Dialog dan Edukasi. (Jakarta:BPK Gunung

Mulia), 2011. Hlm.1


[7] John M. Nainggolan, PAK dalam Masyarakat Majemuk. (Bandung:

Bina Media Informasi, 2009). Hlm. 64

20

Anda mungkin juga menyukai