Anda di halaman 1dari 8

MISIOLOGI KAJIAN TEMA

“MEMAHAMI MISI DAN POLITIK DALAM KONTEKS SEJARAH DAN


TEOLOGI MISI SEBAGAI TUGAS KEPEMIMPINAN UNIVERSAL”

KELOMPOK II
NAMA:
1. Reckylfa Sarbian Tangke Datu (2151.3451)
2. Dania Ariskah (2181.3644)
3. Novita Kurnia (2181.3693)
4. Filadelvia Ayu Lestari (2181.3660)
5. Jeni Nurlina Saebesi (2181.3675)
6. Ricky Tuka (2181.3706)
7. Yustia Kappin (2181.3720)
8. Arfiando Rivaldo Aprilio Mekel 2181.3638
9. Devry Rolando Saiya 2181.3647
10. Jihan Patungka 2181.3679
11. Jenn L. Wattimena 2181.3676

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA INDONESIA BAGIAN TIMUR MAKASSAR


2021
PENDAHULUAN
Misi adalah tugas yang di berikan oleh Tuhan Yesus kepada orang percaya atau
gereja untuk pergi dan bersaksi melintasi batas budaya untuk menyampaikan kabar sukacita
(syalom) di tengah masyarakat, bangsa dan negara secara holistik tentang Tuhan Yesus
juruselamat dunia. Gereja adalah umat Allah yang dipanggil keluar dari kegelapan dan
menjadi milik Allah untuk menjadi utusan dan saksi Allah di dalam dunia. Sedangkan Politik
adalah ilmu untuk memerintah dan mengatur negara oleh pemerintah, Untuk mencapai
kebaikan bersama demi mencapai masyarakat yang sejahtera (syalom). Situasi dan kondisi
politik di Indonesia belum stabil hal itu ditandai dengan adanya pelaksanaan politik yang
tidak sehat, seperti politik uang, kampanye hitam, korupsi dll. Dalam hal ini, ruang lingkup
politik terdiri dari masyarakat, negara, demokrasi, hak asasi manusia, partai politik dan
penyelenggara negara (eksekutif, legistatif dan yudikatif). Dalam paper ini, kita dapat melihat
tujuan misi gereja berkaitan dengan politik ialah memuliakan Allah dan membawa Syalom di
tengah bangsa dan negara. Tugas gereja berkaitan dengan misi dan politik ialah gereja harus
ikut berpartisipasi dengan memberikan ide, pikiran dan gagasan bagi negara, serta
memberikan pemahaman kepada warga gereja agar ikut berpartisipasi dalam mendukung
terciptanya politik yang sehat dalam kehidupan bangsa, memilih pemimpin yang takut akan
Tuhan dan berjiwa nasionalis,taat kepada pancasila dan undang undang dasar 1945. Gereja
harus membangun strategi misi melalui pancasila, sebagai sarana untuk menyampaikan misi
Allah, karena kedua sejalan dengan maksud firman Allah dan dengan tidak mengabaikan
nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara. Tujuan politik adalah semata-mata untuk
kesejahteraan rakyat dan hal itu searah dengan tujuan Allah dalam misi-Nya untuk
memuliakan Allah dan menghadirkan syalom bagi bangsa-bangsa termasuk bangsa
Indonesia.1

1
Rohi,Y.U., Missio Ecclesiae, (Institut Injil Indonesia:Jawa Timur 2017), 26.
ISI

A. Pengertian Misi
Kata Misi sangat sering kita dengar dalam ruang lingkup gereja, yang berkaitan
dengan tugas dari penginjilan dan pelayanan yang dijalankan dalam Perjanjian Lama maupun
perjanjian baru bahkan pelayanan atau penginjilan yang dijalankan oleh gereja di tengah-
tengah dunia ini, yang merupakan terjemahan dari kata Yunani Apostelo “Apostello” yang
memiliki arti “Mengutus”. Secara khusus maka kata Misi bisa merujuk pada pengutusan atau
penginjilan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan khusus, dasar misi dapat dilihat dari
konteks dan tema-tema dalam Alkitab. Istilah lain yang terkait dengan Misi adalah Misiologi
terdiri dari dua kata “Misi” dan “Logos” (Ilmu) yang menekankan pengutusan dan
pemberitaan Injil sebagai inti Pekabaran Injil (PI).2

B. Pengertian Politik
Politik (bahasa Yunani: Πολιτικά, politiká; Arab: ‫سياسة‬, siyasah), yang berarti dari,
untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan pembagian
kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan,
khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai
definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik
adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.3 Menurut KBBI kata Politik adalah (pengetahuan) mengenai
ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan).
Adapun Pendapat kelompok bahwa politik merupakan proses yang tidak bisa lepas dari
kehidupan suatu masyarakat maupun suatu negara, dikarenakan politik merupakan suatu
proses pembentukan dalam pembuatan keputusan terlebih khusus nya dalam negara agar
tercapai atau terwujudnya kebaikan bersama serta kebijakan publik dapat berjalan dengan
baik.
Pengertian Teologi Misi
Teologi misi adalah suatu usaha untuk mengenal Allah beserta misi-misi-Nya untuk
menyelamatkan manusia dari Kuasa dosa melalui pengorbanan Yesus Kristus. Tentunya
apabila kita mencari hubungan antara teologia dengan misi, akan kita dapati bahwa keduanya
memiliki hubungan yang sangat intim. Artinya teologi tidak akan berdiri tanpa adanya misi
(yang dimulai Allah untuk manusia, yang dilanjutkan oleh orang percaya), dan misi tidak
akan dapat berdiri tanpa adanya pengetahuan dan pengenalan tentang Allah (teologia).
Teologi misi, jika kita lihat dalam hubungannya dengan Alkitab, bahwa sesungguhnya
seluruh isi Alkitab menjelaskan tentang kedua hal tersebut. Artinya teologi misi adalah
bagian dari Alkitab dan Alkitab adalah dasar mutlak dari lahirnya Teologi misi.

2
Jan S. Aritonang, Teologi-teologi Kontemporer, (Bpk gunung mulia), 146-147.
3
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Politik . Diakses pada tanggal 6 Oktober 2021 pukul 23.57 WITA.
C. Misi dan Politik dalam Konteks Sejarah.

Sejarah Misi Kristen (dari zaman para rasul-sekarang)


Kata Misi sendiri terbentuk atau lahir pada abad pertama khususnya dalam zaman
Pertus yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 1-12 dan Paulus dalam Kisah Para Rasul 13-
28. Misi sendiri dalam Alkitab sudah terjadi bermula dari tugas dari para Rasul untuk
memberitakan Injil ke seluruh dunia. Dan yang menjadi pusat pertama para Rasul untuk
menjalankan tugasnya ialah pada periode Gereja Perdana yakni kota Yerusalem dan juga
Antiokia. 4 Tokoh-tokoh yang berperan dalam menjalankan misi ialah yang pertama Rasul
Petrus, Rasul Paulus, Kaisar Konstantin, Kaisar Theidosius I, dan masih banyak lagi, menurut
kami mereka berperan dalam menjalankan misi yang telah Allah percayakan tersebut.
Kemudian berlanjut kepada abad pertengahan (abad ke-5 sampai abad ke-14) dalam masa ini
gereja sudah mulai berkembang terkhusus pada bangsa Inggris dan juga Jerman, kemudian
berlanjut ke Eropa Timur khususnya Slavia pada abad ke-9 hal ini dikarenakan adanya
pelayanan misi sekaligus untuk menyebarkan kekristenan yang dilakukan oleh uskup
Kyrillos, Methodius dan kawan-kawan lainnya. Kemudian pada abad ke15 sampai abad ke-
17 pelayanan misi kemudian terbagis dalam dua kelompok yakni kelompok gereja Katolik
yang dipelopori oleh bangsa Portugis dan Spanyol kemudian kelompok gereja Protestan yang
dipelopori oleh bangsa Belanda, Jerman dan Inggris. Namun dalam masa ini pelayanan misi
yang berlangsung sangatlah memprihatinkan karena didasari oleh kepentingan-kepentingan
politik, ekonomi dan kebudayaan yang menggunakan cara kekerasan, hal itu tentunya sudah
bertolakbelakang dari definisi dari misi di awal yang adalah tugas dari Allah. Namun dengan
penuh semangat kemudian tahun 1622 gereja Katolik mendirikan Lembaga dengan tujuan
untuk mengembalikan pelayanan misi seperti sedia kala namun tidaklah mudah karena pada
masa ini juga dipersulit karena lahirnya masa pencerahan yang merupakan dampak dari
reformasi Luther, Zwingli dan Calvin yang mana hal-hal yang muncul pada waktu itu tidak
sejalan dengan gereja Katolik. Kemudian abad selanjutnya pelayanan misi menjadi lebih
mudah karena mulai untuk keluar untuk memberitakan injil. Kemudian sejak permulaan abad
ke-20 sampai dengan sekarang pelayanan misi terus berkembang dan mengalami kemajuan,
dan tentunya gereja-gereja pribumi berusaha untuk mencari jati dirinya, dan kemudian
berdampak pada perubahan pandangan mengenai misi yang terjadi pada gereja-gereja Barat,
baik kalangan Protestan maupun Katolik.5
Politik dalam Sejarah Gereja (Implikasinya terhadap Misi)
Leo Boff berpendapat bahwa Dari kodrat pelayanannya, Gereja bersifat Politik.
Berhadapan dengan fakta ketidak-Adilan sosial, Gereja mesti bersifat politis dan Tidak bisa
apolitis. Seperti Leo Boff, Antonio Egiguren OFM, dalam sebuah tulisan yang diterbitkan
SEDOS November 2012, juga Mengatakan: “Apa yang membuat Gereja menjadi sebuah
lembaga non-kredibel Adalah keterlibatannya dalam politik dan keberpihakannya dengan
kekuasaan ... [Tapi kebenarannya adalah bahwa] Gereja perlu berpolitik, memihak orang
miskin dengan tujuan untuk membangun sebuah masyarakat yang lebih baik. Oleh sebab itu,

4
Edmund Woga,CSsr, Dasar-Dasar Misiologi, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 19-21
5
Ibid, hal. 47-48
bagi gereja, dimensi politiknya lahir dari dan bertujuan untuk membela dan menegakkan
keadilan bagi semua orang. Perlindungan martabat setiap pribadi manusia dan integritas
alam ciptaan sebagai sumber hidup manusia – seperti yang direncanakan oleh Allah pencipta.
Sebagai sebuah kelanjutan dari misi pembebasan dari Allah (missio Dei), salah satu alasan
keberadaan (raisond'etres) Gereja adalah untuk menegakkan keadilan dan membebaskan
umat manusia dari semua bentuk penindasan. Berdasarkan Roma 13:1-3, Halim menuliskan
bahwa: setiap warga negara memiliki tanggungjawab politik, dan juga sebaliknya pemerintah
juga memiliki tanggungjawab terhadap rakyatnya untuk menegakkan keadilan dan keamanan
serta mengatasi semua teror-teror yang besifatpolitik maupun agama.6

D. Teologi Misi Sebagai Tugas Kepemimpinan Universal


Teologi misi sebagai tugas kepemimpinan universal mempunyai arti mencolok dari
kata misi yaitu pengutusan keluar kepada bangsa-bangsa (bangsa non Kristen) di dunia untuk
menyampaikan suatu berita keselamatan dan kesukaan (injil) datangnya kerajaan Allah dalam
Tuhan Yesus Kristus yang dilakukan baik melalui pemberitaan secara lisan maupun melalui
diakonal, yang bersifat kesaksian dan pelayanan secara holistic (keseluruhan). Teologi misi
juga dipandang oleh Yesus sebagai misi-Nya yang melibatkan orang lain. Hal ini dapat kita
lihat dari Yohanes 17:1-9. Dimana Yesus berdoa akan menguduskan diriku bagi mereka,
supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran. Maka dapat dipahami bahwa teologi misi
sebagai tugas kepemimpinan universal dalam tugas untuk melaksanakan maksud dari pada
Penebusan Allah bagi dunia.7 Seperti yang kita tahu bersama Memberitakan Injil adalah tugas
yang diberikan oleh Yesus Kristus. Namun demikian, dalam perjalanan misi sepanjang abad
orang telah mempersoalkan siapa yang mengutus dan siapa yang sebenarnya diutus. Menurut
David Bosch yang seorang teolog Afrika Selatan, beliau mempersoalkan tentang istilah misi
sebagai ada orang atau orang-orang yang diutus oleh si pengutus dengan sebuah tugas. Si
pengutus ini berarti punya “kuasa” untuk mengutus. Menurutnya, seharusnya kita bisa
mengerti bahwa yang mengutus adalah Allah yang mempunyai kuasa yang pasti untuk
menetapkan orang-orang yang diutus untuk melakukan kehendak-Nya. Namun dalam praktik
di lapangan, kuasa untuk mengutus justru ada pada gereja atau pada suatu lembaga misi, atau
bahkan pada seorang penguasa Kristen.8
Pada hakikatnya setiap agama bersifat misioner, artinya setiap agama mempunyai
kewajiban untuk mengajarkan agamanya kepada orang lain, yang tentu saja di dalam misi
tersebut ada keinginan untuk menjadikan orang lain (objek pemberitaan agama) memeluk
agama yang di ajarkan tersebut. Hal ini tentu didasari adanya suatu keyakinan bahwa
agamanya yang paling benar serta satu-satunya jalan menuju keselamatan. Keyakinan seperti
ini menjadikan para pengikut agama itu menjadi eksklusif. Misi merupakan titik di mana
iman dan strategi bersatu, di mana iman diarahkan kepada dunia secara nyata. Persatuan
seperti ini muncul dari pandangan Alkitab mengenai kebenaran, sebagai sesuatu yang harus
6
Eka Darmaputra, 365 Anak Tangga Menuju Hidup Berkemenangan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2006), 221-222
7
. Donald Guthrie, Teologia Perjanjian Baru 2, (Malang: Gandum Mas, 1978), 56-57.
8
David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 1997, 2.
dikerjakan dan tidak hanya dipercayai, dan sebagai hasil dari ketaatan dan bukan sebaliknya.
Di dalam Alkitab, mengenal Allah bukanlah suatu pengalaman kebatinan, melainkan
tanggapan konkret terhadap panggilan-Nya dan melaksanakan kehendak-Nya. Maka kita
tidak hanya dapat mengatakan bahwa teologi yang baik akan menghasilkan misi, tetapi juga
bahwa dalam misi Alkitabiah, kita melaksanakan teologi.9 Dalam hal ini Brunner telah
menulis bahwa Gereja ada karena misi, seperti halnya api ada karena pembakaran. Dengan
kata lain bahwa teologi berisi tentang renungan atas misi. Hal inilah yang menjadi dasar dari
teologi itu sendiri. Misi bukan hanya penerapan dari teologi, namun misi berada pada inti
teologi. Maka apa yang dikatakan para teolog sebagai “teologi dasar” itu adalah teologi
misi.10 Maka jelas bahwa teologi misi merupakan sebuah tugas kepemimpinan secara
universal, yang perlu dilakukan bagi setiap orang yang ingin untuk diberitakan tentang misi
Allah. Kita dapat berharap bahwa kesadaran seperti ini akan mengilhami gereja-gereja untuk
mengevaluasi program-program yang telah mereka buat, apakah sudah sesuai dengan misi,
untuk melihat semua kemampuan dan panggilan mereka.

PENUTUP
Kesimpulan
9
William A. Dyrness, Agar Bumi Bersukacita, dalam buku: Misi Holistis Dalam Teologi Alkitab,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia), 2001, 16.
10
Ibid, 15.
Gereja adalah suatu komunitas dalam respon terhadap Missio Dei yang memberikan
kesaksian tentang kegiatan Allah di dunia melalui pemberitaan kabar baik mengenai Yesus
Kristus dalam ucapan dan tindakan. Gereja barulah menjadi Gereja yang sesungguhnya
apabila terlibat dalam pelaksanaan misi Allah di tengah-tengah dunia. Gereja yang
melakukan tugas dan tanggung jawab sebagai gereja Allah adalah salah satu bentuk gereja
yang misioner. Setiap agama bersifat misioner yang adalah pengutusan dan pemberitaan injil.
Misi dan politik dalam konteks sejarah sejak permulaan abad ke-20 sampai dengan sekarang
pelayanan misi terus berkembang dan mengalami kemajuan, dan tentunya gereja-gereja
pribumi berusaha untuk mencari jati dirinya, dan kemudian berdampak pada perubahan
pandangan mengenai misi yang terjadi pada gereja-gereja Barat, baik kalangan Protestan
maupun Katolik. Oleh sebab itu, dalam bentuk perwujudan misi, kelompok berkesimpulan
Gereja perlu berpolitik, memihak pada orang miskin dengan tujuan untuk membangun sebuah
masyarakat yang lebih baik. Apalagi di jaman sekarang ini pasca covid-19. Bagi gereja,
dimensi politiknya lahir dari dan bertujuan untuk membela dan menegakkan keadilan bagi
semua orang. Hadirnya Teologi misi merupakan tugas kepemimpinan secara universal atau
dapat dikerjakan oleh semua orang yang percaya pada Yesus Kristus. Sebab misi yang
dimandatkan Allah adalah amanat Agung yang harus terus kita kerjakan di dunia bagi semua
orang yang mau untuk menerima kabar keselamatan tersebut. Untuk itu misi tersebut
bukanlah sekadar formalitas atau rutinitas biasa saja. Melainkan juga sebuah tanggung jawab
dan kewajiban. Tentunya akan ada lika-liku dalam menjalankan teologi misi sebagai tugas
kepemimpinan universal, tetapi tentunya semua ini niscaya ada jalan keluarnya yang
diberikan Tuhan selama kita tetap berpegang teguh kepada tugas teologi misi kita ini.

Daftar Pustaka

Buku
Aritonang, Jan S. (penyunting). “Teologi-teologi Kontemporer”. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2018

Bosch, David J. “Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi yang Mengubah dan
Berubah”. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.

Darmaputra, Eka, “365 Anak Tangga Menuju Hidup Berkemenangan”, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2006.

Dyrness, William A., “Agar Bumi Bersukacita”, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.

Guthrie, Donald, “Teologia Perjanjian Baru 2”, Malang: Gandum Mas, 1978.

Woga,E. CSsr, “Dasar-Dasar Misiologi”. Yogyakarta : Kanasius, 2002

Y.U. Rohi, “Missio Ecclesiae”, Jawa Timur: Institut Injil Indonesia, 2017.

Halaman Web
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Politik

Anda mungkin juga menyukai