Anda di halaman 1dari 13

PORTOFOLIO GURU 

KETERAMPILAN GURU PAK DALAM


MENGELOLA BINA IMAN DI SMP CITRA BERKAT
CITRA INDAH KABUPATEN BOGOR

PENYUSUN
YOAN JESSICA HERMAWAN, S.TH

SMP CITRA BERKAT – CITRA INDAH


2022/2023
Abstract
The skills of a Christian religion teacher are important because they have the responsibility to
educate and guide students in matters of faith, morality, and spirituality. As a Christian
religion teacher, they not only prohibit academic material but also provide knowledge and
values ​that can shape students' lives. An effective Christian religion teacher must have
knowledge of scripture, theology, and church history to equip students with a solid foundation
of Christian faith. They must also be able to communicate complex ideas in a way that
students of all ages can understand. Apart from teaching, a Christian religion teacher plays
an important role in modelling Christian values ​and behaviours, such as love, forgiveness,
and compassion. They are often seen as spiritual leaders in their communities, and their
actions and words can have a profound impact on a student's faith and personal development.
Overall, the skills of a Christian religion teacher are very important in shaping the next
generation of Christian believers and leaders. Their knowledge, teaching ability, and personal
example can inspire and guide students toward a deeper understanding and appreciation of
their faith. This paper uses a qualitative approach to literature study with reference to reading
activities, searching for and studying reference sources found in libraries or libraries. This
activity is carried out as part of a research process or gathering information to understand
the skills of PAK teachers in managing faith development in schools.

Keywords: Skills, Christian Religious Education Teacher, Faith Building, School

Abstrak
Keterampilan seorang guru agama Kristen menjadi penting karena mereka memiliki tanggung
jawab untuk mendidik dan membimbing peserta didik dalam hal iman, moralitas, dan
spiritualitas. Sebagai seorang guru agama Kristen, mereka tidak hanya mengajarkan materi
akademik tetapi juga memberikan pengetahuan dan nilai-nilai yang dapat membentuk
kehidupan peserta didik. Guru agama Kristen yang efektif harus memiliki pengetahuan kitab
suci, teologi, dan sejarah gereja untuk membekali peserta didik dengan dasar iman Kristen
yang kokoh. Mereka juga harus mampu mengkomunikasikan ide-ide kompleks dengan cara
yang dapat dimengerti oleh peserta didik dari segala usia. Selain mengajar, seorang guru
agama Kristen memainkan peran penting dalam meneladani nilai-nilai dan perilaku Kristen,
seperti cinta, pengampunan, dan kasih sayang. Mereka sering dipandang sebagai pemimpin
spiritual dalam komunitas mereka, dan tindakan serta kata-kata mereka dapat berdampak
besar pada iman dan perkembangan pribadi peserta didik. Secara keseluruhan, keterampilan
seorang guru agama Kristen sangat penting dalam membentuk generasi penerus umat dan
pemimpin Kristen. Pengetahuan, kemampuan mengajar, dan teladan pribadi mereka dapat
mengilhami dan membimbing peserta didik ke arah pemahaman dan penghargaan yang lebih
dalam terhadap iman mereka. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif pendekatan study
pustaka dengan merujuk pada kegiatan membaca, mencari dan mengkaji sumber-sumber
referensi yang terdapat pada pustaka atau kepustakaan. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian
dari proses penelitian atau pengumpulan informasi untuk memahami keterampilan guru PAK
dalam mengelola bina iman di sekolah.

Kata Kunci: Keterampilan, Guru Pendidikan Agama Kristen, Bina Iman, Sekolah
I. Pendahuluan
Di zaman ini, banyak sekali ditemukan fenomena-fenomena yang unik dan melanggar
norma-norma agama khususnya kekristenan. Orang-orang yang dengan mudahnya
meninggalkan iman kepercayaan mereka dengan alasan yang begitu kompleks.1 Tidak hanya
itu saja, banyak juga dikalangan anak muda saat ini yang dengan tidak adanya rasa malu,
mereka berani menyatakan bahwa mereka adalah kaum LGBT dan mereka ingin agar
keberadaan mereka diakui oleh negara. Alasannya adalah, karena mereka berlindung dibawah
Hak Asasi Manusia (HAM) dan undang-undang yang menjamin kebebasan berekspresi baik
dalam pikiran dan sikap yang sesuai dengan hati nurani. Dan undang-undang tersebut tertulis
dalam UUD 1945 Amandemen II, yaitu Pasal 28 E ayat 2.2 Bahkan ada berita terbaru
mengenai fenomena Child Free yang salah satu pendukungnya adalah dari kalangan feminist
yang berkeyakinan bahwa perempuan dengan profesi yang dimilikinya di dunia pekerjaan
berbeda dengan perempuan yang tugasnya adalah mengasuh anak di rumah atau yang biasa
disebut sebagai ibu rumah tangga (IRT).3 Dengan melihat beberapa fenomena yang ada, maka
kegiatan bina iman penting dilakukan di sekolah karena sekolah adalah tempat utama bagi
anak-anak untuk belajar dan mengembangkan diri.
Bina iman adalah upaya untuk membentuk dan memperkuat keyakinan, moral, dan
nilai-nilai keagamaan seseorang. Dengan melakukan kegiatan bina iman di sekolah, peserta
didik akan terbiasa dengan lingkungan yang mendukung pengembangan iman dan spiritualitas
mereka. Selain itu, kegiatan bina iman juga dapat membantu peserta didik mengatasi masalah
emosional dan mental yang mereka hadapi. Bina iman juga dapat membantu peserta didik
membangun keterampilan sosial dan empati. Ketika peserta didik belajar untuk menghargai
dan memahami keyakinan keagamaan orang lain, mereka akan menjadi lebih toleran dan
memahami perbedaan yang ada di antara mereka. Dalam konteks pendidikan, bina iman dapat
membantu peserta didik memahami hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan, serta
mengembangkan sikap kritis dan reflektif terhadap pandangan-pandangan keagamaan dan
etika dalam masyarakat. Agar hal-hal tersebut dapat tercapai, maka guru pendidikan Agama
Kristen perlu memiliki keterampilan dalam memberikan kegiatan bina iman di sekolah. Hal
tersebut bertujuan agar peserta didik mampu memahami segi kehidupan hanya berdasarkan
Alkitab, dan bukan dari buku lainnya. Karna Alkitab merupakan penuntun kehidupan orang
yang percaya kepada Kristus.4

II. Metode Penelitian

1
Dimas Angga Wahid, Nurchayati, “DINAMIKA PSIKOLOGIS PEMUDA YANG BERPINDAH
AGAMA: SEBUAH STUDI KASUS DESKRIPTIF” Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 8, No. 4 (2021): 1-12.
2
Rizka Noor Hashela, SH, “LGBT dalam Perspektif Hukum Positif” (Pelahari, 2016)
3
Citra Widyasari S, Taufiq Hidayat, “Tinjauan Maslahah Mursalah terhadap Fenomena Childfree”
Jurnal Syariah dan Hukum, Vol. 20, No. 2 (2022): 399-414.
4
Purim Marbun, “Strategi dan Model Pembinaan Rohani Untuk Pendewasaan Iman Jemaat”, Jurnal
Ilmiah Religiosity Entity Humanity, Vol. 2, No. 2 (2020): 151-169.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah studi kualitatif kepustakaan. Dengan
demikian, peneliti akan menggali informasi, membaca buku, dan menggunakan
sumber-sumber literatur yang berhubungan dengan keterampilan guru PAK dalam mengelola
bina iman di sekolah. Selanjutnya penulis melakukan analisis deskriptif mengenai hal-hal apa
saja yang akan diterapkan oleh guru pendidikan agama kristen sebagai bentuk bina iman
kepada peserta didik di sekolah.

III. Hasil dan Pembahasan


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (online), makna keterampilan adalah kecakapan
seseorang untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan. Keterampilan yang dimaksud
adalah keterampilan yang menggunakan kemampuan untuk menggunakan akal pikiran
manusia dan menghasilkan ide-ide cemerlang serta kreatif dalam mengerjakan sebuah
tanggung jawab yang diberikan. Tidak hanya hal itu saja, ia juga mampu mengubah ataupun
membuat sesuatu menjadi lebih baik dan bermakna dari sebelumnya.5 Keterampilan seorang
guru dalam membina iman peserta didik merupakan hal yang harus dimiliki oleh guru agama
kristen. Mengapa demikian, karena pada hakikatnya guru pendidikan agama kristen
merupakan seorang pendidik yang memberikan ilmu pengetahuan tentang kekristenan dan
Alkitab merupakan landasannya, Yesus Kristus sebagai pusatnya, dan guru tersebut senantiasa
bergantung penuh kepada Roh Kudus untuk dapat mengajarkannya kepada peserta didik
dalam kegiatan belajar- mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas.6 Dan hal tersebut tidak
mudah untuk dilakukan, jika guru tersebut tidak memiliki keterampilan.
Adapun keterampilan yang harus diterapkan oleh seorang guru pendidikan agama kristen
dalam mengelola bina iman peserta didik di sekolah adalah sebagai berikut:

Keterampilan Dalam Mengajar Kelompok Kecil Maupun Perseorangan


Tidak mudah seorang guru pendidikan agama kristen dapat membangun hubungan yang
akrab dengan peserta didik. Perlu usaha dan keterampilan yang dilakukan oleh guru tersebut.
Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah dengan mengajar kelompok kecil maupun
perseorangan. Jumlah untuk kelompok kecil berkisar 6-8 orang sedangkan perseorangan hanya
1 orang saja. Disini, guru harus mengembangkan kompetensi sosial maupun kompetensi
pribadi. Karena, dengan situasi seperti ini, peserta didik akan merasa lebih nyaman belajar
karena fokus gurunya tidak ke banyak peserta didik, melainkan hanya beberapa orang saja.7
Beberapa keterampilan yang penting untuk guru pendidikan agama kristen miliki dan terapkan
dalam mengajar kelompok kecil maupun perseorangan antara lain:
a. Komunikasi yang efektif: Seorang guru pendidikan agama kristen harus memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas, ramah, dan mudah dimengerti adalah sangat

5
Dwiati Yulianingsih, Stefanus M.M. Lumban Gaol, “Keterampilan Guru PAK Untuk Meningkatkan
Minat Belajar Murid Dalam Proses Pembelajaran Di Kelas” Jurnal Fidei, Vol. 2, No. 1 (2019): 100-119.
6
Andrianus Nababan, “Pemahaman Guru Pendidikan Agama Kristen tentang Mempersembahkan
Tubuh Roma 12:1-3” Jurnal Teologi “Cultivation”, Vol. 4, No. 1 (2020): 1-12
7
Binus University Faculty oh Humanities, “Keterampilan Mengajar”,
https://pgsd.binus.ac.id/2020/07/06/keterampilan-mengajar/
penting dalam mengajar kelompok kecil atau perseorangan. Tujuannya adalah agar dapat
membangun hubungan yang baik dengan peserta didik, dan memastikan bahwa pesan yang
disampaikan dapat dipahami dengan baik. Khususnya pesan Firman Tuhan yang
benar-benar harus dipahami oleh peserta didik, sehingga mereka dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari mereka.
b. Pemahaman tentang kebutuhan individual: Seorang guru pendidikan agama kristen harus
memiliki pemahaman tentang kebutuhan dan gaya belajar peserta didik yang berbeda.
Seorang guru harus dapat memahami kebutuhan individual peserta didik dan mengajar
dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini dapat mencakup memberikan
dukungan tambahan untuk peserta didik yang membutuhkannya atau memberikan
tantangan tambahan untuk peserta didik yang sudah lebih mahir.
c. Kemampuan merencanakan dan mengelola waktu: Seorang guru pendidikan agama kristen
harus dapat merencanakan dan mengelola waktu dengan efektif. Mereka harus dapat
menentukan tujuan dan sasaran yang jelas dan tepat, serta dapat membuat skala prioritas.
Dengan melakukan hal ini, seorang guru dapat memastikan bahwa peserta didik dapat
memperoleh hasil yang maksimal dalam waktu yang sudah disediakan. Mengapa hal ini
harus dilakukan, tujuannya utamanya adalah agar kegiatan pembelajaran dapat lebih
menghemat waktu lama yang diperlukan untuk pelaksanaan. Hal itu adalah suatu seni
bagaimana seorang guru agama kristen mampu menata, mengorganisasi, menjadwal, dan
mengatur waktu yang telah disediakan untuk tujuan menghasilkan kerja lebih efektif dan
produktif.8
d. Keterampilan memfasilitasi diskusi: Mengajar kelompok kecil atau perseorangan seringkali
melibatkan diskusi. Seorang guru pendidikan agama kristen harus dapat memfasilitasi
diskusi dengan baik, memastikan bahwa semua peserta didik terlibat dan memiliki
kesempatan untuk berbicara. Mereka juga harus dapat mengelola konflik dan menciptakan
lingkungan yang aman dan nyaman untuk diskusi. Dapat menjadi penengah jikalau
mendapati perbedaan pendapat antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya.
e. Kemampuan memberikan umpan balik yang efektif: Seorang guru pendidikan agama
kristen harus mampu memberikan umpan balik yang efektif. Hal tersebut sangat penting
dalam membantu peserta didik meningkatkan keterampilan dan kemampuan mereka.
Seorang guru agama kristen harus dapat memberikan umpan balik yang jelas, spesifik, dan
membangun dan selalu didasari oleh kebenaran Firman Tuhan. Mereka harus juga dapat
memperhatikan perbedaan individu dalam cara menerima umpan balik. Ketepatan
pemberian umpan balik diharapkan dapat membangun minat yang positif dan
meningkatkan hasil belajar khususnya dalam mata pelajaran pendidikan agama kristen.9
f. Kreativitas dalam pengajaran: Seorang guru pendidikan agama kristen harus dapat
memperkenalkan ide-ide dan metode pengajaran yang kreatif dan menarik. Hal ini dapat

8
Antonius Atosökhi Gea, “Time Management: Menggunakan Waktu Secara Efektif dan Efisien” Jurnal
Humaniora, Vol. 5, No. 2 (2014): 777-785
9
Seruni, Nurul Hikmah, “Pemberian Umpan Balik Dalam Meningkatkan Hasil Belajar dan Minat
Belajar Mahasiswa” Jurnal Formatif, Vol. 4, No. 3 (2014): 227-236
membantu siswa tetap terlibat dan termotivasi selama proses belajar mengajar. Kreativitas
dalam pengajaran juga dapat membantu siswa melihat kaitan antara materi yang dipelajari
dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Keterampilan Dalam Memberikan Penguatan


Seorang guru pendidikan agama kristen harus memiliki keterampilan dalam memberikan
penguatan (reinforcement). Ada kalanya peserta didik mulai merasakan bosan atau jenuh
dengan pembelajaran yang diberikan, sehingga mereka mulai enggan untuk mengikuti
pembelajaran. Hal tersebut dapat terlihat dengan cara bagaimana peserta didik merespon
pembelajaran yang berlangsung. Disinilah peran guru agama kristen sangat dibutuhkan. Guru
dapat memberikan challenge kepada peserta didik, jika mereka dapat mengatasi rasa bosan
tersebut dengan solusi yang mereka temukan, dan tentunya dengan bimbingan guru dan Firman
Tuhan menjadi landasannya. Keterampilan memberikan penguatan yang dimaksud pada poin
ini adalah kemampuan untuk memberikan umpan balik positif atau hadiah sebagai respons atas
perilaku yang diinginkan oleh guru untuk peserta didik lakukan. Keterampilan ini sangat
penting dalam membentuk dan memperkuat perilaku yang positif.10 Hal tersebut dapat dilakuan
oleh guru pendidikan agama kristen dengan cara:
a. Memberikan pujian dan memberikan ucapan terima kasih atau penghargaan atas suatu
tindakan atau pencapaian yang dilakukan oleh peserta didik dengan baik. Memberikan
pujian kepada peserta didik dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal.11
b. Memberikan hadiah atau imbalan atas perilaku yang diharapkan. Memberikan hadiah atau
imbalan atas perilaku peserta didik yang diharapkan dapat memberikan motivasi tambahan
bagi peserta didik untuk melakukan tindakan yang positif dan mendukung pembelajaran
mereka. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu guru pendidikan agama kristen
memberikan hadiah atau imbalan yang efektif yakni;
- Jelaskan secara jelas perilaku yang diharapkan: Pastikan peserta didik memahami
dengan jelas perilaku yang diharapkan sebelum memberikan hadiah atau imbalan.
Contohnya, jika guru ingin mendorong peserta didik untuk lebih rajin berpartisipasi
dalam diskusi kelas, jelaskan dengan jelas apa yang dianggap sebagai partisipasi aktif.
- Pilih hadiah atau imbalan yang sesuai: Pilih hadiah atau imbalan yang sesuai dengan
usia dan minat peserta didik. Hadiah atau imbalan yang menarik dapat meningkatkan
motivasi dan partisipasi peserta didik. Contohnya, untuk peserta didik yang suka
membaca, hadiahkan buku yang sesuai dengan minat mereka.
- Berikan hadiah atau imbalan secara konsisten: Berikan hadiah atau imbalan secara
konsisten untuk memperkuat perilaku yang diharapkan. Ketika peserta didik tahu
bahwa mereka akan mendapatkan hadiah atau imbalan yang sama setiap kali mereka

10
BAB II, “Kajian tentang Keterampilan Memberi Penguatan Verbal”,
https://eprints.uny.ac.id/9797/2/BAB%202%20-08108241051.pdf
11
Mariam Magdalena, “Melatih Kepercayaan Diri Siswa Dalam Menyatakan Tanggapan Dan Saran
Sederhana Melalui Penguatan Pujian Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia” Jurnal Kajian Bahasa, Sastra dan
Pengajaran, Vol. 1, No. 2 (2018): 237-245
menunjukkan perilaku yang diharapkan, mereka akan lebih termotivasi untuk
melakukannya.
- Pertimbangkan pemberian hadiah atau imbalan yang bersifat kolektif: Hadiah atau
imbalan yang diberikan secara kolektif dapat meningkatkan semangat tim dan
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama. Contohnya, peserta didik dapat diberikan hadiah atau imbalan jika seluruh
kelas berhasil mencapai tujuan tertentu.
- Berikan pujian dan pengakuan: Selain hadiah atau imbalan yang material, memberikan
pujian dan pengakuan kepada peserta didik yang menunjukkan perilaku yang
diharapkan dapat menjadi motivasi yang kuat. Pujian yang tulus dan pengakuan yang
berulang-ulang dapat memperkuat perilaku yang diharapkan dan membantu peserta
didik merasa dihargai.
c. Memberikan perhatian atau waktu untuk mendengarkan atau memperhatikan peserta didik.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memberikan perhatian atau waktu yang
tepat untuk mendengarkan peserta didik yakni;
- Jadwalkan waktu khusus: Buat jadwal khusus untuk berbicara dengan setiap peserta
didik secara individu. Jadwal ini bisa diatur di luar jam pelajaran atau setelah jam
sekolah berakhir. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa setiap peserta didik
memiliki waktu yang cukup untuk berbicara dan mendapatkan perhatian penuh.
- Gunakan teknologi: Ada beberapa alat teknologi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas komunikasi dengan peserta didik, seperti aplikasi chatting,
email, atau video conference. Alat ini dapat memungkinkan guru untuk berkomunikasi
dengan peserta didik di luar kelas, memberikan mereka kesempatan untuk
mengungkapkan pendapat dan kekhawatiran mereka dengan lebih mudah.
- Jadilah pendengar yang aktif: Ketika berbicara dengan peserta didik, pastikan untuk
memperhatikan mereka dengan penuh perhatian. Dengarkan dengan seksama apa yang
mereka katakan, dan berikan umpan balik yang positif. Jangan terlalu banyak bicara
atau mengambil alih percakapan. Beri peserta didik kesempatan untuk berbicara dan
mengekspresikan diri mereka. Mendengarkan secara efektif sangat penting dalam
proses membangun kepercayaan peserta didik kepada guru yang mengajarnya.12
- Buat suasana yang nyaman: Buat suasana yang nyaman dan santai ketika berbicara
dengan peserta didik. Berbicara di ruang kelas atau lingkungan yang formal dan kaku
dapat membuat peserta didik merasa canggung atau tidak nyaman untuk berbicara
dengan guru. Guru dapat mencoba untuk menciptakan suasana yang santai, seperti
mengadakan percakapan di lingkungan yang ramah atau di tempat yang nyaman.

Keterampilan Dalam Memberikan Pertanyaan


Seorang guru pendidikan agama kristen yang efektif harus memiliki keterampilan
bertanya yang baik untuk membantu peserta didik memahami materi dan mengembangkan
12
Ambar Wulan Sari, “Pentingnya Ketrampilan Mendengar Dalam Menciptakan Komunikasi Yang
Efektif” Jurnal EduTech, Vol. 2, No. 1 (2016): 1-10
pemikiran mereka. Beberapa keterampilan bertanya yang dimiliki oleh seorang guru yang
efektif antara lain:
a. Bertanya dengan tujuan yang jelas: Seorang guru harus memiliki tujuan yang jelas ketika
dia bertanya, sehingga peserta didik dapat memahami apa yang diharapkan dari mereka.
Guru harus bertanya dengan tujuan yang jelas karena hal tersebut dapat membantu proses
belajar mengajar menjadi lebih efektif. Berikut adalah beberapa alasan mengapa guru harus
bertanya dengan tujuan yang jelas:
- Memfasilitasi pemahaman peserta didik: Dengan bertanya dengan tujuan yang jelas,
guru dapat membantu peserta didik memahami materi dengan lebih baik. Pertanyaan
yang tepat dan bermakna dapat membantu siswa untuk merenungkan kembali materi
yang telah dipelajari dan memperkuat pemahaman mereka.
- Memotivasi peserta didik: Pertanyaan yang ditanyakan dengan tujuan yang jelas dapat
memberikan motivasi bagi peserta didik. Dengan merespon pertanyaan guru, peserta
didik merasa bahwa mereka telah memperoleh pemahaman yang cukup tentang materi
yang dipelajari dan memotivasi mereka untuk belajar lebih lanjut.
- Membantu mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik: Seorang guru pendidikan
agama kristen tidak jarang menemukan kesulitan belajar pada diri peserta didik. Hal
tersebut merupakan tanggung jawab yang harus segera diatasi. Kesulitan belajar adalah
kondisi dimana peserta didik tidak mampu memenuhi tuntutan sebagai seorang peserta
didik. Sehingga hasil yang didapatkan pun tidak sesuai dengan harapan.13 Dengan
bertanya dengan tujuan yang jelas, guru dapat mengidentifikasi kesulitan belajar
peserta didik. Dengan memahami kesulitan yang dialami peserta didik, guru dapat
memperbaiki proses belajar mengajar dan membantu peserta didik untuk memahami
materi dengan lebih baik.
- Meningkatkan interaksi kelas: Pertanyaan yang ditanyakan dengan tujuan yang jelas
dapat meningkatkan interaksi kelas. Peserta didik dapat berinteraksi dengan guru dan
sesama peserta didik untuk membahas materi yang dipelajari, memperluas wawasan,
dan memperkuat pemahaman
b. Mengajukan pertanyaan terbuka: Pertanyaan terbuka memberi kesempatan bagi peserta
didik untuk berpikir secara kritis dan kreatif, dan memberikan jawaban yang lebih panjang
dan lebih terperinci
c. Mengajukan pertanyaan spesifik: Pertanyaan yang spesifik memungkinkan peserta didik
untuk fokus pada topik tertentu dan membantu mereka memahami materi dengan lebih
baik
d. Mengajukan pertanyaan berkelanjutan: Pertanyaan berkelanjutan membantu peserta didik
untuk berpikir secara mendalam tentang suatu topik dan mengembangkan pemahaman
yang lebih dalam

13
Munirah, “Peranan Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa” Jurnal Tarbawi, Vol. 3, No.2
(2018): 111-127
Keterampilan Menjelaskan
Seorang guru pendidikan agama kristen harus memiliki keterampilan dalam menjelaskan
materi pembelajaran serta makna dari Firman Tuhan yang dibaca. Kemampuan menjelaskan
yang dimaksud pada poin ini adalah kemampuan seorang guru pendidikan agama kristen
untuk menyampaikan informasi atau konsep secara jelas, sistematis, dan mudah dipahami
oleh peserta didik. Kemampuan ini dapat diterapkan dalam berbagai konteks, seperti dalam
presentasi, diskusi, sharing Firman Tuhan, atau saat memberikan instruksi kepada peserta
didik.
Keterampilan menjelaskan melibatkan kemampuan seorang guru agama kristen untuk
memilih kata-kata yang tepat, mengatur ide-ide dalam urutan yang logis, menghindari
penggunaan istilah teknis yang sulit dipahami, serta menggunakan contoh yang konkret untuk
memperjelas konsep yang disampaikan. Bila perlu seorang guru agama kristen juga bisa
memberikan kesaksian perjalanan hidupnya bersama Kristus. Selain itu, keterampilan
menjelaskan juga melibatkan kemampuan untuk membaca peserta didik, sehingga guru
agama dapat menyesuaikan gaya penyampaian dan bahasa yang digunakan agar sesuai
dengan tingkat pemahaman dan minat peserta didik.
Keterampilan menjelaskan dalam membina iman peserta didik adalah penyajian
informasi secara lisan yang disusun secara sistematis dengan tujuan agar menunjukkan
adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Guru pendidikan agama kristen dapat
dikatakan memiliki keterampilan menjelaskan dengan baik apabila selalu menjelaskan dengan
cara yang tepat dan tepat pada sasaran yang tentunya disesuaikan dengan gaya belajar peserta
didik.14
Menurut B.S Sidjabat dalam bukunya Mengajar Secara Profesional-Mewujudkan Visi
Guru Profesional, disampaikan bahwa guru yang mengajar dengan hati akan tau bagaimana ia
akan menjelaskan materi yang akan disampaikan. Jadi tidak hanya dengan pikiran yang
dimiliki melainkan menyediakan ruang di hatinya untuk dapat menjelaskan setiap materi
dengan baik. 15 Pastinya guru tersebut akan memikirkan bagaimana cara yang menarik agar
materi dapat tersampaikan dengan baik dan peserta didik memahaminya.
Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan agama kristen untuk
menjadikannya lebih menarik saat menjelaskan materi pembelajaran kepada peserta didik:
a. Menggunakan media presentasi yang menarik: Sebuah presentasi yang menarik seperti
menggunakan gambar, video, atau model dapat membantu siswa memahami konsep yang
diajarkan lebih baik.

14
Yulia Wulandari, Nina Kurniah dan Delrefi D, “KEMAMPUAN GURU DALAM
MELAKSANAKAN KETERAMPILAN MENJELASKAN (Di TK Witri 2 Kota Bengkulu), Jurnal Ilmiah
Potensia, Vol. 3. No. 1 (2018): 49-53
15
B.S Sidjabat, Mengajar Secara Profesional-Mewujudkan Visi Guru Profesional (Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 1993), 228
b. Melibatkan peserta didik: Selalu melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran,
seperti memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan atau
diskusi kelompok yang menarik.
c. Menggunakan cerita atau contoh: Menggunakan cerita atau contoh yang terkait dengan
materi pembelajaran akan membuat peserta didik lebih mudah memahami konsep yang
diajarkan.
d. Menggunakan humor: Menggunakan humor dengan tepat dapat membuat peserta didik
lebih antusias dan bersemangat dalam proses belajar.
e. Menciptakan suasana kelas yang nyaman dan ramah: Menciptakan suasana yang nyaman
dan ramah akan membantu peserta didik merasa lebih santai dan lebih mudah untuk
memahami materi yang diajarkan
f. Menggunakan kecanggihan teknologi: Teknologi dapat digunakan untuk membuat materi
pembelajaran lebih menarik dan interaktif, seperti menggunakan program simulasi atau
game pendidikan.
g. Lakukan pengalaman belajar yang unik: Membuat pengalaman belajar yang unik, seperti
melakukan kunjungan ke tempat yang terkait dengan materi pembelajaran atau
mengundang ahli terkait untuk memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik
dapat membuat materi pembelajaran lebih menarik

IV. Kesimpulan
Sebagai sebuah kesimpulan, keterampilan guru dalam mengelola bina iman di sekolah
sangatlah penting untuk membentuk peserta didik yang memiliki karakter yang baik dan
berkualitas. Guru harus mampu memahami nilai-nilai agama dan moral yang dipegang oleh
peserta didik serta mampu menyampaikan pesan-pesan moral dengan cara yang tepat dan
sesuai dengan konteks lingkungan sekolah. Selain itu, guru juga harus mampu membentuk
hubungan yang baik dengan peserta didik dan membangun lingkungan yang mendukung bagi
pengembangan nilai-nilai agama dan moral.
Keterampilan guru dalam mengelola bina iman juga mencakup kemampuan untuk
merancang dan mengembangkan program-program pendidikan yang mendukung
pengembangan nilai-nilai agama dan moral peserta didik. Guru harus mampu menyusun
materi-materi pembelajaran yang relevan dengan konteks lingkungan sekolah serta dapat
mengembangkan metode pengajaran yang efektif dan menarik bagi peserta didik.
Keterampilan komunikasi yang baik juga penting bagi guru pendidikan agama kristen
dalam mengelola bina iman di sekolah, termasuk kemampuan untuk mendengarkan dengan
baik dan memberikan umpan balik yang konstruktif kepada peserta didik.
Dalam mengelola bina iman di sekolah, guru juga harus mampu bekerja sama dengan para
orang tua dan komunitas untuk memastikan bahwa nilai-nilai agama dan moral yang diajarkan
di sekolah juga diterapkan di lingkungan rumah dan masyarakat. Dengan demikian, guru
dapat membantu membentuk peserta didik yang memiliki karakter yang baik dan berkualitas
serta mampu memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitarnya.
Dokumentasi

1. Mengekspresikan diri melalui musik pujian

2. Sharing bersama

3. Saling Mendoakan
Referensi

BAB II, “Kajian tentang Keterampilan Memberi Penguatan Verbal”,


https://eprints.uny.ac.id/9797/2/BAB%202%20-08108241051.pdf

Binus University Faculty oh Humanities, “Keterampilan Mengajar”,


https://pgsd.binus.ac.id/2020/07/06/keterampilan-mengajar/

Gea, Antonius Atosökhi, “Time Management: Menggunakan Waktu Secara Efektif dan
Efisien” Jurnal Humaniora, Vol. 5, No. 2 (2014)

Hashela, Rizka Noor, SH, “LGBT dalam Perspektif Hukum Positif” (Pelahari, 2016)

Magdalena, Mariam, “Melatih Kepercayaan Diri Siswa Dalam Menyatakan Tanggapan Dan
Saran Sederhana Melalui Penguatan Pujian Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia” Jurnal
Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran, Vol. 1, No. 2 (2018)

Marbun, Purim, “Strategi dan Model Pembinaan Rohani Untuk Pendewasaan Iman Jemaat”,
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity, Vol. 2, No. 2 (2020)

Munirah, “Peranan Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa” Jurnal Tarbawi, Vol. 3,
No.2 (2018)

Nababan, Andrianus, “Pemahaman Guru Pendidikan Agama Kristen tentang


Mempersembahkan Tubuh Roma 12:1-3” Jurnal Teologi “Cultivation”, Vol. 4, No. 1 (2020)

Seruni, Nurul Hikmah, “Pemberian Umpan Balik Dalam Meningkatkan Hasil Belajar dan
Minat Belajar Mahasiswa” Jurnal Formatif, Vol. 4, No. 3 (2014)

Sidjabat, B.S. Mengajar Secara Profesional-Mewujudkan Visi Guru Profesional. Bandung:


Yayasan Kalam Hidup, 1993.

Wahid, Dimas Angga, Nurchayati, “DINAMIKA PSIKOLOGIS PEMUDA YANG


BERPINDAH AGAMA: SEBUAH STUDI KASUS DESKRIPTIF” Jurnal Penelitian
Psikologi, Vol. 8, No. 4 (2021)

Widyasari S, Citra, Taufiq Hidayat, “Tinjauan Maslahah Mursalah terhadap Fenomena


Childfree” Jurnal Syariah dan Hukum, Vol. 20, No. 2 (2022)

Wulandari, Yulia, Nina Kurniah dan Delrefi D, “KEMAMPUAN GURU DALAM


MELAKSANAKAN KETERAMPILAN MENJELASKAN (Di TK Witri 2 Kota Bengkulu),
Jurnal Ilmiah Potensia, Vol. 3. No. 1 (2018)

Wulan Sari, Ambar, “Pentingnya Ketrampilan Mendengar Dalam Menciptakan Komunikasi


Yang Efektif” Jurnal EduTech, Vol. 2, No. 1 (2016)

Yulianingsih, Dwiati, Stefanus M.M. Lumban Gaol, “Keterampilan Guru PAK Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Murid Dalam Proses Pembelajaran Di Kelas” Jurnal Fidei, Vol.
2, No. 1 (2019)

Anda mungkin juga menyukai