Anda di halaman 1dari 61

A.

Proses Konseling
ing adalah proses pemberian bantuan
dilakukan melalui wawancara konseling
eorang ahli (disebut konselor) kepada
u yang mengalami sesuatu masalah
t klien) yang bermuara pada teratasinya
h yang dihadapi klien. Istilah ini pertama
gunakan oleh Frank Parsons di tahun
saat ia melakukan konseling karier.
utnya juga diadopsi oleh Carl Rogers
kemudian mengembangkan pendekatan
yang berpusat pada klien (client
d).
Dibanding dengan psikoterapi, konseling lebih berurusan dengan
klien yang mengalami masalah yang tidak terlalu berat
sebagaimana halnya yang mengalami psikopatologi, skizofrenia,
maupun kelainan kepribadian. Umumnya konseling berasal dari
pendekatan humanistik dan client centered. Konselor juga
berhubungan dengan permasalahan sosial, budaya, dan
perkembangan selain permasalahan yang berkaitan dengan fisik,
emosi, dan kelainan mental. Dalam hal ini, konseling melihat
kliennya sebagai seseorang yang tidak mempunyai kelainan secara
patologis. Konseling merupakan pertemuan antara konselor dengan
kliennya yang memungkinkan terjadinya dialog dan bukannya
pemberian terapi atau treatment. Konseling juga mendorong
terjadinya penyelesaian masalah oleh diri klien sendiri.
Konseling bisa dilakukan dalam berbagai bidang
kehidupan, seperti di masyarakat, di dunia industri,
membantu korban bencana alam, maupun di lingkungan
pendidikan. Khusus di dunia pendidikan, layanan ini biasa
A. Pengertian dan Pentingnya Konseling
Jemaat dengan segala persoalan dan pergumulan
hidupnya yang membuat depresi dan putus asa tidak
dapat dianggap sepele. Karena disamping kehidupan
rohaninya tidak berkembang ke arah kedewasaan, juga
bisa berarti fatal dengan kehidupannya yang ingin
cepatberakhir alias ingin bunuh diri. Dalam suasana
seperti inilah peran konseling sangat dibutuhkan untuk
membantu mencari jalan keluarnya dari permasalahan
yang mereka hadapi. Konseling bukan merupakan disiplin
ilmu seperti kedokteran gigi atau kodekteran umum yang
pada dasarnya bergantung pada pengetahuan teknis yang
dijalankan oleh seseorang profesioanal yang benar dan
terlatih.
Pastoral konseling harus lebih banyak hubungan yang utama dan
sangat penting antara orang-orang yang menaruh perhatian. Jadi
konseling bukan tidak lebih dari sekedar hubungan tetapi
ada yang lebih dari itu. Pelayanan pastoral konseling yang
benar mau menghasilkan suatu proses pembebasan adalah
pelayanan pastoral yang berhubungan dengan soal-soal
konkrit dari hidup manusia. Di sini nampaknya peran
pastoral konseling sangat signifikan guna membuka pintu
seluas-luasnya sebagai tempat untuk ruang tolong-
menolong. Karena konseling adalah hubungan timbal balik
antara dua individu, yaitu konselor adalah hubungan
timbal balik antara dua individu, yaitu membutuhkan
pengertian untuk mengatasi persoalan yang dihadapinya.
Pengurus gereja entah itu diaken, majelis, ataupun pendeta
terlebih gembala sidang sudah barang tentu harus
menyadari keberadaan persoalan ini.
1. Secara Etimologi
Kata atau istilah Pastoral berasal dari kata Pastor
dalam bahasa Latin atau bahasa Yunani disebut
Poimen, yang berarti gembala. Bisa juga disebut
Pendeta yang mempunyai tugas menjadi gembala
bagi warga gereja atau dombanya. Sedangkan
dalam bahasa Inggris yang menunjukkan untuk
kata konseling adalah consul yang artinya wakil,
konsul; counsult yang artinya minta nasehat,
berunding dengan; cosole yang artinya menghibur
dan consolide yang artinya menguatkan. Bisa
diartikan kata konseling adalah kegiatan sseorang
yang menguatkan, menghibur yang dimintakan
Jadi Pastoral Konseling artinya gembala yang
memberikan nasihat, penghiburan dan penguatan bagi
warga gerejanya. Pelayanan pastoral mempunyai sifat
pertemuan yaitu: antara pastor dan anggota jemaat yang
membutuhkan bantuan dan pelayannya dan pertemuan
antara mereka berdua dan Allah, yang sebenarnya yang
memimpin dan memberi isi kepada pertemuan mereka.
Pengistilahan ini dihubungkan dengan diri Yesus Kristus
dan karyaNya sebagai Pastor Sejati yang Baik (Yoh. 10).
Ungkapan ini mengacu kepada pelayanan Yesus Kristus
yang tanpa pamrih, bersedia memberikan pertolongan
terhadap para pengikutNya. Sebenarnya tugas pastoral
bukan hanya monopoli para pastor/pendeta saja tetapi
bagi setiap orang / pengikutNya.
1. Konseling Secara Kekristenan Teologi
Dan Nama- Nya disebut penasehat ajaib…” (Yes. 9:5).
Hanya kepada Dialah kita datang meminta pertolongan,
karena tanpa Tuhan Yesus sebagai penasehat ajaib sia-
sialah setiap orang yang meminta pertolongan kepada
pertongan kepada manusia, sebab manusia terbatas
adanya. Sekalipun konselor dapat memebantu konseli
menemukan akar persoalannya, tak ada manusia yang
dapat menyediakan kasih karunia untuk mengatasi
kebiasaan-kebiasaan yang salah atau dosa[6]. Manusia
dapat membutuhkan kasih Allah dan Allah sudah
menyediakan sarananya untuk dimintakan pertolongan
bagi setiap orang yang membutuhkannya yaitu alkitab
sebagai Firman Allah. Jadi pelayanan pastoral pertama-
tama adalah rekonsiliasi (perdamaian )
Hal ini terdapat pada 2 Kor. 5:20 “Kami adalah utusan-utusan
Kristus, seakan-akan Allah menasehati kamu dengan
perantaraan kami, dengan nama Kristus kami meminta
kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah”. Jay
Adam telah dikenal secara luas karena pendekatan
konfrontasionalnya yang ia katakan satu-satunya model
alkitabiah, ia mengambil dari bahasa Yunani noutheteo.
yaitu gagasan konfrontasi verbal, directif (mengarah) dan
instruktif sebagai konsep sentral mengenai konseling
Kristen. Rasul Paulus memakai model nouthetis pada kolose
1:28 untuk mendewasakan umat. Dalam konsep “Jay Adam”
yang hanya mengendalikan konfrontasi hanya cocok untuk
jemaat/umat yang cukup lama yang menjadi orang Kristen
dalam banyak hal juga harus dilihat kasus perkasus pada
dilema yang dihadapi mereka Jadi bagaimana kalau yang
putus asas atau yang lemah mereka perlu diadakan
Untuk menghibur mereka tanpa konfrontasi terhadap
mereka. Dalam bahasa Yunani adalah Paramuhteo yang
berarti berbicara akrab. “Jonh Carter” menyarankan
bahwa kata parakaleo dan kata yang berhubungan
dengan itu. Parakalesis menawarkan suatu model
konseling yang jauh memadai (daripada noutheteo)
berdasarkan perspektif alkitabiah. Karena kata noutheteo
dan yang berhubungan dengan Tuhan hanya muncul tiga
belas kali dalam PB, parkaleo sebanyak dua puluh
embilan kali sebagai comfort (hiburan), 27 kali sebagai
xhort (nasehat), 14 kali sebagai consolation (hiburan) 43
kali sebagai besech (permohonan)[8]. Jadi parakalesis
adalah suatu karunia khusus bagi gereja untuk
menjalankan sebagai peran pastoral konseling (Kol.1:28).
Alkitab sebagai dasar teologis dalam pastoral konseling
dipakai sebagai acuan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Dari uraian di atas bahwa dasar Konseling kristen adalah
berdasarkan Alkitab, maka unsur-unsur yang terdapat
dalam devinisi konseling kristen adalah sebagai berikut:
1. Roh Kudus berperan sebagai penuntun (Yohanes 16:13-14)
yang memberi dinamika bagi konseling kristen.
2. Peranan firman Allah yang memberi terang dan hikmat
sebagai pemberi segalanya bagi konseling kristen (II
Timotius 3:7-13)
3. Percaya kepada Kristus, sang Konselor Agung (Yohanes
8:36). Inilah kemerdekaan sejati. Dosa yang merupakan
akar segala persoalan telah diselesaikan oleh Konselor
Agung. Jika kita tidak mengenal Konselor Agung, mustahil
kita dapat memimpin orang datang kepada-Nya. Orang
buta mustahil menuntun orang buta, bukan? Jadi jika
konselor dan konseli memiliki persoalan, mereka dapat
membawa persoalan itu ke hadapan Konselor Agung.
4. Telah Menerima Kristus Secara Pribadi/LAHIR BARU.
(Wahyu 3:20). Jadi, percaya, mengikuti, dan
menerima Kristus Tuhan bersifat sangat pribadi.
Harus dilakukan dengan kerelaan dan kesadaran diri.
Pengalaman bersama Kristus juga bersifat pribadi.
Tanpa hidup bersama Kristus, yang ada hanya
sekadar beragama saja / Yesus hanya menjadi
sebatas pengakuan dan persetujuan intelektual, alih-
alih Yesus hanya sekedar menjadi membantu saja.
Artinya, Yesus hanya sebagai sumber pengetahuan
agar konselor dapat melayani. Oleh sebab itu,
langkah percaya harus dilanjutkan dengan respons
menerima Yesus Kristus. Penerimaan ini sangat
bersifat personal
5. Ia Menerima Otoritas Alkitab
sebagai Pedoman Hidup
Alkitab adalah firman Allah yang dianugerahkan kepada
manusia. Firman itu berfungsi sebagai makanan rohani
penyegar jiwa, pelita hidup, penuntun di jalan yang
benar, pembimbing pada keselamatan, pemberi hikmat
kepada orang yang tidak berpengalaman, penunjuk
kesalahan, dan pendidik dalam kebenaran (Mazmur
19:8, 119:105, Yesaya 45:19, Matius 4:4, 2 Timotius 3:15-
17). Ia bersedia untuk taat dan setia pada firman-Nya.
Bahkan, ia perlu membagikan keyakinannya kepada
konseli / kesaksian pribadi, pernah mengalami berkat
dari Firman Allah, hal itu untuk memperkuat /
meyakinkan konseli apa yang dibicarakannya dengan
6. Melakukan Tugas Sebagai Panggilan
Konseling pastoral tidak bisa dilakukan secara amatiran
( hanya melakukan karena senang, karena ada kesempatan,
tidak ada pekerjaan lain, tuntutan hidup/di bayar), sebab
jika demikian, kita akan melayani tanpa hati dan motivasi
yang benar. Sebaliknya, kita seharusnya bekerja karena
panggilan yang dilakukan secara profesional. Artinya,
konselor merasakan dan meyakini bahwa ia dipanggil oleh
Konselor Agung untuk melayani domba-domba-Nya. Ketika
melayani konseli, ia sudah melayani Tuhan, Konselor
Agungnya (Kolose 3:17,23). Agar panggilan pelayanan itu
baik di mata Tuhan dan manusia, konselor perlu bertindak
profesional. Karya dan jerih lelah itu pasti akan diberkati.
Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Ia Mahakuasa dan
dapat menggerakkan orang-orang untuk menjadi saluran
berkat bagi konselor. Tuhan tidak membiarkan dia sendiri (2
7. PRINSIP-PRINSIP DALAM KONSELING.
Hal-hal yang harus dilakukan :
1. Berdoa tanpa henti, ucapkan syukur dan naikkan pujian dalam
setiap saat.
2. Dengarkan konseli sambil berdoa dalam hati. Nantikan Roh
Kudus mengungkapkan apa yang harus saudara katakan ;
doakan dan layani setiap konseli baik itu sesuai atau mungkin
tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.
3. Dalam memberi konseling, kutip ayat-ayat Alkitab yang
berhubungan dengan masalah tersebut baik yang menganalisa
maupun yang mengadakan pendekatan-pendekatan positip
untuk menanggulangi masalah tersebut dan menjadi
berkemenangan.
4. Bersikaplah selalu sopan dan suka menolong. Sadarlah bahwa
konseli itu mengadukan masalahnya dengan harapan saudara
• Bertindaklah dengan segenap otoritas yang diberikan Yesus.
Tetaplah tegar menghadapi Iblis. Berbicarah lugas langsung
kemasalahnya dan tersamar atau berputar-putar dan
sebagainya. Jangan berkata bahwa saudara akan
melakukannya tapi lakukanlah dalam nama Yesus.
• Pegang setiap komitmen yang saudara buat,misalnya tepati
janji.
• Biasakan memakai prinsip-prinsip : persetujuan /
penolakan,puasa,pujian,perkenan,pemberian dan
perpuluhan, juga syafaat ( lihat dibagian pribadi). Semua
prinsip ini akan saudara butuhkan dalam konseling.
Doronglah konseli untuk belajar dan mempraktekkan semua
prinsip tersebut.
• Jadilah saluran kasih sekalipun semua nampak gagal.
• Berharaplah pada Allah unuk menjawab doa-doamu disertai
tanda-tanda dan karunia-karunia Roh kudus.
8. HAL YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN OLEH KONSELOR:
1. Berdebat,menuduh,mengkritik, mengkhotbahi, merendahkan
atau bereaksi berlebihan dan berbicara dengan nada keras
atau lantang.
2. Membujuk untuk pindah gereja (dari gereja yang satu ke
gereja yang lain ) atau mengkonsel seorang untuk
meninggalkan gerejanya (kecuali meninggalkan aliran
mistik/okultisme atau aliran kepercayaan non Kristen).
3. Memberi konseling seorang untuk berhenti minum obat atau
tidak berobat ke dokter. Saudara tidak dapat melakukannya.
4. Memberi konseling untuk bercerai atau meninggalkan
pasangannya (suami/istri) d.p.l. jangan pernah memberi
konseling yang berlawanan dengan Alkitab.
5. Mendikte apa yang harus di lakukan konseling, tapi sebaiknya
berilah saran. Konseling harus membuat keputusan-
keputusannya sendiri.
9. PROSES PEMECAHAN MASALAH.
Hindari kecenderungan untuk memberi solusi yang
amat sederhana untuk suatu problema yang
kompleks / rumit. Kesederhanaan memang
dibutuhkan, tapi hati-hatilah untuk tidak
menyepelekan. Seringkali telah menjadi budaya,
untuk memberi jawaban sebelum memahami
pertanyaannya, dan memberi solusi sebelum
mengerti persoalannya. Setiap problema adalah
unik, tapi ada pola umum tertentu yang dapat di
pelajari :
1. Problema-problema yang bersifat pribadi tidak
pernah muncul tanpa kaitannya dengan berbagai
aspek.
2. kondisi-kondisi yang di beri nama “problema pribadi”
seringkali telah ada sebelum faktor-faktor
penyebabnya diketahui.
3. Di latar belakngi oleh budaya, tradisi, dan kondisi
sosial yang mempengaruhi kesadaran akan problema
pribadi ini.
4. Sosialnya mengalami perubahan.
5. Akar/inti permasalahan adalah penting. Konselor
harus memperhatikan tidak hanya kata-kata, tapi juga
nada suara konseli untuk mendapatkan kunci
permasalahan untuk prmasalahan tersebut.
5. Ketika seorang memohon bantuan untuk masalah-masalah
pribadinya, saat itu sebenarnya setengah dari
kemenangan telah dicapai. Inilah saatnya seorang
konselor harus membiasakan diri untuk menahan diri dan
mendengarkan.
6. Yesus Kristus. ketika diperhadapkan dengan orang-orang
dengan masalah-masalah mereka, mencari inti dari
permasalahan itu. Ini harus menjadi metodologi dari konseling
Kristen kami.
7. Salah satu masalah umum dalam konseling adalah adanya
kecenderungan untuk memberi konseling denga
solusi/pemecahan favorit untuk semua masalah yang ada.
Hindari memiliki sindrom pemecahan tunggal. Belajarlah
untuk mendengarkan Roh Kudus berbicara.
8. Pemecahannya harus selaras dengan bimbingan Roh Kudus
(Yohanes 16:13-14), yang mungkin juga mengungkapkan masalah-
10. ANALISIS TERHADAP KONSELI
• Analisis Fisik
Konseli terlihat pucat dan berat badan konseli
terlihat sudah menurun karena pengaruh
minuman Alkohol.
• Analisis Ekonomi
Konseli berasal dari latar belakang keluarga yang
bisa di katakan lebih dari cukup, itu terlihat dari
pekerjaan kedua orang tua Konseli.
• Analisis Sosial : Konseli dikenal ramah dan baik di
lingkungannya dan juga Konseli adalah orang yang
suka bergaul dengan siapa saja.
• Analisis Psikologi
Dinilai secara psikologi konseli terkadang suka berpikiran
yang negatif dan cepat putus asa. Tetapi walaupun
demikian konseli merupakan orang yang terbuka itu
terlihat ketika konseli menceritakan masalahnya
kepada konselor.
• Analisis Spiritual
spiritual konseli masih tetap takut dan ingat kepada
Tuhan, itu terlihat saat konseli mau menerima pendapat
konselor dan mau berdoa bersama.
• Analisis Teologi
Konseli menyadari bahwa Tuhan senantiasa berperkara
dalam kehidupannya. Konseli mengakui, bahwa
Tuhanlah sumber segalanya. Tuhan tidak akan
membiarkan konseli hidup berlama-lama dalam
pergumulan hidupnya.
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dapat kita katakan bahwa
konseling Kristen bukan sekedar karena konseling
saja dilakukan oleh orang Kristen, tetapi karena
Konseling Kristen berpijak pada Firman Tuhan
( Alkitab )berbeda dengan Konseling Sekuler. Dan
percaya bahwa, pengetahuan yang benar tentang
manusia, masalah-masalah manusia dan tujuan
hidup manusia haruslah berasal dari Tuhan karena
Dialah yang menciptakan manusia. Oleh karena itu
pengetahuan yang bersumber dari akal budi manusia
haruslah berada di bawah penghakiman Firman
Allah.
Penghakiman oleh Alkitab ini harus dalam dan
segala bidang, termasuk hal-hal
praktis//metode/teknis, dan teknik yang lainnya.
Semuanya dibangun dari dasar pemahaman filosofis
tertentu, seperti yang dikatakan Gary R. Collins
berikut ini:
"Sebagai konselor Kristen, iman kepercayaan kita
mungkin tidak akan tergoyahkan oleh buku-buku
yang membela paham humanisme atau filsafat new-
age. Tapi jika kita membaca buku-buku tentang
terapi dan teori kepribadian yang condong kepada
filsafat non-Kristen, kita malah justru tergoyahkan.
Karena terlalu sering terjadi kita sendiri tidak mengenal
asumsi filsafat yang mendasari banyak tulisan-tulisan
Kita gagal menyadari bahwa asumsi non-alkitabiah
(bahkan anti-Kristen) dalam psikologi dapat
merasuki nilai-nilai yang kita pegang,
mempengaruhi konseling kita dan akhirnya malah
mendorong kita mempromosikan ide yang
bertentangan dengan Alkitab."perbedaan antara
Konseling Kristen dan konseling Sekuler menjadi
semakin jelas bahwa Konseling Sekuler tidak
mungkin membawa konselee untuk hidup sesuai
dengan kehendak Tuhan dan semakin serupa
dengan Anak-Nya, karena Konseling Sekuler
memang tidak dibangun berdasarkan
kebenarannya pada Firman Allah dan tidak
memiliki tujuan akhir untuk setia dan taat kepada
"Konseling Kristen"
Secara singkat dan sederhana bisa kita
simpulkan bahwa Konseling Kristen adalah
(Konseling Alkitabiah) dan usaha yang
dilakukan oleh konselor Kristen untuk
membantu orang Kristen lain (konsele) dalam
menjalani proses pengkudusan (sanctification)
yang dilakukan oleh Allah, dengan demikian
diharapkan hal ini akan memungkinkan
konsele untuk menemukan hidup yang sesuai
dengan kehendak Tuhan dan menjadi semakin
serupa dengan Kristus! belakangan
3. Konseling Secara Psikologi
Sebelum menjelaskan lebih jauh lagi hubungan antara
pengertian dan pentingnya pastoral konseling ditinjau dari
sudut psikologis terlebih dahulu akan membahas apa itu
psikologis. Psikologis, artinya ilmu yang mempelajari tingkah
laku manusia atau jiwa manusia, dan tergolong suatu bidang
sains (sekuler). Menurut pandangan umum, psikologis adalah
suatu sains yang berdasarkan penelitian yang nyata dan benar
sehingga nilai-nilai yang tidak bisa dijangkau oleh indra
manusia (empiris), tidak bisa dimasukan sebagai kategori
psikologis. Seorang psikolog seringkali mengambil keputusan
untuk memberi jalan keluar bagi orang yang di konselingnya hanya
berdasar pada konsepsi manusia psikolog itu sendiri. Sehingga ada
suatu acuan yang jelas untuk kalau seseorang pergi konseling pada
dua orang psikolog diambil suatu nilai yang tetap, karena pasti ada
dua pula keputusan yang berlainan nilainya. Hal ini tentu sangat
1. Definisi dalam Konseling
Mencermati dinamika konseling dewasa ini,
definisi konseling dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu definisi konvensional dan
definisi modern. Definisi konseling
konvensional lebih bercirikan bahwa
pelayanan konseling tidak menggunakan
teknologi informatika, sedangkan definisi
konseling modern bercirikan suatu
pelayanan konseling menggunakan teknologi
informatika.
2. Definisi Konseling Konvensional
Secara konvensional, konseling didefinisikan
sebagai pelayanan professional (professional
service) yang diberikan oleh konselor kepada klien
secara tatap muka (face to face) agar klien dapat
mengembangkan perilakunya kea rah lebih maju
(progressive). Pelayanan konseling berfungsi
kuratif (curative) dalam arti penyembuhan dimana
klien adalah individu yang mengalami masalah,
dan setelah memperoleh layanan konseling, ia
diharapkan secara bertahap dapat memahami
masalahnya ( problem understanding ) dan
memecahkan masalahnya (problem solving).
3. Definisi Konseling Modern
Definisi konseling modern merupakan hasil
perkembangan konseling dalam abad teknologi,
sehingga proses konseling dipengaruhi oleh kemajuan
teknologi, khususnya teknologi informatika. Konseling
adalah profesi bantuan (helping profession) yang
diberikan oleh konselor kepada klien atau kelompok
klien, dimana konselor dapat menggunakan teknologi
sebagai media untuk memfasilitasi proses
perkembangan klien atau kelompok klien sesuai
dengan kekuatan, kemampuan potensial dan actual
serta peluang-peluang yang dimiliki, dan membantu
mereka dalam mengatasi segala permasalahan dalam
perkembangan dirinya.
4. Tujuan Konseling
Secara umum tujuan konseling adalah agar klien dapat
mengubah perilakunya ke arah yang lebih maju (progressive
behavior changed), melalui terlaksananya tugas-tugas
perkembangan secara optimal, kemandirian dan
kebahagiaan hidup. Secara khusus tujuan konseling
tergantung dari masalah yang dihadapi oleh masing-masing.
klien. Jones (1995:3) menyatakan setiap konselor dapat
merumuskan tujuan konseling yang berbeda-beda sesuai
dengan kebutuhan masing-masing klien sebagai contoh
tujuan konseling adalah agar klien dapat memecahkan
masalahnya saat ini, menghilangkan emosinya yang negatif,
mampu beradaptasi, dapat membuat keputusan, mampu
mengelola krisis, dan memiliki kecakapan hidup (lifeskill)
Berikut adalah beberapa tujuan konseling (McLeod, 2008:13-
1. Pemahaman: Adanya pemahaman terhadap akar dan
perkembangan kesulitan emosional mengarah pada
peningkatan kapasitas untuk lebih memilih control
rasional daripada perasaan dan tindakan.
2. Hubungan dengan orang lain: Menjadi lebih mampu
membentuk dan mempertahankan hubungan yang
bermakna dan memuaskan dengan orang lain.
3. Kesadaran diri: Menjadi lebih peka terhadap perasaan
dan pemikiran yang selama ini ditahan atau ditolak.
4. Penerimaan diri: Pengembangan sikap positif terhadap
diri, yang ditandai oleh kemampuan menjelaskan
pengalaman yang selalu menjadi subyek kritik dan
penolakan.
5. Pemecahan masalah: Menemukan pemecahan masalah
tertentu yang tidak bias diselesaikan oleh konseli sendiri.
6. Aktualisasi diri atau individuasi. Pergerakan ke arah
pemenuhan potensi atau pemenuhan integrasi bagian
diri yang sebelumnya saling bertentangan.
7. Pendidikan psikologi. Membuat konseli mampu
menangkap ide dan teknik untuk memahami dan
tingkah laku.
8. Keterampilan sosial. Mempelajari dan menguasai
keterampilan sosial dan interpersonal.
9. Perubahan kognitif. Mengganti kepercayaan yang
irasional dan pola pemikiran yang tidak dapat diadaptasi,
yang diasosiasikan dengan tingkah laku penghancur.
10. Perubahan tingkah laku. Mengganti perilaku yang negatif.
11. Perubahan sistem. Memperkenalkan perubahan dengan cara
beroperasinya sistem sosial.
12. Penguatan. Berkenaan dengan keterampilan,
kesadaran, dan pengetahuan yang akan
membuat konseli mampu mengontrol
kehidupannya.
13. Restitusi. Membantu konseli membuat
perubahan kecil terhadap perilaku yang
merusak.
14. Reproduksi dan aksi sosial. Menginspirasikan
dalam dirinya agar memiliki hasrat dan
kapasitas untuk peduli kepada orang lain,
membagi pengetahuan, kebaikan melalui
kesepakatan politik dan mengontribusikan
kerja komunitas.
5. Ciri-ciri Konseling Psikologi
Konseling merupakan pelayanan professional yang
memiliki ciri-ciri tertentu yang berbeda dengan
pelayanan bimbingan yang lain. Combs and Avila
(1985:1-2); Brammer and Shostrom (1982:114);
Depdiknas (2004:13-14); dan Asosiasi Bimbingan dan
Konseling (2005:6) mengemukakan beberapa ciri
konseling yaitu: konseling sebagai suatu profesi
bantuan (helping profession), konseling sebagai
hubungan pribadi (relationship counseling),
konseling sebagai bentuk intervensi (interventions
repertoire), konseling untuk masyarakat luas
(counseling for all), dan konseling sebagai pelayanan
psikopedagogis (psycho-pedagogical service).
6. Fungsi Pelayanan Konseling
Pelayanan konseling mengemban
sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi
melalui pelaksanaan kegiatan konseling.
Fungsi tersebut mencakup; fungsi
pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi
pengentasan, fungsi pengembangan,
serta fungsi pemeliharaan advokasi. Kelima
fungsi tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Fungsi pemahaman (understanding function)
Fungsi pemahaman yaitu fungsi konseling yang
menghasilkan pemahaman bagi klien atau
kelompok klien tentang dirinya, lingkungannya, dan
berbagai informasi yang dibutuhkan. Pemahaman
diri meliputi pemahaman tentang kondisi
psikologis seperti: intelegensi, bakat, minat, dan ciri-
ciri kepribadian, serta pemahaman kondisi fisik
seperti kesehatan fisik (jasmaniah). Pemahaman
lingkungan mencakup: lingkungan alam sekitar dan
lingkungan sosial, sedangkan pemahaman
berbagai informasi yang dibutuhkan: informasi
pendidikan dan informasi karier.
2. Fungsi pencegahan (preventive function)
Fungsi pencegahan adalah fungsi konseling yang
menghasilkan kondisi bagi tercegahnya atau terhindarnya klien
atau kelompok klien dari berbagai permasalahan yang
mungkin timbul, yang dapat mengganggu,
menghambat atau menimbulkan kesulitan dan kerugian-
kerugian tertentu dalam kehidupan dan proses perkembangan.
3. Fungsi pengentasan (curative function)
Fungsi pengentasan adalah fungsi konseling
yang menghasilkan kemampuan klien atau
kelompok klien untuk memecahkan masalah-
masalah yang dialaminya dalam kehidupan
dan/atau perkembangannya.
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
(development and preservative)
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi
konseling yang menghasilkan kemampuan klien atau
kelompok klien untuk memelihara dan mengembangkan
berbagai potensi atau kondisi yang sudah baik agar tetap
menjadi baik untuk lebih dikembangkan secara mantap
dan berkelanjutan.
5. Fungsi advokasi
Fungsi advokasi adalah fungsi konseling yang
menghasilkan kondisi pembelaan terhadap berbagai
bentuk pengingkaran atas hak-hak dan/atau kepentingan
pendidikan dan perkembangan yang dialami klien atau
kelompok klien.
7. Prinsip-prinsip Pelayanan Konseling
Dalam pelayanan konseling, prinsip adalah kaidah atau
ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan oleh
konselor dalam memberikan pelayanan konseling kepada
klien. Prayitno, dkk (1997:27-30) menyatakan bahwa
prinsip-prinsip pelayanan bimbingan dan konseling
mencakup empat kelompok yaitu:
(1). prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran
pelayanan;
(2). prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan
klien;
(3). prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program
pelayanan;
(4). prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan
pelaksanaan pelayanan
8. Asas-asas Pelayanan Konseling
Pelayanan konseling adalah pekerjaan professional yang
diberikan oleh konselor kepada klien dengan mendasarkan
pada prinsip-prinsip dan asas-asas pelayanan konseling. Asas-
asas pelayanan konseling merupakan suatu kebenaran yang
menjadi pokok dasar dalam menjalankan pelayanan konseling.
Asas-asas tersebut mengacu pada asas-asas Bimbingan dan
Konseling yaitu: asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan,
kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan,
kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan tut wuri handayani
(Prayitno, 1999:115). Menurut Winkell (1989:301-302),
pelayanan seorang konselor terhadap konseli yang bercorak
membantu dan dibantu (helping relationship), yang
berlangsung secara formal dan dikelola secara professional,
kiranya harus memperhatikan berbagai asas-asas yang harus
dipahami bersama, yaitu:
1. Bermakna, baik untuk konselor maupun konseli karena
kedua belah pihak melibatkan diri sepenuhnya.
2. Mengandung unsur kognitif dan afektif karena konselor
dan konseli berpikir bersama, serta alam perasaan konseli
sepenuhnya diakui / ikut, dihayati oleh konselor.
3. Berdasarkan sikap saling percaya dan saling terbuka.
Kedua partisipan saling mengandalkan sebagai pribadi
yang berkehendak baik.
4. Berlangsung atas dasar saling memberikan persetujuan,
dalam arti konseli member persetujuan terjadinya
komunikasi secara sukarela dan konselor menerima dengan
rela permintaan untuk memberikan bantuan profesional.
5. Terdapat suatu kebutuhan di pihak konseli, yang
diharapkan dapat terpenuhi melalui wawancara konseling.
Di pihak konselor kebutuhan itu disadari dan diakui
termasuk lingkup keahliannya sehingga konselor berusaha
6. Terdapat komunikasi dua arah, dalam arti konselor dan
konseli saling menyampaikan pesan atau saling
mengirimkan berita, baik melalui saluran verbal amaupun
nonverbal. Pesan tersebut saling ditanggapi.
7. Mengandung strukturalisasi, dalam arti komunikasi tidak
berlangsung apa adanya, seperti lazimnya komunikasi
social nonprofesional.
8. Berasaskan kerelaaan dan usaha untuk bekerja sama agar
tujuan yang disepakati bersama tercapai.
9. Mengarah pada suatu perubahan pada diri konseli.
Perubahan itu adalah tujuan yang hendak dicapai bersama.
10. Terdapat jaminan bahwa kedua partisipan merasa aman,
dalam arti konseli dapat yakin akan ketulusan konselor
dalam membantunya sehingga keterbukaan konseli tidak
akan disalahgunakan oleh konselor.
9. Syarat-syarat Konseling
Untuk mengadakan proses konseling, ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi oleh kedua belah pihak, yaitu dari sisi guru sebagai
konselor dan siswa sebagai konseli. Menurut Winkell (1989:87-88),
beberapa syarat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Di pihak konselor
1. Tiga sikap pokok, yaitu menerima (acceptance), memahami
(understanding), dan sikap bertindak dan berkata jujur. Sikap
menerima berarti pihak konselor menerima siswa
sebagaimana adanya dan tidak segera mengadili siswa karena
kebenaran dan pendapatnya / perasaannya / perbuatannya.
Sikap memahami yang berkaitan dengan tuntutan seorang
konselor agar berusaha dengan sekuat tenaga menangkap
dengan jelas dan lengkap hal-hal yang sedang diungkapkan oleh
siswa, baik dalam bentuk kata-kata maupun tindakan. Sedangkan
sikap bertindak dan berkata secara jujur berarti bahwa
seorang konselor tidak berpura-pura sehingga siswa semakin
percaya dan mantap ketika sedang berhadapan dengan konselor.
2. Kepekaan terhadap apa yang ada di balik kata-
kata yang diungkapkan konseli. Kepekaan
yang dibangun oleh konselor sekolah
akan membantu dalam proses konseling
karena konselor akan mendapatkan banyak
data yang mungkin secara verbal maupun
nonverbal yang diungkapkan oleh konseli.
3. Kemampuan dalam hal komunikasi yang tepat
(rapport). Hal ini berarti konselor mampu
menyatakan pemahamannya terhadap hal-hal
yang diungkapkan konseli.
4. Memiliki kesehatan jasmani dan mental yang
sehat.
2. Di pihak konseli
1. Motivasi yang mengandung keinsyafan akan adanya
suatu masalah, kesediaan untuk mengungkapkan
masalahnya dengan tulus, jujur, dan adanya kemauan
untuk mencari penyelesaian masalah itu.
2. Keberanian untuk mengungkapkan data-data
yang ada dalam dirinya sehingga konselor
akan lebih mudah memahami/mengenal konseli
secara lebih mendalam. Selain itu, konselor juga
harus menyadari bahwa konseli yang datang
mungkin sedang mengalami perasaan yang
sangat sensitive, kurang tenang, kecemasan
yang berlebihan, atau kemarahan.
10. Teknik-teknik Konseling
( Verbal dan Nonverbal )
Dalam proses konseling, konselor harus mampu
menggali perasaan dan pikiran konseli. Proses
penggalian ini membutuhkan sebuah teknik
khusus agar pertanyaan/pernyataan yang
dilontarkan konselor kepada konseli dapat
menghipnosis konseli untuk semakin terbuka.
Untuk itu, konselor harus menguasai teknik-teknik
konseling secara verbal (dengan kata-kata)
maupun nonverbal.
1.Tehnik konseling Verbal.
Menurut Winkel(1991 hal 316.Tanggapan
1. Teknik konseling verbal
Menurut Winkell (1991:316), teknik konseling
verbal adalah tanggapan–tanggapan verbal yang
diberikan konselor, yang merupakan perwujudan
kongkret dari maksud pikiran, perasaan yang
terbentuk dalam batin konselor untuk membantu
konseli pada saat tertentu. Ungkapan konselor
kepada konseli akan menggunakan sebuah teknik
verbal atau lebih, tergantung pada intensitas
pertemuannya. Tanggapan verbal konselor akan
dituangkan dalam bentuk pertanyaan dan
pernyataan, kalimat tanya, atau komibanasi dari
pernyataan dan kalimat tanya. Teknik-teknik
konseling secara verbal adalah sebagai berikut:
1. Ajakan untuk memulai (invitation to talk)
Pada akhir fase pembukaan konselor mempersilahkan konseli
untuk mulai menjelaskan masalah yang ingin dibicarakan.
Jika konseli datang kepada konselor atas inisiatifnya
sendiri, ajaklah untuk memulai ini agar mudah ditangkap oleh
konseli. konseli datang kepada konselor karena dipanggil,
akan tetapi konselor harus sangat bijaksana dalam
menentukan terhadap siapa dan kapan teknik ini digunakan.
Usul/saran biasanya digunakan/diberikan dalam fase
penyelesaian masalah.
Contoh: Ko : waktu yang tepat seandainya saudara ingin
membicarakan pemilihan jurusan kepada ibu
saudara adalah pada saat acara santai dengan
keluarga. Bagaimana? Setujukah.(ini adalah
SARAN)
Ko : kalau boleh saya usul, waktu yang tepat adalah
setelah makan malam, bagaimana?(USUL)
2.Penolakan (criticism)
Konselor menyatakan pendapatnya berdasarkan
pertimbangan objektif, yang bersifat menolak pandangan,
tindakan, atau rencana konseli. Akan tetapi, pemberian
teknik ini harus sangat hati-hati karena penyampaian
yang tidak tepat bisa merusak hubungan dalam proses
konseling. Dalam hal tindakan moral dan pendidikan,
teknik ini akan mudah digunakan.
Contoh:
Ko : saya tidak sependapat dengan tindakan anda yang
main hakim sendiri.
Ko : pendapat anda, bahwa orang yang berpacaran harus
melakukan hubungan seksual. Saya tidak sependapat
dengan saudara karena hal ini melanggar norma
moralitas.
Teknik-teknik konseling tersebut harus digunakan
oleh konselor secara spontan dan luwes.
Diharapkan dalam pendekatan konseling teknik-
teknik ini dapat dimunculkan sehingga proses
konseling akan tersusun dengan sistematis. Semua
konselor pasti mampu menggunakannya asalkan
sering berlatih dan menerapkannya. Di sisi lain,
ketika proses konseling berlangsung, konseli akan
menyampaikan banyak pesan yang tersirat dalam
bentuk ungkapan-ungkapan perasaan, baik
perasaan senang maupun tidak senang. Untuk itu,
konselor harus tanggap dengan ungkapan-
ungkapan tersebut. Berikut adalah daftar perasaan
yang biasa diungkapkan oleh konseli.
1.Perasaan senang 2. Perasaan tidak senang
• Merasa bahagia. • Merasa asing.
• Merasa bebas. • Merasa bingung.
• Merasa puas. • Merasa takut.
• Merasa tenang. • Merasa cemas.
• Merasa tertarik. • Merasa benci.
• Merasa sabar.
• Merasa bosan.
• Merasa cemburu.
• Merasa nikmat.
• Merasa sakit hati.
• Merasa yakin.
• Merasa kehilangan.
• Merasa kagum. • Merasa kesepian.
• Merasa cinta. • Merasa berat.
• Merasa lega. • Merasa berdosa.
• Merasa pantas. • Merasa tegang.
• Merasa santai. • Merasa terpojok.
• Merasa takjub. • Merasa terombang-ambing.
• Merasa damai. • dan seterusnya.
2.Teknik konseling nonverbal
Selain menggunakan teknik konseling verbal,
konselor pun harus mampu menggunakan
teknik konseling nonverbal. Dengan
menguasai teknik konseling nonverbal,
konselor dapat menangkap isyarat/pesan
konseli yang belum terungkap secara verbal.
Penggunaan teknik ini harus memiliki
kesesuaian antara apa yang diungkapkan
oleh konselor dengan perilaku yang tampak
dihadapan konseli. Berikut teknik-teknik
nonverbal: s
1. Anggukan kepala; untuk menyatakan sependapat, setuju,
searah dengan jalan yang diungkapkan konseli.
2. Senyuman; untuk menyatakan sikap menerima. Biasanya
pada saat menyambut kedatangan konseli.
3. Tatapan mata; untuk menyatakan sikap sedang
memperhatikan. Tentunya tatapan mata yang dimaksud
adalah menatap/memperhatikan ke arah seluruh wajah
konseli.
4. Intonasi suara; untuk menyatakan kesesuaian pembicaraan
dengan konseli.
5. Ekspresi muka; untuk mendukung reaksi-reaksi yang
diungkapkan konseli.
6. Diam; untuk menyatakan/mempersilahkan konseli untuk
terus melanjutkan pembicaraan atau empati terhadap
ungkapan perasaan konseli. Diam bukan berarti
membiarkan konseli. Diam adalah sikap menghargai.
7. Gerakan tangan; untuk memperkuat/mendukung apa
yang diucapkan konselor secara verbal.
8. Gerakan bibir; gerakan bibir harus dilakukan secara
wajar jika konselor tidak berbicara karena gerakan
bibir yang berlebihan bisa menimbulkan efek sikap
negative bagi konseli.
9. Pakaian; pakaian konselor akan sangat mendukung
dalam proses konseling. Jika konselor menggunakan
pakaian yang bersih, rapi, wangi, dan sesuai,
konseli akan sangat merasa nyaman berbicara
dengan konselor.
10. Jarak tempat duduk; konselor harus tepat dalam
pengaturan jarak tempat duduk dengan konseli.
Karena jika terlalu jauh akan terkesan menolak, jika
terlalu dekat konseli pun tidak akan merasa nyaman.
Penggunaan teknik-teknik nonverbal ini akan sangat
membantu dalam proses konseling. Ada beberapa alasan yang
mendasari mengapa teknik-teknik nonverbal sangat penting
untuk dilakukan (Leather, dalam Rakhmat, 1991:287-289),
yaitu:
1. Faktor nonverbal sangat menentukan makna komunikasi
interpersonal. Pada saat mengobrol atau berkomunikasi
tatap muka, kita akan banyak menyampaikan gagasan dan
pikiran melalui pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya,
orang lain pun lebih banyak membaca pikiran melalui
petunjuk-petunjuk nonverbal.
2. Perasaan dan emosi lebih dicermati jika disampaikan lewat
pesan nonverbal daripada pesan verbal.
Perasaan dan emosi seseorang akan lebih mudah
diungkapkan melalui bahasa nonverbal daripada bahasa
verbal.Verbal adalah bahasa Lisan tetapi Non Verbal adalah
3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan
maksud yang relative bebas dari penipuan,
distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal
jarang dapat diatur oleh komunikator secara
sadar, kecuali oleh aktor-aktor yang telah
terlatih.
4. Pesan nonverbal menyampaikan fungsi
metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk
mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.
Fungsi metakomunikatif berarti memberikan
informasi tambahan yang memperjelas
maksud dan makna pesan.
informasi tambahan yang memperjelas
5. Pesan nonverbal merupakan cara berkomunikasi yang
lebih efisien daripada pesan verbal.
Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien.
Dalam paparan verbal selalu terdapat redundasi
(lebih banyak lambing daripada yang diperlukan),
repetisi, ambiguitas (kata-kata yang berarti
ganda), dan abstraksi. Diperlukan lebih banyak
waktu untuk mengungkapkan daripada secara
nonverbal. kata secara verbal
6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling
tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita
untuk mengungkapkan gagasan atau emosi secara
tidak langsung. Sugesti di sini dimaksudkan untuk
menyarankan sesuatu kepada orang lain secara
implisit (tersirat).yang dimaksud tersirat adalah
pendekatan untuk 11. Teori Konseling
wawancara konseling(Mendekati
Dari lima
pribadi). teoriadalah
Berikut konseling, dikembangkan
teori konseling model
beserta contoh
pendekatan sehingga
kasusnya untuk wawancara
konselor konseling(Mendekati
bisa menggunakan
pribadi).
pendekatan Berikut
yang adalah teori konseling
tepat untuk membantubeserta contoh
memecahkan
kasusnyakonseli.
masalah sehingga konselor bisa menggunakan
pendekatan yang tepat
1. Konseling Berpusat untuk membantu memecahkan
Klien
masalah konseli.
Digunakan untuk menangani konseli yang
1. Konseling Berpusat
menentukan Klien yang terkait dengan
pilihan-pilihan
Digunakansehari-hari,
kehidupannya untuk menangani
tetapi tidakkonseli
terkait yang
dengan
menentukan pilihan-pilihan
karir/jabatan yang terkait
tertentu, misalnya dengan
pilihan untuk
kehidupannya
tinggal di kost,sehari-hari,
pilihan agama,tetapipilihan
tidak untuk
terkaittinggal
dengan
karir/jabatan
dengan tertentu,
ayah tiri/ayah misalnya
kandung, dan pilihan untuk
sebagainya.
tinggal di kost,
Selanjutnya, pilihan
dalam agama,
proses pilihanpendekatan
konseling, untuk tinggal ini
dengan
dapatayah tiri/ayah
disebut kandung,pengambilan
wawancara dan sebagainya.
keputusan
Selanjutnya,
(Decisiondalam
Makingproses konseling,
Interview [DMI]).pendekatan ini
dapat disebut wawancara pengambilan keputusan
2. Konseling Sifat dan Faktor
Digunakan untuk menangani masalah konseli
terkait dengan pilihan-pilihan hidup yang
berhubungan dengan karir/jabatan, misalnya
kebingungan dalam memilih perguruan tinggi,
SMA, jurusan, dan sebagainya.
3. Konseling Behavioristik
Digunakan untuk membantu masalah konseli
yang terkait dengan perilaku-perilaku
manusia, misalnya takut pada cicak,
ketinggian, kolam renang, kepemimpinan, dan
sebagainya.(penyakit fobia)
4. Konseling Emotif Rasional (ketakutan dahulu)
Dapat digunakan untuk membantu konseli yang
berpandangan irrasional (irrational belief), misalnya
berpikir gurunya adalah momok dalam hidup, ayahnya
adalah virus dalam hidup, ia adalah anak yang tidak
berguna, dan sebagainya.Perlu pendampingan.
5. Elektik
Digunakan untuk membantu konseli yang kurang bisa
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan sekitar,
misalnya tidak betah tinggal di rumah, tidak kerasan
tinggal di kelas baru, kurang nyaman dengan rumah baru,
dan sebagainya. Selanjutnya pendekatan ini disebut
konseling penyesuaian diri (self-adjustment counseling)
Cara
1. Secara umum, Menurut anda kitab, pasaln dan
Ayat alkitab mana yang sangat pas dengan
masalah yg dihadapi oleh konseli? Jelaskan
mengapa ayat tersebut baik bagi konseli!
2.Metode konseli:Dalam melakukan wawancara
konseling ,konselor melakukan langkah kerja agar
apa yang di bicarakan dan di seklesaiakan
bersama konseli dapat bersusun secara sistematis.
Berikut adalah beberapa langkah
dalam proses konseling menurut para ahli.
Mears dan Thorme dalam Mc Leod ada
3 bFase dalam proses Konseling.
1.Fase Awal .Pembukaan yaitu pengenakan

Anda mungkin juga menyukai