Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah : Teologi Pastoral

Dosen : Perobahan Nainggolan M. Th

Tugas : Pastoral Care: Kunjungan Rumah Tangga (Visitasi)

Nama/NIM : Andreas Radot/1910, Benita Lumban Raja/1910065, Efendi


Lugu/1910, Sari Fitri Angelina Doloksaribu/1910103, Andre Manumpak/18

I. PENDAHULUAN

Konseling sebagai proses yang mengusahakan keseimbangan struktur kepribadian


konseli, dengan menciptakan rasa aman dalam jalinan hubungan yang bersifat yang
bersifat manusiawi dengan konselor dengan mengusahakan dan dengan mengusahakan
penerimaan pengalaman masa lampau yang menyakitkan, kemudian mengintegrasikannya
ke dalam kepribadian yang telah berubah.

II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pastoral Care

Kata Pendampingan umumnya dikaitkan dengan kata dalam bahasa Inggris “care”
yang artinya asuhan, perawatan, penjagaan, perhatian penuh.
Istilah Pastoral berasal dari bahasa latin yaitu “pastor” yang berarti gembala. Jika kata
ini dikaitkan dengan pelaku atau seseorang yang bersifat pastoral artinya adalah
seseorangyang mempunyai sifat gembala, yang bersedia merawat, memelihara,
melindungi danmenolong orang lain.Pastoral Care/ Pendampingan pastoral mempunyai
arti sebuah proses yang dilakukanoleh seseorang yang bersedia untuk memberikan
perhatian, perawatan, pemeliharaan, perlindungan kepada seseorang yang membutuhkan.
Istilah “pastoral” atau “pengembalaan” dalam tradisi protestan di pakai dalam dua
pengertian, yaitu : sebagai kata sifat dari kata benda “Pastor” atau “Gembala”. Fungsinya
mengikuti profesinya, sebagai apapun yang di lakukan Pastor/Gembala adalah tindakan
pengembalaan.1
Pastoral Care merupakan cabang dari pastoral yang dikhususkan pada pemeliharaan
jiwa-jiwa. “Kegiatan pemeliharaan jiwa-jiwa, menurut F. Haarsma berpusat pada orang
perorangan dan atau kelompok kecil.” (bdk. F. Haarsma, Pastoral Dalam Dunia, Puspas

1
https://id.scribd.com/document/359562043/Konsep-Pastoral-Care

1
Yogyakarta,1991, hal 10). Inilah pastoral care di dalam arti luas. Dalam bahasa Latin
disebut “cura animarum” yang berarti pemeliharaan rohani, atau pemeliharaan jiwa-jiwa.
Dalam artinya yang sempit, pastoral care berarti pemeliharaan rohani dari golongan-
golongan yang memerlukan perhatian khusus, misalnya, pastoral care untuk orang sakit.
Di rumah sakit, mereka sudah menerima perawatan secara jasmani. Tetapi di samping itu,
mereka juga membutuhkan perawatan secara rohani. Inilah arti khusus, atau arti sempit
dari pastoral care yang dipakai oleh banyak rumah sakit, khususnya rumah sakit kristiani.
Di rumah sakit seperti itu, disediakan kamar khusus untuk bagian pastoral care, juga ada
tenaga khusus untuk pastoral care. Tenaga yang biasanya mendukung, antara lain: suster
atau tenaga awam lainnya, yang dilatih untuk perawatan rohani. Yang mengalami sakit
adalah manusia sebagai suatu keseluruhan. Maka, sebagai keseluruhan (totalitas) pasien
tidak hanya memerlukan penyembuhan badan, melainkan juga memerlukan pemeliharaan
rohani yang khusus.2
2.2 Pastoral Care secara Teologi Praktis

Menurut P. Mudjijo (2012b:5-6) Pastoral care merupakan bagian dari teologi praktika.
Dari istilah ini, pastoral care mendapat pengertian: (1) suatu bentuk penerapan Injil secara
khusus kepada umat yang ada di dalam situasi khusus, baik secara pribadi maupun
kelompok. Berita baik dari Kristus benar-benar sampai kepada mereka. (2) menolong
orang satu persatu atau kelompok kecil untuk menyadari hubungannya dengan Allah dan
sesamanya, dan membimbingnya untuk mengakui dan mewujudkan imannya di dalam
situasi hidupnya yang khusus, dan (3) tiap-tiap kegiatan dalam mana si pekerja pastoral
melalui tindakan komunikatifnya berusaha mempengaruhi kepribadian, pikiran, perasaan,
pengakuan iman, anggota-anggota Gereja atau umat yang digembalakannya sehingga
mereka semakin mampu mewujudkan imannya di dalam situasi hidup mereka.3

Berdasarkan pengertian-pengertian yang ada di atas, jelas bahwa yang ditekankan


dalam pastoral care adalah manusia, satu-persatu, secara pribadi, atau secara berkelompok.
Selain itu, hal lain yang dipandang penting dalam pastoral care adalah relasi dan
komunikasi antara petugas pastoral care dengan pasien yang menerima pelayanan dari
padanya. Dengan demikin, pastoral care amat menekankan adanya hubungan manusiawi,
satu-persatu, secara pribadi.

2
Beek, Van, Aart, Pendampingan Pastoral ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002)
3
P Mudjijo, Pengertian, Unsur-Unsur, Dasar-dasar Metode-metode Pastoral Care (jilid 1), (Malang, 2021)

2
Gambaran dari relasi antara petugas pastoral care dengan orang-orang yang
dilayaninya ini dapat dijumpai dalam perupamaan tentang “Gembala yang Baik” (bdk.
Yoh.10:1-12). Seorang Gembala yang baik mengenal domba-dombanya satu persatu (ay.
14), memeliharanya, dan membimbingnya, supaya domba-dombanya selamat, jangan
kelaparan atau tersesat. Dari ayat ini, dapat ditafsirkan sebagai berikut;

Pertama. Manusia secara pribadi, satu persatu mendapat perhatian. Petugas pastoral
care mulai dengan memperhatikan manusia secara pribadi. Latar belakang dari pemikiran
ini adalah pandangan bahwa siapapun yang melalaikan segi subyektif dari manusia,
pastilah suatu ketika akan menyingkirkan manusia itu sendiri. Pastoral care menolak
segala perlakuan yang dapat menimbulkan kaum tanpa kepribadian, yang menimbulkan
golongan-golongan yang pribadi-pribadinya hanya diberi nomor-nomor, sehingga pribadi
yang sebenarnya tidak dihargai. Penolakan ini didasarkan pada keyakinan bahwa manusia
yang pribadinya sering tidak dihargai sesamanyapun. Di hadapan Allah dan dalam terang
iman mereka tetap dihargai. Maka dalam pastoral care, orang-orang yang dilayani
diperjuangkan agar mereka mencapai tingkat keluhuran pribadi. Harus diingat, bahwa
adanya manusia sebagai pribadi berasal dari Allah dan tertuju kepada-Nya. Perlu
diperhatikan pula, bahwa segi subyektif dan taraf menjadi pribadi pada setiap manusia
memang dapat dibedakan. Namun hal ini tidak dapat dipisahkan. Segi subyektif
menentukan jati diri orang yang bertindak dalam rangkaian masa lalu, kini dan yang akan
datang.

Maka tugas teologi pastoral dewasa ini ialah memperjuangkan penyelamatan unsur-
unsur subyektif ini. Dan ini hanya mungkin kalau manusia dipertahankan sebagai pribadi.
Maka pastoral care berusaha memperjuangkan paham pribadi sebagaimana dikembangkan
dalam tradisi Kristiani sejak jaman para Bapa Gereja. Menggembirakan sekali, bahwa
dalam gerakan-gerakan kritis dalam agama Kristen yang sangat dekat dengan teologi
pembebasan. Secara jelas diberikan ruang baik pada pemeliharaan jiwa maupun pada
pastoral antar pribadi.

Melalui pastoral care kita disadarkan akan pentingnya perhatian terhadap penderitaan,
rasa sepi, kegembiraan, harapan, rasa susah dan putus asa; sebab hanya seseorang yang
pernah terhibur dapat bernilai bagi sesamanya. Tugas teologi pastoral sebagaimana
diuraikan di sini sehubungan dengan unsur subyektif dan pribadi. Teologi pastoral

3
mempunya dampak teoritis ilmiah, yaitu pengakuan tempat yang sah dari pastoral care
dalam keseluruhan cabang-cabang teologis, sebab berpusat pada unsur subyektif manusia.

Kedua. Relasi antara si pekerja pastoral dengan umat yang dilayaninya tidak juga
berhenti pada relasi orang per-orang. Pastoral care lebih lanjut memperhatikan orang yang
dilayaninya di dalam hubungannya dengan lingkungannya yang nyata, yakni sesama umat.
Dan di dalam hal ini pastoral care berarti juga tidak boleh melupakan kelompok umat di
mana orang yang dilayani itu menjadi anggota. Bahkan juga memperhatikan lingkungan
dalam mana umat yang digembalakannya itu tinggal. Manusia sebagai pribadi, tidak dapat
dipisahkan dari kelompoknya, karena manusia adalah makhluk sosial. Memperhatikan
individu manusia lepas dari kelompoknya dan lingkungannya, berarti melupakan totalitas
manusia.

Ketiga. Pastoral care juga diberikan untuk umat sebagai kelompok. Kerap kali pastoral
care juga menangani kelompok-kelompok umat. Mereka digembalakan bukan sebagai
pribadi, melainkan sebagai kelompok. Cara penggembalaan pun berbeda dengan
penggembalaan pribadi-pribadi.4

.3 Tujuan Pastoral Care

Pastoral care bertujuan memberikan pelayanan kasih, sebagai ungkapan iman


sekaligus jawaban konkrit atas panggilan hidup kristiani. Pelayanan ini juga, memberikan
perhatian kepada mereka yang menderita untuk meringankan beban mental psikologis dan
spiritual. Bentuk pelayanannya berwujud:

 Menjadi teman secara intensif, sehingga orang yang menderita tidak merasa
sendirian.
 Meneguhkan, mendorong dan mendukung sehingga pribadi yang didampingi
semakin berkembang atau serta mengalami penyembuhan.
 Membangkitkan potensi kemampuan dan kemauan dalam diri orang yang
didampingi sehingga mempunyai harapan untuk maju dalam kesehatannya.5
.4 Fungsi Pastoral Care

Pastoral Care mempunyai sifat penggembalaan. Pastoral Care berfungsi:


membimbing sehingga orang yang didampingi semakin berkembang dan berani

4
Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling (Yogyakarta: Kanisius, 2002)
5
F Haarsma, Pastorat dalam Dunia, (Yogyakarta: Puspas, 1991)

4
menghadapi pergumulan dan perjuangan hidupnya. Sebagai petugas pastoral care,
seseorang diharapkan dapat membangkitkan potensi-potensi dalam diri orang yang
didampingi sehingga mempunyai harapan untuk bergereka maju.

Menurut Clinebell (1966:42-43), seorang ahli konseling pastoral, pendamping


pastoral mempunyai fungsi menyembuhkan, membimbing, menopang, memperbaiki
hubungan dan memelihara. Ada 5 fungsi: menyembuhkan, membimbing, menopang,
memperbaiki, memelihara.

1. Fungsi Menyembuhkan. Pendampingan pastoral membantu pasien untuk


menyembuhkan hatinya. Hal ini pada umumnya pasien mengungkapkan beban
hidupnya yang terpendam. Tidak jarang tekanan batin dapat menimbulkan
penyakit psikosomatis. Melalui pengungkapan pengalaman “penolakaan”,
pasien diantar keluar dari kepahitan batinnya.
2. Fungsi Membimbing. Fungsi ini membantu pasien agar dapat mengambil
keputusan yang realitas terhadap persoalan hidup yang dihadapinya.
Pendampingan bersama pasien mencari kemungkinan pemecahan masalah,
menimbang segi positif dan negatif dari setiap alternatif jalan keluar.
3. Fungsi Menopang. Fungsi ini memberikan peneguhan, penghiburan kepada
pasien, dengan harapan mampu menerima kenyataan yang ada. Kehadiran yang
baik dan komunikasi non lisan, sangat membantu pasien karena memberikan
kekuatan dan peneguhan.
4. Fungsi Memperbaiki Hubungan. Fungsi ini membantu pasien yang sedang
mengalami konflik dengan dirinya sendiri, sesama maupun dengan Tuhan.
5. Fungsi Memelihara. Fungsi memelihara ini membantu pasien agar dapat
mendampingi diri sendiri, bahkan orang lain yang memintanya. Dalam proses
pembimbingan diharapkan pasien akan berkembang terus menerus menjadi
lebih dewasa dalam menghadapi persoalan hidupnya.

Pada akhirnya, Pastoral Care merupakan bagian dari keseluruhan pelayanan


kesehatan holistik yang dilakukan dan diberikan oleh rumah sakit. Adapun maksud
dari pelayanan ini sebagai pelayanan pendampingan untuk menghadirkan kerahiman
Allah supaya dialami manusia, terutama bagi pasien yang sedang mengalami sakit
atau menderita. Dengan begitu manusia dapat menemukan makna hidupnya yang

5
paling dalam yakni persekutuan dengan Allah, asal dan tujuan hidup, melalui
peristiwa hidup sehari-hari, juga dalam penderitaan yang sedang dialami.

Pendampingan rohani diperuntukan bagi setiap pasien dan atau keluarganya tanpa
membedakan suku, agama, bangsa, ras, jenis kelamin, golongan, maupun status
sosial. Perbedaan suku, agama, bangsa, ras, jenis kelamin, golongan, maupun status
sosial tetap dihormati dan perlu dipahami justru untuk dapat memberikan asuhan
sesuai dengan kebutuhan pasien dan atau keluarganya secara lebih tepat.6

2.5 Maksud dan Tujuan Kunjungan Keluarga7

Tujuan dari kunjungan keluarga menurutPiet Noordemeer, bukanlah terutama untuk


mempertobatkan atau membujuk seorang agar aktif dalam kegiatan Gerejawi atau membantu
keluarga memecahkan masalah mereka, namun maksud dari kunjungan keluarga adalah
mau bersikap terbuka dan memperhatikan keadaan orang lain. Kemungkinan akibat dari
kunjungan mempertobatkan mereka untuk aktif di Gereja lagi atau menemukan masalah
hidupnya, tetapi ini bukan tujuan pokok.8

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kunjungan keluarga:

1. Jangan Menawarkan apa-apa

Bila bertemu dengan orang lain atau keluarga tertentu, langsung spontan mau mengajak
orang atau keluarga itu untuk ikut kegiatan seperti kita karena dianggapbermanfaat bagi
hidupnya. Apa yang kita anggap baik, mau kita limpahkan kepadaorang lain. Hal tersebut
memang tidak salah juga.Namun kalau kita sedang melakukan kunjungan keluarga,
hendaklah hati-hati.

2. Pertemuan Terbuka

Sikap yang perlu diperhatikan dalam kunjungan keluarga adalah sikap terbuka.Jangan
berpikir apa yang akan kita katakan, karena persoalannya bukan terletak padaapa yang kita
anggap penting bagi kita, yang mau diungkapkan kepada mereka, tetapiapa yang penting bagi
mereka atau apa yang mereka kemukakan. Bila menghadapikeluarga yang belum kita kenal,
tidak perlu cemas karena Sabda Yesus memberkekuatan kepada kita “Roh Kuduslah yang
6

7
Piet Noordermeer, Pesan Alkitab Untuk Alkitab, (Kaliurang:San Juang, 2007), hal 8
8
Hardiwiratno, Proyek Media Keluarga Keuskupan Agung Semarang, (Yogyakarta:Kanisius, 1994),hal.203

6
akan memberikan kata-kata yang harus diucapkan (Mrk 13:11). Hal yang terpenting adalah
berkata dengan jujur, sederhana yang keluar dari hati. Bagi keluarga yang belum kita kenal
perlu dijelaskan untuk apa dan atas nama siapa kita datang berkunjung. Kita juga
mengungkapkan alasan kunjungan dan bertanya apakah kunjungan kita mengganggu atau
tidak.Kadang dalamkunjungan kehadiran kita ditolak namun tidak perlu kecewa karena itu
hak mereka.Tetapi juga sering kunjungan kita diterima dengan gembira, dipersilakan masuk
dalamrumah.Pembicaraan hendaknya berlangsung dua arah.

Dalam berbicara hendaknya jangan terlalu cepat.Kadang-kadang keluarga yang kita


kunjungi berbicara tentangsesuatu hal atau mungkin dia bertanya sesuatu.Maka hendaklah
kita menjawab denganjelas dan jujur.Seandainya tidak tahu jawabannya maka dengan jujur
mengatakan bahwa tidak tahu.Mereka berbicara tentang rumah, kebun dan peralatan
dapurnya atau berterus terang berbicara tentang keadaan rumah tangga, imannya dan lain-
lain.Kalau sudah terbuka seperti ini maka kita bisa mengarahkan pada tema yang kita anggap
penting untuk mereka namun tetap membiarkan mereka untuk meneruskan cerita dan yang
menjadi titik pusat perhatian adalah keluarga. Maka keluarga sendiri yang akanmenentukan
apa yang akan dibicarakan bersama dan apa yang tidakdibicarakan bersama.

3. Menciptakan Suasana yang Kondusif

Sangat penting dalam menciptakan suasana yang kondusif yang terbuka memahami atau
mengerti situasi orang yang kita ajak bicara (understanding) artinya sikap positif dari kita
yang diekspresikan melalui pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada keluarga yang kita
kunjungi untuk mengekspresikan dirinya secara tepat.Oleh karena itu perlu mengosongkan
perspektif atau pandangan-pandangan kita sendiri dan ikut ambil bagian dalam perspektif
mereka.Maka kita perlu menahan diri, mengontrol diri dan menunggu saat yang tepat untuk
menyatakan kebenaran-kebenaran yang perlu atau harus diketahui oleh keluarga
tersebut.Sikap understanding bukan sandiwara tetapi benar-benar muncul dari cinta atau
compassion (rasa belaskasih yang mendalam) seperti sikap Yesus terhadap orang-orang
berdosa.

4. Memberikan tanggapan yang membangun

Memberi tanggapan secara efektif adalah suatu sikap yang sangat penting dalam
menciptakan suasana yang kondusif. Untuk menciptakan suasana yang kondusif maka
dibutuhkan:

7
A. Kehangatan

Belajar dari sikap Yesus terhadap wanita yang berdosa di sumur (Yoh 4:1-42), Sikap
yang tidak mengadili dapat dirasakan sebagai kehangatan yang membantu menciptakan
suasana aman dalam diri mereka yang kita ajak bicara.

B. Dukungan

Kadang dalam percakapan, keluarga yang dikunjungi tidak mampu mengungkapkan


dan mengekspresikan apa yang mau diucapkan, malahan dikuasai oleh emosinya. Situasi
seperti ini mereka sangat membutuhkan dukungan dari kita untuk membantu mereka
menjernihkan persoalan atau menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan.

C. Kemurnian Sikap

Dalam percakapan, kadang-kadang keluarga yang dikunjungi memperolehdorongan


dan kekuatan untuk maju atau memperbaiki situasi.Maka kita perlu mempunyai sikap yang
sungguh-sungguh murni untuk menolong mereka.Sikap yang lahir bukan karena terpaksa
namun lahir dari kasih yang memperkembangkan mereka.

2.6 Manfaat kunjungan keluarga9

Umat dapat saling mengenal manfaat kunjungan keluarga adalah: lebih akrab
satusama lain, karena sikap orang yang terlibat dalam kunjungan keluarga tersebut
dimungkinkan untuk saling mengenal satu dengan yang lain dalam keterlibatannyamasing-
masing. Misalnya: para pengurus lingkungan yang tergabung dalam team pemandu, dalam
tugasnya menghubungi keluarga-keluarga dan mendata keluarga katolik di lingkungannya,
menjadi semakin mengenal lebih dekat kehidupan keluarga yang dikunjunginya, dan semakin
akrab dengan kehidupan sesama yang lain dalam lingkungan.
Kunjungan keluarga dapat memperbesar rasa persaudaraan antar umat katolik, yaitu
sebagai satu saudara berdasarkan iman yang sama akan Yesus Kristus, dan dapat
memperdalam ikatan kekeluargaan dengan warga yang lain. Sebagai contoh para pengunjung
semula tidak mengenal keluarga yang akan dikunjungi, mereka datang hanya dengan
membawa bekal iman yang sama. Para pengunjung tidak merasa kuatir kalau kunjungannya
akan ditolak.
Kunjungan keluarga dapat meningkatkan sikap saling memperhatikan diantara sesama

9
Hardiwiratno, Menuju Keluarga Yang Bertanggung Jawab, (Jakarta:Obor, 1994), hal 203

8
warga stasi, karena kunjungan datang dengan sikap ramah dan berusaha memperhatikan
keadaan keluarga yang dikunjungi.Pembicaraan dalam pertemuan biasanya berkisar pada
pengalaman hidup dan keprihatinan yang ada dalam keluarga serta masyarakat, sehingga
suasana pertemuan cukup mendukung untuk menciptakan sikap saling memperhatikan
kebutuhan sesama.Umat dapat saling membantu didalam kesulitan.Oleh karena para
pengunjung memberikan perhatian yang tulus terhadap keluarga-keluarga yang dikunjungi,
terutama keluarga-keluarga yang membutuhkan bantuan, maka keluarga yang mengalami
kesulitan merasa perlu membuka diri dan menceritakan kesulitankesulitan hidupnya dalam
pertemuan kunjungan tersebut, sehingga kesulitan dapat dihadapi secara bersama-sama.

2.7 Model-model Kunjungan keluarga10


Secara garis besar, sesuai dengan tujuannya,kita dapat membedakan antara dua
macam kunjungan pastoral. membedakan atas dua macam kunjungan pastoral, yaitu:
1. Kunjungan pastoral biasa
Tujuan dari kunjungan pastoral biasa ialah satu: pertemuan atau kontak. Dua:saling
mengingatkan akan Allah, Bapa kita, dan Kristus, Gembala Agung kita. Kita berjumpa
dengan sesama manusia yang percaya, dan sebagai sesama manusia yang percaya, dan
sebagai sesama manusia yang percaya kita saling mengingatkan akan apa yang menjadi inti
dari Injil yang kita percayai.

2. Kunjungan pastoral khusus


Kunjungan pastoral khusus adalah kunjungan pastoral yang dilakukan terhadap
mereka yang mempunyai masalah, dan yang karenanya membutuhkan pendampingan dan
bantuan khusus seperti misalnya orang yang sedang sakit, orang yang dalam kedukaan, dan
sebagainya. Tujuan dari pastoral khusus adalah terutama saling mendampingi dan membantu
dalam menghadapi berbagai persoalan dan kesulitan.Kunjungan pastor terhadap umat dalam
hal ini hanya akan memupuk hubungan atas-bawah, yaitu pastor sebagai pimpinan yang
berkunjung kepada umat sebagai bawahan, dan kurang membangun hubungan yang sejajar.
Jadi kunjungan pastor saja belum mampu menciptakan iklim persaudaraan yang
didambahkan, sebab iklim paguyuban itu hanya terjadi kalau antar umat juga saling mengenal
dan saling menerima satu sama lain sebagai saudara.
Seorang pastor dengan kemampuannya yang maksimal atau dengan kemauan baiknya
yang optimal kiranya masih belum mampu untuk mengenal seluruh umatnya secara pribadi.

10
Lembaga Pendidikan Kader, PerkunjunganPastoral. Seri Pengembalaan, (Yogyakarta:Lembaga Pendidikan
Kader),Hal 3

9
Itu berarti pembangunan paguyuban tidak mungkin diserahkan hanya kepada para pastor saja,
melainkan perlu melibatkan seluruh umat. Maka adanya kebiasaan bahwa umat hanya
mengharapkan dikunjungi oleh pastor saja dan tidak mau ganti mengunjungi saudaranya yang
lain, itulah yang sekarang ini perlu ditinjau kembali, karena cara untuk mengenal sesama
umat yang paling intensif adalah dengan saling mengunjungi.

2.8 Apa Yang Harus Dilakukan Dalam Kunjungan Rumah Tangga

Pertama-tama haruskita ingat, bahwa kunjungan rumah tangga adalah pelayanan yang
ditugaskan Tuhan kepada Gereja. Karena itu yang harus dilakukan disitu bukanlah hal-hal
yang dipikirkan penatua dan bukan juga hal-hal yang diinginkan oleh keluarga yang
dikunjungi. Yang harus dilakukan dalam kunjungan ialah hal-hal yang ada hubungannya
dengan Firman Tuhan.

Charles Stewart yang dikutip dalam “Tipe-Tipe dasar pendampingan dan konseling
Pastoral” menyarankan 3 dimensi dasar yang berhubungan dengan strategi dalam rangka
pastoral keluarga:

1. Menyatakan perhatian pada keluarga melalui kunjungan keluarga. Serta menghidupi


doa sebagai bagian dari pelayanan kepada keluarga. Gereja juga bisa menjadi sebagai
tangan Tuhan untuk memperdulikan kehidupan jemaat secara khsusus keluarga dalam
segala tantangan dan persoalan keluarga menjadi tanggung jawab gereja sebagai alat
yang digunakan untuk membina dan membimbing keluarga.
2. Dalam program pendidikan ini keluarga dibina, di dorang untuk belajar bersama
dalam memperkuat tali ikatan pernikahan dalam hubungan keluarga sehingga
menutup kemungkinan krisis perceraian terhadap keluarga.
3. Menjadi bagian dalam hubungan berkeluarga. Para konselor harus mampu membuka
diri dan bisa menganggap dirinya bagian dari keluarga, sehingga konselor dapat
membantu dan melakukan penyuluhan kebersamaan dalam berkeluarga.11

Margaret Sawin mengembangkan model pastoral keluarga disebut istilah “Perkumpulan


Keluarga”, yang dapat dilakukan. Dalam perkumpulan ini juga bertujuan untuk membentuk
dan membina keluarga dalam menghidupi peran serta dalam membangun relasi sebagai
pasangan hidup. Diantaranya yang dapat dilakukan:

11
Howard Clinebell, Tipe-tipe dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Yogyakarta:Kanisius, 2002), hal 383

10
1. Menyediakan kelompok yang dapat bertumbuh dalam hal saling membangun dan
mendukung dan upaya gotong royong. Agar dalam kelompok itu memiliki sikap
kepedulian yang tinggi untuksaling mengenal satu dengan yang lain dan berjuanng
bersama dalam mempertahankan keluarga.
2. Dalam setiap kelompok tersedia kesempatan untuk saling meneladani aspek-aspek
dari sistem keluarga misalnya dalam hal berkomunikasi, mengambil keputusan,
menjalankan disiplin, bergaul, cara menanggulangi masalah dan lain-lain. Dengan
saling meneladani keluarga dapat memiliki dorongan serta daya untuk tetap
berada dalam hubungan keluarga yang baik.
3. Membantu keluarga untuk menemukan dan mengembangkan kekuatan mereka
melalui kasih, ppemeliharaan, kebahagiaan, dan penciptaan yang ditinggikan.
Banyak krisis dalam keluarga yang membutuhkan konseling pastoral keluarga.
Dengan kunjungan rumah tangga ini membutuhkan hubungan yang timbal balik,
antar anggota keluarga, kesadaran akan peran serta tanggung jawab dan kesadaran
akan keberadaan keluarga yang dibina, dibimbing untuk membangun
kebersamaan. Kunjungan rumah tangga juga dapat mmembantu dan menolong
keluarga untuk menghadapi segala tantangan atau masalah dengan memberikan
motivasi dan arahan.12
2.9 Tinjauan Teologis

Rumah tangga menurut ajaran Gereja Katolik memiliki hakikat yaitu sebuah
perjanjian antara seoranng laki dengan perempuan untuk membentuk kebersamaan seluruh
hidup. Hal ini juga ditegaskan oleh seruan Apostolik Amoris Laetitia art 63 yang menyatakan
bahwa: “Perjanjian perkawinan yanng berasal dari penciptaan dan diwahyukan dalam sejarah
keselamatan, menerima kepenuhan pewahyuan maknanya dalam Kristus dan Gerejanya.
Melalui Gereja-Nya, Kristus menganugerahkan kepada keluarga, rahmat yang diperlukan
untuk memberi kesaksian tentang kasih Allah dan menghayati hidup persektuan. Injil
keluarga terbentang dalam sejarah dunia, mulai dari penciptaan manusia menurut gambar dan
citra Allah (kej. 1:26-27), sampai pencapaian kepenuhan misteri perjanjian dalam Kristus
pada akhir zaman dengan perkawinan dengan anak domba (Why. 19:9).

Dari peryantaan di atas ditegaskan bahwa rumah tangga diartikan sebagai perjanjian
kasih yang berasal dari sang pencipta dan diwahyukan dalam sejarah keselamatan. Perjanjian

12
Howard Clinebell, Tipe-tipe dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral,... hal 384-385

11
perkawinan tersebut mencapai kepenuhan dalam diri Kristus dan Gereja-Nya. Melalui rumah
tangga Yesus juga memberikan rahmat agar perkawinan dan keluarga yang dibangun menjadi
sarana untuk menjadi saksi dari kasih Allah dalam hidup persekutuan.13

III.KESIMPULAN
IV. SARAN

13
Sabti Herma Nugraheni, Tinjuan Pastoral Tentang Hidup Berkeluarga, (Yogyakarta: Univ.Sanata Dharma,
2018), hal. 10-11

12
V. DAFTAR PUSTAKA
Aert,Van,Beek,2001. pendampingan pastoral. Jakarta: Penerbit BPK Gunung Mulia
Mudjijo P, 2021. Pengertian unsure-unsu, dasar-dasar, metode-metode pastoral care.
Yogyakarta: Penerbit Malang
Clinebell Howard, 2002. Tipe-tipe dasar pendampingan dan konseling. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
Haarsma F, 1991. Pastoral dalam dunia. Yogyakarta: Penerbit Puspas
Noordermer Pie, 2007. Pesan Alkitab untuk Alkitab. Kaliurang: Penerbit San Juang
Hardiwiratno, 1994. Proyek media keluarga Keuskupan Agung Semarang. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
Herdiwiratno, 1994. Menuju keluarga yang bertanggung jawab. Jakarta: Penerbit obor
Kader Pendidikan Lembaga, Perkunjungan pastoral, seri pengembalaan. Yogyakarta:
Penerbit Lembaga Pendidikan Kader
Nurgraheni Herma Sabti, 2018. Tinjauan pastoral tentang hidup berkeluarga.
Yogyakarta: Penerbit Univ. Sanata Dharma

Sumber Lain:

https://id.scribd.com/document/359562043/Konsep-Pastoral-Care

13

Anda mungkin juga menyukai