Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam pengertian yang sederhana, guru PAK adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik secara formal dan rohani. Guru PAK dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu dan selalu
mengajarkan tentang kerohanian, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga
di gereja, di rumah dan sebagainya. Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas,
yaitu: aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. ”Aktivitas mengajar menyangkut peran guru
dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi yang harmonis inilah yang
menjadi indikator suatu aktivitas proses pengajaran itu akan berjalan dengan baik.”1
Supaya pengajaran bisa berjalan dengan baik dan berhasil, maka penulis menjelaskan
bahwa peran guru PAK dalam pengajaran atau mengajar harus mampu mengubah diri peserta
didik remaja dalam arti yang luas serta mampu mengajarkan iman Kristen bagi peserta didik,
sehingga pengalaman dan perubahan yang diperoleh peserta didik selama terlibat dalam
terlibat proses pembelajaran dalam jangka waktu pendek bahkan sampai dewasa dan akhir
hayat, dapat disarankan secara langsung bagi perkembangan iman remaja. Tugas guru PAK
tidak terbatas pada memberikan informasi kepada peserta didik, namun tugas guru PAK lebih
komprehensif. Selain mengajar dan membekali peserta didik dengan pengetahuan, guru PAK
juga harus menyiapkan mereka agar mandiri dan memberdayakan bakal peserta didik
diberbagai bidang, mendisiplinkan moral mereka, membimbing hasrat dan menanamkan
kebajikan dalam jiwa mereka. Guru PAK wajib menunjukkan semangat persaudaraan kepada
peserta didik serta membimbing mereka pada jalan kebenaran yang mengacu kepada hakikat
iman Kristen yakni iman yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang mulia.
Namun ada kenyataan baik yang penulis amati maupun baca diberbagai literatur
bahwa peserta didik kurang berilmu kreaktif, mandiri, dan bertanggung jawab. Penulis juga
menemukan peserta didik yang masih merokok, minum-minuman keras, obat terlarang serta
melakukan konflik baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan sekolah.
Pada umumnya, masalah peserta didik, berikut beberapa masalah peserta didik
terkhususnya para remaja di sekolah: Pertama masalah perilaku yang dialami remaja di
sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan
orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan peserta didik remaja akan
menghambat dirinya dalam proses sosialisasi dengan remaja lain, guru, dan masyarakat.
Kedua perilaku dalam mengikuti berbagai aktivitas yang digelar di sekolah, misalnya,
termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja menjadi
kurang pengalaman. Jadi, perilaku bermasalah ini akan merugikan remaja di sekolah secara
tidak langsung akibat perilakunya sendiri. Ketiga perilaku menyimpang pada remaja
merupakan perilaku kacau dan menyebakan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) serta
perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja
mengalami perilaku ini, seseorang remaja mengalami hal ini jika ia merasa tidak tenang dan
tidak bahagia sehingga menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada

1
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 5.
remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada
tindakan kejahatan.2
“Dalam iman Kristen, otoritas dan kebebasan adalah dua hal yang berjalan bersama-
sama berdasarkan prinsip bahwa segala sesuatu di dalam ciptaan harus tunduk kepada Allah
karena iman Kristen mengajarkan bahwa kehidupan di dunia ini yaitu kekekalan dan juga
iman Kristen mewartakan kasih Allah kepada dunia yang sudah dicemari oleh dosa.” 3 Artinya
seorang pengajar jangan hanya mengajarkan iman Kristen kepada peserta didik tetapi harus
membimbing mereka didalam takut akan Tuhan, memotivasi mereka dalam mengajar supaya
mereka bisa memahami iman Kristen di dalam dirinya.
Dalam mengajarkan dan meningkatkan iman Kristen bagi remaja merupakan salah
satu penekanan dari tujuan pendidikan Kristen, seperti yang tertuang dalam undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi: “pendidikan
nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4
Dengan adanya undang-undang tersebut, maka dari waktu ke waktu bidang
pendidikan tetap menjadi prioritas orientasi untuk diusahakan perwujudan sarana prasarana-
nya terutama untuk sekolah. Salah satu tugas pokok sekolah adalah menyiapkan peserta didik
remaja agar dapat mencapai perkembangan iman yang optimal. Seorang peserta didik remaja
dikatakan telah mencapai perkembangannya secara optimal apabila remaja dapat memperoleh
pendidikan dan iman yang akan membentuknya menjadi manusia yang berkualitas utuh.
Dalam penilitian saat kegiatan aktivitas mengajar dan mendidik yang guru PAK
laksanakan disekolah atau diruang kelas, penulis mencoba mengangkat sebuah keterkaitan
dengan pelaksana kegiatan itu, yakni guru, dalam hal ini dikhususkan kepada guru Kristen,
sebab penulis ingin memaparkan fakta-fakta yang seharusnya memang dilakukan oleh guru
Kristen dalam aktivitas mereka sebagai seorang pengajar dan pendidik. Penulis ingin
mengangkat sebuah topik tentang peranan guru PAK, sehingga terlihat jelas bahwa ada
perbedaan yang mencolok antara guru kristen dan yang bukan Kristen.
Dasar pemikiran gerakan pendidikan karakter dan sipritual atau perhatian Guru
Pendidikan Agama Kristen ialah bahwa perilaku-perilaku menyimpang yang setiap hari
membombardir kita, misalnya kekerasan, ketamakan, korupsi, ketidak sopanan,
penyalahgunaan obat terlarang, asusila seksual, dan etika kerja yang buruk, mempunyai inti
yang sama yakni tiadanya karakter yang baik serta penanaman kejiwaan rohani/sipiritual.
Perilaku-perilaku yang terjadi dilingkungan siswa saat ini harus menjadi perhatian utama
sekolah sebagai lembaga pendidikan, yang seharusnya membentuk karakter Peserta didik
remaja dan sipiritual. Thomas Lickona mengatakan “tentu saja pendidikan karakter dan
spiritual bukan hanya tanggung jawab sekolah. Ia adalah tugas bersama semua orang yang

2
http://remaja.sabda.org
3
Abraham Kuyper, Iman Kristen Dan Problem Sosial, (Surabaya: Momentum, 2014), 50
4
Drik Roy Kolibu dan Mortan Sibarani, Bahan Ajar: Pendidikan Nasional, (Jakarta: STT SETIA,
2012), 2
bersentuhan dengan nilai-nilai dan kehidupan orang muda, dimulai dengan keluarga, dan
meluas ke komunitas-komunitas iman”.5
Bagaimana hal ini bisa tercapai? Guru harus melakukan gerakan pendidikan karakter
dan spiritual yang dimulai dari dirinya sendiri, yakni menjadi contoh bagi peserta didik yang
kemudian didukung oleh keluarga, gereja dan masyarakat. Keluarga, sekolah dan gereja
adanya kerjasama yang baik, komunikasi yang baik antara sekolah dengan orang tua siswa
dan dengan gereja. Dari ketiga lembaga tersebut, yang paling utama adalah keluarga.
Harapan untuk masa depan ialah agar dapat mengambil tindakan bersama untuk
meningkatkan karakter anak dan karakter kita sebagai orang dewasa dan akhirnya karakter
kebudayaan kita dimulai dari keluarga yang kemudian dilanjutkan dengan sekolah dan gereja.
Berdasarkan pengalaman penulis selama menjadi peserta didik waktu di SMP, penulis
mempunyai seorang guru PAK yang selalu memberikan contoh yang tidak baik pada setiap
peserta didik/siswa-siswi, dimana sebelum masuk kelas untuk mengajar, guru PAK ini masi
merokok diluar ruangan kelas. Ini adalah salah satu dimana seorang guru PAK tidak
menjadari dengan sepenuhnya bahwa ia adalah panutan yang baik bagi keimanan dan
karakter dan sipiritual peserta didiknya.
Tiga Hal yang Tidak Dipisahkan yaitu Peranan Guru, Karakter dan Sipiritual. Seorang
guru Pendidikan Agama Kristen tidak boleh mengabaikan perannya sebagai guru yang
memiliki tanggungjawab membentuk karakter siswanya. Artinya, guru Pendidikan Agama
Kristen tidak hanya sekadar mengajar, melainkan memberikan kontribusi yang sangat
berharga lebih dari sekadar mengajar, yakni berusaha membentuk karakter siswa. Serta guru
Kristen harus mempunyai Sipiritual yang betul-betul mendasar dengan Alkitab, melayani
dengan sesama dengan sepenuh hati, diberikan kepercayaan pelayanan digereja maupun di
masyarakat, dan melakukan dengan segenap hati tanpa pamri. Tiga hal ini tidak dapat
dikotak-kotakkan antara peranan guru, karakter dan sipiritual. Guru Kristen dapat berarti
yang mengajar prinsip dan praktis iman Kristen, atau guru yang beragama Kristen yang
mengajar pelajaran apa saja, namun fokus utamanya adalah pembentukan karakter. Ada
banyak faktor yang dapat membentuk karakter siswa, misalnya kondisi para siswa,
ketersediaan sarana prasarana, metode belajar yang baik, dan peranan guru. “Dari semua
faktor tersebut guru adalah kompenen yang sangat penting dan perlu mendapatkan sorotan
khusus”6
Artinya, guru memiliki peranan dan pengaruh yang sangat dominan dalam
membentuk karakter siswa, tidak hanya dipengaruhi oleh situasi dan kondisi melainkan
bagaimana seorang guru menjadikan dirinya sebagai model bagi siswa sehingga
pengajarannya, peranannya dapat berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan
karakter siswa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas permasalahan yang perlu dibahas adalah
“bagaimana cara Guru PAK dalam meningkatkan Karakter dan Spiritual peserta didik
atau remaja pemuda?”

Thomas Lickona. 2012. Pendidikan Karakter. (Bantul: Kreasi Wacana), hlm. xxvi.
5

A. Hasan Saragih. 2008. “Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar”. Jurnal Tabularasa
6

PPS Unimed, Vol. 5, No. 1, Juni 2008, hlm. 27.


C. Tujuan
Untuk mengetahi dan memahami cara Guru PAK dalam meningkatkan
karakter dan spiritual peserta didik atau remaj pemuda Kristen.

Anda mungkin juga menyukai