NIM : 19.3507
Konfessi HKBP
BAB IV
pembahasan penulis terhadap bagaimana para teolog masa kini memberikan pemahaman kepada
masyarakat sekitar terkhusus kepada jemaat terkait pemahaman mereka menghadapi ataupun
tentang firman Allah, tetapi lebih dari itu. Seorang yang hendak menjadi pelayan atau pendeta
diharapkan juga mampu berperan aktif sebagai gembala yang memberikan teladan dan
pemahaman yang baik di tengah-tengah masayarakat, terkhusus sesama umat Kristiani. Dalam
Alkitab, motif gembala adalah ekspresi dari pengajaran atau pemeliharaan Allah yang penuh
dnegan kasih. Hal ini terlihat dari perjanjian-Nya dengan bangsa Israel. Ialah yang memimpin
mereka melintasi sejarah ke tanah yang dijanjikan-Nya, Ia senantiasa menjagai mereka dan
seluruh umat-Nya hingga saat ini (Mzm 121:4). Pada dasarnya motif gembala adalah pertama-
1
J.L. Ch. Abineno, Pedoman Praktis untuk Pelayanan Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 9
2
Dalam Perjanjian Baru, digambarkan bahwa tugas seorang gembala ialah melayani, yang
berasal dari akar kata diakonein. Diakonein secara harafiah berarti “melayani meja” (Kis 6:2;
Luk 12:37; 17:8; Yoh 2:5,9). Diakonia bukan hanya berupa kegiatan dan proyek besar, tetapi
juga dapat berupa ungkapan sederhana dalam uluran tangan, suatu tanda kasih antara sesama
uamat manusia. Dalam PB dijelaskan bahwa melayani mempunyai arti luas dalam pelayanan
jemaat Kristus. Semua pekerjaan yang dilakukan dalam pelayanan bagi Kristus di jemaat, untuk
membangun dan memperluas jemaat. Dalam hal ini, diakonia merupakan suatu ungkapan diri
jemaat Kristen, ini dapat berupa pelayanan kasih dan pelayanan keadilan.2
memaparkan dua sisi pemahaman kepada masyarakat atau jemaat. Yang pertama, penulis
mengambil sample, tentang pelayanan diakonia kepada keluarga jemaat yang ditinggal
meninggal oleh kepala keluarga (ayah) yang masih berusia 45 tahun, di mana ia meninggalkan
seorang istri dan dua orang anaknya yang masih berusia 17 dan 14 tahun. Dalam adat Batak, jika
seorang ayah meninggal dengan belum memiliki menantu dan cucu, disebut matte mangkar.
Dengan kata lain, orang yang meninggal tidak memiliki keturunan yang sudah menikah. 3 Dalam
tradisi Batak, hanya doa yang diadakan untuk almahrum. Pada upacara kematian matte mangkar
ada kegiatan pemberian ulos kepada orang yang meninggal. Dalam Batak Toba, jika yang
meninggal adalah suaminya, pihak yang memberikan ulos adalah pihak tulang yang meninggal,
di mana ulos yang diberikan yaitu ulos saput yang menyimbolkan perpisahan, kemudian
dilanjutkan dengan pemberian ulos tujung (yang dikerudungkan kepada isterinya) 4, lalu
pemberian umpasa dalam bahasa Batak Toba. Pemberian umpasa penulis pahami sebagai bentuk
2
A. Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja: Teologi dalam Perspektif Reformasi,(Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2011), 3-9
3
Journal of Positive School Psychology, Semiotic Meaning in Verbal and Non-Verbal on Batak Toba Death
Ceremony, 6918-6919
4
Jurnal Sosial dan Agama, Volume 1, Nomor 1, Juni 2021, Tradisi Kematian Menurut Kristen, 170
3
penghiburan kepada pihak yang ditinggalkan (misalnya: untuk isteri yang ditinggal agar panjang
umur, menjadi orang tua teladan bagi anak-anaknya).5 Pada dasarnya, dalam tradisi Batak, situasi
ini dapat menimbulkan segala macam hubungan. Kekuasaan atas isteri kemudian dialihkan
kepada kerabat terdekatnya atau dapat pula dikembalikan ke parboru-nya. Ia dapat dinikahkan
secara levirate oleh seseorang dari kekerabatan almahrum suaminya. Semua ini memiliki
konsekuensi yang berbeda-beda,6 namun terlepas dari hal itu, yang hendak penulis sampaikan
dalam bagian ini adalah tentang bagaimana memberi penghiburan kepada keluarga yang
ditinggal oleh kepala keluarga dengan kondisi anak yang masih dalam tahap perkembangan
(masih sekolah).
Terlepas dari sisi kebudayaan, dalam sudut kekristenan juga diadakan penghiburan
kepada keluarga yang berdukacita sebagai bentuk partisipasi gereja dalam kehadirannya di
jemaat. Peristiwa dukacita yang terjadi merupakan pengalaman emosi yang timbul sebagai reaksi
atas kehilangan seseorang yang penting dalam hidup. Ada beragam cara orang mengekspresikan
dukacitanya. Menurut Westberg ada beberapa tahapan kesedihan orang-orang yang sedang
berdukacita, yakni mencakup periode depresi, kemarahan, kelelahan, tekanan fisik, rasa
bersalah.7
Dalam hal ini, pelayanan pastoral diperlukan untuk menjadi salah satu prioritas
penghiburan bagi jemaat. Pelayanan pastoral pada dasarnya merupakan pelayanan gereja yang
mencerminkan pemeliharaan Allah terhadap ciptaan-Nya, secara khusus jemaat gereja yang
bersangkutan.8 Gereja harus dapat melihat pelayanan pastoral kedukaan menjadi bagian
5
Journal of Positive School Psychology, Semiotic Meaning in Verbal and Non-Verbal on Batak Toba Death
Ceremony, 6924
6
J.C. Vergouwen, The Social Organisation and Customary Law of the Toba-Batak of Northern Sumatera, (), 239
7
Howard W. Stone dan William M. Clements, Handbook for Basic Types of Pastoral Care and Counseling,
(Nashville: Abingdon Press, 1991), 222
8
Rini Wulandari, “Pelayanan Pastoral bagi Istri yang Berduka dan Signifikansinya terhadap Proses Penemuan
Makna Hidup Jemaat Gereja Kristen Jawa Kismorejo Karanganyar,” dalam Jurnal Missio Ecclesiae, 8 (1), April
4
pelayanan, salah satunya yang bersifat holistik. Holistik berarti kesatuan dari semua dimensi diri
manusia yang kompleks. Misi pengasuhan atau pelayanan pastoral di abad-21 adalah
Pelayanan holistik dari saling memberi perhatian ini melibatkan pemeliharaan keutuhan dalam
individu dan hubungan mereka dalam kehidupan sosial ataupun berjemaat. 9 Disebutkan dalam
Jurnal berjudul “Pelayanan Pastoral Penghiburan Kedukaan bagi Keluarga Korban Meninggal
Akibat Covid-19” sebuah pandangan ahli, yaitu Howard Clinebell bahwa ada langkah-langkah
melepaskan ikatan moral dengan orang yang telah meninggal, dan mulai melanjutkan
kehidupan
2019, 21
9
Howard Clinebell, Basic Types of Pastoral Care & Counseling: Resources for the Ministry of Healing and
Growth, (Nashville: Abingdon Press, 2011), 30 EPUB
10
Lavanda Permata Kusuma dan Daniel Fajar Panuntun, “Pelayanan Pastoral Penghiburan Kedukaan Bagi Keluarga
Korban Meninggal Akibat Covid-19” dalam KENOSIS Vol.6 No. 1 Juni 2020, 43-53
11
Howard Clinebell, Basic Types of Pastoral Care & Counseling: Resources for the Ministry of Healing and
Growth, (Nashville: Abingdon Press, 2011), 52 EPUB
5
Perawatan penyembuhan (healing care); ini merupakan sebuah fungsi pastoral yang
Mempertahankan perawatan (sustaining care); langkah ini membantu orang yang terluka
untuk bertahan dan mengatasi keadaan di mana pemulihan penyakit [nya] tidak mungkin
Membimbing perawatan (guiding care); langkah ini membantu orang yang bingung
untuk membuat pilihan yang meyakinkan antara jalan pikiran dan tindakan alternatif,
ketika pilihan seperti itu dipandang mempengaruhi keadaan jiwa saat ini dan masa depan.
yang rusak antara manusia dan Allah, dan manusia dengan sesamanya. Rekonsiliasi
Saat ini, dua fungsi penggembalaan penting lainnya memiliki kepentingan strategis. Ini
menemukan karunia dan anugerah unik mereka dan menemukan sumber daya untuk
Perawatan kenabian (prophetic care); tujuan dari fungsi ini adalah untuk memberikan
perawatan kepada dan melalui sistem sosial yang sangat memengaruhi kehidupan orang,
luka dan penyembuhan mereka, dan tingkat kesejahteraan yang mereka kembangkan
dalam tujuh dimensi keutuhan. Tujuan akhir dari pengasuhan kenabian adalah untuk
6
konstruktif dalam patologi sosial dan alami yang lebih luas yang menjadi penyebab dan
Interaksi antara praktik penggembalaan pastoral dan warisan teologis harus menjadi
pertukaran dua arah. Dalam hubungan penggembalaan dan konseling pastoral, gembala berperan
sebagai mitra dengan jemaat terkait sambil terlibat dalam dialog. Bagi masyarakat sekuler, isu-
isu keagamaan tidak selalu begitu teridentifikasi, namun itu tersembunyi dalam hati
pendampingan dan konseling yang sadar secara spiritual. Dosa dan keselamatan, keterasingan
dan persekutuan, rasa malu dan rekonsiliasi, rasa bersalah dan pengampunan, penghakiman dan
kasih karunia, kematian dan kelahiran kembali secara rohani, keputusasaan dan harapan yang
Selain pendekatan holistik, ada beberapa langkah pendekatan transformasional yang bisa
diterapkan pendeta atau gembala dalam melakukan pelayanan pastoral. Tujuan dari pendekatan
ini ialah untuk membantu mereka belajar bagaimana menggunakan kesedihan mereka sebagai
Penerimaan secara bertahap atas kenyataan suram dari kehilangan. Peran gembala dalam
memfasilitasi kesedihan yang normal adalah bekerja sama dengan proses pemulihan
batin, polanya dapat dilakukan dengan membaca Kitab Suci, doa, bernyanyi untuk
memberikan penghiburan dan harapan bagi individu dan keluarga yang berduka.
12
Howard Clinebell, Basic Types of Pastoral Care & Counseling: Resources for the Ministry of Healing and
Growth, (Nashville: Abingdon Press, 2011), 57 EPUB
13
Howard Clinebell, Basic Types of Pastoral Care & Counseling: Resources for the Ministry of Healing and
Growth, (Nashville: Abingdon Press, 2011), 215-221 EPUB
7
Memberi makan setelah upacara pemakaman adalah cara memberikan pengasuhan fisik
Tahapan ini membantu membebaskan keluarga yang berduka dari masa lalu dan
Gembala juga dalam pelayanan pastoral kedukaannya dapat berperan untuk membantu
menunjukkan bahwa ada pihak-pihak yang senantiasa hadir bersama mereka, untuk
Meningkatkan keutuhan spiritual-etis. Pada tahapan ini, ajaran pendeta dan peran
dapat membantu orang yang berduka memperbesar iman mereka dan menghidupkan
Peran pendeta dalam kesedihan yang normal pada dasarnya adalah untuk mendukung,
membangkitkan ketakutan kematian yang mendalam pada orang yang ditinggalkan. Kecemasan
eksistensial ini hanya dapat ditangani secara konstruktif dengan pengalaman kepercayaan
religius. Melalui peran imamatnya, pendeta memberikan pemahaman kepada jemaat yang
berdukacita bahwasanya umat Kristiani boleh bersedih atau berduka, namun jangan sampai
terlarut di dalam kedukaannya atau tidak boleh bersedih berlebihan. Ini adalah bagian penting
dari proses penyembuhan atau pemulihan emosi dukacita. 14 Untuk memberikan pemahaman dan
14
Howard J. Clinebell, Jr, The Mental Health Ministry of the Local Church, 164
8
penghiburan bagi jemaat yang sedang berduka atau kehilangan anggota keluarganya, pendeta
Sisi relevansi yang kedua ialah tentang bagaimana memberikan pemahaman kepada
jemaat agar mereka tidak khawatir atau tawar hati dalam memahami kematian. Fungsi
pendampingan pastoral yang akan dilakukan kepada jemaat yang belum siap menghadapi
pastoral kepada jemaat yang belum siap menghadapi kematian yang dilakukan gereja ialah
memberikan semangat dan dorongan kepada jemaat supaya tetap percaya dan yakin bahwa hidup
dan mati pada dasarnya sudah ditentukan oleh Tuhan, dan semua ciptaan memang hakikatnya
melalui tindakan menolong orang yang sakit agar ia dapat bertahan. ). Dalam pendampingan
pastoral, sering kali muncul pertanyaan dari pihak yang bersedih tentang apa yang menyebabkan
penderitaan mereka, mengapa itu harus terjadi, dan tak sedikit orang yang memahami atau
menghubungkan penderitaan mereka dengan dosa dan hukuman Tuhan. Meskipun begitu,
pendampingan pastoral hendaknya membiarkan pertanyaan seperti itu tetap terbuka. Yang pasti,
Allah dekat dan memelihara manusia dalam penderitaannya, biarlah pertanyaan seperti itu
menjadi pergumulan iman mereka bersama Tuhan. Penopangan dilakukan supaya orang yang
mengalami penderitaan berat tidak mudah kehilangan keyakinan, terutama kepada Tuhan. Fungsi
menopang membantu konseli (pihak berduka) untuk bertahan dalam situasi krisis bagaimanapun
beratnya.15
15
Ruth Betty Panjaitan, “Pendampingan Pastoral terhadap Jemaat yang belum Siap Menghadapi Kematian di HKBP
Pasar Minggu” dalam Mitra Sriwijaya: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Volume 2 Nomor 1, Juli 2021, 49-50
9
5:19). Penderitaan sering membuat manusia menjadi lebih sensitive terhadap sesamanya maupun
terhadap Allah. Dalam hal ini, fungsi reconciling merupakan bentuk pelayanan yang tepat
dengan tujuan membantu orang-orang yang merasa terasing untuk memperbaiki hubungan yang
benar dengan Tuhan dan sesamanya. Jemaat yang sedang bergumul dengan ketakutannya akan
kematian (missal: akibat sakit keras, kritis) dalam hal ini harus didamaikan dengan
pendampingan iman supaya jemaat tersebut tidak menolak, marah, depresi atau meninggalkan
kepahitan dalam penerimaannya tentang kematian. Iman berperan dalam proses penyembuhan,
karena dengan iman seseorang dapat memberikan makna baru dalam pengalaman
penderitaannya. Dengan iman. seseorang yang menderita (sakit) akan dibantu untuk melihat
kembali makna hidup. Sesesorang akan dikatakan berdamai jika ia berhasil sembuh secara
Penerapan pastoral terhadap jemaat yang belum siap menghadapi kematian: mengadakan
kunjunagn pastoral secara rutin: tahapan yang dilakukan pada saat melakukan kunjungan adalah
pertama-tama dengan mendengarkan pergumulan, keluhan apapun yang dirasakan oleh jemaat
dengan penuh kasih. Kemudian, memberikan pemahaman tentang kematian. Cara ini
dimaksudkan bukan untuk membiarkan jemaat menyerah terhadap penyakitnya, namun dengan
maksud mengantarkan jemaat bertemu dengan Sang Pencipta. Setelah selesai berdiskusi,
kemudian dilanjut dengan memberikan nyanyian sebagai bentuk memberikan kekuatan dan
ketenangan hati, untuk membantu menyembuhkan jiwa, sekalipun fisik sedang lemah.
16
Ruth Betty Panjaitan, “Pendampingan Pastoral terhadap Jemaat yang belum Siap Menghadapi Kematian di HKBP
Pasar Minggu” dalam Mitra Sriwijaya: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Volume 2 Nomor 1, Juli 2021, 51-52
10