Anda di halaman 1dari 41

SILABUS MATA PELAJARAN

SEKOLAH MENENGAH ATAS

(SMA)

MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


JAKARTA, 2016DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

I. PENDAHULUAN 1

A. Rasional 1

B. Kompetensi Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti di Pendidikan Dasar dan Menengah
3
C. Kompetensi Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti di Sekolah Menengah Pertama
5
D. Kerangka Pengembangan Kurikulum 5

E. Pembelajaran dan Penilaian 10

F. Kontekstualisasi Pembelajaran Sesuai dengan Kondisi Lingkungan dan Peserta Didik


20
II. KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN, DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
23
A. Kelas VII 23

B. Kelas VIII 27

C. Kelas IX 27

1
2
I. PENDAHULUAN
A. Rasional

Pada hakikatnya pengembangan Kurikulum 2013 adalah upaya yang dilakukan melalui salah satu elemen pendidikan, yaitu kurikulum untuk memperbaiki kualitas
hidup dan kondisi sosial bangsa Indonesia secara lebih luas. Jadi, pengembangan kurikulum 2013 tidak hanya berkaitan dengan persoalan kualitas pendidikan saja,
melainkan kualitas kehidupan bangsa Indonesia secara umum. Kompetensi, materi, dan pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dikembangkan melalui
pertimbangan kepentingan hidup bersama secara damai dan harmonis (to live together in peace and harmony). Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas pada
kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Penumbuhan dan pengembangan sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran, pembiasaan, keteladanan,
dan pembudayaan untuk mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Sekolah sebagai taman yang menyenangkan untuk tumbuh berkembangnya
pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa yang menempatkan pengetahuan sebagai perilaku (behavior), tidak hanya berupa hafalan atau verbal.

Di bidang Pendidikan Agama Kristen (PAK), perubahan ini sejalan dengan arah perubahan PAK yang bersifat dogmatis indoktrinatif menjadi PAK yang membebaskan
peserta didik untuk mengembangkan kreativitas berpikir, kemerdekaan dalam bersikap dan bertindak sesuai dengan isi ajaran iman kristiani.Dengan demikian,
mengasah kecerdasan peserta didik, antara lain dalam memperteguh iman kepada Tuhan Allah, mempunyai kedamaian batin, memiliki budi pekerti luhur,
menghormati serta menghargai semua manusia dengan segala persamaan dan perbedaannya termasuk sikap setuju untuk tidak setuju.

Perubahan mencolok yang terjadi dalam isi kurikulum Pendidikan Agama Kristen adalah isi kurikulum yang bersifat holistik dari KI-1 sampai dengan KI-4 dimana
membentuk peserta didik sebagai manusia utuh yang tidak terpilah-pilah dalam tiap ranah (kognitif, sikap dan ketrampilan). Perubahan lainnya adalah isi kurikulum
dan pembelajaran yang bersifat dogmatis indoktrinatif berubah menjadi “life center” dan membebaskan atau memerdekakan peserta didik untuk mengembangkan
kemerdekaan berpikir serta bereksplorasi.

Perubahan tersebut dipandang dapat membantu peserta didik menghadapi berbagai persoalan dan tantangan hidup masa kini yaitu:
a. globalisasi yang menawarkan dimensi baru pengetahuan dan otoritas yang kemudian turut mempengaruhi pola pikir dan gaya hidup anak dan remaja. Hal
itu nampak dalam bentuk konsumerisme, materialisme, dan hedonisme dan cara berpikir instan yang kian mengemuka dalam kehidupan keseharian;
b. pergeseran pemahaman dan penerapan nilai-nilai dan moral kehidupan, antara lain semakin menipisnya kejujuran, semakin maraknya penyalahgunaan
kekuasaan, melemahnya penghargaan terhadap sesama, dll;
c. perubahan pemahaman dan sikap seksualitas: pelecehan seksual, ketidakadilan jender, seksisme, komodifikasi seks dan tubuh, dll;
d. penyimpangan perilaku sosial di dalam masyarakat dan sekolah seperti diwarnai oleh antara lain : tawuran remaja, pertikaian antara kelompok yang
berakhir dengan kekerasan, tayangan media yang mengeksploitasi kekerasan;
e. meningkatnya fanatisme dan radikalisme agama, golongan dan kelompok yang berwawasan sempit; dan

1
f. pemanfaatan media sosial dan alat-alat teknologi komunikasi dan informasi yang tidak benar/menyimpang.

Berbagai permasalahan yang disebutkan di atas turut mempengaruhi kehidupan anak dan remaja. Oleh karena itu, penyusunan Kurikulum PAK sedapat mungkin
mampu menolong peserta didik untuk bersikap sebagai manusia makluk mulia ciptaan Allah yang:
 tidak bersikap fanatik sempit, sebaliknya membangun solidaritas dan toleransi dalam pergaulan sehari-hari;
 tidak bersikap konsumtif, materialistik, dan hedonistic;
 memiliki kesadaran dan proaktif dalam turut serta mewujudkan keadilan, kebenaran, demokrasi, HAM dan perdamaian;
 memiliki kesadaran untuk turut serta memelihara serta menjaga kelestarian alam;
 memiliki kesadaran akan keadilan gender serta mewujudkannya dalam kehidupan;
 memiliki kesadaran dalam mengembangkan kreativitas dalam berpikir dan bertindak;
 mampu menggunakan media sosial secara benar demikian pula pemanfaatan alat-alat teknologi komunikasi dan informasi;
 tidak kehilangan ciri khas sebagai anak-anak dan remaja Kristen Indonesia ketika diperhadapkan dengan berbagai tawaran nilai-nilai kehidupan. Ciri
khas sebagai bangsa Indonesia yang cinta tanah air dan bangsa dapat terus ditumbuh kembangkan melalui pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi
pekerti.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti bukan sekadar menyampaikan pesan moral apalagi hanya sekadar mengetahui tata cara hubungan antara manusia
dengan Tuhan, melainkan harus menyajikan isi kurikulum yang transformatif dan terinternalisasi dalam diri peserta didik. Artinya, isi kurikulum PAK dapat
mengubah serta membarui cara pandang dan sikap peserta didik serta mengarahkan peserta didik untuk memahami panggilan Tuhan untuk menjadi berkat bagi
sesama dan dunia.

Fungsi Pendidikan Agama Kristen

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, disebutkan bahwa: pendidikan agama berfungsi
membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan
hubungan inter dan antar umat beragama (Pasal 2 ayat 1). Selanjutnya disebutkan bahwa pendidikan agama bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik
dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Pasal 2 ayat 2).
Mata pelajaran PAK berfungsi untuk:
1. memperkenalkan Allah Tritunggal dan karya-karya-Nya agar peserta didik bertumbuh iman percayanya dan meneladani Allah dalam hidupnya; dan

2
2. menanamkan pengertian tentang Allah Tritunggal dan karya-Nya kepada peserta didik, sehingga mampu memahami, menghayati, dan mengamalkannya.

Kompetensi, materi, dan pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dikembangkan melalui pertimbangan kepentingan hidup bersama secara damai dan
harmonis (to live together in peace and harmony). Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas pada kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.
Penumbuhan dan pengembangan sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran, pembiasaan, keteladanan, dan pembudayaan untuk mengembangkan karakter
peserta didik lebih lanjut. Sekolah sebagai taman yang menyenangkan untuk tumbuh berkembangnya sikap, pengetahuan, dan keterampilan, peserta didik yang
menempatkan pengetahuan sebagai perilaku (behavior), tidak hanya berupa hafalan atau verbal.

Silabus ini disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan format
dimaksudkan agar penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak halaman namun lingkup dan substansinya tidak berkurang, serta tetap mempertimbangkan tata
urutan (sequence) materi dan kompetensinya. Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide, desain, dan pelaksanaan kurikulum; mudah
diajarkan oleh guru (teachable); mudah dipelajari oleh peserta didik(learnable); terukur pencapainnya (measurable), dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn)
sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan peserta didik.

Silabus ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta mengakomodasi
keungulan-keunggulan lokal. Atas dasar prinsip tersebut, komponen silabus mencakup kompetensi dasar, materi pokok, alternatif pembelajaran dan penilaianya.
Uraian pembelajaran yang terdapat dalam silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktifitas. Pembelajaran tersebut merupakan alternatif dan
inspiratif sehingga guru dapat mengembangkan berbagai model yang sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dalam melaksanakan silabus ini
guru diharapkan kreatif dalam pengembangan materi, pengelolaan proses pembelajaran, penggunaan metode dan model pembelajaran, yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan siswa.

B. Kompetensi Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

Perumusan Kompetensi tidak hanya terpaku pada kemampuan kognitif peserta didik yang mempelajari PAK sebatas knowledge atau pengetahuan belaka. Melainkan
dirumuskan sedemikian rupa sehingga mencerminkan kemampuan peserta didik secaran utuh, baik pengetahuan sikap dan ketrampilan terutama pada penghayatan
nilai-nilai iman Kristen dan pembentukan karakter kristiani.
Pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, diharapkan setelah mempelajari Pendidikan Agama Kristen peserta didik mampu memahami kasih Allah Tritunggal di
dalam Yesus Kristus dan mengasihi Allah dan sesama tanpa memandang perbedaan agama, suku, bangsa, budaya maupun kelas sosial. Menghayati imannya secara
bertanggung jawab serta berakhlak mulia dalam masyarakat majemuk.

3
Tabel 1. Kompetensi setelah mempelajari PAK Pendidikan Dasar dan Menengah

TINGKATAN KOMPETENSI LINGKUP MATERI

I Memahami kasih Allah melalui keberadaan dirinya Lingkup materi pada Tingkatan I merupakan wahana pembelajaran yang memfasilitasi
serta berterima kasih pada Allah dengan cara peserta didik untuk mengenal Allah melalui ciptaan-Nya. Sebagai ucap syukur karena telah
menjaga kebersihan tubuh serta menjaga kerukunan di diciptakan, dikasihi dan dipelihara oleh Allah, maka peserta didik memelihara kebersihan
rumah dan sekolah dirinya, mengasihi keluarga, mengasihi sesama tanpa memandang perbedaan suku bangsa,
agama dan kelas sosial. Ucap syukur juga diwujudkan melalui sikap memelihara alam.

II Memahami kehadiran Allah melalui berbagai peristiwa Pemahaman konsep mengenai Allah yang hadir melalui berbagai peristiwa alam hal itu
alam serta mengakui kemahakuasaan Allah. menjadi tanda bahwa Allah maha kuasa karena itu manusia beriman takluk pada kekuasaan-
Nya.
III Menjalankan ibadah dalam segala aspek kehidupan Refleksi ibadah sebagai ungkapan syukur dan diwujudkan dalam seluruh aspek kehidupan.
sebagai wujud syukur atas anugerah keselamatan yang Ibadah bukan hanya dalam bentuk penyembahan dan legitimasi melainkan mencakup seluruh
diterimanya. aspek hidup, termasuk pikiran, perkataan dan perbuatan.
IV Memahami bahwa Allah menyelamatkan manusia Pemahaman konsep, refleksi dan aksi menyangkut keselamatan dan tanggungjawab hidup
dalam Yesus Kristus dan bersikap sebagai manusia sebagai manusia yang telah menikmati anugerah keselamatan dari Allah didalam Yesus
yang telah diselamatkan. Kristus.
IV-A Mempraktikkan hidup sebagai orang beriman dan Pemahaman dan praktik kehidupan dalam iman dan pengharapan.
berpengharapan.
V Bertumbuh sebagai manusia dewasa dalam iman, Pemahaman konsep, eksplorasi, refleksi dan aksi mengenai bagaimana menjadi manusia
antara lain bersikap kritis menghadapi berbagai dewasa dalam iman yang terus bertumbuh serta bersikap kritis menghadapi berbagai
persoalan hidup. persoalan dan tantangan kehidupan.
VI Menjadi pembawa damai sejahtera di sekolah, di Pemahaman konsep, penalaran, eksplorasi, refleksi dan aksi mengenai turut serta
tengah keluarga, gereja dan masyarakat. memperjuangkan keadilan, kebenaran, kesetaraan, demokrasi dan HAM. Dalam rangka
perjuangan itu, maka siswa proaktif menjadi pembawa damai sejahtera dalam kehidupan.
pribadi, sekolah di tengah keluarga, gereja dan masyarakat.

4
C. Kompetensi setelah mempelajari Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti SMA

Kompetensi Pendidikan Agama Kristen di SMA.


 Memahami makna menjadi manusia dewasa dalam segala aspek dengan cara memiliki kedewasaan berpikir, berkata-kata dan bertindak sehingga
menampakkan karakter Kristiani.
 Mewujudkan perannya sebagai remaja Kristen di tengah keluarga, sekolah, gereja dan masyarakat Indonesia yang majemuk.

D. Kerangka Pengembangan Kurikulum PAK di SMA

Secara khusus PAK di SMA secara keseluruhan ingin memotivasi serta mencerahkan visi dan iman peserta didik untuk bertumbuh menjadi remaja yang memiliki
karakter kristiani. Dalam pertumbuhan itu, mereka mampu menjalankan perannya di tengah keluarga, sekolah, gereja dan masyarakat. Hal ini penting karena iman
Kristen adalah iman yang hidup yang menggerakkan orang beriman untuk mampu mengaktualisasi diri secara sehat sebagai pribadi, sebagai bagian dari keluarga,
gereja dan masyarakat bangsa Indonesia yang majemuk.

Pendidikan agama merupakan rumpun mata pelajaran yang bersumber dari Alkitab yang dapat mengembangkan berbagai kemampuan dan kecerdasan peserta didik.
Antara lain dalam memperteguh iman kepada Tuhan Allah, memiliki budi pekerti luhur, menghormati serta menghargai semua manusia dengan segala persamaan
dan perbedaannya (termasuk agree in disagreement/setuju untuk tidak setuju).

5
Kerangka Pengembangan Kurikulum PAK SMA Kelas X-XII mengikuti elemen pengorganisasi Kompetensdi Dasar yaitu Kompetensi Inti. Kompetensi Inti pada kelas I
sd VI yaitu:

Tabel 2. Kompetensi Inti di SMA

Kelas X Kelas XI Kelas XII

KI.1.Menghayati dan mengamalkan ajaran agama KI.1Menghayati dan mengamalkan ajaran agama KI.1.Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya. yang dianutnya yang dianutnya
KI.2.Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, KI.2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, KI.2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif

6
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
pergaulan dunia. pergaulan dunia dalam pergaulan dunia
KI.3. Memahami, menerapkan dan menganalisis KI.3.Memahami, menerapkan, dan menganalisis KI.3.Memahami, menerapkan, menganalisis dan
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
meta kognitif berdasarkan rasa ingintahunya tentang metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan penyebab fenomena dan kejadianserta menerapkan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang kejadian, serta menerapkan pengetahuan
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
memecahkan masalah. memecahkan masalah. dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI.4.Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah KI.4.Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah KI.4.Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta
konkret dan ranah abstrak terkait dengan konkret dan ranah abstrak terkait dengan dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, sekolah secara mandiri serta bertindak secara
serta mamapu menggunakan metoda sesuai kaidah serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
keilmuan. keilmuan metoda sesuai kaidah keilmuan

Pengembangan Kompetensi Dasar (KD) tidak dibatasi oleh rumusan Kompetensi Inti (KI), tetapi disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, kompetensi, lingkup
materi, dan psiko-pedagogi.

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Kristen Pendidikan Dasar dan Menengah

7
PAK di sekolah disajikan dalam dua ruang lingkup, yaitu Allah Tritunggal dan karya-Nya, dan Nilai-nilai kristiani. Pemahaman terhadap Allah dan karya-Nya harus
tampak dalam nilai-nilai kristiani yang dapat dilihat dalam kehidupan keseharian peserta didik. Inilah dua ruang lingkup yang ada dalam seluruh materi pembelajaran
PAK dari SD sampai SMA/SMK. Bagan ruang lingkup PAK nampak sebagai berikut:

Tabel 3. Ruang Lingkup Pembelajaran PAK

Pendidikan Dasar dan Menengah

SD SMP SMA
- Memahami Allah adalah pencipta manusia, alam dan segala - Menjelaskan Allah sebagai penyelamat di - Menjelaskan Allah sebagai
isinya. dalam Yesus Kristus pembaharu melalui Roh Kudus.
- Membiasakan diri menghormati orang yang lebih tua serta - Mempraktikkan kehidupan beriman dan - Memahami peran Alah dalam
menjaga kerukunan dalam kaitannya dengan nilai-nilai kristiani. berpengharapan dalam. kaitannya dengan Allah kehidupan keluarga dan pernikahan.
- Meyakini kehadiran Allah dan kekuasaan-Nya dalam Tritunggal - Menerapkan nilai-nilai kristiani
berbagai fenomena kehidupan. - Mendemonstrasikan perilaku yang dalam kehidupan modern.
- Menunjukkan berbagai perilaku yang menunjukkan nilai- menunjukkan nilai-nilai kristiani. - Menganalisis nilai demokrasi,
nilai kristiani dalam kaitannya dengan kehadiran dan kekuasaan - Menjelaskan karya Allah Tritunggal melalui HAM, multikultur sebagai anugerah
Allah. Allah.
gereja di tengah-tengah dunia.
- Menjelaskan manusia berdosa diselamatkan Allah melalui - Mewujudkan demokrasi, HAM
- Mempraktikkan peran sebagai anggota
Yesus Kristus. dan keadilan serta perdamaian.
gereja dan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai
- Membiasakan diri menyembah Allah baik dalam ibadah
kristiani.
formal maupun dalam sikap hidup yang berdasarkan nilai-nilai
kristiani.

Tabel 4. Ruang Lingkup Materi di SD

SD
I II III IV V VI
Allah Tritunggal dan Allah Tritunggal dan Allah Tritunggal dan karya-Nya: Allah Tritunggal dan Karya- Allah Tritunggal Allah Tritunggal dan
Karya-Nya: Karya-Nya: - Allah Maha Kuasa Nya: dan karya-Nya: karya-Nya:

8
- Allah pencipta - Allah - Kehadiran Allah melalui iklim - Menggantungkan - Allah - Allah adalah
manusia dan alam memeliharaku dan gejala alam hidup pada kekuasaan penyelamat Tuhan yang patut
- Allah melalui keluarga. - Kehadiran Allah melalui Allah manusia dalam disembah.
mengasihiku - Keluarga keberagaman flora dan fauna - Manusia makhluk Yesus Kristus - Membina
sebagai pemberian - Kehadiran Allah melalui terbatas. - Peran hubungan yang akrab
Nilai-nilai Kristiani: Allah. kepelbagaian: budaya, suku,agama dan - Kehadiran Allah Roh Kudus dengan Allah.
- Aku merawat - Kegunaan bangsa dalam berbagai peristiwa dalam pertoba-
tubuhku(1) anggota tubuh - Keutuhan ciptaan kehidupan tan Nilai-nilai Kristiani:
ciptaan Allah. - Ibadah sebagai
Nilai-nilai kristiani Nilai-nilai Kristiani: Nilai-nilai bentuk ketaatan pada
Nilai-nilai Kristiani: - Mengasihi dan toleran terhadap - Jujur mengakui
kristiani: Allah.
- Hidup rukun di sesama tanpa meman-dang perbedaan keterbatasannya sebagai
- Makna - Setia berdoa,
sekolah dan rumah - Menolong orang yang menderita manusia.
hidup baru bagi beribadah dan
- Menghormati - Tanggung jawab memeliha-ra - Disiplin dan
orang yang membaca Alkitab.
orangtua dan orang flora dan fauna yang ada di sekitarnya bertanggung jawab. - Melayani
- Allah memelihara telah
yang lebih tua - Perilaku bersyukur dalam
diselamatkan sesama sebagai
- Mengasihi berbagai peristiwa kehidupan manusia.
wujud ibadah.
keluarga dan teman - Menghormati
- Melakukan
sesama sebagai
tanggung jawab di
wujud ibadah.
rumah dan di sekolah

9
Tabel 5. Ruang Lingkup materi di SMP

SMP
VII VIII IX
Allah Tritunggal dan Karya-Nya: Allah Tritunggal dan Karya-Nya: Allah Tritunggal dan Karya-Nya:
- Allah terus berkarya - Beriman dan berpengharapan - Gereja dan masyarakat
- Allah mengampuni dan menyelamatkan manusia - Peran Roh Kudus dalam hidup orang beriman - Gereja yang bertumbuh
melalui Yesus Kristus - Gereja membawa perubahan baru
- Pemeliharaan dan keselamatan dari Allah Nilai-nilai Kristiani: - Karya Allah dalam pertumbuhan gereja
berlaku untuk seluruh ciptaan. - Berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kristiani: - Karya melalui gereja
rendah hati, peduli, disiplin dan solider
Nilai-Nilai Kristiani: - Hidup bersyukur Nilai-Nilai Kristiani:
- Solidaritas sosial - Hidup sebagai orang beriman - Membangun toleransi mengacu pada teladan Yesus
- Memelihara alam dan lingkungan hidup sebagai - Iman dan pengharapan. - Meneladani Yesus kristus dalam berkarya
wujud jawaban terhadap pemeliharaan dan - Hidup beriman sesuai dengan teladan Yesus - Pelayanan gereja di tengah masyarakat pada masa kini
keselamatan - Setia beribadah, berdoa dan membaca Alkitab - Berperan sebagai anggota gereja di tengah masyarakat
- Gereja yang melayani
- Gereja yang membawa perubahan di tengah masyarakat
dan dunia
- Tanggung jawab sosial umat Kristen

10
Tabel 6. Ruang Lingkup materi di SMA

SMA
X XI XII
Allah Tritunggal dan karya-Nya: Allah Tritunggal dan Karya-Nya: Allah Tritunggal dan Karya-Nya:
- Allah sebagai pembaharu kehidupan - Peran Allah dalam kehidupan keluarga. - Demokrasi sebagai anugerah Allah
melalui Roh Kudus. - Kebudayaan dan IPTEK sebagai anugerah - Hak asasi manusia (HAM) dalam
- Allah pembaharu kehidupan manusia dan Tuhan. perspektif iman Kristen
alam. - Multikultur adalah pemberian Allah

Nilai-nilai Kristiani:
Nilai-nilai Kristiani - Keadilan jender
Nilai-nilai Kristiani:
- Menjadi manusia dewasa dalam iman - Multikulturalisme
- Nilai nilai kristiani dalam kehidupan
- Makna kesetiaan,kasih dan keadilan - Proaktif dalam mewujudkan demokrasi
pernikahan dan keluarga dan sekolah sebagai
dalam kehidupan social dan HAM
lembaga pendidikan utama.
- Ras, Etnis dan gender - Turut memperjuangkan keadilan
- Bersikap kritis terhadap perkembangan
- Kebersamaan dengan orang lain tanpa - Menjadi pembawa damai sejahtera
kebudayaan, ilmu pengetahuan, seni dan teknologi.
kehilangan identitas
- Pertemanan, persahabatan, dan berpacaran.
- Nilai kristiani dalam keluarga dan masyarakat
- Pernikahan Kristen.
- Keluarga dan modernisasi.
- Keluarga dan sekolah sebagai lembaga
pendidikan utama.

11
E. Pembelajaran dan Penilaian

1. Pembelajaran PAK

Ada persepsi yang perlu diluruskan dalam pemahaman sebagian orang seolah-olah pembelajaran pendidikan agama cenderung menghafal sejumlah doktrin atau
ajaran (dogma) yang bersifat kognitif dimana implementasinya mewujud didalam kesetiaan beribadah secara formal. Pelajaran pendidikan agama seperti itu hanya
akan menghasilkan manusia yang pandai menghafal ajaran agama namun tidak pandai mewujudkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya,
pelajaran pendidikan agama malahan menyebabkan peserta didik terasing dari kehidupan. Oleh karena itu, dalam kurikulum Pendidikan Agama Kristen 2013,
rumusan Kompetensi Dasar diupayakan menghantar peserta didik untuk memahami nilai-nilai agama yang bersentuhan dengan realitas kehidupan. Berbagai isu
kontemporer yang dihadapi oleh masyarakat masa kini, maupun oleh anak-anak dan remaja dibahas dari sisi ajaran Alkitab. Nilai-nilai agama yang lahir dari ajaran
iman Kristen berperan sebagai cahaya yang menerangi setiap sudut kehidupan. Berdasarkan kerangka pikir tersebut, maka pembelajaran PAK di sekolah diharapkan
mampu menghasilkan sebuah proses transformasi pengetahuan, nilai dan sikap.

Ada dua pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Pendekatan yang
berpusat pada guru (teacher centered) dimana guru cenderung mendominasi proses pembelajaran sedangkan peserta didik lebih pasif. Pendekatan yang berpusat
pada peserta didik (student centered) cenderung memberi ruang yang seluas-luasnya pada peserta didik untuk mengembangkan kemerdekaan berpikir dan
kreativitasnya. Dalam Kurikulum 2013 pendekatan yang dianjurkan adalah pendekatan yang berpusat pada peserta didik. Namun, itu tidak berarti guru pasif dan
membiarkan proses pembelajaran berlangsung tanpa arahan dan dampingan. Dalam banyak kasus terjadi kesalahpahaman terhadap pendekatan yang berpusat pada

12
peserta didik karena guru meninggalkan kelas atau membiarkan peserta didik belajar sendiri tanpa arahan dan bimbingan. Pendekatan yang berpusat pada peserta
didik justru menuntut guru untuk bekerja keras serta mampu memaksimalkan seluruh potensi peserta didik.
Prosespembelajaran PAK adalah proses pembelajaran yang mengupayakan peserta didik mengalami pembelajaran melalui aktivitas-aktivitas kreatif yang difasilitasi
oleh guru. Proses dan hasil pembelajaran PAK memiliki bentuk-bentuk pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dapat diukur melalui penilaian ( assessment) sesuai
kriteria pencapaian. Penilaian sikap amat penting dalam mata pelajaran PAK justru yang menjadi tolok ukur utama bagi keberhasilan proses belajar mengajar PAK
adalah sikap kepada Tuhan Allah dan kepada sesama. Pendekatan saintifik adalah salah satu pendekatan yang dapat menghantar peserta didik mengalami
pembelajaran kreatif sehingga mereka mengalami pengalaman “berjumpa dengan Allah” melalui pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang memungkinkan mereka
mengembangkan penghayatan serta kemampuan reflektif dalam menghayati serta menjalankan ajaran imannya.

Sebagaimana kita ketahui bahwa kekhasan PAK membuat PAK berbeda dengan mata pelajaran lain, yaitu PAK menjadi sarana atau media dalam membantu peserta
didik berjumpa dengan Allah. Pertemuan itu bersifat personal, sekaligus tampak dalam sikap hidup sehari-hari yang dapat disaksikan serta dapat dirasakan oleh
orang lain, baik guru, teman, keluarga maupun masyarakat. Meskipun demikian, kekhasan ini bukanlah alasan untuk membelenggu pembelajaran PAK dalam model
pendekatan yang terbatas. Sebagai disiplin ilmu, Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti dapat menerapkan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan
esensi dan substansi mata pelajaran. Untuk itu, pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat diterapkan sebagai salah satu pendekatan pembelajaran yang
mengantar peserta didik mengalami transformasi kehidupan.

Pendekatan saintifik dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi dan mengomunikasikan atau yang dikenal
dengan pendekatan 5M. Proses pembelajaran dengan pendekatanan saintifik mencakup tiga ranah yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada mengamati dan
menanya timbul ranah afektif (sikap) pada peserta didik yaitu memiliki atensi terhadap pembelajaran tersebut. Pada bagian mengumpulkan informasi pada ranah
psikomotorik (keterampilan) siswa ikut serta secara aktif dalam permasalahan. Sedangkan dalam menalar dan mengomunikasikan peserta didik menggunakan
pemikirannya untuk memecahkan masalah. Dengan pembelajaran 5M tersebut, peserta didik dapat lebih aktif memahami masalah yang ada sehingga muncul rasa
ingin tahu lebih dalam lagi dimana peserta didik lebih kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
materi pembelajaran. Selain itu, Mendorong dan menginspirasi peserta didik memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif
dalam merespon materi pembelajaran. Apabila peserta didik sudah terbiasa berpikir kritis, mereka akan termotivasi untuk mengamati fenomena yang terdapat di
sekitarnya kemudian mengkaitkan dengan ajaran imannya. Pendidikan Agama baru berfungsi ketika bersentuhan atau diterapkan dalam realitas kehidupan untuk itu
dibutuhkan pendekatan pembelajaran saintifik. Umat bergama membutuhkan akal sehat dalam mengolah serta menerapkan ajaran imannya supaya tidak menjadi
manusia fatalistik.

Dalam pembelajaran PAK tidak semua model pembelajaran cocok untuk diterapkan. Hal ini berkaitan dengan kompetensi yang ingin dicapai, juga perlu
dipertimbangkan usia dan jenjang pendidikan. Berbagai model pembelajaran yang dipersiapkan hendaknya tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja

13
ataupun menghafal aturan maupun ajaran agama, melainkan tercapainya transformasi atau perubahan hidup. Untuk itu model paradigma pedagogi reflektif juga dapat
dipakai dalam pembelajaran PAK. Pendekatan ini meliputi tiga unsur utama sebagai satu kesatuan dalam pembelajaran yaitu pengalaman, refleksi dan aksi. Dalam
pembelajaran PAK Sikap Spiritual dan Sikap Sosial tidak terpisahkan dari pengetahuan dan ketrampilan. Sikap spiritual dan sikap sosial bukanlah sekadar sebagai
dampak pembelajaran KI- 3 dan KI-4 melainkan bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran KI-3 dan KI-4. Sikap spiritual dan sosial diajarkan dalam materi dan
diperkuat oleh pemahaman teks dan konteks dalam Alkitab. Aspek penghayatan dan refleksi menjadi penopang pembelajaran.

Beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam PAK


1. Model inkuiri. Model ini menekankan pada pengembangan kognitif atau cara berpikir peserta didik. Penekanan kepada peserta didik yang mencari,
menggali dan menjelajahi sendiri, akhirnya menemukan sendiri jawabnya. Di sini peserta didik dilatih untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan
berpikir, dimana guru lebih berperan sebagai fasilitator yang kreatif. Misalnya dengan menebak pemikiran pendidik, memberikan dua teka-teki dan memberikan
clue sampai peserta didik menemukan jawabanya, juga bisa melalui teknik “kata bergambar” yang bisa dianalisis. Hal ini penting karena banyak aspek dan
konsep-konsep kepercayaan dan ajaran Kristen yang perlu dipikirkan, dipahami, dan dihayati melalui pengembangan ranah berpikir. Model pembelajaran ini
dapat diterapkan terutama ketika membahas berbagai persoalan yang dihadapi pada masa kini menyangkut keadilan, kesetaraan, demokrasi dan HAM.
2. Model perjumpaan dengan Tuhan Allah. Hal ini sangat penting bagi PAK, terutama untuk pengembangan iman dan spiritualitas peserta didik. Pada model
ini, guru perlu berperan sebagai seorang seniman yang mampu mendesain model pembelajaran dengan komprehensif. Model ini perlu beberapa tahapan, yakni:
(a) mendesain proses belajar-mengajar yang menekankan aspek afektif, (b) menyiapkan bahan/materi yang dibutuhkan, (c) membuat pedoman pengalaman, (d)
memimpin refleksi atas pengalaman, sehingga peserta didik bisa bertemu dengan Tuhan Allah. Untuk itu guru perlu mendesain suasana atau lingkungan yang
diharapkan (gelap, terang, gembira); membuat pedoman pengalaman dengan alur dan media yang sesuai misalnya gambar, alam, lagu, obyek tertentu (lilin, salib,
roti, buah anggur); memberi waktu yang memadai kepada peserta didik untuk berefleksi, kontemplasi, meditasi atau perenungan. Acara ini juga bisa
dikembangkan misalnya dalam acara refleksi, retreat, rekoleksi, meditasi, saat teduh.
3. Model pengembangan lingkungan. Di sini guru perlu mengajarkan bagaimana peserta didik dapat mendesain lingkungan agar tujuan yang baik dapat
diterapkan dan dicapai. Misalnya supaya mampu menerapkan kasih, belajar dengan baik, membuat lingkungan kondusif yang sehat, bersih dan kristiani. Model ini
dapat diterapkan dan dilakukan secara sendiri atau mandiri, namun tidak jarang sering harus melibatkan dan menyadarkan orang lain di sekitarnya dalam
pengelolaannya.
4. Model aksi-refleksi dan aksi baru. Ini adalah usaha untuk menerapkan iman dalam situasi konkret. Iman dapat dihayati apabila seseorang betul-betul
telah menerapkan dan melakukan apa yang diimani. Untuk model ini perlu ditentukan masalahnya lebih dahulu, misalnya masalah pribadi/personal, masalah
bersama, atau masalah lingkungan hidup. Selanjutnya secara berturut-turut perlu konsisten diikuti tahapan sbb: (1) pengungkapan data atau fakta yang
diketahui, (2) analisis data, bisa dilakukan dengan perspektif personal, sosial, budaya, agama, ekonomi, ideologi, dll., (3) mencari dan menemukan pengalaman
kristiani yang pernah dialamai berhubungan dengan masalah yang dibahas, misalnya dari pengalaman umat Kristen selama ini, dari kisah Perjanjian Lama,
Perjanjian Baru, etika Kisten, sejarah gereja, dll. (4) merumuskan masalah, atau rumusan keprihatinan, (5) rencana aksi baru, yaitu rencana kegiatan nyata untuk

14
memecahkan masalah berdasarkan rumusan masalah atau keprihatinan iman. Di sini kadang-kadang diperlukan kepemimpinan dan manajemen/pengelolaan. (6)
pelaksanaan aksi baru. Model aksi-refleksi-aksi baru tersebut sesungguhnya merupakan model sebagaimana suatu siklus atau spiral, yang dapat diulangi dalam
tenggang waktu tertentu.
5. Ilustratif dan naratif. Mengajar dengan ilustrasi naratif sangat efektif . Ilustrasi dapat diambil dari cerita dongeng. Dongeng bisa dipakai dalam proses
pembelajaran, khotbah, mengajar berbagai usia, atau sebagai ilustrasi. Beberapa tahap untuk bercerita atau mendongeng dengan menarik dapat memakai tahap-
tahap: (1) tentukan topik cerita/dongeng, (2) mencari maksud utama atau nilai kristiani yang akan dikembangkan, misalnya kasih, kesa baran, pengampunan, (3)
mendesain cerita (pembukaan, isi, penutup), misalnya dengan membuat dua hal atau tokoh yang saling bertentangan (4) merencanakan pemecahan masalah atau
klimaks cerita dengan dramatis (5) menyimpulkan, (6) membuat evaluasi dengan memberikan pertanyaan seder hana pada pendengar/peserta didik. (7)
berterimakasih pada pendengar untuk perhatiannya. Beberapa tips mendongeng perlu diadopsi, misalnya: (a) perkenalkan cerita melalui nyanyian atau gambar,
(b) gunakan suara sesuai tokoh yang diungkapkan misalnya suara tokoh laki-laki, perempuan, suara orang yang sedang sedih, marah, gembira, (c) bukalah Alkitab
bila memakai referensi Alkitab, (d) pakailah diri anda sebagai media/alat peraga, (e) jangan layani interupsi sampai dongeng selesai agar konsentrasi pendengar
tidak terpecah, sesudah selesai mendongeng baru layani pertanyaan.
6. Bermain peran (role-play). Role-play bertujuan untuk memecahkan masalah aktual yang sedang dihadapi kelompok/komunitas dengan cara
mengidentifikasikan diri, memahami, berempati, mengambil sikap.Masalah bisa diambil dari hal-hal yang dihadapi kelompok/komunitas, misalnya kenakalan
remaja, mencontek, hamil di luar nikah, sulit memahami peristiwa penyaliban Tuhan Yesus, perkelahian, bullying di sekolah, dll. Untuk itu tahapan-tahapan
tertentu perlu dilakukan: (a) pemilihan tokoh-tokoh yang akan melakukan pemeranan; (b) mendeskripsikan sikap, perasaan, tindakan yang harus diperankan; (c)
pemanasan bermain peran (d) bermain peran yang sesungguhnya; (e) analisis pemeranan, mengenali masalah, sikap, perasaan, emosi, para tokoh; (f) bermain
peran perlu diulang jika para tokoh tidak bermain peran dengan baik dan sulit dilakukan analisis, sehingga identifikasi perasaan, emosi, sikap, nilai-nilai yang
dipegang tokoh tidak dapat disimpulkan dengan baik; (g) membandingkan masalah sesungguhnya yang sedang dihadapi dengan permainan peran yang dilakukan
(persamaan dan perbedaan); (h) memecahkan dan mendiskusikan masalah aktual yang sedang dihadapi komunitas.
7. Model pelatihan. Tujuannya melatih peserta didik agar memiliki kemampuan, keterampilan, wawasan baru dengan dasar iman. Misalnya, wawasan
tentang kesadaran jender, sadar lingkungan, peduli pada sesama, memiliki keterampilan untuk membaca dan menerapkan Alkitab dalam kehidupan, menolong
orang lain, menjadi aktivis Kristen, mengenali dan membuat simbol-simbol kristiani secara kreatif. Untuk itu guru perlu melakukan tahap-tahap sebagai berikut:
(a) tentukan pelatihan yang akan dilaksanakan; (b) demonstrasikan di depan peserta didik cara, atau pelaksanaan, atau membuat obyek tertentu; (c) buatlah
langkah-langkah atau pedoman supaya peserta didik dapat melaksanakan kemampuan atau keterampilan yang baru; (d) dampingi peserta didik untuk
melaksanakan hal yang ditetapkan sebagaimana yang sudah guru lakukan atau demonstrasikan sebelumnya; (e) membuat tugas pekerjaan rumah atau tugas
mandiri bagi peserta didik di luar kelas.

2. Penilaian PAK

15
Acuan Penilaian pada Satuan pendidikan dasar dan menengah adalah standar penilaian yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
53 tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Berbagai metode dan
instrumen – baik formal maupun nonformal – digunakan dalam penilaian untuk mengumpulkan informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua
perubahan yang, terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah
pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).
Penilaian informal bisa berupa komentar-komentar guru yang diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik menjawab pertanyaan
guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang peserta didik memberikan
komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru telah melakukan penilaian informal terhadap performansi para peserta didik tersebut.
Penilaian proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan
keterampilan peserta didik. Berbeda dengan penilaian proses informal, penilaian proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan secara sistematis
dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan peserta didik.
Ruang lingkup yang berhubungan dengan penilaian proses dan hasil adalah:
Prinsip dan Pendekatan Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai;
b. terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan;
c. ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya;
d. transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak;
e. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya;
dan
f. adukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Sementara itu, pendekatan penilaian yang digunakan adalah Penilaian Acuan Kriteria. Penilaian Acuan Kriteria merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang
didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal.

Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian


1. Ruang Lingkup

16
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan
untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi
matapelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses.
2. Teknik dan Instrumen Penilaian
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.
a. Penilaian kompetensi sikap
1) Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik
dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating
scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
2) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Observasi perilaku di sekolah dapat
dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah.Pembiasaan dapat
merupakan bagian dari observasi sikap peserta didik di rumah yang melibatkan orangtua terutama bagi sekolah dasar.
3) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam
konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
4) Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
5) Pertanyaan langsung. Guru juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap peserta didik berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya,
bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban”. Berdasarkan jawaban dan
reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap obyek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di
sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.
6) Laporan pribadi. Teknik ini meminta peserta didik membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan,
atau hal yang menjadi obyek sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis pandangannya tentang “kerusuhan antar etnis” yang terjadi akhir-akhir ini di
Indonesia. Dari ulasan yang dibuat peserta didik dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.
7) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta
didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Tujuan jurnal adalah memberikan informasi tentang perkembangan belajar peserta didik.
8) Penilaian Kompetensi sikap menggunakan skala Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Ketuntasan Kompetensi Sikap setiap mata
pelajaran minimal B.
9) Ketuntasan belajar Kompetensi Sikap adalah B, dan berbeda untuk setiap mata pelajaran.

17
Penilaian terhadap sikap spiritual dan sosial dilakukan melalui pengamatan, dan pembiasaan serta penilaian diri sendiri. Akan nampak lebih objektif
ketika peserta didik melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri. Pendidikan Agama Kristen dibelajarkan sebagai “ilmu dan keyakinan”. Sebagai ilmu,
penilaian mutlak dilakukan untuk mengukur ketercapaian kompetensi pengetahuan dan ketrampilan, sebagai keyakinan tiap orang dapat menilai dirinya
sendiri layakkah ia disebut sebagai orang beriman? Hal itu nampak melalui sikap terhadap Tuhan Allah yang diimani dan terhadap sesamanya dan tidak
terlepas dari materi yang dibelajarkan. Dalam teologi Kristen sikap terhadap Tuhan Allah dan terhadap sesama tidak terpisahkan. Seseorang tidak dapat
mengatakan ia mengasihi Tuhan Allah jika ia membenci sesamanya 1Yohanes 4:20; “ Jikalau seorang berkata: aku mengasihi Allah, dan ia membenci
saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barang siapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya ”.
Makna kata saudaranya bukan hanya saudara dalam pengertian hubungan darah/kekeluargaan melainkan juga sesama manusia dalam kepelbagaian suku,
bangsa, budaya, agama maupun kelas sosial. Sejalan dengan itu, Matius 5:23-24 menulis: “ Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas
mezbah dan kau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkan persembahanmu di mezbah itu dan pergilah berdamai
dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu”. Dua buah teks Alkitab tersebut memperkuat rasional bahwa sikap
spiritual dan sosial tak terpisahkan dan menjadi bagian integral dalam materi yang dibelajarkan.

b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan


Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.
Tes tertulis dapat dilakukan dengan cara memilih jawaban yang tersedia (selected-response), misalnya soal bentuk pilihan ganda, benar-salah, dan
menjodohkan; ada pula yang meminta peserta menuliskan sendiri responsnya (supply-response), misalnya melengkapi, uraian obyektif, dan uraian non-
obyektif.
Penyusunan instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
1) Materi, misalnya kesesuaian soal dengan Kompetensi Dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan;

2) Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.

3) Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.

4) Kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.

Tes lisan dengan instrumen berupa daftar pertanyaan.

18
Penugasan dengan instrumen berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
Penilaian Kompetensi Pengetahuan menggunakan angka 0-100 sedangkan ketuntasan belajar Kompetensi Pengetahuan setiap mata pelajaran adalah minimal
60. Satuan pendidikan dapat menetapkan ketuntasan belajar.

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan


Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja (unjuk kerja = performance assessment), penilaian projek, dan portofolio. Instrumen
yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
1) Penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik
berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
2) Penilaian projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis
maupun lisan dalam waktu tertentu.
3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang
bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya
tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Instrumen penilaian harus memenuhi
persyaratan:
a) Substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
b) Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan; dan
c) Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

Penilaian Kompetensi Ketrampilan menggunakan angka 0-100 sedangkan ketuntasan belajar Kompetensi Ketrampilan setiap mata pelajaran adalah
minimal 60. Satuan pendidikan dapat menetapkan ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar setiap mata pelajaran (termasuk mata pelajaran PAK) yang
ditetapkan oleh satuan pendidikan agar ditulis dalam dokumen 1 kurikulum pada Tingkat Satuan Pendidikan dan diberitahukan kepada peserta didik dan
orang tuanya pada setiap awal tahun pelajaran.

d. Penilaian Otentik (Authentic assessment)


Penilaian (assessment) merupakan suatu kegiatan yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta
didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu. Cakupan penilaian meliputi aspek spiritual, pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Untuk setiap materi
pokok tertentu terdapat rumusan KD untuk setiap aspek KI. Jadi, untuk suatu materi pokok tertentu, muncul 4 KD sebagai berikut:
1) KD pada KI I: aspek sikap spiritual terhadap Tuhan
2) KD pada KI II: aspek sikap sosial terhadap diri sendiri dan lingkungannya

19
3) KD pada KI III: aspek pengetahuan
4) KD pada KI IV: aspek keterampilan sebagai ekspresi dari pengetahuan yang sudah diperoleh
Penilaian dilakukan dengan penekanan pada penilaian otentik berkelanjutan (continuous authentic assessment) yang menjamin pencapaian dan penguasaan
kompetensi. Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan
peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan
kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai yang dilakukan dengan berbagai metode cara (di atas).
Beberapa prinsip-prinsip penilaian otentik yaitu:
1) Proses penilaian harus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran,bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran.
2) Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan masalah dunia sekolah (school work-kind of problems).
3) Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
4) Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).
Cara penilaian yang ada dalam Kurikulum 2013, yaitu proses belajar dan penilaian berlangsung secara bersama-sama. Jadi, proses penilaian bukan dilakukan
setelah selesai pembelajaran, tetapi sejak pembelajaran dimulai. Penilaian tidak hanya berorientasi pada hasil belajar namun mencakup proses belajar.
Memang, biasanya otoritas akan membuat soal bersama untuk ujian, tetapi praktik ini bertentangan dengan jiwa Kurikulum 2013, khususnya Kurikulum PAK
yang memang terfokus pada perubahan perilaku peserta didik. Pendidikan agama yang mengajarkan nilai-nilai iman barulah berguna ketika apa yang
diajarkan itu membawa transformasi atau perubahan dalam diri anak karena iman baru nyata di dalam perbuatan, sebab iman tanpa pebuatan pada
hakikatnya adalah mati (Yakobus 2:26). Untuk itu berbagai bentuk soal seperti pilihan ganda dan soal-soal yang bersifat kognitif tidak banyak membantu
peserta didik untuk mengalami transformasi.

Beberapa Contoh Instrumen Penilaian Pendidikan PAK

20
a. Penilaian Sikap
1) Penilaian Jurnal (buku catatan harian oleh guru)
Nama sekolah : ___________________
Mata pelajaran : ___________________
Kelas : ___________________
Tahun Pelajaran : ___________________
Nama Guru : ___________________
Contoh isi Buku Catatan Harian :
No. Hari/Tanggal Nama Peserta didik Kejadian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

21
dst.
Kolom kejadian diisi dengan kejadian positif maupun negatif. Catatan dalam lembaran buku tersebut, selain bermanfaat untuk merekam dan menilai perilaku peserta
didik sangat bermanfaat pula untuk menilai sikap peserta didik serta dapat menjadi bahan dalam penilaian perkembangan peserta didik secara keseluruhan. Selain
itu, dalam observasi perilaku dapat juga digunakan daftar cek yang memuat perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan muncul dari peserta didik pada umumnya
atau dalam keadaan tertentu.

2) Penilaian Diri

Berdasarkan buah Roh yang tertulis dalam Kitab Galatia 5:22-23, nilailah dirimu sendiri. Apakah kamu telah mengalami pembaharuan hidup sebagai hasil
pekerjaan Roh Kudus sebagaimana tertulis dalam Kitab Galatia 5:22-23? Tuliskan secara jujur.

Diri Saya
No Buah Roh tidak
jarang seringkali selalu
pernah
1. Kasih
2. Sukacita
3. Damai sejahtera
4. Kesabaran
5. Kemurahan
6. Kebaikan
7. Kesetiaan
8. Lemah lembut

22
9. Penguasaan diri

b. Penilaian Pengetahuan

Contoh Tes Tertulis

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen


Kelas/Semester : XI/1
Mensuplai jawaban singkat atau pendek:
1. Sebutkan cara peserta didik SMA Kelas XI memelihara alam sebagai tanggapan atas pemeliharaan Tuhan Allah pada dirinya.
2. ..................................

Cara Penskoran:
Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan kelengkapan jawaban yang diberikan/ditetapkan guru. Semakin lengkap dan tepat jawaban,
semakin tinggi perolehan skor.

c. Penilaian Keterampilan

Contoh Check list

Format penilaian praktek: bermain peran tokoh/cerita Alkitab

Nama peserta didik: ________ Kelas: _____

No
Aspek Yang Dinilai Baik Tidak Baik

1 Penghayatan

23
2 Sikap dan kesungguhan dalam berdoa

3. Kesesuaian dengan topic yang dibahas

Keterangan:
Kriteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian
nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 5 = sangat
kompeten, 4 = kompeten, 3 = cukup kompeten, 2 = kurang kompeten, dan 1 = sangat kurang kompeten. Untuk memperkecil faktor subyektivitas, perlu dilakukan
penilaian oleh lebih dari satu orang, agar hasil penilaian lebih akurat.

A. Kontekstualisasi Pembelajaran PAK


Kontekstualisasi pembelajaran PAK adalah upaya menyampaikan pembelajaran dalam konteks kehidupan peserta didik yang aktual, mencakup lingkungan sosial dan
budaya setempat. Kontekstualisasi pembelajaran berarti guru menggunakan simbol-simbol setempat dalam menjelaskan materi atau bahan ajar kepada peserta
didik. Tujuannya ialah supaya peserta didik dapat mengerti dan menangkap penjelasan guru karena sesuai dengan apa yang secara konkrit dapat dilihat dan
dirasakan oleh peserta didik. Misalnya tokoh-tokoh dunia bisa diganti dengan tokoh setempat. Contoh dan ilustrasi pembelajaran hendaknya tidak hanya mengacu

24
pada realitas di tempat tertentu tetapi dibuka ruang supaya guru dan peserta didik dapat mennyesuaikannya dengan kebutuhan setempat. Misalnya, ketika belajar
tentang tokoh-tokoh Alkitab yang menjadi teladan dalam kebaikan dan kebenaran, guru dan peserta didik dapat mengambil contoh dari folklore atau cerita rakyat
setempat. Ketika dalam pembelajaran ada aktivitas membuat slogan ataupun menonton film/video, guru dan peserta didik dapat mengganti dengan bentuk aktivitas
lainnya yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sekolah, wilayah. Ketika belajar mengenai nilai-nilai kristiani, guru dan peserta didik dapat mengambil
contoh dari nilai dan norma yang sesuai dengan kearifan lokal asalkan tidak melenceng dari isi Alkitab, topik dan KD.

Kontekstualisasi pembelajaran juga berarti bahwa guru harus mampu menyampaikan bahan ajar dalam cara berfikir atau pola berfikir atau cara pandang masyarakat
setempat. Dengan demikian peserta didik dapat mengembangkan secara kreatif bahan ajar yang mereka terima dari guru sesuai nalar dan wawasan serta konteks
kehidupan peserta didik. Melalui kontekstualisasi seperti itu, maka pembelajaran PAK yang dipandu oleh isi Alkitab mampu diterima sebagai pandangan hidup
kemudian dijadikan nilai-nilai kehidupan yang melembaga dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini kemudian berlanjut dimana nilai-nilai yang dibelajarkan menjadi
baku dalam diri peserta didik yang diwujudkan dalam praktik kehidupan serta menjadi pembiasaan hidup atau habit. Proses tersebut nampak dalam diagram di
bawah ini:

25
DIAGRAM KONTEKSTUALISASI PAK

ALKITAB

PANDANGAN HIDUP
(WORLD VIEW)

Nilai Hidup

Pelembagaan Pandangan Hidup (Institution)

Pembakuan Pandangan Hidup Menjadi Sifat Dasar (Nature)

Praktik Hidup Hidup dan pembiasaan hidup

26
Diagram kontekstualisasi tersebut di atas menunjukkan bahwa kontekstualisasi pembelajaran akan menghasilkan mutu pembelajaran yang berkualitas dan berdampak
pada kualitas hidup peserta didik. Pendidikan Agama Kristen adalah proses dimana nilai-nilai iman tidak hanya dipelajari sebagai pengetahuan namun sebagai nilai-nilai
yang mempengaruhi dan mengubah pola pikir dan perbuatan peserta didik dimana nilai-nilai tersebut dijadikan pembiasaan hidup. Dengan demikian, peserta didik
berproses sebagai manusia makluk mulia ciptaan Allah yang menghormati dan mengasihi sesama tanpa kecuali . Pada akhirnya nilai-nilai yang dipelajari, dihayati serta
di jalankan merupakan penangkal terhadap kekerasan dan radikalisme.

27
I. KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN, DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Kelas X

Alokasi waktu: 102 jam pelajaran

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran


1.1 Mensyukuri karunia Allah Menjadi manusia  Mengamati perbedaan yang dialami ketika sudah duduk di kelas X, dibandingkan dengan di kelas IX.
bagi dirinya yang terus dewasa dalam iman  Mendisukusikan Perbedaan antara orang yang dewasa dengan yang belum dewasa.
bertumbuh sebagai pribadi  Bertumbuh  Merumuskan, apa saja ciri-ciri orang yang sudah dewasa dalam iman dan aspek perkembangan
dewasa menjadi dewasa lainnya.
2.1 Mengembangkan perilaku  Mewawancarai dua orang dewasa yang dijadikan panutan, tentang pengalaman yang menolong
sebagai pribadi yang terus mereka untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.
bertumbuh menjadi dewasa  Membayangkan, apa jadinya bila orang bertambah usia, tetapi tidak menunjukkan ciri-ciri sebagai
orang dewasa.
3.1 Menganalisis ciri-ciri pribadi  Melakukan kajian tentang perilaku seorang yang berkepribadian matang dalam diri Tuhan Yesus,
yang terus bertumbuh tokoh-tokoh Alkitab lainnya, dan melalui Mazmur 90, menyimpulkan, apa saja hal-hal yang harus
menjadi dewasa dilakukan untuk menjadi dewasa dan bertanggung jawab.spiritual.
 Memberikan contoh-contoh pribadi yang dewasa dari kisah-kisah yang diambil dari media
4.1 Membuat karya yang massa/internet.
berkaitan dengan ciri-  Melaporkan hasil wawancaranya terhadap dua orang yang jadi panutan.
ciri pribadi yang terus  Membuat komitmen untuk mengembangkan kepribadian yang matang berdasarkan tanda-tanda
bertumbuh menjadi dewasa manusia yang bertumbuh sebagai pribadi dewasa. Teks Alkitab acuan:
- 1 Korintus 13:11
- 1 Timotius 4:12

28
- Yakobus 5: 12
 Membagikan apa yang dipelajari tentang ciri-ciri orang dewasa, kepada orang-orang lain di
sekitarnya (rumah, lingkungan).

1.2 Menghayati nilai-nilai - Makna kesetiaan,  Mengamati (atau melakukan studi kasus) dari pengalaman, dan dari berbagai sumber belajar lainnya,
Kristiani: kesetiaan, kasih keadilan, dan kasih seberapa jauh ada wujud kesetiaan, kasih, dan keadilan di masyarakat.
dan keadilan dalam  Melakukan kunjungan ke kantor pemerintah/Lembaga Hukum, untuk mendapatkan informasi,
kehidupan sosial bagaimana kantor-kantor tersebut mempraktekkan kesetiaan, kasih dan keadilan. Kegiatan ini bisa
2.2 Meneladani Yesus dalam dipakai sebagai konfirmasi terhadap apa yang sudah ditemukan dari tugas mengamati sebelumnya.
mewujudkan nilai-nilai  Menggali dari Alkitab, tentang makna kesetiaan, kasih dan keadilan seperti yang diajarkan para nabi dan
Kristiani: kesetiaan, kasih Tuhan Yesus.
dan keadilan dalam  Mendalami kembali nilai-nilai Kristiani, seperti buah-buah roh (kasih, sukacita, damai sejahtera,
kehidupan soial kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri) yang sudah pernah
3.2 Memahami makna nilai- diekplorasi pada kelas VII. (Teks.Alkitab yang dipakai: Ul. 16:19-20 ; Maz. 106 : 3 ; Ams. 21:15, 29:4 ; Yes
nilai Kristiani: kesetiaan, 56 :1 ; Yer 22:3; Mat. 23:23 ; Roma 3:25-26.; Yoh 15:11-14 ; Filipi 2:5-8. Gal. 5: 22.)
kasih dan keadilan dalam  Melakukan kajian dengan menggunakan berbagai sumber, apa dilandasi oleh kasih dan kerelaan untuk
kehidupan berkorban.
4.2 Menerapkan nilai-nilai  Menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam 3 bulan mendatang: bagaimana mewujudkan
Kristiani: Kesetiaan, kasih nilai kesetiaan, kasih, dan keadilan seperti yang telah diteladaninya dari para nabi dan Tuhan Yesus
dan keadilan melalui  Membuat kesimpulan, mengapa nilai-nilai kesetiaan, kasih dan keadilan perlu diwujudkan dalam
berbagai aktivitas kehidupan bermasyarakat, dalam berbagai unjuk kerja (puisi, tulisan di majalah, dsb.).
1.3 Mengakui peran Roh - Peran Roh Kudus  Mengamati seberapa jauh kotbah di gerejanya membahas tentang peran Roh Kudus.
Kudusdalam membaharui bagi orang  Mendiskusikan peran Roh Kudus dalam kehidupan keluarga, gereja dan masyarakat.
kehidupan orang beriman percaya  Mengkaji peran Roh Kudus berdasarkan ayat-ayat Alkitab sebagai berikut:
- Roma 15:1-5
2.3 Bersedia hidup baru sebagai - Markus 13: 11
wujud percaya pada peran - Yohanes 14:16-17, 26; 16:13
Roh Kudus sebagai - Roma 5:5; 8:14
- 1 Korintus 12: 7-11
pembaharu

29
- Efesus 1: 14, Galatia 5: 18
3.3 Memahami peran Roh Kudus  Membuat daftar beberapa bagian Alkitab yang menulis tentang pembaruan hidup oleh Roh Kudus. Pada
dalam membaharui tiap bagian Alkitab yang dipilih, peserta didik membuat komentar dan dikaitkan dengan sikap hidup
kehidupan orang beriman sehari-hari. Misalnya Roma 8:1-17: Hidup oleh Roh.
 Menuliskan doa yang menunjukkan keyakinannya pada Roh Kudus yang mengarahkan hidupnya ke arah
4.3 Menyajikan presentasi yang benar.
berkaitan dengan peran Roh  Mennyimpulkan pentingnya menyerahkan diri dalam pimpinan Roh Kudus dan membiarkan Roh Kudus
Kudus sebagai pembaharu membimbing ke arah hidup yang benar (menyelesaikan konflik, tidak mementingkan diri sendiri, hidup
mengacu pada Alkitab berkenan di hadapan Allah dan sesama).

1.4 Mensyukuri karunia Allah - Karunia Allah dalam  Mengamati kemajemukan yang ditemukan di lingkungan dan di masyarakat: dari segi suku/adat
melalui kebersamaan kepelbagaian istiadat, makanan, bahasa/ dialek, agama, dsb. Melaporkan hasil pengamatannya melalui berbagai
dengan orang lain tanpa - Persahabatan yang penampilan seperti: pakaian adat, makanan khas, nyanyian daerah, logat bahasa daerah, gambar-
kehilangan identitas sejati. gambar rumah ibadah dan ritual agama dari masing-masing agama.
- Pacaran yang sehat  Membagikan suka-duka dalam pengalamannya menjalin hubungan pertemanan dan persahabatan.
2.4 Bersedia hidup bersama menurut iman  Melakukan curah pendapat tentang pacaran yang sehat dalam kehidupan mereka sebagai remaja. Dapat
dengan orang lain tanpa Kristiani. dimulai dengan berbagi cerita tentang alasan menyukai seseorang/alasan jatuh cinta.
kehilangan identitas - Diriku bersama  Mendiskusikan tentang pacaran dalam Iman Kristen (teks pembanding: I Korintus 3:16-17 ; 6: 18-20 ;
dengan orang lain Roma 1:24-29). Cerita Alkitab pembanding adalah Kisah Simson dan Delila.
3.4 Menganalisis makna  Mendiskusikan bagaimana caranya membangun hubungan pacaran yang baik dan bertanggungjawab.
kebersamaan dengan orang  Mengkaji prinsip-prinsip persahabatan yang Yesus teladankan, yang membuat identitas diri-Nya makin
lain tanpa kehilangan nampak, antara lain:
identitas - melayani dengan merendahkan diri (Yohanes 13:15).
- saling mengasihi (Yohanes 15:12-17).
4.4 Membuat proyek mengenai - mempercayai seseorang dengan memberikan kesempatan (Yohanes 18:12-27).
kebersamaan dengan orang  Mengaji tentang pentingnya memelihara identitas diri sebagai pribadi dan remaja Kristen di tengah
lain tanpa kehilangan keberagaman berdasar pada kehidupan Nuh ( Kejadian 6:9, 11,12) dan Salomo (I Raja-raja 11:38) ;
identitas (Bandingkan beberapa bagian Firman Tuhan Roma 1:17, Yehemia 18:19-20, Galatia 2 :14, II Petrus 2:4-
10, I Yohanes 1 : 6, I Yohanes 5:20, III Yohanes 1:3).
 Membuat sebuah poster dan mensosialisasikan di kalgan remaja mengenai pacaran yang sehat sesuai
iman Kristen.
 Menulis cerita dengan tema “Remaja Kristen di Tengah Keberagaman” sebagai bentuk ungkapan

30
pemahaman akan iman Kristen yang dewasa.

1.5 Mensyukuri keberadaan Allah - Keberadaan Allah  Mengamati lingkungan sekitar sambil merenungkan, apakah semua yang terjadi di alam adalah karena
sebagai pembaharu sebagai pembaharu kebetulan, atau karena Allah yang Mahakuasa mengambil peranan penting?
kehidupan manusia dan kehidupan.
alam  Melakukan refleksi bagaimana Allah membaharui kehidupan alam dan manusia.

2.5 Merespon keberadaan Allah - Karya Allah dalam  Mengaji cerita inspiratif dan menarik hubungannya dengan pengalaman pribadi mereka. Cerita
sebagai pembaharu dalam membaharui inspiratif bisa diambil dari Alkitab ataupun cerita lainnya tentang Tokoh Humanis atau para pekabar
relasi dengan sesama kehidupan. Injil. Inti cerita tentang Pembaharuan Hidup
manusia dan alam - Peran remaja Kristen  Membahas bagian Alkitab mengenai Allah yang membaharui hidup manusia dan alam. (Jika
dalam pembaharuan memungkinkan, peserta didik dapat menonton bersama film tentang Kisah Nuh). Diambil dari teks
3.5 Memahami keberadaan
hidup manusia dan Yeremia 1: 4-10 tentang Yeremia yang diangkat oleh Allah untuk mencabut dan merubuhkan,
Allah sebagai pembaharu
alam. membinasakan dan meruntuhkan, membangun dan menanam, atau dengan kata lain membuang yang
kehidupan manusia dan
rusak dan menghasilkan pembaharuan.
alam
 Dalam kelompok, membahas bagian Alkitab yang menulis tentang Allah yang membaharui hidup
4.5 Membuat karya yang manusia dan alam
berkaitan dengan peran  Membuat tulisan pendek atau karya kreatif lainnya tentang peran remaja Kristen dalam turut serta
Allah sebagai pembaharu mendukung pembaharuan hidup manusia dan alam. Tulisan atau karya tersebut dibahas dalam 1 kali
pertemuan (dibacakan atau dipresentasikan) (Contoh karya kreatif: tulisan, lukisan, puisi, doa, karya
kehidupan manusia dan
seni lainnya).
alam

31
B. Kelas XI

Alokasi waktu: 102 Jam Pelajaran

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran


1.1 Mengakui peran Allah dalam Keluarga dan  Melakukan pemetaan pikiran (mind mapping) tentang kehidupan manusia berdasarkan sumber belajar
kehidupan keluarga Modernisasi yang dimilikinya (buku, artikel majalah/koran, internet, dsb.).
2.1 Mengembang-kan perilaku - Peran Allah dalam  Menanyakan apa yang diinginkan remaja sebaya dari orangtua dan keluarga dan apa yang diinginkan
tanggung jawab sebagai kehidupan keluarga orangtua dan keluarga dari remaja.
wujud dari pengakuan - Hakikat keluarga  Merancang dan melakukan kajian/penelitian tentang hal apa yang diinginkan remaja sebaya dari
terhadap peran Allah dalam - Makna keluarga orangtua dan keluarga.
kehidupan keluarga yang bertumbuh.  Menggali dari alkitab tentang apa yang Allah inginkan dari keluarga. (Guru membahas peranan keluarga
besar dalam proses sosialisasi dan pendidikannya
 Menganalisis hasil penelitian dan mempresentasikan tentang apa yang diinginkan remaja sebaya dari
3.1 Memahami peran Allah
orangtua dan keluarga Hasil penelitian dibandingkan dengan apa yang Allah inginkan dari keluarga.
dalam kehidupan keluarga  Melakukan simulasi tentang peranan orangtua dalam pendidikannya.
 Menjelaskan pengertian keluarga dan apa peran Allah untuk keluarga.

32
4.1 Bersaksi tentang peran Allah
dalam keluarganya

1.2 Menghayati nilai-nilai Pernikahan Kristen  Mengamati ciri-ciri kehidupan keluarga Kristen.
Kristiani dalam kehidupan  Megamati kehidupan keluarga Kristen yang menerapkan nilai-nilai Kristiani
keluarga dan pernikahan  Mengaitkan hubungan antara nilai-nilai Kristiani dengan pernikahan.
 Mengidentifikasi nilai-nilai kristiani dalam kaitannya dengan pernikahan , khususnya persiapan
2.2 Mewujudkan nilai-nilai pernikahan.
Kristiani dalam kehidupan  Melakukan percakapan/wawancara dengan orang yang sudah menikah dan yang akan menikah
keluarga dan pernikahan mengenai makna pernikahan serta nilai-nilai yang harus dibangun dalam pernikahan kristen.
 Mengkritisi konteks keluarga masa kini terutama hubuagan antara anak dengan orang tua, suami
3.2 Menganalisis pentingnya dengan isteri, hubungan antara sesama saudara.
nilai-nilai Kristiani dalam  Mengkaitkan hubungan antara teks Alkitab dengan tanggung jawab suami-isteri.
kehidupan keluarga dan  Membuat klasifikasi bentuk tantangan yang dialami oleh suami-isteri dalam membangun kehidupan
pernikahan bersama.
 Membuat tulisan/ refleksi pendek mengenai makna keluarga bagi dirinya.
4.2 Membuat karya yang  Membuat kliping mengenai kehidupan perkawinan dan berbagai masalah yang timbul kemudian
berkaitan dengan nilai-nilai memberikan penilaian dalam bentuk analisis.
kristiani dalam kehidupan
keluarga dan pernikahan
1.3 Mengakui peran keluarga dan - Keluarga dan  Mengamati peran keluarga dan sekolah, dan pentingnya mengomunikasikan antara keluarga dan
sekolah sebagai lembaga Sekolah sebagai sekolah sebagai lembaga pendidikan utama.
pendidikan utama dalam lembaga pendidikan  Mengaitkan peran keluarga dan sekolah bagi seorang remaja.
kehidupan masa kini utama  Membuat observasi sederhana mengenai faktor penyebab putus sekolah dan apa yang dapat
2.3 Bersikap kritis dilakukan untuk mengatasinya.
dalam menyikapi peran  Menggali pesan Alkitab tentang pendidikan anak (bisa diambil dari Ulangan 6 dan Amsal).
keluarga dan sekolah  Merumuskan hakekat dan peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan utama.
sebagai lembaga pendidikan  Mengajak orangtua membuat janji komitmen partisipasi orangtua dalam proses pendidikannya.
 Menyampaikan hasil refleksi tentang peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan dalam

33
dalam kehidupan masa kini kehidupan modern.
3.3 Memahami peran keluarga
dan sekolah sebagai lembaga
pendidikan dalam
kehidupan modern
4.3. Membuat proyek
yang berkaitan dengan
peran keluarga dan sekolah
sebagai lembaga pendidikan
utama
1.4 Mengakui bahwa - Kebudayaan, ilmu  Mengamati dan melakukan studi kasus dari pengalaman dan berbagai sumber belajar lainnya tentang
perkembangan kebudayaan, pengetahuan dan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai anugerah Tuhan.
ilmu pengetahuan seni dan teknologi adalah  Mengumpulkan dari berbagai sumber apa saja wujud kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi
teknologi adalah anugerah anugerah Tuhan yang merugikan kehidupan manusia.
Allah  Mendiskusikan kearifan lokal yang dapat dianggap sebagai kebudayaan yang mampu menjadi filter
kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dirusak oleh dosa.. Misalnya, filosofi Jawa “alon-
2.4 Bersikap kritis dalam alon asal kelakon” yang bermaksud menekankan kehati-hatian dapat dipakai mengatasi budaya serba
menghadapi perkembangan instan. Gotong royong yang dapat dipakai mengatasi individualisme, dsb.
kebudayaan, ilmu  Membandingkan dengan ayat Alkitab
- Matius 5:13-16
pengetahuan, seni dan
- 1 Korintus 10: 23
teknologi dengan mengacu - 1 Yohanes 2:15-16
pada Alkitab - Kejadian 11:1-9
 Menyikapi perkembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengacu pada Alkitab.
3.4 Menilai perkembangan  Membuat poster, puisi, artikel di majalah dinding, lirik lagu, dsb. yang isinya membuat masyarakat
kebudayaan, ilmu menyadari bahaya larut dalam kebudayaan populer padahal belum tentu hal itu sesuai dengan nilai-nilai
pengetahuan, seni dan Kristiani.
teknologi dengan mengacu
pada Alkitab

4.4 Membuat karya yang


mengkritisi perkembangan

34
kebudayaan, ilmu
pengetahuan, seni dan
teknologi dengan mengacu
pada Alkitab

C. Kelas XII
Alokasi waktu: 96 Jam Pelajaran

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Pembelajaran


1.1 Menerima Demokrasi dan HAM Pembawa damai sejahtera  Mengamati sedikitnya 5 peristiwa di masyarakat yang menunjukkan
sebagai anugerah Allah  Hak Asasi Manusia sebagai anugerah kualitas Demokrasi dan HAM di Indonesia. Boleh memakai artikel yang
Tuhan disediakan guru, misalnya, tentang tabrak lari, atau artikel lain yang
2.1 Mengembangkan perilaku yang menggambar-kan kesewenang-wenangan pihak yang berkuasa, dan dari
mencermin-kan nilai-nilai hasil pengamatan ini membuat penilaian, seberapa jauh masyarakat
Demokrasi dan HAM Indonesia sudah menerapkan Demokrasi dan HAM.
 Menceritakan pengalaman berdemokrasi: ikut serta dalam pemilihan ketua
3.1 Memahami arti Demokrasi dan Osis, musyawarah dan mufakat di tingkat keluarga, RT/RW, sekolah,
HAM serta mengenali berbagai gereja, mengikuti Pilkada dan Pemilu.
bentuk pelangga-ran Demokrasi  Membuat analisis: Mengapa pembahasan tentang Demokrasi dan HAM
dan HAM yang merusak relevan untuk orang Kristen. ( dibantu dengan ayat Alkitab yang dianggap
kehidupan dan kesejahtera-an tepat untuk mendukung ide ini.)

35
manusia  Membaca tentang pemilihan Matias dan Stefanus dalam Kisah Para Rasul
(bahwa demi kesejahteraan orang banyak, ada orang-orang yang dipilih
4.1 Membuat karya yang berkaitan dengan persetujuan orang banyak juga, dan Matias serta Stefanus bekerja
dengan Menerap-kan sikap dan dengan baik karena sangat bertanggung jawab untuk tugas dan
pelayanannya) dan menemukan prinsip demokrasi.
perilaku yang menghar-gai
 Menjelaskan makna Demokrasi dan HAM.
Demokrasi dan HAM
 Mengkritisi praktik demokrasi DAN ham di daerahnya dan di Indonesia
serta membandingkannnya dengan ayat Alkitab
 Membuat pernyataan tekad: akan berperan serta dalam penegakan
Demokrasi dan HAM dalam lingkungan sehari-hari, termasuk lingkungan
keluarga dan sekolah.
 Bersikap kritis dalam mewujudkan nilai-nilai Demokrasi dan HAM dalam
masyarakat dengan mengacu pada teks Alkitab.
 Membuat dua proyek untuk menerapkan nilai-nilai Demokrasi dan HAM
dalam kehidupan keluarganya dan/atau lingkungannya.

 Mengumpulkan gambar-gambar tokoh ham dan demokrasi baik lokal


maupun dunia dan menuliskan kesan mereka terhadap tokoh tersebut, apa
yang mereka sukai dan pembelajaran demokrasi apa yang mereka dapat.
(Minimal 4 tokoh). Dari semua tokoh itu, jika diminta memilih, dia ingin
menjadi seperti siapa dan mengapa? (Contoh: Misalnya ia memilih
Soekarno, (Minimal 4 tokoh). Dari semua tokoh itu, jika diminta memilih,
dia ingin menjadi seperti siapa dan mengapa? (Contoh: Misalnya ia
memilih Soekarno, mengapa ia memilihnya).
1.2 Mensyukuri pemberian Allah  Multikultur adalah pemberian Allah  Mempelajari artikel tentang penyerangan terhadap kelompok tertentu
dalam kehidupan multikultur oleh kelompok lainnya, dan menjawab pertanyaan tentang artikel tersebut.
 Membangun pertanyaan kritis mengenai motivasi orang Samaria
2.2Mengembang-kan sikap dan berbuat baik mengacu pada Injil Lukas 10: 25-37.
perilaku yang menghargai  Membaca “Bahaya Eksklusivisme dalam masyarakat multikultural,”
multikultur lalu membuat rumusan/ usulan, bagaimana membangun sikap inklusif.
 Menelaah pluralisme dari perspektif Alkitab misalnya orang Samaria
3.2 Menganalisis nilai-nilai

36
multikultur yang murah hati, seperti tercantum dalam Injil Lukas 10: 25-37.
 Merumuskan tentang pengertian pluralisme, dan pentingnya hal ini
4.2 Membuat proyek yang berkaitan dipraktikkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
dengan kehidupan multikultur  Menelaah keberadaan atau hakikat ras, etnis, dan gender dari
perspektif Alkitab.
 Menjelaskan tentang multikulturalisme.
 Mempraktikkan dan memperjuangkan keadilan ras, etnis, dan gender
di lingkungan sekolah/gereja/ masyarakat.

1.3 Menghayati pentingnya keadilan  Demokrasi dan HAM  Meneliti teks Alkitab yang menulis mengenai keadilan, terutama
sebagai dasar mewujudkan perintah Allah dalam kaitannya dengan keadilan serta akibat yang
Demokrasi dan HAM mengacu ditanggung jika mengabaikan perintah itu.
pada teks Alkitab  Mengamati praktik keadilan di rumah dan di sekolah, apakah keadilan
diterapkan di rumah dalam pola asuh orang tua, hubungan antar saudara
dan di sekolah dalam kaitannya antara sikap guru dan peserta didik dan
sikap antar sesam peserta didik.
2.3 Mengembang kan rasa keadilan
sebagai dasar mewujudkan  Menjelaskan arti keadilan khususnya dikaitkan dengan Demokrasi dan
Demokrasi dan HAM mengacu HAM. Apakah peserta didik telah memparktikkan keadilan dalam dirinya?
pada teks Alkitab  Mencari dari berbagai sumber mengenai praktik keadilan secara
global maupun pada aras lokal, dalam gereja maupun pemerintahan.
3.3 Menilai pentingnya keadilan  Kerja kelompok, Mempelajari berbagai informasi tersebut serta
sebagai dasar mewujudkan membuat catatan kritis mengenai praktik keadilan, jadikan teks Alkitab
Demokrasi dan HAM pada sebagai acuan apakah praktik keadilan itu menyimpang atau tidak.
konteks global dan lokal mengacu  Meng kaitkan antara keadilan, Demokrasi dan HAM
pada teks Alkitab  Mempresentasikan catatan kritis yang dibuat ketika mempelajari
praktik keadilan pada aras global maupun lokal.
 Menulis refleksi makna keadilan bagi dirinya, terutama dikaitkan
4.3 Mempresen-tasikan karya yang
dengan praktik keadilan di rumah maupun di sekolah.
berkaitan dengan pentingnya
keadilan sebagai dasar
mewujudkan Demokrasi dan HAM

37
mengacu pada teks Alkitab
1.4 Menghayati dan enjalankan  Menjadi pembawa damai sejahtera  Mengamati dari berbagai sumber belajar, apakah kehidupan dalam
perannya sebagai pembawa kondisi damai sejahtera dirasakan di masyarakat.
damai sejahtera dalam kehidupan  Mengkritisi: Apa yang akan terjadi bila setiap orang Kristen dibiarkan
sehari-hari hidup semau-maunya, tanpa mengindahkan perintah Tuhan Yesus untuk
2.4Bersikap proaktif sebagai saling mengasihi?
pembawa damai sejahtera dalam  Menjelaskan dengan kata-kata sendiri makna damai sejahtera dari
kehidupan sehari-hari perspektif Alkitab.
3.4 Menganalisis peran remaja  Merancang program yang menunjukkan sikap menghargai sesama.
sebagai pembawa damai  Membuat program untuk 3 bulan ke depan: mempraktikkan damai
sejahtera dalam kehidupan sejahtera dalam kehidupan sehari-hari.
sehari-hari selaku murid Kristus
4.4 Membuat proyek yang berkaitan
dengan peran remaja sebagai
pembawa damai sejahtera

38

Anda mungkin juga menyukai