PENYUSUN
YOAN JESSICA HERMAWAN, S.TH
Abstrak
Keterampilan seorang guru agama Kristen menjadi penting karena mereka memiliki tanggung
jawab untuk mendidik dan membimbing peserta didik dalam hal iman, moralitas, dan
spiritualitas. Sebagai seorang guru agama Kristen, mereka tidak hanya mengajarkan materi
akademik tetapi juga memberikan pengetahuan dan nilai-nilai yang dapat membentuk
kehidupan peserta didik. Guru agama Kristen yang efektif harus memiliki pengetahuan kitab
suci, teologi, dan sejarah gereja untuk membekali peserta didik dengan dasar iman Kristen
yang kokoh. Mereka juga harus mampu mengkomunikasikan ide-ide kompleks dengan cara
yang dapat dimengerti oleh peserta didik dari segala usia. Selain mengajar, seorang guru
agama Kristen memainkan peran penting dalam meneladani nilai-nilai dan perilaku Kristen,
seperti cinta, pengampunan, dan kasih sayang. Mereka sering dipandang sebagai pemimpin
spiritual dalam komunitas mereka, dan tindakan serta kata-kata mereka dapat berdampak
besar pada iman dan perkembangan pribadi peserta didik. Secara keseluruhan, keterampilan
seorang guru agama Kristen sangat penting dalam membentuk generasi penerus umat dan
pemimpin Kristen. Pengetahuan, kemampuan mengajar, dan teladan pribadi mereka dapat
mengilhami dan membimbing peserta didik ke arah pemahaman dan penghargaan yang lebih
dalam terhadap iman mereka. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif pendekatan study
pustaka dengan merujuk pada kegiatan membaca, mencari dan mengkaji sumber-sumber
referensi yang terdapat pada pustaka atau kepustakaan. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian
dari proses penelitian atau pengumpulan informasi untuk memahami keterampilan guru PAK
dalam mengelola bina iman di sekolah.
Kata Kunci: Keterampilan, Guru Pendidikan Agama Kristen, Bina Iman, Sekolah
I. Pendahuluan
Di zaman ini, banyak sekali ditemukan fenomena-fenomena yang unik dan melanggar
norma-norma agama khususnya kekristenan. Orang-orang yang dengan mudahnya
meninggalkan iman kepercayaan mereka dengan alasan yang begitu kompleks.1 Tidak hanya
itu saja, banyak juga dikalangan anak muda saat ini yang dengan tidak adanya rasa malu,
mereka berani menyatakan bahwa mereka adalah kaum LGBT dan mereka ingin agar
keberadaan mereka diakui oleh negara. Alasannya adalah, karena mereka berlindung dibawah
Hak Asasi Manusia (HAM) dan undang-undang yang menjamin kebebasan berekspresi baik
dalam pikiran dan sikap yang sesuai dengan hati nurani. Dan undang-undang tersebut tertulis
dalam UUD 1945 Amandemen II, yaitu Pasal 28 E ayat 2.2 Bahkan ada berita terbaru
mengenai fenomena Child Free yang salah satu pendukungnya adalah dari kalangan feminist
yang berkeyakinan bahwa perempuan dengan profesi yang dimilikinya di dunia pekerjaan
berbeda dengan perempuan yang tugasnya adalah mengasuh anak di rumah atau yang biasa
disebut sebagai ibu rumah tangga (IRT).3 Dengan melihat beberapa fenomena yang ada, maka
kegiatan bina iman penting dilakukan di sekolah karena sekolah adalah tempat utama bagi
anak-anak untuk belajar dan mengembangkan diri.
Bina iman adalah upaya untuk membentuk dan memperkuat keyakinan, moral, dan
nilai-nilai keagamaan seseorang. Dengan melakukan kegiatan bina iman di sekolah, peserta
didik akan terbiasa dengan lingkungan yang mendukung pengembangan iman dan spiritualitas
mereka. Selain itu, kegiatan bina iman juga dapat membantu peserta didik mengatasi masalah
emosional dan mental yang mereka hadapi. Bina iman juga dapat membantu peserta didik
membangun keterampilan sosial dan empati. Ketika peserta didik belajar untuk menghargai
dan memahami keyakinan keagamaan orang lain, mereka akan menjadi lebih toleran dan
memahami perbedaan yang ada di antara mereka. Dalam konteks pendidikan, bina iman dapat
membantu peserta didik memahami hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan, serta
mengembangkan sikap kritis dan reflektif terhadap pandangan-pandangan keagamaan dan
etika dalam masyarakat. Agar hal-hal tersebut dapat tercapai, maka guru pendidikan Agama
Kristen perlu memiliki keterampilan dalam memberikan kegiatan bina iman di sekolah. Hal
tersebut bertujuan agar peserta didik mampu memahami segi kehidupan hanya berdasarkan
Alkitab, dan bukan dari buku lainnya. Karna Alkitab merupakan penuntun kehidupan orang
yang percaya kepada Kristus.4
1
Dimas Angga Wahid, Nurchayati, “DINAMIKA PSIKOLOGIS PEMUDA YANG BERPINDAH
AGAMA: SEBUAH STUDI KASUS DESKRIPTIF” Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 8, No. 4 (2021): 1-12.
2
Rizka Noor Hashela, SH, “LGBT dalam Perspektif Hukum Positif” (Pelahari, 2016)
3
Citra Widyasari S, Taufiq Hidayat, “Tinjauan Maslahah Mursalah terhadap Fenomena Childfree”
Jurnal Syariah dan Hukum, Vol. 20, No. 2 (2022): 399-414.
4
Purim Marbun, “Strategi dan Model Pembinaan Rohani Untuk Pendewasaan Iman Jemaat”, Jurnal
Ilmiah Religiosity Entity Humanity, Vol. 2, No. 2 (2020): 151-169.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah studi kualitatif kepustakaan. Dengan
demikian, peneliti akan menggali informasi, membaca buku, dan menggunakan
sumber-sumber literatur yang berhubungan dengan keterampilan guru PAK dalam mengelola
bina iman di sekolah. Selanjutnya penulis melakukan analisis deskriptif mengenai hal-hal apa
saja yang akan diterapkan oleh guru pendidikan agama kristen sebagai bentuk bina iman
kepada peserta didik di sekolah.
5
Dwiati Yulianingsih, Stefanus M.M. Lumban Gaol, “Keterampilan Guru PAK Untuk Meningkatkan
Minat Belajar Murid Dalam Proses Pembelajaran Di Kelas” Jurnal Fidei, Vol. 2, No. 1 (2019): 100-119.
6
Andrianus Nababan, “Pemahaman Guru Pendidikan Agama Kristen tentang Mempersembahkan
Tubuh Roma 12:1-3” Jurnal Teologi “Cultivation”, Vol. 4, No. 1 (2020): 1-12
7
Binus University Faculty oh Humanities, “Keterampilan Mengajar”,
https://pgsd.binus.ac.id/2020/07/06/keterampilan-mengajar/
penting dalam mengajar kelompok kecil atau perseorangan. Tujuannya adalah agar dapat
membangun hubungan yang baik dengan peserta didik, dan memastikan bahwa pesan yang
disampaikan dapat dipahami dengan baik. Khususnya pesan Firman Tuhan yang
benar-benar harus dipahami oleh peserta didik, sehingga mereka dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari mereka.
b. Pemahaman tentang kebutuhan individual: Seorang guru pendidikan agama kristen harus
memiliki pemahaman tentang kebutuhan dan gaya belajar peserta didik yang berbeda.
Seorang guru harus dapat memahami kebutuhan individual peserta didik dan mengajar
dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini dapat mencakup memberikan
dukungan tambahan untuk peserta didik yang membutuhkannya atau memberikan
tantangan tambahan untuk peserta didik yang sudah lebih mahir.
c. Kemampuan merencanakan dan mengelola waktu: Seorang guru pendidikan agama kristen
harus dapat merencanakan dan mengelola waktu dengan efektif. Mereka harus dapat
menentukan tujuan dan sasaran yang jelas dan tepat, serta dapat membuat skala prioritas.
Dengan melakukan hal ini, seorang guru dapat memastikan bahwa peserta didik dapat
memperoleh hasil yang maksimal dalam waktu yang sudah disediakan. Mengapa hal ini
harus dilakukan, tujuannya utamanya adalah agar kegiatan pembelajaran dapat lebih
menghemat waktu lama yang diperlukan untuk pelaksanaan. Hal itu adalah suatu seni
bagaimana seorang guru agama kristen mampu menata, mengorganisasi, menjadwal, dan
mengatur waktu yang telah disediakan untuk tujuan menghasilkan kerja lebih efektif dan
produktif.8
d. Keterampilan memfasilitasi diskusi: Mengajar kelompok kecil atau perseorangan seringkali
melibatkan diskusi. Seorang guru pendidikan agama kristen harus dapat memfasilitasi
diskusi dengan baik, memastikan bahwa semua peserta didik terlibat dan memiliki
kesempatan untuk berbicara. Mereka juga harus dapat mengelola konflik dan menciptakan
lingkungan yang aman dan nyaman untuk diskusi. Dapat menjadi penengah jikalau
mendapati perbedaan pendapat antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya.
e. Kemampuan memberikan umpan balik yang efektif: Seorang guru pendidikan agama
kristen harus mampu memberikan umpan balik yang efektif. Hal tersebut sangat penting
dalam membantu peserta didik meningkatkan keterampilan dan kemampuan mereka.
Seorang guru agama kristen harus dapat memberikan umpan balik yang jelas, spesifik, dan
membangun dan selalu didasari oleh kebenaran Firman Tuhan. Mereka harus juga dapat
memperhatikan perbedaan individu dalam cara menerima umpan balik. Ketepatan
pemberian umpan balik diharapkan dapat membangun minat yang positif dan
meningkatkan hasil belajar khususnya dalam mata pelajaran pendidikan agama kristen.9
f. Kreativitas dalam pengajaran: Seorang guru pendidikan agama kristen harus dapat
memperkenalkan ide-ide dan metode pengajaran yang kreatif dan menarik. Hal ini dapat
8
Antonius Atosökhi Gea, “Time Management: Menggunakan Waktu Secara Efektif dan Efisien” Jurnal
Humaniora, Vol. 5, No. 2 (2014): 777-785
9
Seruni, Nurul Hikmah, “Pemberian Umpan Balik Dalam Meningkatkan Hasil Belajar dan Minat
Belajar Mahasiswa” Jurnal Formatif, Vol. 4, No. 3 (2014): 227-236
membantu siswa tetap terlibat dan termotivasi selama proses belajar mengajar. Kreativitas
dalam pengajaran juga dapat membantu siswa melihat kaitan antara materi yang dipelajari
dengan kehidupan sehari-hari mereka.
10
BAB II, “Kajian tentang Keterampilan Memberi Penguatan Verbal”,
https://eprints.uny.ac.id/9797/2/BAB%202%20-08108241051.pdf
11
Mariam Magdalena, “Melatih Kepercayaan Diri Siswa Dalam Menyatakan Tanggapan Dan Saran
Sederhana Melalui Penguatan Pujian Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia” Jurnal Kajian Bahasa, Sastra dan
Pengajaran, Vol. 1, No. 2 (2018): 237-245
menunjukkan perilaku yang diharapkan, mereka akan lebih termotivasi untuk
melakukannya.
- Pertimbangkan pemberian hadiah atau imbalan yang bersifat kolektif: Hadiah atau
imbalan yang diberikan secara kolektif dapat meningkatkan semangat tim dan
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama. Contohnya, peserta didik dapat diberikan hadiah atau imbalan jika seluruh
kelas berhasil mencapai tujuan tertentu.
- Berikan pujian dan pengakuan: Selain hadiah atau imbalan yang material, memberikan
pujian dan pengakuan kepada peserta didik yang menunjukkan perilaku yang
diharapkan dapat menjadi motivasi yang kuat. Pujian yang tulus dan pengakuan yang
berulang-ulang dapat memperkuat perilaku yang diharapkan dan membantu peserta
didik merasa dihargai.
c. Memberikan perhatian atau waktu untuk mendengarkan atau memperhatikan peserta didik.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memberikan perhatian atau waktu yang
tepat untuk mendengarkan peserta didik yakni;
- Jadwalkan waktu khusus: Buat jadwal khusus untuk berbicara dengan setiap peserta
didik secara individu. Jadwal ini bisa diatur di luar jam pelajaran atau setelah jam
sekolah berakhir. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa setiap peserta didik
memiliki waktu yang cukup untuk berbicara dan mendapatkan perhatian penuh.
- Gunakan teknologi: Ada beberapa alat teknologi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas komunikasi dengan peserta didik, seperti aplikasi chatting,
email, atau video conference. Alat ini dapat memungkinkan guru untuk berkomunikasi
dengan peserta didik di luar kelas, memberikan mereka kesempatan untuk
mengungkapkan pendapat dan kekhawatiran mereka dengan lebih mudah.
- Jadilah pendengar yang aktif: Ketika berbicara dengan peserta didik, pastikan untuk
memperhatikan mereka dengan penuh perhatian. Dengarkan dengan seksama apa yang
mereka katakan, dan berikan umpan balik yang positif. Jangan terlalu banyak bicara
atau mengambil alih percakapan. Beri peserta didik kesempatan untuk berbicara dan
mengekspresikan diri mereka. Mendengarkan secara efektif sangat penting dalam
proses membangun kepercayaan peserta didik kepada guru yang mengajarnya.12
- Buat suasana yang nyaman: Buat suasana yang nyaman dan santai ketika berbicara
dengan peserta didik. Berbicara di ruang kelas atau lingkungan yang formal dan kaku
dapat membuat peserta didik merasa canggung atau tidak nyaman untuk berbicara
dengan guru. Guru dapat mencoba untuk menciptakan suasana yang santai, seperti
mengadakan percakapan di lingkungan yang ramah atau di tempat yang nyaman.
13
Munirah, “Peranan Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa” Jurnal Tarbawi, Vol. 3, No.2
(2018): 111-127
Keterampilan Menjelaskan
Seorang guru pendidikan agama kristen harus memiliki keterampilan dalam menjelaskan
materi pembelajaran serta makna dari Firman Tuhan yang dibaca. Kemampuan menjelaskan
yang dimaksud pada poin ini adalah kemampuan seorang guru pendidikan agama kristen
untuk menyampaikan informasi atau konsep secara jelas, sistematis, dan mudah dipahami
oleh peserta didik. Kemampuan ini dapat diterapkan dalam berbagai konteks, seperti dalam
presentasi, diskusi, sharing Firman Tuhan, atau saat memberikan instruksi kepada peserta
didik.
Keterampilan menjelaskan melibatkan kemampuan seorang guru agama kristen untuk
memilih kata-kata yang tepat, mengatur ide-ide dalam urutan yang logis, menghindari
penggunaan istilah teknis yang sulit dipahami, serta menggunakan contoh yang konkret untuk
memperjelas konsep yang disampaikan. Bila perlu seorang guru agama kristen juga bisa
memberikan kesaksian perjalanan hidupnya bersama Kristus. Selain itu, keterampilan
menjelaskan juga melibatkan kemampuan untuk membaca peserta didik, sehingga guru
agama dapat menyesuaikan gaya penyampaian dan bahasa yang digunakan agar sesuai
dengan tingkat pemahaman dan minat peserta didik.
Keterampilan menjelaskan dalam membina iman peserta didik adalah penyajian
informasi secara lisan yang disusun secara sistematis dengan tujuan agar menunjukkan
adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Guru pendidikan agama kristen dapat
dikatakan memiliki keterampilan menjelaskan dengan baik apabila selalu menjelaskan dengan
cara yang tepat dan tepat pada sasaran yang tentunya disesuaikan dengan gaya belajar peserta
didik.14
Menurut B.S Sidjabat dalam bukunya Mengajar Secara Profesional-Mewujudkan Visi
Guru Profesional, disampaikan bahwa guru yang mengajar dengan hati akan tau bagaimana ia
akan menjelaskan materi yang akan disampaikan. Jadi tidak hanya dengan pikiran yang
dimiliki melainkan menyediakan ruang di hatinya untuk dapat menjelaskan setiap materi
dengan baik. 15 Pastinya guru tersebut akan memikirkan bagaimana cara yang menarik agar
materi dapat tersampaikan dengan baik dan peserta didik memahaminya.
Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan agama kristen untuk
menjadikannya lebih menarik saat menjelaskan materi pembelajaran kepada peserta didik:
a. Menggunakan media presentasi yang menarik: Sebuah presentasi yang menarik seperti
menggunakan gambar, video, atau model dapat membantu siswa memahami konsep yang
diajarkan lebih baik.
14
Yulia Wulandari, Nina Kurniah dan Delrefi D, “KEMAMPUAN GURU DALAM
MELAKSANAKAN KETERAMPILAN MENJELASKAN (Di TK Witri 2 Kota Bengkulu), Jurnal Ilmiah
Potensia, Vol. 3. No. 1 (2018): 49-53
15
B.S Sidjabat, Mengajar Secara Profesional-Mewujudkan Visi Guru Profesional (Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 1993), 228
b. Melibatkan peserta didik: Selalu melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran,
seperti memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan atau
diskusi kelompok yang menarik.
c. Menggunakan cerita atau contoh: Menggunakan cerita atau contoh yang terkait dengan
materi pembelajaran akan membuat peserta didik lebih mudah memahami konsep yang
diajarkan.
d. Menggunakan humor: Menggunakan humor dengan tepat dapat membuat peserta didik
lebih antusias dan bersemangat dalam proses belajar.
e. Menciptakan suasana kelas yang nyaman dan ramah: Menciptakan suasana yang nyaman
dan ramah akan membantu peserta didik merasa lebih santai dan lebih mudah untuk
memahami materi yang diajarkan
f. Menggunakan kecanggihan teknologi: Teknologi dapat digunakan untuk membuat materi
pembelajaran lebih menarik dan interaktif, seperti menggunakan program simulasi atau
game pendidikan.
g. Lakukan pengalaman belajar yang unik: Membuat pengalaman belajar yang unik, seperti
melakukan kunjungan ke tempat yang terkait dengan materi pembelajaran atau
mengundang ahli terkait untuk memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik
dapat membuat materi pembelajaran lebih menarik
IV. Kesimpulan
Sebagai sebuah kesimpulan, keterampilan guru dalam mengelola bina iman di sekolah
sangatlah penting untuk membentuk peserta didik yang memiliki karakter yang baik dan
berkualitas. Guru harus mampu memahami nilai-nilai agama dan moral yang dipegang oleh
peserta didik serta mampu menyampaikan pesan-pesan moral dengan cara yang tepat dan
sesuai dengan konteks lingkungan sekolah. Selain itu, guru juga harus mampu membentuk
hubungan yang baik dengan peserta didik dan membangun lingkungan yang mendukung bagi
pengembangan nilai-nilai agama dan moral.
Keterampilan guru dalam mengelola bina iman juga mencakup kemampuan untuk
merancang dan mengembangkan program-program pendidikan yang mendukung
pengembangan nilai-nilai agama dan moral peserta didik. Guru harus mampu menyusun
materi-materi pembelajaran yang relevan dengan konteks lingkungan sekolah serta dapat
mengembangkan metode pengajaran yang efektif dan menarik bagi peserta didik.
Keterampilan komunikasi yang baik juga penting bagi guru pendidikan agama kristen
dalam mengelola bina iman di sekolah, termasuk kemampuan untuk mendengarkan dengan
baik dan memberikan umpan balik yang konstruktif kepada peserta didik.
Dalam mengelola bina iman di sekolah, guru juga harus mampu bekerja sama dengan para
orang tua dan komunitas untuk memastikan bahwa nilai-nilai agama dan moral yang diajarkan
di sekolah juga diterapkan di lingkungan rumah dan masyarakat. Dengan demikian, guru
dapat membantu membentuk peserta didik yang memiliki karakter yang baik dan berkualitas
serta mampu memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitarnya.
Dokumentasi
2. Sharing bersama
3. Saling Mendoakan
Referensi
Gea, Antonius Atosökhi, “Time Management: Menggunakan Waktu Secara Efektif dan
Efisien” Jurnal Humaniora, Vol. 5, No. 2 (2014)
Hashela, Rizka Noor, SH, “LGBT dalam Perspektif Hukum Positif” (Pelahari, 2016)
Magdalena, Mariam, “Melatih Kepercayaan Diri Siswa Dalam Menyatakan Tanggapan Dan
Saran Sederhana Melalui Penguatan Pujian Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia” Jurnal
Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran, Vol. 1, No. 2 (2018)
Marbun, Purim, “Strategi dan Model Pembinaan Rohani Untuk Pendewasaan Iman Jemaat”,
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity, Vol. 2, No. 2 (2020)
Munirah, “Peranan Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa” Jurnal Tarbawi, Vol. 3,
No.2 (2018)
Seruni, Nurul Hikmah, “Pemberian Umpan Balik Dalam Meningkatkan Hasil Belajar dan
Minat Belajar Mahasiswa” Jurnal Formatif, Vol. 4, No. 3 (2014)
Yulianingsih, Dwiati, Stefanus M.M. Lumban Gaol, “Keterampilan Guru PAK Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Murid Dalam Proses Pembelajaran Di Kelas” Jurnal Fidei, Vol.
2, No. 1 (2019)