Anda di halaman 1dari 36

SILABUS MATA PELAJARAN

SEKOLAH MENENGAH ATAS


(SMA)

MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

JAKARTA, 2016DAFTAR ISI


DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN
A. Rasional

i
1
1

B. Kompetensi Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti di

Pendidikan Dasar dan Menengah


C. Kompetensi Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti di

Sekolah Menengah Pertama


D. Kerangka Pengembangan Kurikulum
E. Pembelajaran dan Penilaian

5
5
10

F. Kontekstualisasi Pembelajaran Sesuai dengan Kondisi

Lingkungan dan Peserta Didik


II.

KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN, DAN KEGIATAN


PEMBELAJARAN
A. Kelas VII

20
23
23

B. Kelas VIII

27

C. Kelas IX

27

PENDAHULUAN

A Rasional

Pada hakikatnya pengembangan Kurikulum 2013 adalah upaya yang


dilakukan melalui salah satu elemen pendidikan, yaitu kurikulum untuk
memperbaiki kualitas hidup dan kondisi sosial bangsa Indonesia secara
lebih luas. Jadi, pengembangan kurikulum 2013 tidak hanya berkaitan
dengan persoalan kualitas pendidikan saja, melainkan kualitas
kehidupan bangsa Indonesia secara umum. Kompetensi, materi, dan
pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dikembangkan melalui
pertimbangan kepentingan hidup bersama secara damai dan harmonis
(to live together in peace and harmony). Pembelajaran dilaksanakan
berbasis aktivitas pada kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler. Penumbuhan dan pengembangan sikap dilakukan
sepanjang proses pembelajaran, pembiasaan, keteladanan, dan
pembudayaan untuk mengembangkan karakter peserta didik lebih
lanjut. Sekolah sebagai taman yang menyenangkan untuk tumbuh
berkembangnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa yang
menempatkan pengetahuan sebagai perilaku (behavior), tidak hanya
berupa hafalan atau verbal.
Di bidang Pendidikan Agama Kristen (PAK), perubahan ini sejalan dengan
arah perubahan PAK yang bersifat dogmatis indoktrinatif menjadi PAK
yang membebaskan peserta didik untuk mengembangkan kreativitas
berpikir, kemerdekaan dalam bersikap dan bertindak sesuai dengan isi
ajaran iman kristiani.Dengan demikian, mengasah kecerdasan peserta
didik, antara lain dalam memperteguh iman kepada Tuhan Allah,
mempunyai kedamaian batin, memiliki budi pekerti luhur, menghormati
serta menghargai semua manusia dengan segala persamaan dan
perbedaannya termasuk sikap setuju untuk tidak setuju.
Perubahan mencolok yang terjadi dalam isi kurikulum Pendidikan Agama
Kristen adalah isi kurikulum yang bersifat holistik dari KI-1 sampai
dengan KI-4 dimana membentuk peserta didik sebagai manusia utuh
yang tidak terpilah-pilah dalam tiap ranah (kognitif, sikap dan
ketrampilan). Perubahan lainnya adalah isi kurikulum dan pembelajaran
yang bersifat dogmatis indoktrinatif berubah menjadi life center dan
membebaskan
atau
memerdekakan
peserta
didik
untuk
mengembangkan kemerdekaan berpikir serta bereksplorasi.
Perubahan tersebut dipandang dapat membantu peserta didik
menghadapi berbagai persoalan dan tantangan hidup masa kini yaitu:
a globalisasi yang menawarkan dimensi baru pengetahuan dan otoritas
yang kemudian turut mempengaruhi pola pikir dan gaya hidup anak
dan remaja. Hal itu nampak dalam bentuk konsumerisme,
materialisme, dan hedonisme dan cara berpikir instan yang kian
mengemuka dalam kehidupan keseharian;
b pergeseran pemahaman dan penerapan nilai-nilai dan moral
kehidupan, antara lain semakin menipisnya kejujuran, semakin
maraknya penyalahgunaan kekuasaan, melemahnya penghargaan
terhadap sesama, dll;
c perubahan pemahaman dan sikap seksualitas: pelecehan seksual,
ketidakadilan jender, seksisme, komodifikasi seks dan tubuh, dll;
d penyimpangan perilaku sosial di dalam masyarakat dan sekolah
seperti diwarnai oleh antara lain : tawuran remaja, pertikaian antara
4

e
f

kelompok yang berakhir dengan kekerasan, tayangan media yang


mengeksploitasi kekerasan;
meningkatnya fanatisme dan radikalisme agama, golongan dan
kelompok yang berwawasan sempit; dan
pemanfaatan media sosial dan alat-alat teknologi komunikasi dan
informasi yang tidak benar/menyimpang.

Berbagai permasalahan yang disebutkan di atas turut mempengaruhi


kehidupan anak dan remaja. Oleh karena itu, penyusunan Kurikulum PAK
sedapat mungkin mampu menolong peserta didik untuk bersikap
sebagai manusia makluk mulia ciptaan Allah yang:
tidak bersikap fanatik sempit, sebaliknya membangun solidaritas dan
toleransi dalam pergaulan sehari-hari;
tidak bersikap konsumtif, materialistik, dan hedonistic;
memiliki kesadaran dan proaktif dalam turut serta mewujudkan
keadilan, kebenaran, demokrasi, HAM dan perdamaian;
memiliki kesadaran untuk turut serta memelihara serta menjaga
kelestarian alam;
memiliki kesadaran akan keadilan gender serta mewujudkannya
dalam kehidupan;
memiliki kesadaran dalam mengembangkan kreativitas dalam
berpikir dan bertindak;
mampu menggunakan media sosial secara benar demikian pula
pemanfaatan alat-alat teknologi komunikasi dan informasi;
tidak kehilangan ciri khas sebagai anak-anak dan remaja Kristen
Indonesia ketika diperhadapkan dengan berbagai tawaran nilai-nilai
kehidupan. Ciri khas sebagai bangsa Indonesia yang cinta tanah air
dan
bangsa
dapat
terus
ditumbuh
kembangkan
melalui
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi pekerti.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti bukan sekadar
menyampaikan pesan moral apalagi hanya sekadar mengetahui tata
cara hubungan antara manusia dengan Tuhan, melainkan harus
menyajikan isi kurikulum yang transformatif dan terinternalisasi dalam
diri peserta didik. Artinya, isi kurikulum PAK dapat mengubah serta
membarui cara pandang dan sikap peserta didik serta mengarahkan
peserta didik untuk memahami panggilan Tuhan untuk menjadi berkat
bagi sesama dan dunia.
Fungsi Pendidikan Agama Kristen
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan
agama dan pendidikan keagamaan, disebutkan bahwa: pendidikan
agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan
mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar
umat beragama (Pasal 2 ayat 1). Selanjutnya disebutkan bahwa
pendidikan agama bertujuan mengembangkan kemampuan peserta
didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai
agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni (Pasal 2 ayat 2).
Mata pelajaran PAK berfungsi untuk:
1. memperkenalkan Allah Tritunggal dan karya-karya-Nya agar peserta

didik bertumbuh iman percayanya dan meneladani Allah dalam


hidupnya; dan
5

2. menanamkan pengertian tentang Allah Tritunggal dan karya-Nya

kepada peserta didik, sehingga mampu memahami, menghayati, dan


mengamalkannya.
Kompetensi, materi, dan pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti dikembangkan melalui pertimbangan kepentingan hidup
bersama secara damai dan harmonis (to live together in peace and
harmony). Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas pada kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler. Penumbuhan dan
pengembangan sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran,
pembiasaan, keteladanan, dan pembudayaan untuk mengembangkan
karakter peserta didik lebih lanjut. Sekolah sebagai taman yang
menyenangkan untuk tumbuh berkembangnya sikap, pengetahuan, dan
keterampilan, peserta didik yang menempatkan pengetahuan sebagai
perilaku (behavior), tidak hanya berupa hafalan atau verbal.
Silabus ini disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang
sederhana sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru.
Penyederhanaan format dimaksudkan agar penyajiannya lebih efisien,
tidak terlalu banyak halaman namun lingkup dan substansinya tidak
berkurang, serta tetap mempertimbangkan tata urutan (sequence)
materi dan kompetensinya. Penyusunan silabus ini dilakukan dengan
prinsip keselarasan antara ide, desain, dan pelaksanaan kurikulum;
mudah diajarkan oleh guru (teachable); mudah dipelajari oleh peserta
didik(learnable); terukur pencapainnya (measurable), dan bermakna
untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan
kelanjutan pendidikan peserta didik.
Silabus ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan kesempatan
kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran,
serta mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Atas dasar prinsip
tersebut, komponen silabus mencakup kompetensi dasar, materi pokok,
alternatif pembelajaran dan penilaianya. Uraian pembelajaran yang
terdapat dalam silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang
berbasis aktifitas. Pembelajaran tersebut merupakan alternatif dan
inspiratif sehingga guru dapat mengembangkan berbagai model yang
sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dalam
melaksanakan silabus ini guru diharapkan kreatif dalam pengembangan
materi, pengelolaan proses pembelajaran, penggunaan metode dan
model pembelajaran, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan siswa.
B Kompetensi Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti pada Jenjang

Pendidikan Dasar dan Menengah.


Perumusan Kompetensi tidak hanya terpaku pada kemampuan kognitif
peserta didik yang mempelajari PAK sebatas knowledge atau
pengetahuan belaka. Melainkan dirumuskan sedemikian rupa sehingga
mencerminkan kemampuan peserta didik secaran
utuh, baik
pengetahuan sikap dan ketrampilan terutama pada penghayatan nilainilai iman Kristen dan pembentukan karakter kristiani.

Pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, diharapkan setelah


mempelajari Pendidikan Agama Kristen peserta didik
mampu
memahami kasih Allah Tritunggal di dalam Yesus Kristus dan mengasihi
Allah dan sesama tanpa memandang perbedaan agama, suku, bangsa,
budaya maupun kelas sosial. Menghayati imannya secara bertanggung
jawab serta berakhlak mulia dalam masyarakat majemuk.
Tabel 1. Kompetensi setelah mempelajari PAK Pendidikan Dasar dan
Menengah
TINGKATAN
I

II

KOMPETENSI

LINGKUP MATERI

Memahami kasih Allah melalui Lingkup materi pada Tingkatan I


keberadaan dirinya serta
merupakan wahana pembelajaran
berterima kasih pada Allah
yang memfasilitasi peserta didik
dengan cara menjaga
untuk mengenal Allah melalui
kebersihan tubuh serta menjaga ciptaan-Nya. Sebagai ucap syukur
kerukunan di rumah dan sekolah karena telah diciptakan, dikasihi dan
dipelihara oleh Allah, maka peserta
didik memelihara kebersihan dirinya,
mengasihi keluarga, mengasihi
sesama tanpa memandang
perbedaan suku bangsa, agama dan
kelas sosial. Ucap syukur juga
diwujudkan melalui sikap
memelihara alam.
Memahami kehadiran Allah
Pemahaman konsep mengenai Allah
melalui berbagai peristiwa alam yang hadir melalui berbagai
serta mengakui kemahakuasaan peristiwa alam hal itu menjadi tanda
Allah.
bahwa Allah maha kuasa karena itu
manusia beriman takluk pada
kekuasaan-Nya.

III

Menjalankan ibadah dalam


Refleksi ibadah sebagai ungkapan
segala aspek kehidupan sebagai syukur dan diwujudkan dalam
wujud syukur atas anugerah
seluruh aspek kehidupan. Ibadah
keselamatan yang diterimanya. bukan hanya dalam bentuk
penyembahan dan legitimasi
melainkan mencakup seluruh aspek
hidup, termasuk pikiran, perkataan
dan perbuatan.

IV

Memahami bahwa Allah


menyelamatkan manusia dalam
Yesus Kristus dan bersikap
sebagai manusia yang telah
diselamatkan.

Pemahaman konsep, refleksi dan


aksi menyangkut keselamatan dan
tanggungjawab hidup sebagai
manusia yang telah menikmati
anugerah keselamatan dari Allah
didalam Yesus Kristus.

IV-A

Mempraktikkan hidup sebagai


orang beriman dan
berpengharapan.

Pemahaman dan praktik kehidupan


dalam iman dan pengharapan.

Bertumbuh sebagai manusia


dewasa dalam iman, antara lain
bersikap kritis menghadapi
berbagai persoalan hidup.

Pemahaman konsep, eksplorasi,


refleksi dan aksi mengenai
bagaimana menjadi manusia
dewasa dalam iman yang terus
bertumbuh serta bersikap kritis
menghadapi berbagai persoalan dan
tantangan kehidupan.

VI

Menjadi pembawa damai


sejahtera di sekolah, di tengah
keluarga, gereja dan
masyarakat.

Pemahaman konsep, penalaran,


eksplorasi, refleksi dan aksi
mengenai turut serta
memperjuangkan keadilan,
kebenaran, kesetaraan, demokrasi
dan HAM. Dalam rangka perjuangan
itu, maka siswa proaktif menjadi
pembawa damai sejahtera dalam
kehidupan. pribadi, sekolah di
tengah keluarga, gereja dan
masyarakat.

C Kompetensi setelah mempelajari Pendidikan Agama Kristen dan Budi

Pekerti SMA
Kompetensi Pendidikan Agama Kristen di SMA.
Memahami makna menjadi manusia dewasa dalam segala aspek
dengan cara memiliki kedewasaan berpikir, berkata-kata dan
bertindak sehingga menampakkan karakter Kristiani.
Mewujudkan perannya sebagai remaja Kristen di tengah keluarga,
sekolah, gereja dan masyarakat Indonesia yang majemuk.
D Kerangka Pengembangan Kurikulum PAK di SMA

Secara khusus PAK di SMA secara keseluruhan ingin memotivasi serta


mencerahkan visi dan iman peserta didik untuk bertumbuh menjadi
remaja yang memiliki karakter kristiani. Dalam pertumbuhan itu, mereka
mampu menjalankan perannya di tengah keluarga, sekolah, gereja dan
masyarakat. Hal ini penting karena iman Kristen adalah iman yang
hidup
yang
menggerakkan
orang
beriman
untuk
mampu
mengaktualisasi diri secara sehat sebagai pribadi, sebagai bagian dari
keluarga, gereja dan masyarakat bangsa Indonesia yang majemuk.
Pendidikan agama merupakan rumpun mata pelajaran yang bersumber
dari Alkitab yang dapat mengembangkan berbagai kemampuan dan
kecerdasan
peserta didik. Antara lain dalam memperteguh iman
kepada Tuhan Allah, memiliki budi pekerti luhur, menghormati serta
menghargai semua manusia dengan segala persamaan dan
perbedaannya (termasuk agree in disagreement/setuju untuk tidak
setuju).
Kerangka Pengembangan Kurikulum PAK SMA Kelas X-XII mengikuti
elemen pengorganisasi Kompetensdi Dasar yaitu Kompetensi Inti.
Kompetensi Inti pada kelas I sd VI yaitu:
Tabel 2. Kompetensi Inti di SMA
Kelas X
KI.1.Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya.
KI.2.Menunjukkan perilaku
jujur, disiplin, tanggungjawab,

Kelas XI
KI.1Menghayati dan
mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
KI.2. Menunjukkan
perilaku jujur, disiplin,
8

Kelas XII
KI.1.Menghayati dan
mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
KI.2. Menunjukkan
perilaku jujur, disiplin,

peduli (gotong royong,


tanggungjawab, peduli tanggungjawab, peduli
kerjasama, toleran, damai),
(gotong royong,
(gotong royong,
santun, responsif dan pro-aktif kerjasama, toleran,
kerjasama, toleran,
dan menunjukkan sikap
damai), santun, responsif damai), santun, responsif
sebagai bagian dari solusi atas dan pro-aktif dan
dan pro-aktif dan
berbagai permasalahan dalam menunjukkan sikap
menunjukkan sikap
berinteraksi secara efektif
sebagai bagian dari
sebagai bagian dari
dengan lingkungan sosial dan solusi atas berbagai
solusi atas berbagai
alam serta menempatkan diri permasalahan dalam
permasalahan dalam
sebagai cerminan bangsa
berinteraksi secara
berinteraksi secara
dalam pergaulan dunia.
efektif dengan
efektif dengan
lingkungan sosial dan
lingkungan sosial dan
alam serta
alam serta
menempatkan diri
menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia dalam pergaulan dunia
KI.3. Memahami, menerapkan KI.3.Memahami,
KI.3.Memahami,
dan menganalisis
menerapkan, dan
menerapkan,
pengetahuan faktual,
menganalisis
menganalisis dan
konseptual, prosedural dan
pengetahuan faktual,
mengevaluasi
meta kognitif berdasarkan rasakonseptual, prosedural, pengetahuan faktual,
ingintahunya tentang ilmu
dan metakognitif
konseptual, prosedural,
pengetahuan, teknologi, seni, berdasarkan rasa ingin dan metakognitif
budaya, dan humaniora
tahunya tentang ilmu
berdasarkan rasa ingin
dengan wawasan
pengetahuan, teknologi, tahunya tentang ilmu
kemanusiaan, kebangsaan,
seni, budaya, dan
pengetahuan, teknologi,
kenegaraan, dan peradaban
humaniora dalam
seni, budaya, dan
terkait penyebab fenomena
wawasan kemanusiaan, humaniora dengan
dan kejadian, serta
kebangsaan,
wawasan kemanusiaan,
menerapkan pengetahuan
kenegaraan, dan
kebangsaan,
prosedural pada bidang kajian peradaban terkait
kenegaraan, dan
yang spesifik sesuai dengan
penyebab fenomena dan peradaban terkait
bakat dan minatnya untuk
kejadianserta
penyebab fenomena dan
memecahkan masalah.
menerapkan
kejadian, serta
pengetahuan prosedural menerapkan
pada bidang kajian yang pengetahuan prosedural
spesifik sesuai dengan
pada bidang kajian yang
bakat dan minatnya
spesifik sesuai dengan
untuk memecahkan
bakat dan minatnya
masalah.
untuk memecahkan
masalah
KI.4.Mengolah, menalar, dan KI.4.Mengolah, menalar, KI.4.Mengolah, menalar,
menyaji dalam ranah konkret dan menyaji dalam ranah menyaji, dan mencipta
dan ranah abstrak terkait
konkret dan ranah
dalam ranah konkret dan
dengan pengembangan dari
abstrak terkait dengan ranah abstrak terkait
yang dipelajarinya di sekolah pengembangan dari
dengan pengembangan
secara mandiri, bertindak
yang dipelajarinya di
dari yang dipelajarinya di
secara efektif dan kreatif,
sekolah secara mandiri, sekolah secara mandiri
serta mamapu menggunakan bertindak secara efektif serta bertindak secara
metoda sesuai kaidah
dan kreatif, serta mampu efektif dan kreatif, dan
keilmuan.
menggunakan metoda
mampu menggunakan
sesuai kaidah keilmuan metoda sesuai kaidah
keilmuan

Pengembangan Kompetensi Dasar (KD) tidak dibatasi oleh rumusan


Kompetensi Inti (KI), tetapi disesuaikan dengan karakteristik mata
pelajaran, kompetensi, lingkup materi, dan psiko-pedagogi.
Ruang Lingkup Pendidikan Agama
Menengah
9

Kristen

Pendidikan

Dasar dan

PAK di sekolah disajikan dalam dua ruang lingkup, yaitu Allah Tritunggal
dan karya-Nya, dan Nilai-nilai kristiani. Pemahaman terhadap Allah dan
karya-Nya harus tampak dalam nilai-nilai kristiani yang dapat dilihat
dalam kehidupan keseharian peserta didik. Inilah dua ruang lingkup
yang ada dalam seluruh materi pembelajaran PAK dari SD sampai
SMA/SMK. Bagan ruang lingkup PAK nampak sebagai berikut:
Tabel 3. Ruang Lingkup Pembelajaran PAK

Pendidikan Dasar dan Menengah


SD

- Memahami Allah

SMP

- Menjelaskan Allah sebagai

adalah pencipta
manusia, alam dan
segala isinya.
Membiasakan diri
menghormati orang
yang lebih tua serta
menjaga kerukunan
dalam kaitannya
dengan nilai-nilai
kristiani.
Meyakini kehadiran
Allah dan kekuasaan- Nya dalam berbagai
fenomena kehidupan.
Menunjukkan berbagai perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai
kristiani dalam
kaitannya dengan
kehadiran dan
kekuasaan Allah.
Menjelaskan manusia
berdosa diselamatkan
Allah melalui Yesus
Kristus.
Membiasakan diri
menyembah Allah baik
dalam ibadah formal
maupun dalam sikap
hidup yang
berdasarkan nilai-nilai
kristiani.

penyelamat di dalam Yesus


Kristus
Mempraktikkan kehidupan
beriman dan
berpengharapan dalam.
kaitannya dengan Allah
Tritunggal
Mendemonstrasikan
perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai
kristiani.
Menjelaskan karya Allah
Tritunggal melalui gereja di
tengah-tengah dunia.
Mempraktikkan peran
sebagai anggota gereja
dan masyarakat sesuai
dengan nilai-nilai kristiani.

SMA

Menjelaskan Allah
sebagai pembaharu
melalui Roh Kudus.
Memahami peran Alah
dalam kehidupan
keluarga dan pernikahan.
Menerapkan nilai-nilai
kristiani dalam
kehidupan modern.
Menganalisis nilai
demokrasi, HAM,
multikultur sebagai
anugerah Allah.
Mewujudkan demokrasi,
HAM dan keadilan serta
perdamaian.

Tabel 4. Ruang Lingkup Materi di SD


SD
I
Allah
Tritunggal
dan KaryaNya:
- Allah
pencipta

II
Allah
Tritunggal
dan KaryaNya:
- Allah
memelihara

III
IV
Allah
Allah Tritunggal
Tritunggal
dan Karya-Nya:
dan karya- - Menggantungk
Nya:
an hidup pada
- Allah Maha kekuasaan
Kuasa
Allah
10

V
VI
Allah
Allah
Tritunggal Tritunggal
dan karya- dan karyaNya:
Nya:
- Allah
- Allah adalah
penyelama Tuhan yang

manusia
dan alam
- Allah
mengasihi
ku

ku melalui - Kehadiran - Manusia


t manusia patut
keluarga.
dalam
disembah.
Allah
makhluk
Yesus
Keluarga
- Membina
melalui
terbatas.
sebagai
iklim dan - Kehadiran Allah Kristus
hubungan
pemberian
gejala alam dalam berbagai - Peran Roh yang akrab
Allah.
Kudus
dengan
- Kehadiran
peristiwa
Nilai-nilai - Kegunaan
dalam
Allah.
Allah
kehidupan
Kristiani:
pertobaanggota
melalui
Nilai-nilai
tan
- Aku
tubuh
keberagam Nilai-nilai
Kristiani:
merawat
Kristiani:
ciptaan
an flora
Nilai-nilai
Ibadah
tubuhku(1) Allah.
dan fauna - Jujur mengakui
kristiani:
sebagai
- Kehadiran keterbatasanny
- Makna
Nilai-nilai
bentuk
a sebagai
Allah
Kristiani:
hidup baru ketaatan
manusia.
melalui
bagi orang pada Allah.
- Hidup rukun kepelbagai - Disiplin dan
yang telah - Setia
di sekolah
an: budaya, bertanggung
diselamatk berdoa,
dan rumah
suku,agam jawab.
an
beribadah
- Menghorma a dan
- Allah
dan
bangsa
ti orangtua
memelihara
membaca
dan orang - Keutuhan
manusia.
Alkitab.
yang lebih
ciptaan
- Melayani
tua
sesama
- Mengasihi Nilai-nilai
kristiani
sebagai
keluarga
wujud
dan teman - Mengasihi
ibadah.
dan
toleran
- Melakukan
- Menghorma
terhadap
tanggung
sesama
ti sesama
jawab di
sebagai
rumah dan tanpa
memanwujud
di sekolah
dang
ibadah.
perbedaan
- Menolong
orang yang
menderita
- Tanggung
jawab
memelihara flora dan
fauna yang
ada di
sekitarnya
- Perilaku
bersyukur
dalam
berbagai
peristiwa
kehidupan

Tabel 5. Ruang Lingkup materi di SMP


SMP
VII
VIII
IX
Allah Tritunggal dan Karya- Allah Tritunggal dan Karya- Allah Tritunggal dan Karya11

Nya:

Nya:

- Allah terus berkarya


- Allah mengampuni dan

- Beriman dan

Nya:
- Gereja dan masyarakat
berpengharapan
- Gereja yang bertumbuh
menyelamatkan manusia - Peran Roh Kudus dalam
- Gereja membawa
melalui Yesus Kristus
hidup orang beriman
perubahan baru
- Pemeliharaan dan
- Karya Allah dalam
Nilai-nilai Kristiani:
keselamatan dari Allah
pertumbuhan gereja
- Berperilaku sesuai dengan - Karya melalui gereja
berlaku untuk seluruh
nilai-nilai kristiani: rendah
ciptaan.
hati, peduli, disiplin dan
Nilai-Nilai Kristiani:
Nilai-Nilai Kristiani:
solider
- Membangun toleransi
- Solidaritas sosial
- Hidup bersyukur
mengacu pada teladan
- Memelihara alam dan
- Hidup sebagai orang
Yesus
lingkungan hidup sebagai beriman
- Meneladani Yesus kristus
wujud jawaban terhadap - Iman dan pengharapan.
dalam berkarya
pemeliharaan dan
- Hidup beriman sesuai
- Pelayanan gereja di
keselamatan
dengan teladan Yesus
tengah masyarakat pada
- Setia beribadah, berdoa
masa kini
dan membaca Alkitab
- Berperan sebagai
anggota gereja di tengah
masyarakat
- Gereja yang melayani
- Gereja yang membawa
perubahan di tengah
masyarakat dan dunia
- Tanggung jawab sosial
umat Kristen

Tabel 6. Ruang Lingkup materi di SMA


SMA
X
XI
XII
Allah Tritunggal dan karya- Allah Tritunggal dan
Allah Tritunggal dan KaryaNya:
Karya-Nya:
Nya:
- Allah sebagai pembaharu - Peran Allah dalam
- Demokrasi sebagai
kehidupan melalui Roh
kehidupan keluarga.
anugerah Allah
Kudus.
- Kebudayaan dan IPTEK - Hak asasi manusia (HAM)
- Allah pembaharu
sebagai anugerah Tuhan. dalam perspektif iman
kehidupan manusia dan
Kristen
Nilai-nilai Kristiani:
alam.
- Multikultur adalah
- Nilai nilai kristiani dalam pemberian Allah
Nilai-nilai Kristiani
kehidupan pernikahan
- Menjadi manusia dewasa dan keluarga dan sekolah Nilai-nilai Kristiani:
dalam iman
sebagai lembaga
- Keadilan jender
pendidikan utama.
- Makna kesetiaan,kasih
- Multikulturalisme
- Bersikap kritis terhadap - Proaktif dalam mewujudkan
dan keadilan dalam
kehidupan social
perkembangan
demokrasi dan HAM
kebudayaan, ilmu
- Ras, Etnis dan gender
- Turut memperjuangkan
pengetahuan, seni dan
- Kebersamaan dengan
keadilan
teknologi.
orang lain tanpa
- Menjadi pembawa damai
- Pertemanan,
kehilangan identitas
sejahtera
persahabatan, dan
berpacaran.
- Nilai kristiani dalam
keluarga dan masyarakat
- Pernikahan Kristen.
- Keluarga dan
modernisasi.
12

- Keluarga dan sekolah


sebagai lembaga
pendidikan utama.

Pembelajaran dan Penilaian


1. Pembelajaran PAK

Ada persepsi yang perlu diluruskan dalam pemahaman sebagian orang


seolah-olah pembelajaran pendidikan agama cenderung menghafal
sejumlah doktrin atau ajaran (dogma) yang bersifat kognitif dimana
implementasinya mewujud didalam kesetiaan beribadah secara formal.
Pelajaran pendidikan agama seperti itu hanya akan menghasilkan
manusia yang pandai menghafal ajaran agama namun tidak pandai
mewujudkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya,
pelajaran pendidikan agama malahan menyebabkan peserta didik
terasing dari kehidupan. Oleh karena itu, dalam kurikulum Pendidikan
Agama Kristen 2013, rumusan Kompetensi Dasar diupayakan
menghantar peserta didik untuk memahami nilai-nilai agama yang
bersentuhan dengan realitas kehidupan. Berbagai isu kontemporer yang
dihadapi oleh masyarakat masa kini, maupun oleh anak-anak dan
remaja dibahas dari sisi ajaran Alkitab. Nilai-nilai agama yang lahir dari
ajaran iman Kristen berperan sebagai cahaya yang menerangi setiap
sudut kehidupan. Berdasarkan
kerangka pikir tersebut, maka
pembelajaran PAK di sekolah diharapkan mampu menghasilkan sebuah
proses transformasi pengetahuan, nilai dan sikap.
Ada dua pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat
pada guru dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik. Pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered) dimana
guru cenderung mendominasi proses pembelajaran sedangkan peserta
didik lebih pasif. Pendekatan yang berpusat pada peserta didik (student
centered) cenderung memberi ruang yang seluas-luasnya pada peserta
didik untuk mengembangkan kemerdekaan berpikir dan kreativitasnya.
Dalam Kurikulum 2013 pendekatan yang dianjurkan adalah pendekatan
yang berpusat pada peserta didik. Namun, itu tidak berarti guru pasif
dan membiarkan proses pembelajaran berlangsung tanpa arahan dan
dampingan. Dalam banyak kasus terjadi kesalahpahaman terhadap
pendekatan yang berpusat pada peserta didik karena guru
meninggalkan kelas atau membiarkan peserta didik belajar sendiri tanpa
arahan dan bimbingan. Pendekatan yang berpusat pada peserta didik
justru menuntut guru untuk bekerja keras serta mampu memaksimalkan
seluruh potensi peserta didik.
Prosespembelajaran
PAK
adalah
proses
pembelajaran
yang
mengupayakan peserta didik mengalami pembelajaran melalui aktivitasaktivitas kreatif yang difasilitasi oleh guru. Proses dan hasil
pembelajaran PAK memiliki bentuk-bentuk pengetahuan, ketrampilan
dan sikap yang dapat diukur melalui penilaian (assessment) sesuai
kriteria pencapaian. Penilaian sikap amat penting dalam mata pelajaran
PAK justru yang menjadi tolok ukur utama bagi keberhasilan proses
belajar mengajar PAK adalah sikap kepada Tuhan Allah dan kepada
sesama. Pendekatan saintifik adalah salah satu pendekatan yang dapat
menghantar peserta didik mengalami pembelajaran kreatif sehingga
mereka mengalami pengalaman berjumpa dengan Allah melalui
13

pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang memungkinkan mereka


mengembangkan penghayatan serta kemampuan reflektif dalam
menghayati serta menjalankan ajaran imannya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa kekhasan PAK membuat PAK berbeda
dengan mata pelajaran lain, yaitu PAK menjadi sarana atau media dalam
membantu peserta didik berjumpa dengan Allah. Pertemuan itu bersifat
personal, sekaligus tampak dalam sikap hidup sehari-hari yang dapat
disaksikan serta dapat dirasakan oleh orang lain, baik guru, teman,
keluarga maupun masyarakat. Meskipun demikian, kekhasan ini
bukanlah alasan untuk membelenggu pembelajaran PAK dalam model
pendekatan yang terbatas. Sebagai disiplin ilmu, Pendidikan Agama
Kristen dan Budi Pekerti dapat menerapkan berbagai model
pembelajaran yang sesuai dengan esensi dan substansi mata pelajaran.
Untuk itu, pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat diterapkan
sebagai salah satu pendekatan pembelajaran yang mengantar peserta
didik mengalami transformasi kehidupan.
Pendekatan saintifik dilakukan melalui proses mengamati, menanya,
mengumpulkan
informasi,
menalar/mengasosiasi
dan
mengomunikasikan atau yang dikenal dengan pendekatan 5M. Proses
pembelajaran dengan pendekatanan saintifik mencakup tiga ranah
yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada mengamati dan menanya
timbul ranah afektif (sikap) pada peserta didik yaitu memiliki atensi
terhadap pembelajaran tersebut. Pada bagian mengumpulkan informasi
pada ranah psikomotorik (keterampilan) siswa ikut serta secara aktif
dalam
permasalahan.
Sedangkan
dalam
menalar
dan
mengomunikasikan peserta didik menggunakan pemikirannya untuk
memecahkan masalah. Dengan pembelajaran 5M tersebut, peserta didik
dapat lebih aktif memahami masalah yang ada sehingga muncul rasa
ingin tahu lebih dalam lagi dimana peserta didik lebih kritis, analitis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah,
dan mengaplikasikan materi pembelajaran. Selain itu, Mendorong dan
menginspirasi
peserta
didik
memahami,
menerapkan,
dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon materi pembelajaran. Apabila peserta didik sudah terbiasa
berpikir kritis, mereka akan termotivasi untuk mengamati fenomena
yang terdapat di sekitarnya kemudian mengkaitkan dengan ajaran
imannya. Pendidikan Agama baru berfungsi ketika bersentuhan atau
diterapkan dalam realitas kehidupan untuk itu dibutuhkan pendekatan
pembelajaran saintifik. Umat bergama membutuhkan akal sehat dalam
mengolah serta menerapkan ajaran imannya supaya tidak menjadi
manusia fatalistik.
Dalam pembelajaran PAK tidak semua model pembelajaran cocok untuk
diterapkan. Hal ini berkaitan dengan kompetensi yang ingin dicapai, juga
perlu dipertimbangkan usia dan jenjang pendidikan. Berbagai model
pembelajaran
yang
dipersiapkan
hendaknya
tidak
hanya
mengembangkan kemampuan kognitif saja ataupun menghafal aturan
maupun ajaran agama, melainkan tercapainya transformasi atau
perubahan hidup. Untuk itu model paradigma pedagogi reflektif juga
dapat dipakai dalam pembelajaran PAK. Pendekatan ini meliputi tiga
unsur utama sebagai satu kesatuan dalam pembelajaran yaitu
pengalaman, refleksi dan aksi. Dalam pembelajaran PAK Sikap Spiritual
dan Sikap Sosial tidak terpisahkan dari pengetahuan dan ketrampilan.
Sikap spiritual dan sikap sosial bukanlah sekadar sebagai dampak
14

pembelajaran KI- 3 dan KI-4 melainkan bagian yang tak terpisahkan dari
pembelajaran KI-3 dan KI-4. Sikap spiritual dan sosial diajarkan dalam
materi dan diperkuat oleh pemahaman teks dan konteks dalam Alkitab.
Aspek penghayatan dan refleksi menjadi penopang pembelajaran.
Beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam PAK
1 Model inkuiri. Model ini menekankan pada pengembangan kognitif
atau cara berpikir peserta didik. Penekanan kepada peserta didik
yang mencari, menggali dan menjelajahi sendiri, akhirnya
menemukan sendiri jawabnya. Di sini peserta didik dilatih untuk
menggunakan dan mengembangkan kemampuan berpikir, dimana
guru lebih berperan sebagai fasilitator yang kreatif. Misalnya dengan
menebak pemikiran pendidik, memberikan dua teka-teki dan
memberikan clue sampai peserta didik menemukan jawabanya, juga
bisa melalui teknik kata bergambar yang bisa dianalisis. Hal ini
penting karena banyak aspek dan konsep-konsep kepercayaan dan
ajaran Kristen yang perlu dipikirkan, dipahami, dan dihayati melalui
pengembangan ranah berpikir. Model pembelajaran ini dapat
diterapkan terutama ketika membahas berbagai persoalan yang
dihadapi pada masa kini menyangkut keadilan, kesetaraan,
demokrasi dan HAM.
2 Model perjumpaan dengan Tuhan Allah. Hal ini sangat penting bagi
PAK, terutama untuk pengembangan iman dan spiritualitas peserta
didik. Pada model ini, guru perlu berperan sebagai seorang seniman
yang mampu mendesain model pembelajaran dengan komprehensif.
Model ini perlu beberapa tahapan, yakni: (a) mendesain proses
belajar-mengajar yang menekankan aspek afektif, (b) menyiapkan
bahan/materi yang dibutuhkan, (c) membuat pedoman pengalaman,
(d) memimpin refleksi atas pengalaman, sehingga peserta didik bisa
bertemu dengan Tuhan Allah. Untuk itu guru perlu mendesain
suasana atau lingkungan yang diharapkan (gelap, terang, gembira);
membuat pedoman pengalaman dengan alur dan media yang sesuai
misalnya gambar, alam, lagu, obyek tertentu (lilin, salib, roti, buah
anggur); memberi waktu yang memadai kepada peserta didik untuk
berefleksi, kontemplasi, meditasi atau perenungan. Acara ini juga
bisa dikembangkan misalnya dalam acara refleksi, retreat, rekoleksi,
meditasi, saat teduh.
3 Model pengembangan lingkungan. Di sini guru perlu mengajarkan
bagaimana peserta didik dapat mendesain lingkungan agar tujuan
yang baik dapat diterapkan dan dicapai. Misalnya supaya mampu
menerapkan kasih, belajar dengan baik, membuat lingkungan
kondusif yang sehat, bersih dan kristiani. Model ini dapat diterapkan
dan dilakukan secara sendiri atau mandiri, namun tidak jarang sering
harus melibatkan dan menyadarkan orang lain di sekitarnya dalam
pengelolaannya.
4 Model aksi-refleksi dan aksi baru. Ini adalah usaha untuk
menerapkan iman dalam situasi konkret. Iman dapat dihayati apabila
seseorang betul-betul telah menerapkan dan melakukan apa yang
diimani. Untuk model ini perlu ditentukan masalahnya lebih dahulu,
misalnya masalah pribadi/personal, masalah bersama, atau masalah
lingkungan hidup. Selanjutnya secara berturut-turut perlu konsisten
diikuti tahapan sbb: (1) pengungkapan data atau fakta yang
diketahui, (2) analisis data, bisa dilakukan dengan perspektif
personal, sosial, budaya, agama, ekonomi, ideologi, dll., (3) mencari
dan menemukan pengalaman kristiani yang pernah dialamai
berhubungan dengan masalah yang dibahas, misalnya dari
15

pengalaman umat Kristen selama ini, dari kisah Perjanjian Lama,


Perjanjian Baru, etika Kisten, sejarah gereja, dll. (4) merumuskan
masalah, atau rumusan keprihatinan, (5) rencana aksi baru, yaitu
rencana kegiatan nyata untuk memecahkan masalah berdasarkan
rumusan masalah atau keprihatinan iman. Di sini kadang-kadang
diperlukan
kepemimpinan
dan
manajemen/pengelolaan.
(6)
pelaksanaan aksi baru. Model aksi-refleksi-aksi baru tersebut
sesungguhnya merupakan model sebagaimana suatu siklus atau
spiral, yang dapat diulangi dalam tenggang waktu tertentu.
Ilustratif dan naratif. Mengajar dengan ilustrasi naratif sangat efektif .
Ilustrasi dapat diambil dari cerita dongeng. Dongeng bisa dipakai
dalam proses pembelajaran, khotbah, mengajar berbagai usia, atau
sebagai ilustrasi. Beberapa tahap untuk bercerita atau mendongeng
dengan menarik dapat memakai tahap-tahap: (1) tentukan topik
cerita/dongeng, (2) mencari maksud utama atau nilai kristiani yang
akan dikembangkan, misalnya kasih, kesabaran, pengampunan, (3)
mendesain cerita (pembukaan, isi, penutup), misalnya dengan
membuat dua hal atau tokoh yang saling bertentangan (4)
merencanakan pemecahan masalah atau klimaks cerita dengan
dramatis (5) menyimpulkan, (6) membuat evaluasi dengan
memberikan pertanyaan sederhana pada pendengar/peserta didik.
(7) berterimakasih pada pendengar untuk perhatiannya. Beberapa
tips mendongeng perlu diadopsi, misalnya: (a) perkenalkan cerita
melalui nyanyian atau gambar, (b) gunakan suara sesuai tokoh yang
diungkapkan misalnya suara tokoh laki-laki, perempuan, suara orang
yang sedang sedih, marah, gembira, (c) bukalah Alkitab bila
memakai referensi Alkitab, (d) pakailah diri anda sebagai media/alat
peraga, (e) jangan layani interupsi sampai dongeng selesai agar
konsentrasi pendengar tidak terpecah, sesudah selesai mendongeng
baru layani pertanyaan.
Bermain peran (role-play). Role-play bertujuan untuk memecahkan
masalah aktual yang sedang dihadapi kelompok/komunitas dengan
cara mengidentifikasikan diri, memahami, berempati, mengambil
sikap.Masalah bisa diambil dari hal-hal yang dihadapi kelompok/komunitas, misalnya kenakalan remaja, mencontek, hamil di luar nikah,
sulit memahami peristiwa penyaliban Tuhan Yesus, perkelahian,
bullying di sekolah, dll. Untuk itu tahapan-tahapan tertentu perlu
dilakukan: (a) pemilihan tokoh-tokoh yang akan melakukan pemeranan; (b) mendeskripsikan sikap, perasaan, tindakan yang harus
diperankan; (c) pemanasan bermain peran (d) bermain peran yang
sesungguhnya; (e) analisis pemeranan, mengenali masalah, sikap,
perasaan, emosi, para tokoh; (f) bermain peran perlu diulang jika
para tokoh tidak bermain peran dengan baik dan sulit dilakukan
analisis, sehingga identifikasi perasaan, emosi, sikap, nilai-nilai yang
dipegang tokoh tidak dapat disimpulkan dengan baik; (g)
membandingkan masalah sesungguhnya yang sedang dihadapi
dengan permainan peran yang dilakukan (persamaan dan
perbedaan); (h) memecahkan dan mendiskusikan masalah aktual
yang sedang dihadapi komunitas.
Model pelatihan. Tujuannya melatih peserta didik agar memiliki
kemampuan, keterampilan, wawasan baru dengan dasar iman.
Misalnya, wawasan tentang kesadaran jender, sadar lingkungan,
peduli pada sesama, memiliki keterampilan untuk membaca dan
menerapkan Alkitab dalam kehidupan, menolong orang lain, menjadi
aktivis Kristen, mengenali dan membuat simbol-simbol kristiani
secara kreatif. Untuk itu guru perlu melakukan tahap-tahap sebagai
16

berikut: (a) tentukan pelatihan yang akan dilaksanakan; (b)


demonstrasikan di depan peserta didik cara, atau pelaksanaan, atau
membuat obyek tertentu; (c) buatlah langkah-langkah atau pedoman
supaya peserta didik dapat melaksanakan kemampuan atau
keterampilan yang baru; (d) dampingi peserta didik untuk
melaksanakan hal yang ditetapkan sebagaimana yang sudah guru
lakukan atau demonstrasikan sebelumnya; (e) membuat tugas
pekerjaan rumah atau tugas mandiri bagi peserta didik di luar kelas.
2. Penilaian PAK

Acuan Penilaian pada Satuan pendidikan dasar dan menengah adalah


standar penilaian yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 53 tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar
oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. Berbagai metode dan instrumen baik formal
maupun nonformal digunakan dalam penilaian untuk mengumpulkan
informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan
yang, terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat
dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan
setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).
Penilaian informal bisa berupa komentar-komentar guru yang
diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta
didik menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau
beberapa peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru atau
temannya, atau saat seorang peserta didik memberikan komentar
terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru telah melakukan
penilaian informal terhadap performansi para peserta didik tersebut.
Penilaian proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik
pengumpulan informasi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan
merekam pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Berbeda dengan
penilaian proses informal, penilaian proses formal merupakan kegiatan
yang disusun dan dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk
membuat suatu simpulan tentang kemajuan peserta didik.
Ruang lingkup yang berhubungan dengan penilaian proses dan hasil
adalah:
Prinsip dan Pendekatan Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak
dipengaruhi faktor subjektivitas penilai;
b. terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,
menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan;
c. ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya;
d. transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak;
e. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggung jawabkan kepada
pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik,
prosedur, dan hasilnya; dan
f. adukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Sementara itu, pendekatan penilaian yang digunakan adalah Penilaian
Acuan Kriteria. Penilaian Acuan Kriteria merupakan penilaian
17

pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan


minimal.
Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian
1. Ruang Lingkup

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap,


pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang
sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap
peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan
penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi
matapelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses.
2. Teknik dan Instrumen Penilaian

Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi


sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.
a.

Penilaian kompetensi sikap


1) Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui
observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat (peer
evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang
digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian
antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian
(rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal
berupa catatan pendidik.
2) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan
pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku
yang diamati. Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan
dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadiankejadian berkaitan dengan peserta didik selama di
sekolah.Pembiasaan dapat merupakan bagian dari observasi
sikap peserta didik di rumah yang melibatkan orangtua
terutama bagi sekolah dasar.
3) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan
kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
4) Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian
dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai
terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
5) Pertanyaan langsung. Guru juga dapat menanyakan secara
langsung tentang sikap peserta didik berkaitan dengan
sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik
tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah
mengenai Peningkatan Ketertiban. Berdasarkan jawaban
dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat
dipahami sikap peserta didik itu terhadap obyek sikap. Dalam
penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat
menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina
peserta didik.
6) Laporan pribadi. Teknik ini meminta peserta didik membuat
ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang
suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi obyek sikap.
18

7)

8)

9)

Misalnya, peserta didik diminta menulis pandangannya


tentang kerusuhan antar etnis yang terjadi akhir-akhir ini di
Indonesia. Dari ulasan yang dibuat peserta didik dapat dibaca
dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.
Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas
yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan
kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan
perilaku. Tujuan jurnal adalah memberikan informasi tentang
perkembangan belajar peserta didik.
Penilaian Kompetensi sikap menggunakan skala Sangat Baik
(SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Ketuntasan
Kompetensi Sikap setiap mata pelajaran minimal B.
Ketuntasan belajar Kompetensi Sikap adalah B, dan berbeda
untuk setiap mata pelajaran.

Penilaian terhadap sikap spiritual dan sosial dilakukan melalui


pengamatan, dan pembiasaan serta penilaian diri sendiri. Akan
nampak lebih objektif ketika peserta didik melakukan penilaian
terhadap dirinya sendiri. Pendidikan Agama Kristen dibelajarkan
sebagai ilmu dan keyakinan. Sebagai ilmu, penilaian mutlak
dilakukan untuk mengukur ketercapaian kompetensi pengetahuan
dan ketrampilan, sebagai keyakinan tiap orang dapat menilai
dirinya sendiri layakkah ia disebut sebagai orang beriman? Hal
itu nampak melalui sikap terhadap Tuhan Allah yang diimani dan
terhadap sesamanya dan tidak terlepas dari materi yang
dibelajarkan. Dalam teologi Kristen sikap terhadap Tuhan Allah
dan terhadap sesama tidak terpisahkan. Seseorang tidak dapat
mengatakan ia mengasihi Tuhan Allah jika ia membenci
sesamanya 1Yohanes 4:20; Jikalau seorang berkata: aku
mengasihi Allah, dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah
pendusta, karena barang siapa tidak mengasihi saudaranya yang
dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.
Makna kata saudaranya bukan hanya saudara dalam pengertian
hubungan darah/kekeluargaan melainkan juga sesama manusia
dalam kepelbagaian suku, bangsa, budaya, agama maupun kelas
sosial. Sejalan dengan itu, Matius 5:23-24 menulis: Sebab itu,
jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah
dan kau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu
terhadap engkau, tinggalkan persembahanmu di mezbah itu dan
pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk
mempersembahkan persembahanmu itu. Dua buah teks Alkitab
tersebut memperkuat rasional bahwa sikap spiritual dan sosial tak
terpisahkan dan menjadi bagian integral dalam materi yang
dibelajarkan.
b.

Penilaian Kompetensi Pengetahuan


Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes
lisan, dan penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan
ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan
uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.
Tes tertulis dapat dilakukan dengan cara memilih jawaban yang
tersedia (selected-response), misalnya soal bentuk pilihan ganda,
benar-salah, dan menjodohkan; ada pula yang meminta peserta

19

menuliskan sendiri responsnya (supply-response),


melengkapi, uraian obyektif, dan uraian non-obyektif.

misalnya

Penyusunan instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan


hal-hal berikut:
1) Materi, misalnya kesesuaian soal dengan Kompetensi Dasar

dan indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan


pendidikan;
2) Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas
dan tegas.
3) Bahasa,
misalnya rumusan soal tidak menggunakan
kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
4) Kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan
soal yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.
Tes lisan dengan instrumen berupa daftar pertanyaan.
Penugasan dengan instrumen berupa pekerjaan rumah dan/atau
projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai
dengan karakteristik tugas.
Penilaian Kompetensi Pengetahuan menggunakan angka 0-100
sedangkan ketuntasan belajar Kompetensi Pengetahuan setiap
mata pelajaran adalah minimal 60. Satuan pendidikan dapat
menetapkan ketuntasan belajar.
c.

Penilaian Kompetensi Keterampilan


Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian
kinerja (unjuk kerja = performance assessment), penilaian projek,
dan portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau
skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
1) Penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik

mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan


menggunakan tes praktik berupa keterampilan melakukan
suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan
kompetensi.
2) Penilaian projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks)
yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan
pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.
3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan
cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam
bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk
mengetahui
minat,
perkembangan,
prestasi,
dan/atau
kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya
tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan
kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Instrumen
penilaian harus memenuhi persyaratan:
a) Substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
b) Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai
dengan bentuk instrumen yang digunakan; dan
c) Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif
sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Penilaian Kompetensi Ketrampilan menggunakan angka
sedangkan ketuntasan belajar Kompetensi Ketrampilan
mata pelajaran adalah minimal 60. Satuan pendidikan
menetapkan ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar
20

0-100
setiap
dapat
setiap

mata pelajaran (termasuk mata pelajaran PAK) yang


ditetapkan oleh satuan pendidikan agar ditulis dalam dokumen
1 kurikulum pada Tingkat Satuan Pendidikan dan diberitahukan
kepada peserta didik dan orang tuanya pada setiap awal tahun
pelajaran.
d.

Penilaian Otentik (Authentic assessment)


Penilaian (assessment) merupakan suatu kegiatan yang terkait
dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi
atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses
pembelajaran tertentu. Cakupan penilaian meliputi aspek
spiritual, pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Untuk setiap
materi pokok tertentu terdapat rumusan KD untuk setiap aspek
KI. Jadi, untuk suatu materi pokok tertentu, muncul 4 KD sebagai
berikut:
1)
2)
3)
4)

KD pada KI I: aspek sikap spiritual terhadap Tuhan


KD pada KI II: aspek sikap sosial terhadap diri sendiri dan
lingkungannya
KD pada KI III: aspek pengetahuan
KD pada KI IV: aspek keterampilan sebagai ekspresi dari
pengetahuan yang sudah diperoleh

Penilaian dilakukan dengan penekanan pada penilaian otentik


berkelanjutan (continuous authentic assessment) yang menjamin
pencapaian dan penguasaan kompetensi. Penilaian otentik
adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan
peserta
didik
melalui
berbagai
teknik
yang
mampu
mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat
bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah
benar-benar dikuasai dan dicapai yang dilakukan dengan
berbagai metode cara (di atas).
Beberapa prinsip-prinsip penilaian otentik yaitu:
1)

2)

3)

4)

Proses penilaian harus merupakan bagian yang tidak


terpisahkan dari proses pembelajaran,bukan bagian terpisah
dari proses pembelajaran.
Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real
world problems), bukan masalah dunia sekolah (school workkind of problems).
Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan
kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi
pengalaman belajar.
Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek
dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan, dan
pengetahuan).

Cara penilaian yang ada dalam Kurikulum 2013, yaitu proses


belajar dan penilaian berlangsung secara bersama-sama. Jadi,
proses penilaian bukan dilakukan setelah selesai pembelajaran,
tetapi sejak pembelajaran dimulai. Penilaian tidak hanya
berorientasi pada hasil belajar namun mencakup proses belajar.
Memang, biasanya otoritas akan membuat soal bersama untuk
ujian, tetapi praktik ini bertentangan dengan jiwa Kurikulum
2013, khususnya Kurikulum PAK yang memang terfokus pada
perubahan perilaku peserta didik. Pendidikan agama yang
21

mengajarkan nilai-nilai iman barulah berguna ketika apa yang


diajarkan itu membawa transformasi atau perubahan dalam diri
anak karena iman baru nyata di dalam perbuatan, sebab iman
tanpa pebuatan pada hakikatnya adalah mati (Yakobus 2:26).
Untuk itu berbagai bentuk soal seperti pilihan ganda dan soalsoal yang bersifat kognitif tidak banyak membantu peserta didik
untuk mengalami transformasi.
Beberapa Contoh Instrumen Penilaian Pendidikan PAK
a. Penilaian Sikap
1) Penilaian Jurnal (buku catatan harian oleh guru)
Nama sekolah
Mata pelajaran
Kelas
Tahun Pelajaran
Nama Guru

:
:
:
:
:

___________________
___________________
___________________
___________________
___________________

Contoh isi Buku Catatan Harian :


No.

Nama Peserta
didik

Hari/Tanggal

Kejadian

1.
2.
3.
dst.
Kolom kejadian diisi dengan kejadian positif maupun negatif. Catatan
dalam lembaran buku tersebut, selain bermanfaat untuk merekam dan
menilai perilaku peserta didik sangat bermanfaat pula untuk menilai
sikap peserta didik serta dapat menjadi bahan dalam penilaian
perkembangan peserta didik secara keseluruhan. Selain itu, dalam
observasi perilaku dapat juga digunakan daftar cek yang memuat
perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan muncul dari peserta didik
pada umumnya atau dalam keadaan tertentu.
2) Penilaian Diri

Berdasarkan buah Roh yang tertulis dalam Kitab Galatia 5:22-23,


nilailah dirimu sendiri. Apakah kamu telah mengalami pembaharuan
hidup sebagai hasil pekerjaan Roh Kudus sebagaimana tertulis dalam
Kitab Galatia 5:22-23? Tuliskan secara jujur.
Diri Saya
No

Buah Roh

1.

Kasih

2.

Sukacita

3.

Damai sejahtera

4.

Kesabaran

5.

Kemurahan

6.

Kebaikan

7.

Kesetiaan

8.

Lemah lembut

tidak
pernah

22

jarang

seringkali

selalu

9.

Penguasaan diri

b. Penilaian Pengetahuan

Contoh Tes Tertulis


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen
Kelas/Semester : XI/1
Mensuplai jawaban singkat atau pendek:
1. Sebutkan cara peserta didik SMA Kelas XI memelihara alam
sebagai tanggapan atas pemeliharaan Tuhan Allah pada dirinya.
2. ..................................
Cara Penskoran:
Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan
kelengkapan jawaban yang diberikan/ditetapkan guru. Semakin
lengkap dan tepat jawaban, semakin tinggi perolehan skor.
c. Penilaian Keterampilan

Contoh Check list


Format penilaian praktek: bermain peran tokoh/cerita Alkitab
Nama peserta didik: ________ Kelas: _____
No

Aspek Yang Dinilai

Baik

Penghayatan

Sikap dan kesungguhan dalam


berdoa

3.

Kesesuaian
dibahas

dengan

topic

Tidak Baik

yang

Keterangan:
Kriteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang
Penilaian
unjuk
kerja
yang
menggunakan
skala
penilaian
memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan
kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana
pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak
sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 5 = sangat kompeten, 4
= kompeten, 3 = cukup kompeten, 2 = kurang kompeten, dan 1 =
sangat kurang kompeten. Untuk memperkecil faktor subyektivitas, perlu
dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, agar hasil penilaian lebih
akurat.
A. Kontekstualisasi Pembelajaran PAK

23

Kontekstualisasi pembelajaran PAK adalah upaya menyampaikan


pembelajaran dalam konteks kehidupan peserta didik yang aktual,
mencakup lingkungan sosial dan budaya setempat. Kontekstualisasi
pembelajaran berarti guru menggunakan simbol-simbol
setempat
dalam menjelaskan materi atau bahan ajar kepada peserta didik.
Tujuannya ialah supaya peserta didik dapat mengerti dan menangkap
penjelasan guru karena sesuai dengan apa yang secara konkrit dapat
dilihat dan dirasakan oleh peserta didik. Misalnya tokoh-tokoh dunia
bisa diganti dengan tokoh setempat. Contoh dan ilustrasi pembelajaran
hendaknya tidak hanya mengacu pada realitas di tempat tertentu
tetapi dibuka ruang supaya guru dan peserta didik dapat
mennyesuaikannya dengan kebutuhan setempat. Misalnya, ketika
belajar tentang tokoh-tokoh Alkitab yang menjadi teladan dalam
kebaikan dan kebenaran, guru dan peserta didik dapat mengambil
contoh dari folklore atau cerita rakyat setempat. Ketika dalam
pembelajaran ada aktivitas membuat slogan ataupun menonton
film/video, guru dan peserta didik dapat mengganti dengan bentuk
aktivitas lainnya yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
sekolah, wilayah. Ketika belajar mengenai nilai-nilai kristiani, guru dan
peserta didik dapat mengambil contoh dari nilai dan norma yang sesuai
dengan kearifan lokal asalkan tidak melenceng dari isi Alkitab, topik dan
KD.
Kontekstualisasi pembelajaran juga berarti bahwa guru harus mampu
menyampaikan bahan ajar dalam cara berfikir atau pola berfikir atau
cara pandang masyarakat setempat. Dengan demikian peserta didik
dapat mengembangkan secara kreatif bahan ajar yang mereka terima
dari guru sesuai nalar dan wawasan serta konteks kehidupan peserta
didik. Melalui kontekstualisasi seperti itu, maka pembelajaran PAK yang
dipandu oleh isi Alkitab mampu diterima sebagai pandangan hidup
kemudian dijadikan nilai-nilai kehidupan yang melembaga dalam
kehidupan sehari-hari. Proses ini kemudian berlanjut dimana nilai-nilai
yang dibelajarkan menjadi baku dalam diri peserta didik yang
diwujudkan dalam praktik kehidupan serta menjadi pembiasaan hidup
atau habit. Proses tersebut nampak dalam diagram di bawah ini:

24

DIAGRAM KONTEKSTUALISASI PAK


ALKITAB

PANDANGAN HIDUP
(WORLD VIEW)

Nilai Hidup

Pelembagaan Pandangan Hidup (Institution)

Pembakuan Pandangan Hidup Menjadi Sifat Dasar (Nature)

Praktik Hidup Hidup dan pembiasaan hidup

Diagram kontekstualisasi tersebut di atas menunjukkan bahwa


kontekstualisasi pembelajaran akan menghasilkan mutu pembelajaran
yang berkualitas dan berdampak pada kualitas hidup peserta didik.
Pendidikan Agama Kristen adalah proses dimana nilai-nilai iman tidak
hanya dipelajari sebagai pengetahuan namun sebagai nilai-nilai yang
mempengaruhi dan mengubah pola pikir dan perbuatan peserta didik
dimana nilai-nilai tersebut dijadikan pembiasaan hidup. Dengan demikian,
peserta didik berproses sebagai manusia makluk mulia ciptaan Allah yang
menghormati dan mengasihi sesama tanpa kecuali . Pada akhirnya nilainilai yang dipelajari, dihayati serta di jalankan merupakan penangkal
terhadap kekerasan dan radikalisme.

I.

KOMPETENSI

DASAR,

MATERI

PEMBELAJARAN,
25

DAN

KEGIATAN

PEMBELAJARAN
A. Kelas X
Alokasi waktu: 102 jam pelajaran
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
1.1 Mensyukuri
Menjadi manusia

karunia Allah
dewasa dalam iman
bagi dirinya
Bertumbuh
yang terus
menjadi dewasa
bertumbuh
sebagai pribadi
dewasa

2.1 Mengembangkan
perilaku sebagai
pribadi yang
terus bertumbuh
menjadi dewasa
3.1 Menganalisis ciriciri pribadi yang
terus
bertumbuh
menjadi dewasa
1.1 Membuat karya
yang berkaitan
dengan ciriciri pribadi yang
terus
bertumbuh
menjadi dewasa

1.2 Menghayati nilai- - Makna


kesetiaan,
nilai Kristiani:
keadilan, dan kasih
kesetiaan, kasih
dan keadilan
dalam kehidupan
sosial

26

Kegiatan Pembelajaran
Mengamati perbedaan yang dialami
ketika sudah duduk di kelas X,
dibandingkan dengan di kelas IX.
Mendisukusikan Perbedaan antara
orang yang dewasa dengan yang
belum dewasa.
Merumuskan, apa saja ciri-ciri orang
yang sudah dewasa dalam iman
dan aspek perkembangan lainnya.
Mewawancarai dua orang dewasa
yang dijadikan panutan, tentang
pengalaman yang menolong
mereka untuk tumbuh menjadi
orang dewasa yang bertanggung
jawab.
Membayangkan, apa jadinya bila
orang bertambah usia, tetapi tidak
menunjukkan ciri-ciri sebagai orang
dewasa.
Melakukan kajian tentang perilaku
seorang yang berkepribadian
matang dalam diri Tuhan Yesus,
tokoh-tokoh Alkitab lainnya, dan
melalui Mazmur 90, menyimpulkan,
apa saja hal-hal yang harus
dilakukan untuk menjadi dewasa
dan bertanggung jawab.spiritual.
Memberikan contoh-contoh pribadi
yang dewasa dari kisah-kisah yang
diambil dari media massa/internet.
Melaporkan hasil wawancaranya
terhadap dua orang yang jadi
panutan.
Membuat komitmen untuk
mengembangkan kepribadian yang
matang berdasarkan tanda-tanda
manusia yang bertumbuh sebagai
pribadi dewasa. Teks Alkitab acuan:
1 Korintus 13:11
1 Timotius 4:12
Yakobus 5: 12
Membagikan apa yang dipelajari
tentang ciri-ciri orang dewasa,
kepada orang-orang lain di
sekitarnya (rumah, lingkungan).
Mengamati (atau melakukan studi
kasus) dari pengalaman, dan dari
berbagai sumber belajar lainnya,
seberapa jauh ada wujud kesetiaan,
kasih, dan keadilan di masyarakat.
Melakukan kunjungan ke kantor
pemerintah/Lembaga Hukum, untuk

2.2 Meneladani
Yesus dalam
mewujudkan
nilai-nilai
Kristiani:
kesetiaan, kasih
dan keadilan
dalam kehidupan
soial
3.2 Memahami
makna nilai-nilai
Kristiani:
kesetiaan, kasih
dan keadilan
dalam kehidupan
1.2 Menerapkan nilainilai Kristiani:
Kesetiaan, kasih
dan keadilan
melalui berbagai
aktivitas

1.3 Mengakui peran


Roh Kudusdalam
membaharui
kehidupan orang
beriman
2.3 Bersedia hidup
baru sebagai
wujud percaya
pada peran Roh
Kudus sebagai
pembaharu
3.3 Memahami
peran Roh Kudus
dalam
membaharui
kehidupan orang
beriman

mendapatkan informasi, bagaimana


kantor-kantor tersebut
mempraktekkan kesetiaan, kasih
dan keadilan. Kegiatan ini bisa
dipakai sebagai konfirmasi terhadap
apa yang sudah ditemukan dari
tugas mengamati sebelumnya.
Menggali dari Alkitab, tentang
makna kesetiaan, kasih dan
keadilan seperti yang diajarkan
para nabi dan Tuhan Yesus.
Mendalami kembali nilai-nilai
Kristiani, seperti buah-buah roh
(kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan,
penguasaan diri) yang sudah
pernah diekplorasi pada kelas VII.
(Teks.Alkitab yang dipakai: Ul.
16:19-20 ; Maz. 106 : 3 ; Ams.
21:15, 29:4 ; Yes 56 :1 ; Yer 22:3;
Mat. 23:23 ; Roma 3:25-26.; Yoh
15:11-14 ; Filipi 2:5-8. Gal. 5: 22.)
Melakukan kajian dengan
menggunakan berbagai sumber,
apa dilandasi oleh kasih dan
kerelaan untuk berkorban.
Menjelaskan langkah-langkah yang
akan dilakukan dalam 3 bulan
mendatang: bagaimana
mewujudkan nilai kesetiaan, kasih,
dan keadilan seperti yang telah
diteladaninya dari para nabi dan
Tuhan Yesus
Membuat kesimpulan, mengapa
nilai-nilai kesetiaan, kasih dan
keadilan perlu diwujudkan dalam
kehidupan bermasyarakat, dalam
berbagai unjuk kerja (puisi, tulisan
di majalah, dsb.).

- Peran Roh Kudus


bagi orang
percaya

Mengamati seberapa jauh kotbah di


gerejanya membahas tentang
peran Roh Kudus.
Mendiskusikan peran Roh Kudus
dalam kehidupan keluarga, gereja
dan masyarakat.
Mengkaji peran Roh Kudus
berdasarkan ayat-ayat Alkitab
sebagai berikut:

27

- Roma 15:1-5
- Markus 13: 11
- Yohanes 14:16-17, 26; 16:13
- Roma 5:5; 8:14
- 1 Korintus 12: 7-11
- Efesus 1: 14
- Galatia 5: 18
Membuat daftar beberapa bagian
Alkitab yang menulis tentang
pembaruan hidup oleh Roh Kudus.

1.3 Menyajikan
presentasi
berkaitan
dengan peran
Roh Kudus
sebagai
pembaharu
mengacu pada
Alkitab

1.4 Mensyukuri
karunia Allah
melalui
kebersamaan
dengan orang
lain tanpa
kehilangan
identitas
2.4 Bersedia hidup
bersama dengan
orang lain tanpa
kehilangan
identitas
3.4 Menganalisis
makna
kebersamaan
dengan orang
lain tanpa
kehilangan
identitas
4.4 Membuat
proyek
mengenai
kebersamaan
dengan orang
lain tanpa
kehilangan
identitas

Pada tiap bagian Alkitab yang


dipilih, peserta didik membuat
komentar dan dikaitkan dengan
sikap hidup sehari-hari. Misalnya
Roma 8:1-17: Hidup oleh Roh.
Menuliskan doa yang menunjukkan
keyakinannya pada Roh Kudus yang
mengarahkan hidupnya
ke arah
yang benar.
Mennyimpulkan pentingnya
menyerahkan diri dalam pimpinan
Roh Kudus dan membiarkan Roh
Kudus membimbing ke arah hidup
yang benar (menyelesaikan konflik,
tidak mementingkan diri sendiri,
hidup berkenan di hadapan Allah
dan sesama).
- Karunia Allah dalam
kepelbagaian
- Persahabatan yang
sejati.
- Pacaran yang sehat
menurut
iman
Kristiani.
- Diriku
bersama
dengan orang lain

28

Mengamati kemajemukan yang


ditemukan di lingkungan dan di
masyarakat: dari segi suku/adat
istiadat, makanan, bahasa/ dialek,
agama, dsb. Melaporkan hasil
pengamatannya melalui berbagai
penampilan seperti: pakaian adat,
makanan khas, nyanyian daerah,
logat bahasa daerah, gambargambar rumah ibadah dan ritual
agama dari masing-masing agama.
Membagikan suka-duka dalam
pengalamannya menjalin hubungan
pertemanan dan persahabatan.
Melakukan curah pendapat tentang
pacaran yang sehat dalam
kehidupan mereka sebagai remaja.
Dapat dimulai dengan berbagi
cerita tentang alasan menyukai
seseorang/alasan jatuh cinta.
Mendiskusikan tentang pacaran
dalam Iman Kristen (teks
pembanding: I Korintus 3:16-17 ; 6:
18-20 ; Roma 1:24-29). Cerita
Alkitab pembanding adalah Kisah
Simson dan Delila.
Mendiskusikan bagaimana caranya
membangun hubungan pacaran
yang baik dan bertanggungjawab.
Mengkaji prinsip-prinsip
persahabatan yang Yesus
teladankan, yang membuat
identitas diri-Nya makin nampak,
antara lain:
- melayani dengan merendahkan
diri (Yohanes 13:15).
- saling mengasihi (Yohanes 15:1217).
- mempercayai seseorang dengan
memberikan kesempatan
(Yohanes 18:12-27).
Mengaji tentang pentingnya
memelihara identitas diri sebagai

pribadi dan remaja Kristen di


tengah keberagaman berdasar
pada kehidupan Nuh ( Kejadian 6:9,
11,12) dan Salomo (I Raja-raja
11:38) ; (Bandingkan beberapa
bagian Firman Tuhan Roma 1:17,
Yehemia 18:19-20, Galatia 2 :14, II
Petrus 2:4-10, I Yohanes 1 : 6, I
Yohanes 5:20, III Yohanes 1:3).
Membuat sebuah poster dan
mensosialisasikan di kalgan remaja
mengenai pacaran yang sehat
sesuai iman Kristen.
Menulis cerita dengan tema
Remaja Kristen di Tengah
Keberagaman sebagai bentuk
ungkapan pemahaman akan iman
Kristen yang dewasa.
1.5 Mensyukuri
keberadaan Allah
sebagai
pembaharu
kehidupan
manusia dan
alam
1.5 Merespon
keberadaan
Allah sebagai
pembaharu
dalam relasi
dengan sesama
manusia dan
alam
1.5 Memahami
keberadaan
Allah sebagai
pembaharu
kehidupan
manusia dan
alam
4.5 Membuat karya
yang berkaitan
dengan peran
Allah sebagai
pembaharu
kehidupan
manusia dan
alam

Keberadaan Allah
sebagai pembaharu
kehidupan.
Karya Allah dalam
membaharui
kehidupan.
Peran remaja
Kristen dalam

pembaharuan
hidup manusia dan
alam.

Mengamati lingkungan sekitar


sambil merenungkan, apakah
semua yang terjadi di alam adalah
karena kebetulan, atau karena
Allah yang Mahakuasa mengambil
peranan penting?
Melakukan refleksi bagaimana Allah
membaharui kehidupan alam dan
manusia.

Mengaji cerita inspiratif dan


menarik hubungannya dengan
pengalaman pribadi mereka. Cerita
inspiratif bisa diambil dari Alkitab
ataupun cerita lainnya tentang
Tokoh Humanis atau para pekabar
Injil. Inti cerita tentang
Pembaharuan Hidup
Membahas bagian Alkitab
mengenai Allah yang membaharui
hidup manusia dan alam. (Jika
memungkinkan, peserta didik dapat
menonton bersama film tentang
Kisah Nuh). Diambil dari teks
Yeremia 1: 4-10 tentang Yeremia
yang diangkat oleh Allah untuk
mencabut dan merubuhkan,
membinasakan dan meruntuhkan,
membangun dan menanam, atau
dengan kata lain membuang yang
rusak dan menghasilkan
pembaharuan.
Dalam kelompok, membahas
bagian Alkitab yang menulis
tentang Allah yang membaharui
hidup manusia dan alam
Membuat tulisan pendek atau karya
29

kreatif
lainnya
tentang
peran
remaja Kristen dalam turut serta
mendukung pembaharuan hidup
manusia dan alam. Tulisan atau
karya tersebut dibahas dalam 1 kali
pertemuan
(dibacakan
atau
dipresentasikan)
(Contoh
karya
kreatif: tulisan, lukisan, puisi, doa,
karya seni lainnya).

B. Kelas XI
Alokasi waktu: 102 Jam Pelajaran
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
1.1 Mengakui peran Keluarga dan

Allah dalam
Modernisasi
kehidupan
- Peran Allah dalam
keluarga
kehidupan
keluarga
2.1 Mengembang- Hakikat keluarga
kan perilaku
- Makna keluarga

tanggung jawab
yang bertumbuh.
sebagai wujud
dari pengakuan
terhadap peran
Allah dalam

kehidupan
keluarga
1.1 Memahami
peran Allah
dalam kehidupan
keluarga

4.1 Bersaksi tentang


peran Allah
dalam
keluarganya

1.2 Menghayati nilainilai Kristiani


dalam kehidupan
keluarga dan
pernikahan
1.2 Mewujudkan
nilai-nilai
Kristiani dalam
kehidupan
keluarga dan

Pernikahan Kristen

30

Kegiatan Pembelajaran
Melakukan pemetaan pikiran (mind
mapping) tentang kehidupan
manusia berdasarkan sumber
belajar yang dimilikinya (buku,
artikel majalah/koran, internet,
dsb.).
Menanyakan apa yang diinginkan
remaja sebaya dari orangtua dan
keluarga dan apa yang diinginkan
orangtua dan keluarga dari remaja.
Merancang dan melakukan
kajian/penelitian tentang hal apa
yang diinginkan remaja sebaya dari
orangtua dan keluarga.
Menggali dari alkitab tentang apa
yang Allah inginkan dari keluarga.
(Guru membahas peranan keluarga
besar dalam proses sosialisasi dan
pendidikannya
Menganalisis hasil penelitian dan
mempresentasikan tentang apa
yang diinginkan remaja sebaya dari
orangtua dan keluarga Hasil
penelitian dibandingkan dengan
apa yang Allah inginkan dari
keluarga.
Melakukan simulasi tentang
peranan orangtua dalam
pendidikannya.
Menjelaskan pengertian keluarga
dan apa peran Allah untuk
keluarga.
Mengamati ciri-ciri kehidupan
keluarga Kristen.
Megamati kehidupan keluarga
Kristen yang menerapkan nilai-nilai
Kristiani
Mengaitkan hubungan antara nilainilai Kristiani dengan pernikahan.
Mengidentifikasi nilai-nilai kristiani
dalam kaitannya dengan
pernikahan , khususnya persiapan

pernikahan

pernikahan.

1.2 Menganalisis
pentingnya nilainilai Kristiani
dalam kehidupan
keluarga dan
pernikahan

4.2 Membuat karya


yang berkaitan
dengan nilai-nilai
kristiani dalam
kehidupan
keluarga dan
pernikahan

1.3 Mengakui peran - Keluarga dan


keluarga dan
Sekolah sebagai
sekolah sebagai
lembaga
lembaga
pendidikan utama
pendidikan
utama dalam
kehidupan masa
kini
1.3 Bersikap kritis
dalam menyikapi
peran keluarga
dan sekolah
sebagai lembaga
pendidikan
dalam kehidupan
masa kini
3.3 Memahami
peran keluarga
dan sekolah
sebagai lembaga
pendidikan
dalam kehidupan
modern
1.3. Membuat proyek
yang berkaitan
dengan peran
keluarga dan
sekolah sebagai
lembaga
pendidikan
utama

Melakukan percakapan/wawancara
dengan orang yang sudah menikah
dan yang akan menikah mengenai
makna pernikahan serta nilai-nilai
yang harus dibangun dalam
pernikahan kristen.
Mengkritisi konteks keluarga masa
kini terutama hubuagan antara
anak dengan orang tua, suami
dengan isteri, hubungan antara
sesama saudara.
Mengkaitkan hubungan antara teks
Alkitab dengan tanggung jawab
suami-isteri.
Membuat klasifikasi bentuk
tantangan yang dialami oleh suamiisteri dalam membangun
kehidupan bersama.
Membuat tulisan/ refleksi pendek
mengenai makna keluarga bagi
dirinya.
Membuat kliping mengenai
kehidupan perkawinan dan
berbagai masalah yang timbul
kemudian memberikan penilaian
dalam bentuk analisis.
Mengamati peran keluarga dan
sekolah, dan pentingnya
mengomunikasikan antara keluarga
dan sekolah sebagai lembaga
pendidikan utama.
Mengaitkan peran keluarga dan
sekolah bagi seorang remaja.

Membuat observasi sederhana


mengenai faktor penyebab putus
sekolah dan apa yang dapat
dilakukan untuk mengatasinya.
Menggali pesan Alkitab tentang
pendidikan anak (bisa diambil dari
Ulangan 6 dan Amsal).
Merumuskan hakekat dan peran
keluarga dan sekolah sebagai
lembaga pendidikan utama.
Mengajak orangtua membuat janji
komitmen partisipasi orangtua
dalam proses pendidikannya.
Menyampaikan hasil refleksi
tentang peran keluarga dan sekolah
sebagai lembaga pendidikan dalam
kehidupan modern.

31

1.4 Mengakui bahwa perkembangan


kebudayaan,
ilmu
pengetahuan
seni dan
teknologi adalah
anugerah Allah
1.4 Bersikap kritis
dalam
menghadapi
perkembangan
kebudayaan,
ilmu
pengetahuan,
seni dan
teknologi
dengan
mengacu pada
Alkitab
1.4 Menilai
perkembangan
kebudayaan,
ilmu
pengetahuan,
seni dan
teknologi
dengan
mengacu pada
Alkitab
1.4 Membuat karya
yang mengkritisi
perkembangan
kebudayaan,
ilmu
pengetahuan,
seni dan
teknologi
dengan
mengacu pada
Alkitab

C. Kelas

Kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan
teknologi adalah
anugerah Tuhan

Mengamati dan melakukan studi


kasus dari pengalaman dan
berbagai sumber belajar lainnya
tentang kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai
anugerah Tuhan.

Mengumpulkan dari berbagai


sumber apa saja wujud
kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang merugikan
kehidupan manusia.
Mendiskusikan kearifan lokal yang
dapat dianggap sebagai
kebudayaan yang mampu menjadi
filter kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi yang
telah dirusak oleh dosa.. Misalnya,
filosofi Jawa alon-alon asal
kelakon yang bermaksud
menekankan kehati-hatian dapat
dipakai mengatasi budaya serba
instan. Gotong royong yang dapat
dipakai mengatasi individualisme,
dsb.
Membandingkan dengan ayat
Alkitab
- Matius 5:13-16
- 1 Korintus 10: 23
- 1 Yohanes 2:15-16
- Kejadian 11:1-9
Menyikapi perkembangan
kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mengacu pada
Alkitab.
Membuat poster, puisi, artikel di
majalah dinding, lirik lagu, dsb.
yang isinya membuat masyarakat
menyadari bahaya larut dalam
kebudayaan populer padahal belum
tentu hal itu sesuai dengan nilainilai Kristiani.

XII

Alokasi waktu: 96 Jam Pelajaran


Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
Pembawa damai
1.1 Menerima

Demokrasi dan sejahtera


HAM sebagai
Hak Asasi
anugerah Allah
Manusia sebagai
anugerah Tuhan
1.1 Mengembangka
n perilaku yang
mencermin-kan
nilai-nilai
32

Pembelajaran
Mengamati sedikitnya 5 peristiwa di
masyarakat yang menunjukkan
kualitas Demokrasi dan HAM di
Indonesia. Boleh memakai artikel
yang disediakan guru, misalnya,
tentang tabrak lari, atau artikel lain
yang menggambar-kan
kesewenang-wenangan pihak yang

Demokrasi dan
HAM
3.1 Memahami arti
Demokrasi dan
HAM serta
mengenali
berbagai
bentuk
pelangga-ran
Demokrasi dan
HAM yang
merusak
kehidupan dan
kesejahtera-an
manusia
4.1 Membuat karya
yang berkaitan
dengan
Menerap-kan
sikap dan
perilaku yang
menghar-gai
Demokrasi dan
HAM

berkuasa, dan dari hasil


pengamatan ini membuat
penilaian, seberapa jauh
masyarakat Indonesia sudah
menerapkan Demokrasi dan HAM.
Menceritakan pengalaman
berdemokrasi: ikut serta dalam
pemilihan ketua Osis, musyawarah
dan mufakat di tingkat keluarga,
RT/RW, sekolah, gereja, mengikuti
Pilkada dan Pemilu.
Membuat analisis: Mengapa
pembahasan tentang Demokrasi
dan HAM relevan untuk orang
Kristen. ( dibantu dengan ayat
Alkitab yang dianggap tepat untuk
mendukung ide ini.)
Membaca tentang pemilihan Matias
dan Stefanus dalam Kisah Para
Rasul (bahwa demi kesejahteraan
orang banyak, ada orang-orang
yang dipilih dengan persetujuan
orang banyak juga, dan Matias
serta Stefanus bekerja dengan baik
karena sangat bertanggung jawab
untuk tugas dan pelayanannya) dan
menemukan prinsip demokrasi.
Menjelaskan makna Demokrasi dan
HAM.
Mengkritisi praktik demokrasi DAN
ham di daerahnya dan di Indonesia
serta membandingkannnya dengan
ayat Alkitab
Membuat pernyataan tekad: akan
berperan serta dalam penegakan
Demokrasi dan HAM dalam
lingkungan sehari-hari, termasuk
lingkungan keluarga dan sekolah.
Bersikap kritis dalam mewujudkan
nilai-nilai Demokrasi dan HAM
dalam masyarakat dengan
mengacu pada teks Alkitab.
Membuat dua proyek untuk
menerapkan nilai-nilai Demokrasi
dan HAM dalam kehidupan
keluarganya dan/atau
lingkungannya.
Mengumpulkan gambar-gambar
tokoh ham dan demokrasi baik lokal
maupun dunia dan menuliskan
kesan mereka terhadap tokoh
tersebut, apa yang mereka sukai
dan pembelajaran demokrasi apa
yang mereka dapat. (Minimal 4
tokoh). Dari semua tokoh itu, jika
diminta memilih, dia ingin menjadi
seperti siapa dan mengapa?
(Contoh: Misalnya ia memilih
Soekarno, (Minimal 4 tokoh). Dari
33

1.2 Mensyukuri
pemberian
Allah dalam
kehidupan
multikultur

Multikultur adalah
pemberian Allah

1.2 Mengembangkan sikap dan


perilaku yang
menghargai
multikultur

semua tokoh itu, jika diminta


memilih, dia ingin menjadi seperti
siapa dan mengapa? (Contoh:
Misalnya ia memilih Soekarno,
mengapa ia memilihnya).
Mempelajari artikel tentang
penyerangan terhadap kelompok
tertentu oleh kelompok lainnya, dan
menjawab pertanyaan tentang
artikel tersebut.

Membangun pertanyaan kritis


mengenai motivasi orang Samaria
berbuat baik mengacu pada Injil
Lukas 10: 25-37.
Membaca Bahaya Eksklusivisme
dalam masyarakat multikultural,
lalu membuat rumusan/ usulan,
bagaimana membangun sikap
inklusif.

3.2 Menganalisis
nilai-nilai
multikultur
4.2 Membuat
proyek yang
berkaitan
dengan
kehidupan
multikultur

Menelaah pluralisme dari perspektif


Alkitab misalnya orang Samaria
yang murah hati, seperti tercantum
dalam Injil Lukas 10: 25-37.
Merumuskan tentang pengertian
pluralisme, dan pentingnya hal ini
dipraktikkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di
Indonesia.
Menelaah keberadaan atau hakikat
ras, etnis, dan gender dari
perspektif Alkitab.
Menjelaskan tentang
multikulturalisme.
Mempraktikkan dan
memperjuangkan keadilan ras,
etnis, dan gender di lingkungan
sekolah/gereja/ masyarakat.

1.3 Menghayati

pentingnya
keadilan
sebagai dasar
mewujudkan
Demokrasi dan
HAM mengacu
pada teks
Alkitab
2.3 Mengembang
kan rasa
keadilan
sebagai dasar
mewujudkan
Demokrasi dan
HAM mengacu
pada teks
Alkitab

Demokrasi dan
HAM

Meneliti teks Alkitab yang menulis


mengenai keadilan, terutama
perintah Allah dalam kaitannya
dengan keadilan serta akibat yang
ditanggung jika mengabaikan
perintah itu.
Mengamati praktik keadilan di
rumah dan di sekolah, apakah
keadilan diterapkan di rumah dalam
pola asuh orang tua, hubungan
antar saudara dan di sekolah dalam
kaitannya antara sikap guru dan
peserta didik dan sikap antar sesam
peserta didik.
Menjelaskan arti keadilan
khususnya dikaitkan dengan
Demokrasi dan HAM. Apakah
34

3.3 Menilai
pentingnya
keadilan
sebagai dasar
mewujudkan
Demokrasi dan
HAM pada
konteks global
dan lokal
mengacu pada
teks Alkitab

4.3 Mempresentasikan karya


yang berkaitan
dengan
pentingnya
keadilan
sebagai dasar
mewujudkan
Demokrasi dan
HAM mengacu
pada teks
Alkitab

1.4 Menghayati dan


enjalankan
perannya
sebagai
pembawa
damai
sejahtera
dalam
kehidupan
sehari-hari
2.4 Bersikap
proaktif sebagai
pembawa
damai
sejahtera
dalam
kehidupan
sehari-hari
3.4 Menganalisis
peran remaja
sebagai
pembawa
damai
sejahtera
dalam
kehidupan
sehari-hari
selaku murid
Kristus
4.4 Membuat
proyek yang
berkaitan
dengan peran

Menjadi pembawa
damai sejahtera

peserta didik telah memparktikkan


keadilan dalam dirinya?
Mencari dari berbagai sumber
mengenai praktik keadilan secara
global maupun pada aras lokal,
dalam gereja maupun
pemerintahan.
Kerja kelompok, Mempelajari
berbagai informasi tersebut serta
membuat catatan kritis mengenai
praktik keadilan, jadikan teks
Alkitab sebagai acuan apakah
praktik keadilan itu menyimpang
atau tidak.
Meng kaitkan antara keadilan,
Demokrasi dan HAM
Mempresentasikan catatan kritis
yang dibuat ketika mempelajari
praktik keadilan pada aras global
maupun lokal.
Menulis refleksi makna keadilan
bagi dirinya, terutama dikaitkan
dengan praktik keadilan di rumah
maupun di sekolah.

Mengamati dari berbagai sumber


belajar, apakah kehidupan dalam
kondisi damai sejahtera dirasakan
di masyarakat.
Mengkritisi: Apa yang akan terjadi
bila setiap orang Kristen dibiarkan
hidup semau-maunya, tanpa
mengindahkan perintah Tuhan
Yesus untuk saling mengasihi?
Menjelaskan dengan kata-kata
sendiri makna damai sejahtera dari
perspektif Alkitab.
Merancang program yang
menunjukkan sikap menghargai
sesama.
Membuat program untuk 3 bulan ke
depan: mempraktikkan damai
sejahtera dalam kehidupan seharihari.

35

remaja sebagai
pembawa
damai
sejahtera

36

Anda mungkin juga menyukai