1
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 5.
remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada
tindakan kejahatan.2
“Dalam iman Kristen, otoritas dan kebebasan adalah dua hal yang berjalan bersama-
sama berdasarkan prinsip bahwa segala sesuatu di dalam ciptaan harus tunduk kepada Allah
karena iman Kristen mengajarkan bahwa kehidupan di dunia ini yaitu kekekalan dan juga
iman Kristen mewartakan kasih Allah kepada dunia yang sudah dicemari oleh dosa.” 3 Artinya
seorang pengajar jangan hanya mengajarkan iman Kristen kepada peserta didik tetapi harus
membimbing mereka didalam takut akan Tuhan, memotivasi mereka dalam mengajar supaya
mereka bisa memahami iman Kristen di dalam dirinya.
Dalam mengajarkan dan meningkatkan iman Kristen bagi remaja merupakan salah
satu penekanan dari tujuan pendidikan Kristen, seperti yang tertuang dalam undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi: “pendidikan
nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4
Dengan adanya undang-undang tersebut, maka dari waktu ke waktu bidang
pendidikan tetap menjadi prioritas orientasi untuk diusahakan perwujudan sarana prasarana-
nya terutama untuk sekolah. Salah satu tugas pokok sekolah adalah menyiapkan peserta didik
remaja agar dapat mencapai perkembangan iman yang optimal. Seorang peserta didik remaja
dikatakan telah mencapai perkembangannya secara optimal apabila remaja dapat memperoleh
pendidikan dan iman yang akan membentuknya menjadi manusia yang berkualitas utuh.
Dalam penilitian saat kegiatan aktivitas mengajar dan mendidik yang guru PAK
laksanakan disekolah atau diruang kelas, penulis mencoba mengangkat sebuah keterkaitan
dengan pelaksana kegiatan itu, yakni guru, dalam hal ini dikhususkan kepada guru Kristen,
sebab penulis ingin memaparkan fakta-fakta yang seharusnya memang dilakukan oleh guru
Kristen dalam aktivitas mereka sebagai seorang pengajar dan pendidik. Penulis ingin
mengangkat sebuah topik tentang peranan guru PAK, sehingga terlihat jelas bahwa ada
perbedaan yang mencolok antara guru kristen dan yang bukan Kristen.
Dasar pemikiran gerakan pendidikan karakter dan sipritual atau perhatian Guru
Pendidikan Agama Kristen ialah bahwa perilaku-perilaku menyimpang yang setiap hari
membombardir kita, misalnya kekerasan, ketamakan, korupsi, ketidak sopanan,
penyalahgunaan obat terlarang, asusila seksual, dan etika kerja yang buruk, mempunyai inti
yang sama yakni tiadanya karakter yang baik serta penanaman kejiwaan rohani/sipiritual.
Perilaku-perilaku yang terjadi dilingkungan siswa saat ini harus menjadi perhatian utama
sekolah sebagai lembaga pendidikan, yang seharusnya membentuk karakter Peserta didik
remaja dan sipiritual. Thomas Lickona mengatakan “tentu saja pendidikan karakter dan
spiritual bukan hanya tanggung jawab sekolah. Ia adalah tugas bersama semua orang yang
2
http://remaja.sabda.org
3
Abraham Kuyper, Iman Kristen Dan Problem Sosial, (Surabaya: Momentum, 2014), 50
4
Drik Roy Kolibu dan Mortan Sibarani, Bahan Ajar: Pendidikan Nasional, (Jakarta: STT SETIA,
2012), 2
bersentuhan dengan nilai-nilai dan kehidupan orang muda, dimulai dengan keluarga, dan
meluas ke komunitas-komunitas iman”.5
Bagaimana hal ini bisa tercapai? Guru harus melakukan gerakan pendidikan karakter
dan spiritual yang dimulai dari dirinya sendiri, yakni menjadi contoh bagi peserta didik yang
kemudian didukung oleh keluarga, gereja dan masyarakat. Keluarga, sekolah dan gereja
adanya kerjasama yang baik, komunikasi yang baik antara sekolah dengan orang tua siswa
dan dengan gereja. Dari ketiga lembaga tersebut, yang paling utama adalah keluarga.
Harapan untuk masa depan ialah agar dapat mengambil tindakan bersama untuk
meningkatkan karakter anak dan karakter kita sebagai orang dewasa dan akhirnya karakter
kebudayaan kita dimulai dari keluarga yang kemudian dilanjutkan dengan sekolah dan gereja.
Berdasarkan pengalaman penulis selama menjadi peserta didik waktu di SMP, penulis
mempunyai seorang guru PAK yang selalu memberikan contoh yang tidak baik pada setiap
peserta didik/siswa-siswi, dimana sebelum masuk kelas untuk mengajar, guru PAK ini masi
merokok diluar ruangan kelas. Ini adalah salah satu dimana seorang guru PAK tidak
menjadari dengan sepenuhnya bahwa ia adalah panutan yang baik bagi keimanan dan
karakter dan sipiritual peserta didiknya.
Tiga Hal yang Tidak Dipisahkan yaitu Peranan Guru, Karakter dan Sipiritual. Seorang
guru Pendidikan Agama Kristen tidak boleh mengabaikan perannya sebagai guru yang
memiliki tanggungjawab membentuk karakter siswanya. Artinya, guru Pendidikan Agama
Kristen tidak hanya sekadar mengajar, melainkan memberikan kontribusi yang sangat
berharga lebih dari sekadar mengajar, yakni berusaha membentuk karakter siswa. Serta guru
Kristen harus mempunyai Sipiritual yang betul-betul mendasar dengan Alkitab, melayani
dengan sesama dengan sepenuh hati, diberikan kepercayaan pelayanan digereja maupun di
masyarakat, dan melakukan dengan segenap hati tanpa pamri. Tiga hal ini tidak dapat
dikotak-kotakkan antara peranan guru, karakter dan sipiritual. Guru Kristen dapat berarti
yang mengajar prinsip dan praktis iman Kristen, atau guru yang beragama Kristen yang
mengajar pelajaran apa saja, namun fokus utamanya adalah pembentukan karakter. Ada
banyak faktor yang dapat membentuk karakter siswa, misalnya kondisi para siswa,
ketersediaan sarana prasarana, metode belajar yang baik, dan peranan guru. “Dari semua
faktor tersebut guru adalah kompenen yang sangat penting dan perlu mendapatkan sorotan
khusus”6
Artinya, guru memiliki peranan dan pengaruh yang sangat dominan dalam
membentuk karakter siswa, tidak hanya dipengaruhi oleh situasi dan kondisi melainkan
bagaimana seorang guru menjadikan dirinya sebagai model bagi siswa sehingga
pengajarannya, peranannya dapat berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan
karakter siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas permasalahan yang perlu dibahas adalah
“bagaimana cara Guru PAK dalam meningkatkan Karakter dan Spiritual peserta didik
atau remaja pemuda?”
Thomas Lickona. 2012. Pendidikan Karakter. (Bantul: Kreasi Wacana), hlm. xxvi.
5
A. Hasan Saragih. 2008. “Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar”. Jurnal Tabularasa
6