Kelompok 2 Agnes Masambentiro Eloi Kalalo Etdeisye Rengki Febiola Kaparang Gabriel Tabise Marchela Pangkey Rosadianda Mokodaser Thesalonika Lumintang Yulinda Polii Zefanya Pijoh Pendampingan Pastoral Pendampingan atau bimbingan adalah suatu proses pendidikan kepada individu untuk mencapai tingkat kemandirian dan perkembangan diri sepanjang hayat (longlife education). Sedangkan istilah pendampingan pastoral adalah gabungan dua kata yang memiliki makna pelayanan. Istilah pendampingan berasal dari kata kerja “mendampingi”. Mendampingi merupakan suatu kegiatan menolong orang lain yang karena suatu sebab perlu didampingi. Orang yang melakukan kegiatan mendampingi disebut pendamping. Antara yang didampingi dan pendamping terjadi suatu interaksi sejajar atau relasi timbal-balik. Istilah pastoral berasal dari bahasa latin “pastor” dari bahasa Yunani “poimen” yang artinya gembala. Dalam kehidupan gerejawi hal ini merupakan tugas pendeta yang harus menjadi gembala bagi jemaat atau dombanya. Pengistilahan ini dihubungkan dalam diri Yesus Kristus dan karya-karyaNya sebagai “Pastor Sejati” atau “Gembala Yang Baik”. Ungkapan ini mengacu pada pelayanan Yesus yang tanpa pamrih, bersedia memberi pertolongan dan pengasuhan yang Yesus berikan kepada para pengikutNya. Istilah pastor dalam konotasi praktisnya berarti merawat atau memelihara. Sikap pastoral harus mewarnai semua sendi pelayanan. Dalam pelayanan, terdapat istilah dalam menggambarkan pelayanan pastoral yaitu “penggembalaan”. Ada beberapa tipe penggembalaan Pertama, penggembalaan merupakan pembinaan, yaitu tugas membentuk watak seseorang dan mendidik mereka untuk menjadi murid Kristus yang baik. Kedua, penggembalaan adalah pemberitaan Firman Allah melalui pertemuan antar pribadi atau kelompok. Hal ini berarti dalam pertemuan, Injil harus dibicarakan supaya yang hadir dapat dibimbing dan disadarkan. Ketiga, penggembalaan adalah pelayanan penyembuhan yaitu pelayanan rohani yang mendatangkan kesembuhan fisik, dan lain-lain. Keempat, penggembalaan adalah pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan sosial dan pelayanan berjuang melawan ketidakadilan. Kelima, penggembalaan dianggap juga sebagai konseling pastoral yang menggunakan teknik- teknik khusus yang dipinjam dari ilmu-ilmu manusia, khususnya psikologi. Adapun penggembalaan memiliki lima fungsi 1. Fungsi membimbing (misalnya konseling dalam pranikah). 2. Fungsi mendamaikan/memperbaiki hubungan (konflik antar pribadi, masalah iman). 3. Fungsi menopang/menyokong (menolong mereka yang mengalami krisis). 4. Fungsi menyembuhkan (orang yang berdukacita, yang terluka batinnya). 5. Fungsi mengasuh (mendorong ke arah pengembangan, pertumbuhan secara holistis) Dapat disimpulkan bahwa pendampingan pastoral merupakan sifat dari pekerjaan itu sendiri. Dengan demikian, maka dalam mendampingi sesama yang menderita, haruslah bersifat pastoral, atau dengan kata lain, pertolongan kepada sesama yang utuh mencakup jasmani, mental, sosial, dan rohani hendaklah bersifat pastoral dengan lima fungsi diatas. Konseling Pastoral Konseling berasal dari bahasa Inggris to counsel yang secara harfiah berarti memberi arahan. Dengan pengembangan Counseling Psychology, di Amerika, konselor diartikan sebagai seorang yang berusaha menolong orang yang bermasalah melalui pendekatan psikologis. Dari pemahaman tersebut, konseling menempatkan seorang konselor selalu bersentuhan dengan apa yang disebut relasi terhadap sesamanya. Relasi yang mendalam hanya dapat dibangun jika seorang konselor memandang orang yang bermasalah itu sangat berharga. Bukan sekadar dikasihani, tetapi dicintai. Karena itu, konseling adalah proses pertolongan antara seorang penolong (konselor) dan yang ditolong (konseli), dengan maksud bukan hanya meringankan penderitaan konseli, tetapi memberdayakannya. Konseling pastoral merupakan dimensi pendampingan pastoral dalam melaksanakan fungsi yang memiliki sifat memperbaiki yang dibutuhkan ketika orang mengalami krisis yang merintangi pertubuhannya. Orang membutuhkan pendampingan pastoral sepanjang hidupnya, tetapi mungkin orang membutuhkan konseling pastoral ketika mengalami krisis yang hebat. Keduanya bertujuan untuk memperbaiki berbagai relasi yang terputus, baik dengan diri sendiri, orang lain, terutama dengan Allah, akibat krisis yang menimpa kehidupan. Perbedaannya ada pada metode dan penekanan . Dalam pelayanan pastoral mengunjungi seorang ibu yang sakit, selain menderita sakit ia juga menceritakan tentang suami yang jarang menemani dirinya. Dalam kasus ini kita diperhadapkan pada dua masalah yang tidak begitu sulit. Pada keduanya seorang konselor harus menggunakan metode dan penekanan yang berbeda. Bagi ibu yang sakit, kita menggunakan pendampingan pastoral. Sedangkan pada masalah ibu dengan suaminya, kita melakukan konseling pastoral. Penekanan utama pada kedua masalah tersebut didasarkan pada spiritualitas. Baik konselor maupun konseli harus menyadari bahwa Allah selalu ada dan turut campur tangan dalam setiap masalah yang dihadapi. Keberhasilan seorang konselor bukan diukur dari banyaknya orang yang datang padanya, melainkan banyaknya orang yang merasakan sentuhan pelayanannya. Dalam hubungan atau relasi mesra yang harmonis, orang akan mengalami kedamaian dan kebahagiaan.