Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa muda merupakan masa produktif bagi seseorang karena

keadaan fisik seseorang dalam keadaan sangat baik dan memiliki

pemikiran yang sedang berkembang sehingga masa muda adalah

masa yang tepat untuk berkarya. Namun zaman sekarang cenderung

diartikan sebagai masa unutk mendapatkan kesenangan, punya

barang-barang bermerek dan hura-hura. Kaum muda mengartikan

sukses sebagai hidup yang berkelimpahan materi, status dan kuasa.

Kaum muda adalah orang yang dalam proses pengenalan diri

sendiri dan sedang mencari dan berusaha untuk mendapatkan

jawaban atas diri mereka, antara lain menentukan tujuan hidupnya,

menemukan pekerjaan yang tepat, pergaulan dengan sesama kaum

muda, berpacaran, pernikahan serta hubungan dengan Tuhan.

Ketika kaum muda tidak dapat mendapatkan jawaban yang

tepat dalam gereja, mereka akan mencari jawabannya dengan cara

mereka sendiri. Ketika hal ini terjadi akan diikuti oleh berkurangnya

keterlibatan kaum muda dalam gereja, sedangkan gereja memberikan

tuntutan agar kaum muda dapat melibatkan diri mereka dalam

pelayanan. Namun yang terjadi adalah kaum muda terlibat dalam

pergaulan bebas, meminum minuman keras yang dapat

mengakibatkan tauran, dan pada akhirnya perlahan meninggalkan

gereja.
2

Pada kehidupan masa kini yang semakin modern kita melihat

dari masalah dan tantangan yang ada, maka untuk dapat menjawab

kebutuhan kaum muda dan memberikan landasan iman kristen yang

kuat, gereja harus memikirkan dengan serius dalam membuat

rancangan dan pola pembinaan yang tepat agar pembinaan yang

diberikan dapat menjawab kebutuhan kaum muda secara utuh. Telah

sering kita lihat pada zaman modern ini kekerasan tawuran yang

melibatkan pemuda kristen antar pemuda lainnya maupun pemuda

desa antar desa liannya yang hampir sering terjadi dan

mengakibatkan para kaum muda telah salah memegang prinsip

sebagai kaum muda penerus bangsa.

Dari berbagai permasalahan yang didapat dalam pengamatan

lapangan yang dilakukan, peneliti mengangkat kasus penelitian

tentang peran gereja terhadap tawuran antar pemuda yang sering

terjadi di Desa Kopandakan I dan dilakukan oleh pemuda Kristen,

mereka pun sering berbuat kekacauan di desa yang berdekatan

dengan Desa Kopandakan I.

Awal permasalahannya yaitu dari minuman keras yang

dikonsumsi dan mengakibatkan timbulnya emosi, juga sudah terbawa

dengan masalah pribadi yang belum terselesaikan pada akhirnya

terlibat pertikaian hingga terjadi tawuran antar pemuda di Desa

Kopandakan I dan desa lain. Banyak orang mengatakan bahwa

pemuda kristen setempat merasan kalau mereka paling hebat dan

harus ditakuti dari secara turun-temurun yang sebagian mayoritas


3

asalnya dari suku Minahasa, suku Mongondow, dan suku Sanger

karena mayoritas kristen pendatang yang menduduki daerah non

kristen dan di tempati adalah tanah Mongondow, maka secara turun-

temurun pula sebagian kaum muda kristen di Desa Kopandakan I dan

sekitar yang tergabung dalam berbagai suku merasa mereka yang

harus dihormati diantara yang lain dan hampir sering melakukan

kekacauan di beberapa desa terdekat dan menunjukkan bahwa

mereka patut ditakuti dan dihormati.

Oleh karena itu penelitian ini akan mengangkat topik Peran

Gereja Terhadap Tawuran Pemuda di Desa Kopandakan I Kecamatan

Kotamobagu Selatan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana peran gereja berkaitan dengan tawuran pemuda di

Desa Kopandakan I?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan

ini adalah untuk mengetahui peran gereja berkaitan dengan tawuran

pemuda yang terjadi di Desa Kopandakan I.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


4

1. Manfaat Teoritis

Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

kepustakaan yang ada tentang pastoral konseling, dan diharapkan

menambah pemikiran bagi perkembangan ilmu pastoral konseling

terutama dalam bidang pastoral tentang tindak kekerasan akibat

tawuran yang dilakukan antar pemuda.

2. Manfaat Praktis

a. Peneliti

Penulis secara pribadi, supaya dapat memahami tentang

pelayanan kaum muda dan cara melayani mereka, serta pola

pelayanan yang tepat agar pelayanan yang disampaikan

berdampak pada pertumbuhan rohani kaum muda yang dilayani

agar kaum muda perlahan mulai terjauh dari tindak kekerasan

kriminal dan bisa membuat kaum muda lebih mengerti dan

mematuhi tentang hukum yang telah ada.

b. Gereja

Agar dapat mengetahui pola pelayanan kepada kaum muda

yang sudah berjalan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir

ini apakah sudah berdampak maksimal atau belum maksimal dan

bagi para pelayan kaum muda agar dapat kembali mengevaluasi

pelayanan yang telah berjalan dan terpacu untuk meningkatkan

lagi dalam pelayanan yang sudah ada untuk periode berjalan.


5

c. STAKN (Kampus)

Penelitian ini sangat diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi di STAKN terutama

jurusan Pastoral Konseling, terlebih tentang kekerasan akibat

tindak tawuran pada kaum muda masa kini.


6

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Pendampingan Pastoral

1. Pendampingan1

Kata pendampingan berasal dari kata damping yang artinya

dekat,bersamasama, atau orang yang mendampingi dan juga

membimbing. Kata pendampingan pastoral adalah gabungan dua kata

yang mempunyai makna pelayanan, yaitu kata pendampingan dan

kata pastoral. Kata pendampingan berasal dari kata kerja

mendampingi, mendampingi merupakan suatu kegiatan menolong

orang lain yang karena suatu sebab perlu didampingi. Orang yang

melakukan kegiatan mendampingi disebut sebagai pendamping.

Antara yang didampingi dan pendamping terjadi suatu interaksi sejajar

dan atau relasi timbal balik. Pihak yang bertanggung jawab (sejauh

mungkin sesuai dengan kemampuan) adalah pihak yang didampingi.

Dengan demikian, istilah pendampingan memiliki arti kegiatan

kemitraan, bahu membahu, memahami, membagi/berbagi dengan

tujuan saling menumbuhkan dan mengutuhkan.

Dalam kaitannya dengan kata counseling (Bahasa Inggris)

memang masih banyak pandangan yang berbeda beda. Apakah

kata tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai

pendampingan, tampaknya kurang tepat, karena akan menimbulkan

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1990.
7

arti yang sempit. Pada awalnya, counseling mempunyai konotasi pada

pemberian nasihat atau bimbingan, sementara pendampingan

memiliki aspek yang lebih luas, yang dapat mencakup pula pemberian

nasihat dan bimbingan. Oleh sebab itu, pengistilahan tersebut

sebaiknya mempertimbangkan berbagai macam latar belakang

pelayanan, sejauh tidak meninggalkan pengertian yang mendasar.2

2. Pastoral

Istilah pastoral berasal dari kata pastor dalam Bahasa Latin

atau dalam Bahasa Yunani disebut poimen,3 yang artinya gembala.

Secara tradisional, dalam kehidupan gerejawi kita hal ini merupakan

tugas pendeta yang harus menjadi gembala bagi jemaat atau

domba-Nya.4 Istilah ini dihubungkan dengan diri Yesus Kristus dan

karya-Nya sebagai Pastor Sejati atau Gembala Yang Baik (Yoh.

10). Ungkapan ini mengacu pada pelayanan Yesus yang tanpa

pamrih, bersedia memberikan pertolongan dan pengasuhan terhadap

para pengikut-Nya, bahkan rela mengorbankan nyawa-Nya.

Pelayanan yang diberikan-Nya ini merupakan tugas manusiawi yang

teramat mulia. Dan pengikut-Nya diharapkan dapat mengambil sikap

dan pelayanan Yesus ini dalam kehidupan praktis mereka. Oleh sebab

itu, tugas pastoral bukan hanya tugas resmi atau monopoli para

2
Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007. h. 9
3
M. Bons-Storm, Apakah Pengembalaan itu? (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008), h. 4
4
Douglas,Ensiklopedia Alkitab Masa kini Jilid I. Jakarta Yayasan Bina Kasih/OFM
8

pastor/pendeta saja, tetapi juga setiap orang yang menjadi pengikut-

Nya.5

Dalam pelayanan, terdapat beberapa istilah untuk

menggambarkan pelayanan pastoral istilah yang paling terkenal

adalah penggembalaan. Penggembalaan adalah suatu istilah

struktural untuk mempersiapkan para rohaniwan untuk tugas

pastoral atau tugas penggembalaan. Dari sini muncul ilmu

poimenik atau ilmu penggembalaan yang menjadi bagian dari studi-

studi praktika atau teologi praktika. Terdapat di dalamnya antara lain

psikologi pastoral, yakni pengetahuan psikologis yang dibutuhkan

seseorang untuk menjadi gembala yang baik; dan teologi pastoral,

yakni disiplin yang terfokus pada refleksi ilmiah tentang situasi

penggembalaan.

Penggembalaan adalah bentuk pelayanan geraja untuk

pertumbuhan dan pendewasaan iman anggota jemaat.6 Di Indonesia

kita sering mengenal gembala walaupun barangkali mereka tidak

disebut demikian tetapi misalnya disebut penjaga. Tujuan

penggembalaan agar fungsi gereja yang menjadi garam dan terang

dunia terpelihara dan bertumbuh dalam setiap kondisi hidup yang

dialami oleh gereja baik sebagai perorangan maupun persekutuan.

Tugas seorang gembala sangat berat. Dari pagi sampai malam,

gembala berjalan bersama kawanan dombanya untuk mencari rumput

dan sumur untuk mengambil air minum pada siang hari.

5
M. Bons-Storm, Apakah Penggembalaan itu? (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008) hal.2
6
Tidball J. Derek, Teologi Penggembalaan, Malang : Gandum Mas.
9

3. Fungsi Pendampingan Pastoral

Yang dimaksud dengan fungsi adalah kegunaan atau manfaat

yang dapat diperoleh dari pekerjaan pendampingan tersebut. Dengan

demikian, fungsi pendampingan merupakan tujuan tujuan

operasional yang hendak dicapai dalam memberikan pertolongan

kepada orang lain.

a) Fungsi membimbing
Fungsi membimbing penting dalam kegiatan menolong
dan mendampingi seseorang. Fungsi ini merupakan salah
satu fungsi dari fungsi fungsi fungsi pendampingi pastoral
yang lain. Pengambilan keputusan tentang masa depan
ataupun mengubah dan memperbaiki tingkah laku tertentu
atau kebiasaan tertentu, tetap ditangan orang yang didampingi
(klien). Lebih bertanggung jawab apabila orang yang
didampingi diberi kepercayaan untuk mengemukakan
persoalannya bila sangat membutuhkan pemecahan.
b) Fungsi mendamaikan/memperbaiki hubungan
Ini dapat berfungsi sebagai perantara untuk memperbaiki
hubungan yang rusak dan terganggu. Hal yang perlu
mendapat perhatian pendamping adalah jangan sampai
pendamping memihak salah satu pihak; ia hendaknya menjadi
orang yang netral atau penengah yang bijaksana.
c) Fungsi menopang
Umumnya konselor dan konseli hanya berfokus pada
masalah inti. Tanggapan dari konselor, adalah singkat, tepat,
dan menekankan perasaan konseli kehadiran yang baik dan
komunikasi non-lisan konselor banyak menolong. Sebab
biasanya konseli hanya gelisah.
d) Fungsi menyembuhkan
Fungsi ini penting terutama bagi mereka yang
mengalami dukacita dan luka batin akibat kehilangan atau
terbuang, biasanya berakibat pada penyakit psikosomatis,
suatu penyakit yang secara langsung atau tidak langsung
disebabkan oleh tekanan mental yang berat. Penting sekali
kita menyadari bahwa emosi/perasaan yang tertekan dan
tidak terungkapkan melalui kata-kata atau ungkapan perasaan
sperti menangis dan sebagainya kemungkinan akan
disalurkan melalui disfungsi tubuh kita.
10

e) Fungsi menolong
Fungsi menolong ini mucul dalam usaha menolong
konseli untuk mengambil keputusan.mengenai hidupnya.7

B. Pemuda

Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani

berbagai macam-macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal

ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi

penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi

sebelumnya, generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet

pembangunan. Di dalam masyarakat, pemuda merupakan satu

identitas yang potensial. Kedudukannya yang strategis sebagai

penerus cita cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi

pembangunan bangsanya.8

Pemuda sering disebut generasi muda, yang merupakan istilah

demografis dan sosiologi dalam konteks tertentu. Secara psikologis

pemuda adalah orang yang mempunyai jiwa kepemudaan dan

identitas kepemudaan. Ada pepatah mengatakan Barangsiapa

menguasai generasi nuda berarti menguasai masa depan bangsa. Ini

berarti masa depan bangsa terletak di dalam tangan generasi muda.

Generasi mudalah yang harus berperan aktif dalam

membangun bangsanya, dengan harapan pemuda geraja sebagai

warga kerajaan Allah dan warga negara Indonesia dapat mengambil

peranan dan ikut serta dalam pembangunan bangsa.9

7
Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007. H. 13-14
8
Ciptadestiara Pengertian Pemuda. h. 26
9
Jaffray, Pekerjaan Pemuda Gereja Dalam Pembangunan Bangsa h..41
11

C. Pemuda Sebagai Teladan Bagi Generasi

Salah satu dari tri tugas panggilan geraja adalah koinonia


(bersekutu), di gereja dikenal seksi sekolah minggu, remaja,
pemuda, wanita, bapak dan lanjut usia. Di dalam persekutuan
inilah terkumpul potensi potensi yang dimiliki anggota jemaat.
Persekutuan sangat menentukan dapat tidaknya pelayanan
berjalan dengan baik. Hanya dengan terciptanya persekutuan
yang baik maka akan tercipta kerjasama yang baik menyatukan
potensi potensi yang dimiliki untuk mewujudkan tugas panggilan
geraja. Oleh sebab itu, dalam hal pemuda memperan serta dalam
pelayanan maka harus diciptakan dahulu persekutuan yang baik
di tengah tengah pemuda gereja sehingga persekutuan tersebut
menarik bagi orang lain untuk terlibat di dalamnya. Tidak ada
ruang untuk mengembangkan kelompok kelompok yang
dianggap penting sedang lain hanya penggembira saja, sebab hal
yang demikian dapat menimbulkan perpecahan dan pelayanan
tidak dapat berjalan dengan baik.
Selain itu, pemuda dalam persekutuannya harus terbuka
terhadap kategorial yang lainnya khususnya kepada kategorial
sekolah minggu dan remaja. Pemuda harus menjadi teladan bagi
adek-adeknya sekolah minggu dan remaja, bahkan pemuda
hendaknya terlibat dalam pelayanan dan pembinaan rohani bagi
mereka (menjadi partner kerja majelis), misalnya menjadi guru
sekolah minggu atau terlibat dalam pelaksanaan kebaktian-
kebaktian atau penelahaan alkitab.
Dengan keterlibatan pemuda dalam pelayanan di kategorial
sekolah minggu dan remaja (secara khusus kategorial remaja)
diharapkan regenerasi persekutuan pemuda dapat berjalan
dengan baik. Anak remaja tidak gemang memasuki wilayah
pemuda karena dia sudah banyak mengenalnya. Sebab sering
terjadi di tengah-tengah gereja ada masa-masa di mana anggota
persekutuan pemuda secara kuantitas sedikit, sedang gereja
sudah menamatkan 2 sampai 3 kali pelajar katekhisasi sidi.
Kenapa? Karena remaja tadi tidak di perkenalkan lebih dahulu
persekutuan pemuda ragu-ragu. Untuk mengatasi hal tersebut
pemuda harus proaktif memperkenalkan persekutuan pemuda,
sehingga remaja-remaja pada waktunya dengan keinginan dan
kerinduannya mau melibatkan diri ke dalam persekutuan pemuda;
maka terciptalah persekutuan pemuda yang berkesinambungan di
tengah-tengah gereja pada zaman masa.10

10
Iris V. Cully, dinamika pendidikan kristen, jakarta : bpk gunung mulia, 2009. Hal 160
12

D. Tawuran

1. Pengertian

Tawuran merupakan suatu kegiatan perkelahian atau tindak

kekerasan yang dilakukan sekelompok atau suatu rumpun

masyarakat. Tawuran adalah perilaku agresi dari seorang individu

atau kelompok. Agresi itu sendiri diartikan sebagai suatu cara untuk

melawan dengan sangat kuat, menyerang, membunuh atau

menghukum orang lain, dengan kata lain agresi secara singkat

didefinisikan sebagai tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang

lain atau merusak milik orang lain.11

2. Faktor penyebab tawuran

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tawuran menurut

kartono (2006) ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya

perkelahian antar kelompok atau tawuran, dan faktor-faktor itu tebagi

kedalam dua jenis yaitu factor internal dan factor eksternal.

a. Faktor internal
Faktor internal mencakup reaksi frustasi negatif, gangguan
pengamatan dan tanggapan pada diri seseorang, gangguan
cara berfikir pada diri seseorang, dan gangguan
emosional/perasaan pada diri seseorang. Tawuran pada
dasarnya dapat terjadi karena tidak berhasilnya seseorang
untuk mengontrol dirinya sendiri. Gangguan pengamatan dan
tanggapan pada diri manusia antara lain berupa : ilusi,
halusinasi dan gambaran semu. Pada umumnya manusia
dalam memberi tanggapan terhadap realita cenderung melalui
pengolahan batin yang keliru, sehingga timbullah pengertian
yang salah. Hal ini disebabkan oleh harapan yang terlalu
muluk-muluk dan kecemasan yang terlalu berlebihan. Aman
dan takut terhadap sesuatu yang tidak jelas: dan perasaan

11
Riskyana dewi intan p, pengertian kekerasan, diambil dari :
https://www.scribd.com/document/111558407/pengertian-tawuran
13

rendah diri yang dapat melemahkan cara berfikir, intelektual


dan kemauan seseorang.
b. Faktor eksternal
Selain faktor dari dalam (internal) yang dapat menyebabkan
tawuran juga ada beberapa faktor dari luar, yaitu keluarga,
lingkungan sekitar. Keluarga memegang peranan penting
dalam membentuk watak anak. Kondisi keluarga sangat
berdampak pada perkembangan yang dialami seorang anak,
apabila hubungan dalam keluarganya baik maka akan
berdampak positif begitupun sebaliknya, jika hubungan dalam
keluarganya buruk maka akan pula membawa dampak yang
buruk terhadap perkembangan anak.
Misalnya mengalami ketidak pastian emosional, perlindungan
daro orang tua, penolakan orang tua dan pengaruh buruk orang
tua.12

3. Dampak akibat tawuran

Dampak-dampak yang ditimbulkan akibat tawuran antara lain

sebagai berikut :

a. Kerugian fisik, seperti cidera ataupun kehilangan nyawa.

b. Kerugian non fisik, seperti rusaknya sarana-sarana ditempat

kejadian tawuran.

c. Rasa malu orang tua atas ketidakberhasilan mendidik anak.

d. Tidak respeknya orang-orang disekitar.

e. Dipenjarakan.13

E. Landasan Alkitabiah

Pentingnya untuk kita memahami lebih jauh tentang peran

gereja dalam menindaki tawuran pemuda di Desa Kopandakan I dan

sekitarnya, maka kita perlu memperhatikan lebih dahulu tentang

12
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan 5 Vol. 3 no. 01, april 2014. h. 5
13
Jurnal Andre Rivaldi, Tawuran, diakses dari :
https:www.scribd.com/doc/207504317/tawuran-pdf
14

kesaksian Alkitab baik itu dalam Perjanjian Lama (PL) maupun

Perjanjian Baru (PB).

1. Dalam Perjanjian Lama (PL), seperti kisah yang ada dalam kitab

Kejadian 13:8 yaitu, maka berkatalah Abraham kepada Lot:

janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan

antara para gembalaku dan gembalamu, sebab kita ini kerabat.

Maksud dari ayat dalam kutipan alkitab diatas menjelaskan bahwa

jangan ada tindak tawuran diantara pemuda dengan pemuda desa

maupun dengan warga masyarakat karena hanya akan merusak

kerukunan beragama dan kebersamaan diantara sesama kita

manusia.

2. Dalam Perjanjian Baru (PB), seperti kisah yang ada dalam kitab

Pengkhotbah 11:9 yaitu, bersukarialah, hai pemuda, dalam

kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan

turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi

ketahuilah bahwa karena segala hal ini allah akan membawa

engkau ke pengadilan

Dalam kutipan ayat alkitab diatas, kita diajarkan untuk saling

menopang, swlalu memberi, bersyukur serta menjauh dari tindakan

tawuran yang hanya akan merugikan. Maka dari itu kita sebagai

pemuda gereja yang akan menjadi pemegang takhta kerajaan Allah

selanjutnya selalu bersukacita dalam segala hal dengan selalu

memuji Nama Tuhan agar bisa memperoleh segala cita-cita dan

keinginan kita dari Tuhan itu sendiri.


15

F. Hasil penelitian yang relevan

1. Adrie Lukas Karya Ilmiah Pastoral Bagi Pemuda Yang

Mengkonsumsi Minuman Keras Berlebihan. 14 Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui akibat dari sifat yang dilakukan

oleh para pemuda Kristen yang sering mengkonsumsi minuman

keras secara berlebihan, ada yang bisa mengatasinya dengan

cara-cara yang positif tetapi ada juga yang tidak mampu

mengatasi perubahan dan masalaha yang timbul, sehingga

para pemuda masa kini cenderung mengkonsumsi minuman

keras. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan

peneliti yaitu, penelitian yang dilakukan untuk para pemuda

yang sering melakukan tawuran akibat dari mengkonsumsi

minuman keras yang secara berlebihan.

2. Mulyadin Permana Konflik Sosial dsalam Kekerabatan : Kajian

Antropologi Terhadap Tawuran Antar Kampung di Bima Nusa

Tenggara Barat. 15 Penelitian ini bertujuan mengungkapkan,

mendeskripsikan dan menganalisis konflik yang terjadi dalam

kekerabatan di balik fenomena tawuran antar kampung di Bima.

Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu,

penelitian yang dilakukan untuk pihak pelayan khusus gereja

dalam memberikan pendampingan pastoral bagi para pemuda

14
Adrie Lukas Pastoral Bagi Pemuda Yang Mengkonsumsi Minuman Keras
Berlebihan Di Jemaat GMIM Yerusalem Paal Dua Manado. (Karya Ilmiah. 2014)
15
Mulyadin Permana Konflik Sosial dsalam Kekerabatan : Kajian Antropologi
Terhadap Tawuran Antar Kampung di Bima Nusa Tenggara Barat.
http://Kompasiana.com/www.mulyadinpermana.com
16

kristen yang sering melakukan tawuran di Desa Kopandakan I

dan juga di Desa tetangga.


17

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Dan Prosedur Penelitian

Pada dasarnya metode penelitian merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 16

penelitian adalah penggunaan metode ilmiah yang bersifat formal dan

sistematis untuk mempelajari masalah.17 Dalam hal ini peneliti memilih

untuk menggunakan peneliti kualitatif, merupakan penelitian yang

bertolak dari pandangan bahwa fokus penelitian adalah kualitas

makna (meanings) atau hakekat dan esensi. Penelitian kualitatif

menggunakan lingkaran alamiah sebagai sumber data secara

langsung, sifatnya deskriptif analitik terhadap data yang dipaparkan

dalam bentuk kata-kata, tekanan penelitian ini ada pada proses bukan

hasil, da sifatnya induktif dimulai dari data dan fakta sebagaimana

adanya bukan dari teori atau apa yang semestinya.18

Jadi disini peneliti dapat menyimpulkan bahwa, penelitian

kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai

kata-kata lisan maupun tertulis dan tingkah laku yang dapat diamati

dari orang-orang yang diteliti: kemudian, peneliti berusaha untuk

memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi dan

tingkah laku manusia dalam situasi tertentu.19

16
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Dan R&D, (Bandung,Alfabeta,2013)
17
Sumanto, Metodoli Penelitian, Yogyakarta: Alfabet, 1990, h. 4
18
Buku Panduan Penulisan Karya Ilmiah STAKN, Manado :STAKN, 2017, h.10
19
Drs. Septiawan Santana K., MS.i, Menulis Ilmiah : Metode enelitian Kualitatif, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2007) h. 40
18

Tujuan agar untuk bisa menggambarkan suatu gejala, atau

fakta atau realita yang sedang terjadi dilapangan atau di tempat

penelitian. Tentunya untuk dapat mempermudah peneliti mendapatkan

informasi atau pengetahuan dari fokus penelitian yang telah

ditentukan oleh peneliti, untuk itu lebih dari pada itu peneliti dapat

menarik kesimpulan dari fokus penelitian yang ada, dan nantinya

mampu merencanakan pendampingan pastoral seperti apa yang akan

digunakan oleh peneliti.20

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian difokuskan di Desa Kopandakan Satu, Kota

Kotamobagu, Sulawesi Utara. Agar penelitian ini sesuai dengan apa

yang diharapkan maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian,

yaitu di Desa Kopandakan Satu khususnya tempat yang penduduknya

yang beragam Kristen.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih enam

bulan, antara bulan Februari sampai Juli 2017.

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah peneliti

sendiri dan berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan

sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas

20
Dr. J. R. Raco, M.E., M.Sc, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya (Jakarta, Grasindo) Hal. 107
19

data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas

temuannya atau dengan bantuan orang lain merupakan alat

pengumpulan data utama instrument lain yang dimaksud diharapkan

dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah

ditemukan, melalui observasi ini dan wawancara dalam penelitian ini,

recorder handphone dan kamera foto, hal ini untuk memudahkan

peneliti dalam mengumpul, menganalisa dan memahami informasi

yang digali dari sumber dilapangan.21

D. Sumber Data Penelitian

Teknik pengumpulan data merupakan langkah awal yang harus

dilakukan karena tujuam utamanya adalah memperoleh data

dilapangan. Sumber dan teknik pengumpulan data dalam penelitian

disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian kepada pendeta

jemaat. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,

berbagai sumber, dan berbagai cara pengumpulan data sendiri dapat

menggunakan dua sumber yaitu primer yaitu sumber yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data misalnya lewat orang lain

atau lewat dokument.22

Sumber sekunder ini mengarah ke data-data tentang tawuran

yang ada, dan juga dokumen-dokumen lainnya yang terkait dengan

sumber penelitian. Alasan peneliti memilih 10 orang pemuda dan

pelsus gereja karena peneliti juga mendapat informasi dari pihak

21
Asep Saepul Hamdi E. Bahruddin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan
(Budi Utama, DIY, 2012) Hal.50
22
Ibid. Hal 53
20

perangkat desa terkait dan tua-tua desa yang ada. Alasan peneliti

memilih sumber untuk melengkapi data penelitian yang dilakukan

peneliti.

a. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari

tempat penelitian, 23 berupa kata-kata maupun tindakan yang

dilakukan. Data akan dugunakan peneliti untuk mendapatkan

informasi yang diperlukan melalui wawancara dengan 15 orang

pemuda, gereja dalam hal ini pengurus pelsus, tokoh

masyarakat yang ada dan tua-tua desa.

Adapun informan yang akan diwawancarai mengenai

tawuran/perkelahian yang hampir sering terjadi di Desa

Kopandakan Satu dan sekitar sebagai berikut :

1. Beberapa Pemuda Desa yang sering terlibat tawuran

2. Gereja (Pelsus)

3. Tokoh Masyarakat (Sangadi)

4. Tua-Tua Desa

Dalam wawancara dengan beberapa pemuda, peneliti

mengambil 15 orang pemuda, pihak gereja, tokoh masyarakat,

dan salah seorang yang bisa dikatakan tua-tua desa.

b. Data sekunder

Dalam memperkuat kelengkapan informasi yang akan

dikumpulkan, maka peneliti membutuhkan data sekunder yang

23
J. Supranto, M.A., STATISTIK Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Erlangga 2000) Hal. 10
21

dihadapi dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber

lainnya.24

E. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data, dalam bentuk observasi dan wawancara.

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

pengamatan dan pencatatan secara langsung terhadap obyek,

gejala atau kegiatan tertentu yang terjadi selama proses

pengamatan berlangsung. Mengemukakan bahwa observasi

merupakan suatu penelitian yang dijalankan secara sistematis

dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra

(terutama mata) atas kejadian-kejadian yang langsung dapat

ditangkap pada waktu kejadian itu berlangsung dalam

melakukan observasi awal di Desa Kopandakan Satu banyak

pemuda yang terlibat tawuran.25

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk komunikasi yang

bersifat verbal atau lisan, yang bertujuan untuk memperoleh

informasi tentang kenyataan hidup yang dialami oleh

24
Ibid. Hal. 10
25
W. Gulo, Metodolog Penelitian, (Jakarta : GRASINDO) hal. 116
22

masyarakat maupun individu dalam berbagai aspek

kehidupan.26

Daftar daftar pertanyaan yang peneliti ajukan kepada sumber

yang dijadikan fokus penelitian :

Wawancara dengan beberapa pemuda dari 15 orang sumber :

1. Sudah berapa lama tawuran itu terjadi?

2. Apa penyebab terjadinya tawuran?

3. Apa Alasan Anda terlibat dalam tawuran?

4. Bagaimana pendapat Anda tentang tawuran itu?

5. Apa pendapat keluarga dan orang terdekat Anda ketika

Anda terlibat tawuran?

6. Adakah keinginan Anda untuk berhenti tawuran dan

bagaimna caranya agar anda bisa berhenti?

Wawancara dengan pelsus Gereja :

1. Sebagai pelayan Tuhan di gereja, bagaimana tanggapan

Anda mengenai tawuran yang terjadi?

2. Bagaimana tindakan gereja dalam menanggapi tawuran

yang melibatkan pemuda gereja?

3. Apa para pelsus pernah melakukan pendampingan

pastoral terhadap pemuda yang melakukan tawuran?

4. Apa kendala yang ditemui dalam pendampingan pastoral

pada pemuda?

26
Bimo Walgito, Bimbingan dan konseling (Studi dan Karir), (Yogyakarta: ANDI, 2011), hal.
76
23

Wawancara dengan Tokoh Masyarakat yang ada.

1. Apa yang memicu terjadinya tawuran?

2. Apakah pernah ada tindakan yang dilakukan dalam

menanggulangi tawuran yang terjadi?

3. Apakah pernah ditindaklanjuti dan dibuat jerah dengan

proses hukum?

4. Kendala apa yg ditemui dalam menindaklanjuti tawuran

yang dilakukan oleh para pemuda?

Wawancara denga Tua-tua desa :

1. Apakah sudah pernah diingatkan untuk tidak berbuat yang

tidak baik?

2. Apakah sesuai dengan cara dan proses dan aturan yang

berlaku?

3. Apa Kendala yang ditemui untuk mengurangi tawuran di

Desa Kopandakan I?

F. Teknik Analisis Data27

Analisis data merupakan bagian dalam melakukan penelitian

dalam penelitian kualitatif, analisis data yang telah ditemui sejak

pertama peneliti datang kelokasi penelitian, yang dilaksanakan secara

intersif sejak awal pengumpulan data lapangan sampai akhir data

terkumpul semua.28 Analisis data, dipakai untuk membrikan arti dari

data-data yang telah dikumpulkan, analisis data merupakan proses

27
Drs. Septiawan Santana K., MS.i, Menulis Ilmiah: Metode Penelitan Kualitatif, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2007) hal. 63
28
Nusa Putra, Penelitian Kualitatif Proses dan Aplikasi, (Jakarta: Indeks, 2012), hal. 333
24

mengatur urutan data, mengorganisasikan dalam satu pola dan

ukuran untuk menjadikan suatu kesimpulan. Jadi analisa berdasar

kepada data yneg telah diperoleh dari peneliti yang sifatnya terbuka.

Menurut patton, analisis data merupakan proses pengurutan data,

mengorganisasikan kedalam pola, kategori dan uraian dasar.

Penelitian Kualitatif data yang terkumpul sangat banyak dan dapat

terdiri dari jenis data, baik berupa catatan lapangan dan komentar

peneliti. Oleh karena itu, diperlukan adanya pekerjaan analisis data

yang meliputi pekerjaan, mengatur, pengelompokan, pemberian kode

dan mengkategorikannya, berdasarkan uaraian diatas, maka prosedur

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini merupakan hasil dari kumpulan data-

data yang diperoleh dari lapangan, baik yang didapatkan

menggunakan cara observasi maupun wawancara. Kemudian

memilah-milah data mana yang dianggap cocok sekaligus

penting.29

2. Reduksi data

Reduksi data termasuk dalam kategori pekerjaan analisis data

yang berupa catatan lapangan sebagai bahan mentah,

dirangkum dan diseleksi masing-masing bisa dimasukkan tema

yang sama atau permasalahan yang sama bahwa analisis

kualitatif fokusnya pada pertunjukan maka, deskripsi,

29
W. Gulo, Metodolog Penelitian, (Jakarta : GRASINDO) hal. 110
25

penjernihan dan penempatan data-data serta seringkali

melukiskan dalam kata-kata dari pada dalam angka-angka.

Untuk maksud tersebut, data tentu saja perlu disusun dalam

kategori tertentu atau pokok permasalahan tertentu. Jadi

laporan yang berasal dari lapangan sebagai bahan mentah

disingkat dan dirangkum, direduksi, disusun lebih sistematis,

difokuskan pada pokok-pokok yang penting sehingga lebih

mudah dikendalikan dengan mempermudah peneliti dalam

mencari kembali data yang diperoleh jika diperlukan.30

3. Penyajian data

Dari data yang merupakan hasil dari proses reduksi kemudian

akan langsung dipaparkan sebagai suatu informasi yang

memungkinkan adanya penarikan kesimpulan. Data ini

dipaparkan secara tertulis berdasarkan fakta yang saling

berkaitan.31

4. Penarikan kesimpulan

Langkah yang terakhir yang peneliti lakukan adalah peneliti

menarik suatu kesimpulan atau pengambilan keputusan sesuai

dengan data-data yang telah didapatkan dari informan sebagai

hasil peneliti.32

30
Goenawan Roebiyanto, Geometri, Pengukuran dan Statistik, (Malang: Gunung Samudera,
2014) hal. 111
31
Sigit Nugroho, Ph. D., Dasar-Dasar Metode Statistika, (Jakarta: Grasindo) hal. 17
32
Dermawan Wibisono, RISET BISNIS, Panduan bagi Praktisi dan Akademisi, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka, 2003), Hal. 38
26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Paparan Data

Desa Kopandakan I adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas batas wilayah yang berkewenangan untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-

usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

system Negara kesatuan republik Indonesia dengan batas batasnya:

- Utara berbatasan dengan Desa Poyowa Kecil.

- Timur berbatasan dengan Desa Bungko.

- Barat berbatasan dengan Perkebunan Desa Kopandakan II.

- Selatan berbatasan dengan Desa Kopandakan II.

Sejarah Desa Kopandakan I berawal dari cerita Rakyat yang

terjadi pada tahun 1700 dari Pemerintah kepala suku DADUNGKAT

nama kampung IBULU kemudian kampung dipindah kesebelah Desa

Poyowa Kecil sekarang dengan nama kampung IBONGKUDU dalam

pemerintahan kepala Suku ini tiga kali pindah perkampungan karena

dianggap letak kampung kurang strategis. Pada masa pemerintahan

kepala suku MAKASA (Tahun 1815) kampung dipindah kebagian

barat (pekuburuan umum sekarang) dengan nama kampung

ILOLUANG, pada tahun 1870 masa pemerintahan kepala suku

ONGKING kampung dipindah kearah selatan (Pohon Beringin

sekarang ke selatan 100 m) dengan nama kampung ITAPA,


27

Kemudian pada masa pemerintahan kepala suku SIMBULUDON

kampung diperluas (lorong Mesjid Al-Huda sekarang keselatan)

dengan nama ITAPA dan kampung dikembangkan ke arah Timur

(arah Desa Bungko) dengan kepala suku HUKUNG ANTHONI

dijaman inilah terjadi dua pembagian kepemimpinan. Kemudian pada

jaman kepemimpinan 2 kepala suku SIMBULUDON dan HUKUNG

ANTHONI menjadi Desa Kopandakan yang menurut cerita rakyat

adalah sungai KOPE yang melalui ujung Utara Desa Kopandakan dari

timur kearah barat 3 KM, kampung diperluas kearah timur sampai

Sungai TUYOBONG, kearah selatan Muarah sungai DAKUT, kearah

barat melewati sungai Ongkag sampai Sungai BUYAKAN

(Perkebunan Buyakan sekarang) dan sungai tersebut adalah tempat

mandi dan bermain anak-anak saling siram-menyirami dengan air

sungai (mosikaittan) bahasa dahulu Mosikope. Kopandakan adalah

nama sungai-sungai yang sangat penting zaman dahulu yang sangat

membantu ekonomi masyarakat sebagai sumber air minum, mandi,

mencuci pakaian dan sebagai sumber penangkapan ikan untuk

konsumsi masyarakat sehingga nama Kopandakan diambil dari nama-

nama sungai tersebut menjadi KOPANDAKAN.

Desa Kopandakan adalah penggabungan dari beberapa

Sungai; Sungai KOPE, Sungai TOMBOYO, Sungai

KINOLADUNGAN, Sungai DAKUT dan Sungai BUYAKAN disingkat

menjadi KOPANDAKAN. Adapun Struktur Pemerintah Desa


28

Kopandakan I di tahun berjalan pada periode 2015-2020, adalah

sebagai berikut.

Tabel 1. 1

Struktur Pemerintah Desa Kopandakan I Tahun 2015-2020

SANGADI

Muslim Tungkagi
SEKERTARIS DESA

Ristin N. Lapasisi, S.IP


Probis Tata Usaha Dan Umum

Rajiman Anthoni
Probis Keuangan

Gita Kartika Ongking


Probis Perencanaan

Ervina F. Hengkeng, SH
Kepala Seksi Pemerintahan : Syahril Bangki
Kepala Seksi Kesejahteraan : Mores Tupuon
Kepala Seksi Pelayanan : Kusnun Djola
Kepala Dusun I : Anuar Mamonto
Kepala Dusun II : Ninti Tubuon
Kepala Dusun III : Hasnan Lamadendreng
Kepala Dusun IV : Syahril Bangki (PLH)
Kepala Dusun V : Samsudin Modeong

Adapun Visi dan Misi dari Pemerintah Desa Kopandakan I adalah

sebagai berikut.

VISI

Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang

keadaan masa depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan

kebutuhan desa. Penyusunan Visi Desa Kopandakan I ini dilakukan

dengan pendekatan partispatif, melibatkan pihak-pihak yang

berkepentingan di Desa Kopandakan I seperti pemerintah desa,

BPD, tokoh masyarakat, tokoh agama, lembaga masyarakat desa


29

dan masyarakat desa pada umumnya. Pertimbangan kondisi

eksternal di desa seperti satuan kerja wilayah pembangunan di

kecamatan. Maka berdasarkan pertimbangan di atas Visi Desa

Kopandakan I :

- Menjadikan Desa yang berdaya saing dibidang

Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan,

Berbudaya serta meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat.

MISI

Selain penyususan visi juga ditetapkan misi-misi yang memuat

sesuatu peryataan yang harus dilaksanakan oleh desa agar

tercapainya visi desa tersebut. Visi berada di atas misi. Pernyataan

visi kemudian dijabarkan ke dalam misi agar dapat di

operasionalkan/dikerjakan. Sebagaimana proses yang dilakukan

maka misi Desa Kopandakan I adalah :

- Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat disegala bidang,

peningkatan partisipatif masyarakat dalam berkarya dan

membangun desa.

- Menjalankan roda pemerintahan melalui program-program

daerah Kota Kotamobagu yang sesuai dengan peraturan dan

perundangan yang berlaku serta mengacu pada peraturan desa

sendiri dalam memaksimalkan pelayanan pada masyarakat.

Adapun program Pemerintah Daerah Kota Kotamobagu

disinkronisasikan dengan rencana dan program desa antara


30

lain : penetapan/penegasan batas desa, penyusunan tata ruang

desa , penyelenggaraan musyawarah desa dan pembangunan

sarana prasarana desa serta peningkatan ekonomi

masyarakat.

B. Temuan Penelitian

1. Hasil Wawancara

a. Pemuda

i. Sudah berapa lama tawuran itu terjadi?

Dari hasil wawancara dengan pemuda yang terlibat tawuran,

tawuran di Desa Kopandakan I sudah terjadi sejak tahun 1983-

2003 dan hingga saat ini pun masih terjadi dalam kurun waktu yang

hampir berdekatan atau sangat sering terjadi tindakan tawuran.!33

ii. Apa penyebab terjadinya tawuran?

Penyebab sehingga terjadi tindak tawuran yaitu dendam

terhadap antar pemuda yang hanya karena kesalah pahaman

dalam berbicara akbiat terlalu banyak mengkonsumsi minuman

keras juga emosi yang tidak terkendali, serta sifat melakukan

tawuran yang sudah terbawa secara turun temurun sehingga sulit

untuk dihilangkan!34

iii. Apa alasan Anda terlibat dalam tawuran?

Dikarenakan berbagai masalah berbeda-beda yang dihadapi

antar manusia, ekonomi yang tak sesuai dengan kebutuhan hidup

33
ML, RL, SK, JL, EL, SG, AS, BS, YD, RS dan ED Wawancara 28 Juni 2017
34
KT ML, RL, SK, JL, EL, SG dan AS Wawancara 28 Juni 2017
31

sehari-hari, dan kebanyakan studi yang tak terlesaikan

mengakibatkan pemuda di Desa kopandakan I dan sekitarnya

hanya berkumpu-kumpul dan meminum minuman keras berlebihan

yang menimbulkan emosi tak terkendali sehingga terjadi kekacauan

yang berujung pada tindakan tawuran antar pemuda desa juga

dengan warga desa tetangga!35

iv. Bagaimana pendapat Anda tentang tawuran itu?

Beberapa pemuda mengatakan tidak baik, karena mereka

sadar memang tidak ada manfaatnya dalam hidup dan hanya

membuat hidup lebih susah baik itu dalam pergaulan di jaman

modern saat ini maupun dalam mencari pekerjaan sangat sulit

karena sudah tercoreng oleh tindak tawuran yang dilakukan!36

v. Apa pendapat keluarga dan orang terdekat Anda

ketika Anda terlibat tawuran?

Orang tua juga keluarga mengatakan sifat kenakalan yang

bisa berujung pada tindak tawuran tersebut seharusnya mulai

dihilangkan, karena hanya merugikan orang lain, mengganggu

ketenangan orang lain dan membuat keluarga malu dan juga hanya

akan merugikan diri sendiri dikedepan hari!37

vi. Adakah keinginan Anda untuk berhenti tawuran dan

bagaimana caranya agar Anda bisa berhenti?

Keinginan untuk berhenti melakukan tawuran sangatlah

besar dengan berbagai cara yang sudah dilakukan yaitu, mencari


35
YS, RK, RL, SK, JL, EL, SG, JK, DN dan FG Wawancara 28 Juni 2017
36
RS, RK, RL, SK, JL, EL, SG, JK, DN dan FG Wawancara 28 Juni 2017
37
RS, YR, RL, SK, JL, EL, SG, JK, DN dan FG Wawancara 28 Juni 2017
32

pekerjaan, sekolah lanjut, mengikuti berbagai kegiatan

kemasyarakatan dan kegiatan keagamaan dan rajin beribadah baik

itu ibadah minggu maupun dalam berbagai ibadah lainnya. Serta

mulai berfikir positif dalam mengambil sikap dan keputusan

sehingga bisa terjauh dari minuman keras yang sangat

mengakibatkan timbulnya tindakan tawuran38

b. Pelsus Gereja

i. Sebagai pelayan Tuhan di gereja, bagaimana

tanggapan Anda mengenai tawuran yang terjadI?

Dari hasil wawancara dengan pelayan khusus Gereja,

menyatakan tindak tawuran seharusnya tidak dilakukan karena

hanya akan bersifat merugikan diri sendiri sebagai para pemuda,

para orang tua, keluarga terdekat dan orang lain.

Tanggapan dari pelayan khusus gereja juga menyatakan

pihak pemerintah juga seharusnya lebih konsisten dan dalam

mengambil sikap menindaki para pelaku tawuran yang meresahkan

warga masyarakat!39

ii. Bagaimana tindakan gereja dalam menanggapi

tawuran yang melibatkan pemuda gereja?

Kami sebagai pelayan Gereja bersama orang tua dan aparat

desa sudah bertindak dalam memberikan pendampingan dan

pemahaman bagi para pemuda dan pemudi kristen di Desa

Kopandakan I tentang hidup rukun dan damai serta saling

38
ML, RL, dan JL Wawancara 28 Juni 2017
39
NS (Pdt) Wawancara 11 Juni 2017
33

menghormati antar umat beragama, melibatkan pemuda dalam

kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan untuk lebih dekat dan

bersosialisasi dengan masyarakat setempat agar bisa terjauh dari

tindakan tawuran yang sering dilakukan dan meresahkan warga 40

iii. Apa para pelsus pernah melakukan pendampingan

pastoral terhadap pemuda yang melakukan tawuran?

Dan kami pihak gereja juga sudah pernah dan sering

melakukan pendampingan secara alkitabiah dalam bentuk ibadah

gereja, ibadah pemuda dan kegiatan ibadah lainnya, juga selalu

diingatkan untuk sering mengikuti kegiatan keagamaan lebih kusus

dalam kegiatan perkemahan pemuda rohani Gereja Masehi Injili di

Bolaang Mongondow yang rutin setiap tahun dilakukan oleh

pengurus Sinode GMIBM agar dijaman modern ini para pemuda

bisa sama-sama saling mengetahui antar suku dan tardisi masing-

masing disetiap daerah juga bisa menghilangkan perlahan sifat

buruk yang sudah terbawa-bawa sejak lama!41

iv. Apa kendala yang ditemui dalam pendampingan

pastoral pada pemuda?

Pihak pelayan khusus Gereja yang diwawancarai juga

menyatakan bahwa begitu banyak kendala yang ditemui dalam

melakukan pendampingan bagi para pemuda yang sering terlibat

tawuran yaitu banyak pemuda yang sangat sulit untuk diberi

pengertian tentang arti hidup bersama karena sifat keegoisan

40
NS (Pdt) Wawancara 11 Juni 2017
41
NS (Pdt) Wawancara 11 Juni 2017
34

pemuda tersebut dan jarang mengikuti kegiatan keagamaan

sehingga egois dan kesombongan mereka lebih tinggi, faktor

pendidikan yang rendah, dan tidak memiliki pekerjaan tetap.

Namun pelayanan ini dilakukan secara terus-menerus untuk yang

terbaik demi masa depan para pemuda!42

c. Tokoh Masyarakat

i. Apa yang memicu terjadinya tawuran?

Pihak pemerintah desa meyatakan bahwa ada dua hal yang

memicu terjadinya tawuran yaitu pertama sudah dipengaruhi oleh

minuman keras, kedua para pemuda pelaku tawuran sudah tidak

menghargai orang yang lebih dewasa maupun sesama pemuda

karena kesombongan dan karena faktor pendidikan yang rendah

sehingga sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain.!43

ii. Apakah pernah ada tindakan yang dilakukan dalam

menanggulangi tawuran yang terjadi?

Dalam melakukan tindakan untuk menanggulangi tindak

tauwran yang dilakukan oleh para pemuda desa maka kami para

tokoh masyarakat, tokoh agama yang ada di Desa Kopandakan I

juga pihak kepolisian daerah Kota Kotamobagu telah dan selalu

berusaha rutin sosialisasi serta memberikan bimbingan,

pemahaman dan arti kebersamaan dalam menghormati diantara

perbedaan suku, agama, tradisi serta budaya yang ada!44

42
NS (Pdt) Wawancara 11 Juni 2017
43
MS (Sangadi) Wawancara 03 Juli 2017
44
SB (KSP) Wawancara 03 Juli 2017
35

iii. Apakah pernah ditindaklanjuti dan dibuat jerah

dengan proses hukum?

Ya, pernah ditindak lanjuti dan sebagian pelaku dibuat jera

karena di Desa Kopandakan I ada Peraturan Desa dengan denda

250 sampai 500 ribu rupiah untuk melakukan keributan, pencurian,

pembunuhan, dan KDRT (kekerasan dalam rumah tangga). Apabila

pelaku tidak jera, maka kasus tersebut langsung dilimpahkan ke

pihak Kepolisian Daerah Bolaang Mongondow.45

iv. Kendala apa yg ditemui dalam menindaklanjuti

tawuran yang dilakukan oleh para pemuda?

Dalam menindaklanjuti tindak tawuran, peraturan pemerintah

desa terkadang tidak dijalankan sebagaimana mestinya, baik

sebagai pemerintah maupun sebagai masyarakat.

Ada beberapa alasan mengapa para pelaku tawuran sering

tidak ditindaklanjuti kasusnya karena faktor keluarga yang bekerja

di instansi tersebut sehingga menutupi setiap kasus yang dibuat

oleh para pelaku tawuran!46

d. Tua-tua Desa

i. Apakah sudah pernah diingatkan untuk tidak berbuat

yang tidak baik?

Telah dan sering diingatkan untuk tidak berbuat hal-hal yang

tidak seharusnya dilakukan, baik di dalam rapat pemuda desa,

acara adat, pesta pernikahan, kegiatan keagamaan. Serta

45
SB (KSP) Wawancara 03 Juli 2017
46
SB (KSP) Wawancara 03 Juli 2017
36

dilakukan sosialisasi untuk mengingatkan kembali para pemuda

desa agar tidak melakukan tawuran yang hanya menyebabkan

kerugian bagi mereka sendiri, keluarga dan masyarakat!47

ii. Apakah sesuai dengan cara dan proses serta aturan

yang berlaku?

Memang sudah sesuai dengan cara atau proses serta

peraturan yang berlaku. Namun, terkadang selalu diingatkan dalam

setiap rapat pemuda desa dan berbagai kegiatan maupun

sosialisasi yang sering dilakukan maka sifat keras kepala dan yang

tidak mau mendengarkan nasehat dari tua-tua desa maupun tokoh

masyarakat yang ada membuat para pemuda terlalu

mempertahankan sifat keegoisannya dan pendirian yang salah.48

iii. Apa Kendala yang ditemui untuk mengurangi

tawuran di Desa Kopandakan I?

Kendala yang ditemui untuk mengurangi tawuran adalah

sulitnya mengajak para pemuda untuk hadir dalam berbagai

pertemuan yang diadakan oleh tua-tua atau pemerintah desa untuk

dibimbing dan diberikan pemahaman tentang hukuman dan

kerugian yang akan ditemui dalam melakukan tindak tawuran.49

47
TS (Pensiunan Guru) Wawancara 04 Juli 2017
48
TS (Pensiunan Guru) Wawancara 04 Juli 2017
49
TS (Pensiunan Guru) Wawancara 04 Juli 2017
37

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pemuda yang

terlibat tawuran di Desa Kopandakan I, Pemerintah Desa, Pelayan

Khusus Gereja Dan Tua-Tua Desa. Maka pengumpulan data dari

seluruh hasil penelitian diatas akan dibahas berdasarkan pertanyaan

yang diajukan pada saat penelitian.

Tindak tawuran secara besar besaran yang terjadi di Desa

Kopandakan I memang sudah terjadi sejak tahun 1998-2003 dan

hingga saat ini pun masih ada tindak tawuran yang dilakukan oleh

pemuda desa dalam kurun waktu yang hampir berdekatan atau

hampir sering terjadi tindakan tawuran. Penyebab sehingga terjadi

tindak tawuran yaitu karena dendam terhadap antar pemuda hanya

karena kesalah pahaman dalam berbicara akbiat terlalu banyak

mengkonsumsi minuman keras juga emosi yang tidak terkendali, serta

sifat melakukan tawuran yang sudah terbawa secara turun temurun

sulit untuk dihilangkan sehingga dendam itu bisa timbul secara tiba -

tiba dan tak terkendali pula.

Ada pun dari beberapa pemuda menyatakan bahwa mereka tau

bahwa sesungguhnya tawuran yang sering dilakukan dikarenakan

berbagai masalah berbeda-beda yang dihadapi antar manusia,

ekonomi yang tak sesuai dengan kebutuhan hidup sehari-hari, dan

kebanyakan studi yang tak terlesaikan mengakibatkan pemuda di

Desa kopandakan I dan sekitarnya hanya berkumpu-kumpul dan


38

meminum minuman keras berlebihan yang menimbulkan emosi tak

terkendali sehingga terjadi kekacauan yang berujung pada tindakan

tawuran antar pemuda desa juga dengan warga desa tetangga

sehingga hal yang dilakukan tidak baik, karena mereka sadar memang

tidak ada manfaatnya dalam hidup dan hanya membuat hidup lebih

susah baik itu dalam pergaulan di jaman modern saat ini maupun

dalam mencari pekerjaan sangat sulit karena sudah tercoreng oleh

tindak tawuran yang dilakukan. Orang tua serta keluarga mereka pun

mengatakan sifat kenakalan yang bisa berujung pada tindak tawuran

tersebut seharusnya mulai dihilangkan, karena hanya merugikan

orang lain, mengganggu ketenangan orang lain dan membuat

keluarga malu dan juga hanya akan merugikan diri sendiri dikedepan

hari.

Dari hasil pembahasan dengan Pelayan Khusus Gereja,

tawuran seharusnya tidak dilakukan dikarenakan itu hanya akan

bersifat merugikan diri sendiri sebagai para pemuda kristen, para

orang tua, keluarga terdekat dan orang lain. Pelayan Gereja bersama

orang tua dan aparat desa pun sudah bertindak dalam memberikan

pendampingan dan pemahaman bagi para pemuda dan pemudi

kristen di Desa Kopandakan I tentang hidup rukun dan damai serta

saling menghormati antar umat beragama, melibatkan pemuda dalam

kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.untuk lebih dekat dan

bersosialisasi dengan masyarakat setempat agar bisa terjauh dari

tindakan tawuran yang sering dilakukan.


39

Pihak pemerintah juga seharusnya lebih konsisten dan dalam

mengambil sikap menindaki dan dibuat jerah para pelaku tawuran

yang meresahkan warga masyarakat. Sudah pernah dan sering

dilakukan pendampingan secara alkitabiah dalam bentuk ibadah

gereja, ibadah pemuda dan kegiatan ibadah lainnya, juga selalu

diingatkan untuk sering mengikuti kegiatan keagamaan lebih kusus

dalam kegiatan perkemahan pemuda rohani Gereja Masehi Injili di

Bolaang Mongondow yang rutin setiap tahun dilakukan oleh pengurus

Sinode GMIBM agar dijaman modern ini para pemuda bisa sama-

sama saling mengetahui antar suku dan tardisi masing-masing

disetiap daerah juga bisa menghilangkan perlahan sifat buruk yang

sudah terbawa-bawa sejak lama

Ada dua hal yang menjadi pemicu terjadinya tawuran yaitu

pertama sudah dipengaruhi oleh minuman keras, kedua para pemuda

pelaku tawuran sudah tidak menghargai orang yang lebih dewasa

maupun sesama pemuda karena kesombongan dan karena faktor

pendidikan yang rendah sehingga sangat mudah dipengaruhi oleh

orang lain. Tokoh masyarakat, tokoh agama yang ada di Desa

Kopandakan I juga pihak kepolisian daerah Kota Kotamobagu telah

dan selalu berusaha rutin sosialisasi serta memberikan bimbingan,

pemahaman dan arti kebersamaan dalam menghormati diantara

perbedaan suku, agama, tradisi serta budaya yang ada dalam

melakukan tindakan untuk menanggulangi tindak tawuran yang terjadi.


40

Untuk membuat jerah para pelaku tawuran pun sudah pernah

ditindak lanjuti karena di Desa Kopandakan I ada Peraturan Desa

dengan denda 250 - 500 ribu rupiah untuk melakukan keributan,

pencurian, pembunuhan, dll. Apabila pelaku tidak jera, maka kasus

tersebut langsung dilimpahkan ke pihak Kepolisian Daerah Bolaang

Mongondow. Namun dalam menindaklanjuti tindak tawuran, peraturan

pemerintah desa terkadang tidak dijalankan sebagaimana mestinya,

baik sebagai pemerintah maupun sebagai masyarakat.

Ada pun beberapa alasan mengapa para pelaku tawuran sering

tidak ditindaklanjuti kasusnya karena faktor keluarga yang bekerja di

instansi terkait sehingga menutupi setiap kasus yang dibuat oleh para

pelaku tawuran. Dari pihak penasehat desa pun telah mengingatkan

untuk tidak berbuat hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan, baik

diingatkan dalam pertemuan rapat pemuda desa yang diadakan,

acara adat, pesta pernikahan, dan kegiatan keagamaan. Juga

dilakukan sosialisasi sesuai dengan cara atau proses serta peraturan

yang berlaku untuk mengingatkan kembali para pemuda desa agar

tidak melakukan tawuran yang hanya menyebabkan kerugian.

Kita tahu bahwa tawuran antar pemuda tidak beda dengan

tawuran lainnya dalam mayarakat Indonesia. Seperti di Kotamobagu,

Sulawesi Utara ada tawuran antar desa, antar kelompok, antar

pemuda. Ini sebuah ciri solidaritas kelompok yang membela salah

satu anggotanya atau membela suku agamanya.


41

Berikut kajian pastoral yang menjelaskan tentang kekerasan

atau tawuran dalam alkitab. Kekerasan merajalela dan

dimanifestasikan dalam berbagai cara. Selain perang, yang berkaitan

dengan kekerasan ialah tawuran antar kelompok warga masyarakat

dan antar kaum muda. Tindak kekerasan atau tindak tawuran pertama

di uraikan di Kejadian 4:2-15. Kain, putra sulung Adam dan Hawa,

menjadi cemburu kepada saudaranya, Habel, dan membunuhnya

dengan darah dingin. Alkitab menjelaskan bahwa Allah menghukum

kain dengan berat karena merenggut nyawa adiknya.

Di Kejadian 6:11, kita membaca bahwa lebih dari 1500 tahun

insiden itu, bumi penuh dengan kekerasan. Sekali lagi, apa reaksi

Allah? Ia memerintahi Nuh yang adil-benar untuk membangun sebuah

bahtera yang akan menyelamatkan dia dan keluarganya sementara

Allah mendatangkan air bah ke atas bumi, dengan demikian

membinasakan masyarakat yang penuh dengan kekerasan itu.


42

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Peran Gereja

Terhadap Tawuran Pemuda di Desa Kopandakan I Kecamatan

Kotamobagu Selatan maka peneliti mengambil kesimpulan yang

didasarkan pada rumusan masalah penelitian :

Penyebab perilaku tawuran banyak dilakukan oleh para

pemuda kristen masa kini yang seharusnya tidak boleh dilakukan

khusunya para pemuda yang sering melakukan tawuran di Desa

kopandakan I yaitu pengaruh minuman keras, karena kesombongan,

keegoisan, faktor ekonomi dan faktor pendidikan yang rendah

sehingga mudah terpengaruh orang lain.

Dalam hal ini, gereja telah berperan aktif sejak lama menindaki

dan menghilangkan sifat melakukan tawuran yang dilakukan para

pemuda Kristen di Desa Kopandakan I. Juga setelah mengetahui apa

yang telah menjadi faktor penyebab dan akibat dari tawuran yang

sering dilakukan oleh para pemuda, maka melalui informasi yang

didapat bahwa hasil penelitian ini berjalan dengan efektif dan baik

yang bisa dilihat dari proses pelaksanaan penelitian dimana para

pemuda sudah mulai sadar dan perlahan ingin menjauh dari minuman

keras yang menimbulkan emosi hingga terjadi tawuran.


43

Pemuda masa kini sangat rentan terjerumus dalam dalam

tindak tawuran karena pergaulan yang makin bebas dan kehidupan

yang makin modern.

Dalam pergaulan masa kini kebanyakan pemuda gagal

menemukan jati diri dan terlalu gampang terjerumus dalam hal-hal

yang negatif. Maka pihak gereja dan pemerintah desa pun harus lebih

sigap dalam mensosialisasikan tentang peraturan-peraturan yang

berlaku.

B. Saran

1. Pemuda

Diharapkan untuk para pemuda khususnya pemuda di Desa

Kopandakan I agar supaya mulai merubah sikap, lebih berpikir

masa depan dan pekerjaan agar bisa mencapai cita - cita yang

diinginkan serta lebih ditekankan lagi keinginan dalam pemberian

diri mengikuti persekutuan ibadah, perkemahan pemuda GMIBM,

lomba-lomba yang diselenggarakan gereja, seminar dan ikut serta

dalam kegiatan kemasyarakatan lainnya.

2. Pemerintah Desa dan Desa

Diharapkan bagi Pemerintah Desa untuk dapat

meningkatkan keamanan dan kenyamanan desa dengan cara lebih

mensosialisasikan tentang Peraturan Desa yang sudah ditetapkan

dan bisa juga dalam bentuk pemberdayaan pemuda desa dalam

kerja sosial desa.


44

DAFTAR PUSTAKA

Adrie Lukas Pastoral Bagi Pemuda Yang Mengkonsumsi Minuman Keras


Berlebihan Di Jemaat GMIM Yerusalem Paal Dua Manado.
(Karya Ilmiah. 2014)

Bahruddin Hamdi E. Saepul Asep, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi


dalam Pendidikan (Budi Utama, DIY, 2012.

Buku Panduan Penulisan Karya Ilmiah STAKN, Manado :STAKN, 2017.

Ciptadestiara Pengertian Pemuda.

Cully Iris V., dinamika pendidikan kristen, jakarta : bpk gunung mulia,
2009.

Dewi Intan P. Riskyana, pengertian kekerasan, diambil dari :


https://www.scribd.com/document/111558407/pengertian-tawuran

Douglas,Ensiklopedia Alkitab Masa kini Jilid I. Jakarta Yayasan Bina


Kasih/OFM

Gulo W., Metodolog Penelitian, (Jakarta : GRASINDO)

Jaffray, Pekerjaan Pemuda Gereja Dalam Pembangunan Bangsa.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan 5 Vol. 3 no. 01, april


2014.

Jurnal Andre Rivaldi, Tawuran, diakses dari :


https:www.scribd.com/doc/207504317/tawuran-pdf

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1990.

Nugroho Sigit, Dasar-Dasar Metode Statistika, (Jakarta: Grasindo)


45

Permana Mulyadin Konflik Sosial dsalam Kekerabatan : Kajian


Antropologi Terhadap Tawuran Antar Kampung di Bima Nusa
Tenggara Barat.
http://Kompasiana.com/www.mulyadinpermana.com

Putra Nusa, Penelitian Kualitatif Proses dan Aplikasi, (Jakarta: Indeks,


2012)

Raco J. R., Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan


Keunggulannya (Jakarta, Grasindo)

Roebiyanto Goenawan, Geometri, Pengukuran dan Statistik, (Malang:


Gunung Samudera, 2014

Santana K. Septiawan, Menulis Ilmiah : Metode enelitian Kualitatif,


(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007)

Storm M. Bons, Apakah Pengembalaan itu? (Jakarta : BPK Gunung Mulia,


2008).

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Dan R&D,


(Bandung,Alfabeta,2013)

Sumanto, Metodoli Penelitian, Yogyakarta: Alfabet, 1990.

Supranto J., STATISTIK Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Erlangga 2000)

Tidball J. Derek, Teologi Penggembalaan, Malang : Gandum Mas.

Van Beek Aart, Pendampingan Pastoral, Jakarta : BPK Gunung Mulia,


2007.

Walgito Bimo, Bimbingan dan konseling (Studi dan Karir), (Yogyakarta:


ANDI, 2011)

Wibisono Dermawan, RISET BISNIS, Panduan bagi Praktisi dan


Akademisi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2003)

Anda mungkin juga menyukai