(PENGGEMBALAAN)
PASAL 1
PEMAHAMAN TENTANG PENGGEMBALAAN
A. PENGERTIAN PENGGEMBALAAN
Kata “gembala” dalam bahasa Latin ialah “pastor” dan dalam bahasa
Yunani “poimen”. Jadi pelayanan penggembalaan dapat disebut juga sebagai
Poimenika atau Pelayanan Pastoral (Pastoralia).
B. TUJUAN PENGGEMBALAAN
Di sini akan diberikan dua contoh tujuan yang salah:
Supaya gereja penuh.
Jawaban ini “kurang memuaskan” sebab, banyaknya orang yang masuk
kebaktian bukanlah merupakan ukuran untuk menilai baik buruknya jemaat
itu. Matius 7:21, mencatat “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu:
Tuhan, Tuhan akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang
melakukan kehendak BapaKu yang di Surga”. Jadi hanya rajin berdoa, aktif
mengikuti kebaktian belumlah cukup, karena kita harus melakukan
kehendak Allah.
Supaya gereja kudus.
Jawaban ini “tidak tepat”, sebab gereja dikuduskan bukan oleh
penggembalaan, oleh kerajinan dan kemampuan sendiri, tetapi oleh
anugerah Kepala Gereja yaitu Yesus Kristus sendiri.
Jawaban yang lebih tepat ialah: Supaya jemaat dibangun.
Inilah tujuan dari penggembalaan, yaitu supaya jemaat Yesus Kristus Yesus
dibangun. Kalau di dalam jemaat tiap-tiap anggota menjadi anggota yang
TEOLOGI PASTORAL 1
hidup yang tahu akan panggilannya, maka jemaat itu akan menjadi suatu
jemaat yang hidup, menarik, seperti lampu di atas gunung (Mat. 5:14-16).
Peranan Pelayan.
Dalam kebaktian, pelayan Tuhan biasanya “memimpin”. Dia berbicara
secara monolog sedang anggota jemaat (banyak) hanya mendengar
dan kalau tidak setuju apa boleh buat, paling-paling jarang datang
kebaktian atau pindah gereja.
Dalam penggembalaan, si pelayan menghadapi satu, dua orang saja
(sedikit jumlahnya). Inti pertemuan merupakan percakapan, yang betul-
betul bersifat dialog, jadi semua boleh berbicara. Si pelayan harus
membatasi diri, yaitu membatasi keinginannya untuk berbicara dan
TEOLOGI PASTORAL 2
mendengar tentang situasi anggota jemaat yang dikunjunginya. Dialog
berarti semua yang mengambil bagian dalam percakapan boleh
mengemukakan pendapatnya, akibatnya belum tentu semua setuju
dengan pendapat si pelayan.
Peranan anggota Jemaat.
Dalam kebaktian, biasanya peranan jemaat “pasif”.
Dalam penggembalaan, anggota jemaat aktif. Dia tidak saja mendengar
tapi juga harus memikirkan persoalannya dan mempercakapkannya.
Dengan jalan itu anggota itu disadarkan bahwa dia bertanggung jawab
sendiri.
Khotbah – Percakapan.
Dalam kebaktian, khotbah atau renungan pada umumnya menekankan
doktrin, iman, pengharapan hidup kekal dll. Hal-hal itu memang penting.
Tetapi tidak lengkap kalau hanya hal-hal itu yang ditekankan. Tujuan
penting dari kebaktian juga adalah memperlengkapi anggota jemaat
untuk hidup sebagai orang Kristen dalam praktek sehari-hari.
Dalam penggembalaan, Persoalan orang Kristen ialah: Bagaimana
saya sebagai orang yang telah diselamatlkan mewujudkan sikap saleh
dalam kehidupan pribadi? Bagaimana saya sebagai nelayan, petani,
pedagang, suami/istri/anak, hidup sebagai pengikut Kristus? Ini dibahas
secara pribadi dalam percakapan pastoral yang bersifat dialog.
TEOLOGI PASTORAL 5
PASAL 2
PANGGILAN PENGGEMBALAAN
4. Juru bicara Allah (II Tim. 1:11, I Kor. 2:1-5, II Kor. 5:18-20, I Tes. 2:13).
Pelayan Tuhan tidak berbicara untuk diri sendiri tetapi untuk Allah, dan
sebenarnya tidak ada berita mengenai diri yang harus ia sampaikan, tapi ia
harus menyampaikan berita dari Allah. Pengajaran Firman harus
disampaikan secara komunikatif, dengan jelas, penuh keyakinan, hati
berkobar, keberanian dan tanpa kompromi. Bila ia tidak menggunakan
Firman Allah, ia berbicara bukan untuk Allah tetapi untuk diri sendiri.
5. Menjadi teladan untuk orang percaya (I Tes. 1:6-8, I Kor. 11:1, Ibr. 13:7).
Seorang pelayan Tuhan harus memiliki dasar-dasar Alkitabiah, kehidupan
yang saleh, menjadi contoh terhadap anggota-anggotanya, melalui:
perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian (I Tim. 4:12).
Kehidupan yang saleh akan memimpin lebih banyak orang pada Kristus
dari pada banyak kata-kata saleh. Setiap pelayan Tuhan yang berbicara
atas nama Allah harus memiliki reputasi dan nama baik.
TEOLOGI PASTORAL 6
6. Gembala Jemaat (I Pet. 5:1-4).
Kata “Pastor” berarti “gembala” dan itu menggambarkan: Posisi seorang
pendeta sebagai pemimpin, penjaga dan pemberi (dalam bentuk kata
benda) dan fungsi penggembalaan untuk: memberi makanan, memelihara,
memberi perlindungan (dalam bentuk kata kerja). Rasul Paulus dalam KPR
20:17,28 memakai 3 istilah untuk pelayan Tuhan yang melayani jemaat
yaitu Penatua (Presbiteros), Gembala (Poimen), dan Penilik (Episkopos)
Istilah ini sebenarnya sinonim.
Penatua: Posisi yang ditempatkan berdasarkan kedewasaan dan
pengalaman.
Gembala: Fungsi praktik dalam pelayanan, seperti: memberi makanan
rohani (pengajaran), membimbing dan menasehati.
Penilik: Tanggung jawab dalam bidang pengawasan kerohanian agar
tidak terjadi kekeliruan doktrin atau penyimpangan rohani dalam gereja.
Ia juga memimpin dan mengarahkan pekerjaan atau urusan gereja.
Bila kita sudah meyakini panggilan Tuhan untuk melayani, ada beberapa
persiapan yang harus diperhatikan untuk masuk dalam pelayanan pastoral:
1. Bila sudah pasti akan panggilan ilahi, segera manfaatkan karunia rohani
dalam gereja setempat. Buktikan dulu kesetiaan dalam hal-hal kecil (Mat.
25:21). Ingat: Seorang pelayan Tuhan bukanlah seorang petobat baru (I
Tim. 3:6), ia harus diuji dulu (I Tim. 3:10), jangan terburu-buru
menumpangkan tangan atas seseorang (I Tim. 5:22). Lebih baik sabar dan
pasti daripada tergesa-gesa dan malu.
2. Persiapkan diri dengan saat teduh dan penyelidikan Firman yang teratur,
membaca buku rohani, mengikuti kursus Alkitab atau Sekolah Teologi. Bila
Anda sedang belajar di sekolah teologi sadarilah bahwa masa pendidikan
adalah sebagian dari ketaatan Anda pada kehendak Allah. Pendidikan
adalah suatu pengabdian. Jadi belajarlah dengan setia. Mungkin ada
saatnya Anda akan tergoda untuk keluar dari sekolah dan “langsung
melayani saja”. Lawanlah godaan itu! Camkan: Sikap rajin pada waktu
kuliah membentuk watak gemar belajar seumur hidup. Tetapi jika Anda
meninggalkan kuliah tanpa kegemaran belajar, maka sekolah teologi akan
sedikit sekali manfaatnya.
3. Alkitab menekankan panggilan ilahi sebagai hal yang tetap seumur hidup.
Jangan memasuki pelayanan dengan syarat: kalau sulit, saya keluar dari
pelayanan. Itu bagaikan pengantin yang berencana cerai bila pernikahan
tidak berjalan baik. Pelayanan sebagai hamba Tuhan bukanlah sekedar
pekerjaan melainkan panggilan ilahi (Flp. 1:6, Rm. 11:29). Jangan seperti
nabi Yunus yang lari dari panggilan Allah. Namun panggilan seumur hidup
tidak berarti bahwa Allah tidak akan mengubah bidang atau tempat
pelayanan. Bisa saja seorang dosen teologi menjadi gembala sidang, atau
sebaliknya.
TEOLOGI PASTORAL 8
tidak sehebat menjadi gembala sidang, namun ada banyak keuntungannya:
kita dibimbing dan dikoreksi bila keliru bertindak, Anda dan keluarga juga
punya waktu menyesuaikan diri dengan sistem magang ini, selain itu kita
dapat belajar melakukan pelayanan pastoral. Yosua menjadi abdi Musa
dulu, sebelum menjadi pemimpin umat Israel (Bil. 11:28).
3. Ada pula hamba Tuhan yang melayani bukan sebagai gembala sidang,
namun sebagai salah satu staf dari sebuah tim penggembalaan gereja yang
berkembang pesat. Yang penting kita harus melayani secara maksimal
sesuai dengan kehendak Tuhan dan karunia rohani yang Dia percayakan.
4. Bila Tuhan memang memanggil Anda untuk melayani di satu gereja
tertentu, biasanya ada beberapa ciri yang kita alami, antara lain: Kita betah
di tempat pelayanan itu, ada damai sejahtera dalam hati (Kol. 3:15), kita
terbeban untuk melayani di tempat itu. Kita juga merasa gereja ini
mengobarkan semangat, bahkan persoalan yang ada disana dianggap
sebagai tantangan. Lagi pula jemaat di sana merasa terberkati dengan
pelayanan yang kita lakukan.
TEOLOGI PASTORAL 9
mengenal mereka di rumah mereka masing-masing. Manfaatkan status
Anda sebagai gembala sidang yang baru dengan mengunjungi sebanyak
mungkin orang, termasuk mereka yang telah undur.
7. Jangan gampang percaya desas-desus sehingga timbul prasangka buruk.
Jangan berpihak-pihak dan terpancing untuk menggosip.
8. Bila Anda memiliki rencana atau program kerja, bahaslah dahulu secara
pribadi (lobby) dengan para pengurus yang memiliki posisi kunci, agar
mereka merasa dihargai, mendukung serta memberikan masukan yang
positif terhadap rancangan tersebut.
9. Jangan banyak bepergian selama tahun pertama di tempat pelayanan yang
baru. Konsentrasikan dulu pelayanan kepada jemaat setempat.
10. Berkhotbahlah dengan semangat berdasarkan pasal-pasal penting dalam
Alkitab secara ekspositori. Ini menghindarkan kesan bahwa Anda memilih
topik tertentu untuk menyerang dosa dalam jemaat.
11. Segera berkenalan dengan para gembala sidang lain di daerah tersebut.
Beberapa petunjuk bila Anda berasal dari kota besar, namun kini
menjadi gembala sidang di daerah pedesaan:
1. Jangan memandang remeh pelayanan di desa. Daerah seperti itu juga
merupakan ladang penginjilan yang subur. Jangan menimbulkan kesan
bahwa pelayanan di desa hanya menjadi batu loncatan untuk memasuki
pelayanan “yang lebih mulia” di kota.
2. Umumnya cara hidup di desa berbeda dengan di kota. Masyarakatnya
biasanya lebih polos dan sabar. Jangan memaksakan program yang lebih
cocok dengan gereja kota, di desa. Misalnya: Pola promosi hebat kurang
cocok di gereja desa. Masyarakat kota terbiasa dengan cara hidup yang
tergesa-gesa, jadi kunjungan biasanya cepat. Sedangkan di desa jemaat
mengharapkan waktu kunjungan yang agak lama.
3. Kenalilah kebiasaan yang lazim dalam masyarakat setempat.
4. Layanilah jemaat sebaik-baiknya (Mzm. 81:17). Kemajuan di pedesaan
mungkin terbatas kemungkinannya, tapi jangan menilai mutu pelayanan
menurut jumlah orang yang hadir.
5. Berusahalah menemani anak-anak dan kaum muda. Arahkan kaum muda
yang menikah di desa untuk menjadi anggota gereja yang kuat, sedangkan
yang pindah ke kota dorong untuk bergabung dengan gereja yang baik.
TEOLOGI PASTORAL 10
PASAL 3
SIFAT SEORANG GEMBALA SIDANG
TEOLOGI PASTORAL 11
4. Pendeta sebagai gembala khusus sepenuh waktu (full-time).
Biasanya waktu masih muda dia sudah ber-studi tentang teologi atau
diangkat menjadi Pendeta berdasarkan karunia khusus. Hasil dari studi
atau karunia khusus itu, dipakainya dalam penggembalaan jemaat. Ingat
mereka juga merupakan seorang “domba” yang perlu dibimbing, dinasehati
dan ditegur juga.
TEOLOGI PASTORAL 13
25. Pendamai.
26. Bukan hamba uang, tidak serakah.
27. Mengatur keluarga dengan baik.
28. Janganlah ia seorang yang baru bertobat.
29. Memiliki nama yang baik di luar.
30. Anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak
senonoh atau hidup tidak tertib.
31. Tidak angkuh.
32. Suka akan yang baik.
33. Adil.
34. Saleh.
d. Ia suka mendengarkan.
Kita sudah bicarakan bahwa peranan sebagai gembala berbeda dengan
peranan sebagai pengkhotbah yang sedang berada di mimbar dan
memberitakan Firman Allah. Peranan gembala ialah melihat dan
mencari dimana domba berada. Ini berarti bahwa gembala mencari tahu
bagaimana situasi atau keadaan domba itu: apa persoalannya,
TEOLOGI PASTORAL 15
bagaimana hubungannya pribadi dengan Tuhan, dll. Seorang gembala
yang hanya suka berkhotbah, akan sulit untuk mendengarkan. Dia
hanya mau menasehati, “membawa kata-kata rohani” sebab sangka-
nya, itulah tugas gembala. Tetapi bila kata-kata rohani diucapkan
demikian saja tanpa lebih dulu mengerti/mendengarkan situasi yang
sebenarnya, maka kemungkinan besar nasehat, pun kata-kata rohani itu
tidak mengenai sasarannya. Oleh karena itu: kemampuan untuk
mendengarkan dan menahan diri harus dimiliki oleh seorang gembala.
4. Seorang gembala tidak harus menjadi seorang ahli ilmu jiwa (psikolog).
Walaupun pengetahuan tentang kepribadian manusia dapat menolong
seorang gembala, tapi tidak mutlak baginya untuk berstudi tentang “ilmu
jiwa”. Cukuplah kalau ia ada perhatian yang tulus dan berdasarkan kasih.
Kalau ia betul-betul memperhatikan saudaranya, maka dengan sendirinya
ia akan mencoba mengerti kelakuannya dan perkataannya, walaupun sulit.
Penggembalaan berdasarkan perhatian dan kasih akan lebih berdampak
dari pengetahuan mengenai ilmu jiwa semata.
1. Menjauhkan diri dari cinta uang (II Tim 6:10-11, 1 Pet 5:2).
2. Jangan suka berhutang (meminjam uang), sebab akan merusak nama baik.
Orang yang meminjam, dikuasai oleh orang yang meminjamkan (Ams.22:7)
TEOLOGI PASTORAL 16
3. Menjauhkan diri dari pelanggaran susila dan keinginan-keinginan yang jahat
(II Tim 2:22, I Kor 6:18). Hindari godaan: Harta, Tahta, Wanita.
4. Menjauhkan dan menghindari perdebatan dan perbuatan yang bodoh (II
Tim 2:23, Tit 3:9). Jangan suka bertengkar. Hamba Tuhan juga harus
menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan yang menghabiskan waktu
untuk membicarakan hal-hal yang tidak baik.
5. Menghindari pengajaran-pengajaran palsu yang memecah belah (Tit 3:10,
Roma 16:17). Pengajaran palsu harus diluruskan. Memberi kesempatan
pada guru palsu akan merusak kredibilitas seorang hamba Tuhan.
6. Jangan menolak karunia-karunia rohani (I Tim 4:13-14, I Tim 1:3-4).
7. Harus memperhatikan kehidupan pribadi dan pengajaran (I Tim 4:16).
Banyak Pendeta jatuh/gagal karena kehidupan pribadi yang menyimpang.
Pengajaran yang baik akan memberi pertumbuhan iman di dalam Yesus
Kristus (I Kor 3:1-9).
8. Tidak menganggap diri pemimpin yang tertinggi tetapi jadilah pelayan
Kristus (I Pet 5:3-4). Para hamba Tuhan harus mengingat bahwa mereka
adalah gembala di bawah pimpinan Gembala yang tertinggi (Yesus Kristus).
9. Tidak mempromosikan diri sendiri tetapi Kristus (II Kor 4:3-6). Para hamba
Tuhan yang mempromosikan dirinya tidak layak menjadi pelayan Kristus.
10. Bukan mengandalkan kekuatan dan kemampuan diri sendiri melainkan Roh
Allah (I Kor 2:1-5, II Kor 4:7; 3:4-5). Kuasa pemberitaan sesungguhnya
datang dari Allah, bukan kuasa hamba Tuhan.
11. Tidak menjadi sombong (I Kor 10:11, II Kor 2:1-5, II Kor 4:7, 3:4-5).
Kesombongan selalu mendahului kejatuhan.
12. Hamba Tuhan harus betul-betul jujur (II Kor 1:12-22). Ketidakjujuran dalam
hal karakter akan menghancurkan kehidupan dan pelayannya.
13. Harus melayani jemaat, bukan hanya mengatur program (II Kor 3:1-3;8:2-13).
Jemaat lebih penting daripada program.
14. Jangan terlalu perasa dan mudah tersinggung.
TEOLOGI PASTORAL 17
Terlalu banyak terlibat dalam pelayanan di berbagai bidang di mana ia
tidak memiliki karunia dan tidak termotivasi.
Pengharapan yang tidak masuk akal dari diri sendiri, pelayanan dan
gerejanya.
Tidak memiliki kehidupan rohani secara pribadi dengan Allah.
Pelayanan rasanya itu-itu saja.
Kehilangan gairah dalam menggali Firman Allah.
Tugas penggembalaan terasa menjemukkan.
Disiplin kerja kendor.
TEOLOGI PASTORAL 18
Melatih dan memperlengkapi orang-orang kudus, lalu menempatkan orang
yang bertanggung jawab dan terlatih dalam pelayanan.
Belajar untuk terbuka kepada teman dekat yang sudah dewasa rohani
untuk mendiskusikan masalah, keperluan, kepahitan dan berdoa bersama.
Hal ini dapat menghibur dan memberikan dorongan secara pribadi.
Belajar mencukupkan diri dalam segala hal.
Mencari Allah untuk pertolongannya bukan kepada manusia.
Jangan meniru pendeta lain atau jangan membandingkan dirinya dengan
mereka.
Mengambil cuti untuk beristirahat, satu hari dalam satu minggu.
TEOLOGI PASTORAL 19
PASAL 4
PRIORITAS UTAMA SEORANG PENDETA
Seorang pendeta harus memiliki prioritas yang tepat dalam hidupnya.
Hal ini sangat penting sebab Pendeta harus mengatur/mengelola waktunya
dengan efektif dan produktif bagi pelayanan. Prioritas utama bagi seorang
hamba Tuhan adalah:
1. Allah
Prioritas yang pertama dan utama dalam kehidupan Gembala Sidang
adalah memiliki hubungan pribadi yang dekat dengan Allah. Yer 9:23-24, 1
Taw 28:8-9, Fil 3:7-10, 13-14. Dengan memiliki persekutuan dengan Allah,
Pendeta akan memperkuat kehidupan rohani secara pribadi maupun dalam
pelayanan penggembalaan. Hal ini mencakup hal sebagai berikut:
Memiliki waktu untuk bersekutu dengan Allah (Kol 1:6-12, 4:2-4, Yak
5:16). Doa mempersiapkan pendeta untuk melayani di atas mimbar.
Mencari wajah Tuhan. Kita harus mencari wajahNya dari pada
tanganNya yang memberikan berkat, maka kita akan menemukan
siapakah Dia sebenarnya.
Menjaga kekudusan dan kemurnian hidup dalam segala sesuatu (II Tim
2:19-22, Ef 5:3, II Kor 7:1, Rom 8:12-13, II Kor 1:12-14). Kemurnian dan
kekudusan hidup menghasilkan kelayakan untuk melayani di depan
umum.
Kehidupan maupun perjalanan hidup harus dipimpin oleh Roh Kudus
(dipenuhi dan berjalan dalam Roh Kudus) – KPR 11:24, Ef 5:18-20,
Rom 8:3-9. Kuasa dan pujian mengalir dari Roh Kudus.
Menggali Firman Allah sendiri (Maz 119:97-104, Kol 3:16-17, II Tim
3:15-17). Firman Allah membuat kita bijaksana dalam hal keselamatan
dan menghasilkan pertumbuhan rohani.
Senantiasa hidup oleh karena iman di dalam Kristus (II Kor 5:7, Kol 2:5-
7, Ibr 11:6). Iman bertumbuh melalui pengalaman.
Memikirkan hal-hal bersifat kekal dan terus mengharapkan perkara-
perkara besar (Kol 3:1-4, II Kor 4:16-18, Mat 6:33, Luk 16:14-15).
Keberhasilan dalam penilaian Allah (bagi hambaNya) bertentangan
dengan penilaian dunia.
Menyerahkan dirinya untuk mengabdi kepada pekerjaan Allah dan harus
mengijinkan Kristus tinggal bersama dengan Dia (1 Pet 3:15, Gal 2:20,
Rom 12:1).
Memancarkan kehidupan yang menjadi teladan, disiplin, kesehatan dan
makanan yang baik (II Kor 6:19-20, I Tim 4:8, III Yoh 2, II Pet 1:5).
Seorang hamba Tuhan harus memiliki keseimbangan fisik dan mental
yang akan menolongnya efektif dalam pelayanan.
Saling menghargai dan menghormati orang lain (Kol 3:16, Ibr 10:24,
Gal 6:1-5). Seorang gembala akan memberikan nasehat dengan penuh
kasih dan menegor/ mengoreksi serta membawa orang kepada jalur
kebenaran Allah.
TEOLOGI PASTORAL 20
2. Keluarga
Setelah pendeta memiliki hubungan yang dekat dengan Allah, prioritas
yang kedua bukan kepada pelayanan dalam gereja tetapi kepada
keluarganya. Ia harus memberikan perhatian utama kepada keluarga (Ef.
5:25-33, I Pet. 3:7, I Tim. 3:4-5). Ia harus mengatur komitmen dengan
istrinya supaya bertumbuh dan mendukung pelayanannya. Ia juga harus
mengasihi, melindungi dan memperhatikan istri dan anak-anaknya (Ef. 6:1-
4, Kol. 3:20-21, I Tim. 5:8). Jikalau seorang hamba Tuhan tidak mengatur
keluarganya, ia tidak berhak mengatur keluarga orang lain.
Pelayanan seorang pendeta perlu didukung oleh istrinya. Karena hal ini
sangat penting, maka akan dibahas khusus dalam pasal 5.
Hari Minggu merupakan harinya Tuhan (The Lord‟s Day) tetapi seorang
hamba Tuhan harus mengambil hari libur dalam Minggu itu sebagai “hari
Sabat” hari istirahat untuk dia, misalnya: Senin. Seorang gembala tidak
harus selalu melibatkan dirinya dalam berbagai pelayanan dalam gereja
secara langsung (menangani semuanya seorang diri). Tetapi ia harus
memperlengkapi dan melatih orang lain agar iapun dapat memfokuskan diri
pada hal-hal yang utama seperti doa dan pelayanan Firman (Kis. 6:4, Ef.
4:11-12).
4. Pekerjaan Sekular
Jikalau seorang hamba Tuhan masih memiliki pekerjaan sekular, ia harus
memiliki pandangan dan motivasi yang benar dan prioritas utama dalam
pekerjaan tersebut sehingga ia dapat mengerjakannya dengan baik (KPR
18:1-5, I Tes 2:9, II Tes 3:7-15, Tit 3:14). Firman Tuhan tidak mengajarkan
secara jelas bahwa seorang hamba Tuhan didukung oleh gereja
sepenuhnya. Pekerjaan-pekerjaan sekular tidak bertentangan dengan
pekerjaan pelayanan Tuhan. Misalnya: Paulus bekerja sebagai pembuat
tenda (tent-maker) untuk menghidupi diri dan menunjang pelayanannya.
Namun jika tugas pelayanan telah demikian padat dan kebutuhan dasar
kehidupannya dapat dicukupi oleh gereja, sebaiknya seorang gembala
memberikan waktu sepenuhnya untuk pelayanan dengan bekerja di gereja.
TEOLOGI PASTORAL 22
2. Pakailah waktu pagi sampai siang untuk belajar.
3. Gunakanlah waktu siang sampai sore untuk membaca dan menulis surat,
mengurusi administrasi gereja, berkunjung atau menelepon.
4. Seleksilah undangan pelayanan yang diberikan kepada Anda agar jemaat
tidak terabaikan.
5. Milikilah sebuah buku agenda dan aturlah jadwal tugas Anda sehari-hari.
6. Pakai setiap waktu luang untuk hal-hal yang berguna. Tentukan satu hari
libur setiap minggu.
TEOLOGI PASTORAL 23
PASAL 5
ISTRI GEMBALA SIDANG
Bila ada anggota jemaat yang sukar dikasihi, maka istri gembala sidang
harus mencari tahu penyebabnya dan mengerti jiwa orang itu. Mungkin ada
latar belakang hidup yang membentuk kepribadiannya itu. Ingatlah, bahwa
Tuhan mengasihi dia. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengasihi dia.
Kasih tidak berarti memiliki perasaan yang sungkan terhadap seseorang.
Tetapi kasih berarti bahwa kita selalu mencari hal yang paling baik bagi orang
yang kita kasihi.
Ujian sifat kasih yang paling berat ialah harapan anggota-anggota gereja
bahwa istri gembala sidang akan rela mengampuni. Sekalipun pengampunan
merupakan hal yang sulit, dengan menyadari bahwa Yesus sudah
TEOLOGI PASTORAL 25
mengampuni kita dan dengan kuasa Roh Kudus, pengampunan mudah kita
lakukan. Beberapa alasan mengapa harus mengampuni, yaitu:
1. Tuhan memerintahkan kita untuk mengampuni saudara kita (Mat.18:21-22).
2. Bila tidak mengampuni sesama, Tuhan tidak mengampuni kita (Mat. 6:15).
3. Sikap tidak mengampuni merusak sifat rohani kita (Ef. 4:26-27).
4. Agar pelayan kita tidak munafik karena tidak mengampuni (Ef. 1:7; 4:32).
Dalam menghadapi berbagai situasi yang sukar dan berat. Seorang istri
gembala sidang perlu memiliki tiga sifat yang dapat menolongnya, yaitu:
1. Kemampuan untuk menguasai diri, khususnya menguasai mulutnya
(Ams.11:13; 15:1; Gal.6:1; Ef.4:29).
2. Memiliki hikmat (Ul. 6:6-9; Ams.11:2; Mat.7:24-26; I Tes.5:17; Yak.1:5,22).
3. Menyesuaikan diri dengan keadaan jemaatnya – ekonomi, sifat dan
kepribadian anggota jemaat (1Kor.9:22).
2. Dandanan
Istri gembala sidang harus menjaga tubuh dan dandanannya, sesuai situasi
dan kondisi dan tidak memakai perhiasan secara berlebihan.
TEOLOGI PASTORAL 27
PASAL 6
PENDETA SEBAGAI PENGAJAR
TEOLOGI PASTORAL 29
Dengan membuat tema kita dapat mempersiapkan khotbah lebih awal dan
lebih baik. Tetapi jangan menolak bila Tuhan memberi beban atau petunjuk
tertentu untuk khotbah yang berbeda dengan tema yang sudah Anda buat.
3. Mulailah sedini mungkin dalam mempersiapkan khotbah. Agar ada lebih
banyak waktu, lebih banyak perenungan, lebih banyak ayat yang kita baca
sehingga khotbah yang kita buat lebih berbobot.
4. Gunakan suatu sistem arsip bahan khotbah yang rapi.
5. Mulailah dengan Firman Tuhan. Sebelum membaca buku-buku lain,
mulailah dengan Alkitab. Catat gagasan yang diberikan Roh Kudus dan
galilah ayat-ayat tersebut dari berbagai terjemahan, baru kemudian kita
membaca buku-buku lain/tafsiran.
6. Susunlah bahan khotbah dengan baik. Khotbah yang baik dapat disarikan
menjadi satu kalimat inti. Kemudian dikembangkan dalam point/ butir-butir
yang akan kita khotbahkan. Gunakan garis besar dan uraian khotbah,
sehingga jemaat akan mudah mengikuti dan mengingat khotbah Anda.
7. Biarlah Tuhan menggunakan Anda. Mempersiapkan khotbah adalah
pengalaman rohani dimana kita bergumul dalam mempersiapkannya. Roh
Kudus harus lebih dahulu berbicara kepada Anda, baru kemudian Ia dapat
berbicara melalui Anda.
8. Tetap pelihara hubungan yang erat dengan jemaat. Dengan demikian
akan membuat kita mengerti akan kebutuhan dan pergumulan mereka,
sehingga khotbah-khotbah kita dapat memberi jalan keluar dan jawaban
bagi mereka.
9. Selalu siap sedia. Kita harus mempersiapkan khotbah setiap waktu.
Bukalah hati dan seluruh panca indera Anda untuk siap menerima
gagasan-gagasan, ilustrasi atau pokok khotbah yang baru dari Tuhan. Ide-
ide seringkali timbul secara tiba-tiba, karena itu bawalah selalu buku saku
untuk mencatatnya.
TEOLOGI PASTORAL 30
PASAL 7
MENGELOLA PEKERJAAN TUHAN
TEOLOGI PASTORAL 31
Gembala sidang dalam gereja yang bertumbuh perlu dibantu oleh staf
gereja, misalnya sekretaris gereja, pengerja dll. Di sini ada beberapa petunjuk
dalam memilih dan membina staf gereja:
1. Dari awal hendaknya ditulis secara jelas dan tertib mengenai: tugas dan
tanggung jawab, wewenang, jam kerja: masuk dan pulang, hubungan kerja,
honor dan tunjangan, dll. Namun tugas bisa disesuaikan di kemudian hari,
dicocokkan dengan karunia rohani yang diberikan Tuhan, kesempatan dan
keperluan yang ada.
2. Jangan menambah terlalu banyak anggota staf sekaligus, sehingga timbul
kesan bahwa jemaat mempekerjakan begitu banyak staf gereja supaya
mereka sendiri tidak usah giat melayani lagi.
3. Jika ada beberapa orang staf gereja, adakan waktu pertemuan pada awal
Minggu untuk merundingkan masalah yang dihadapi, tujuan yang akan
dicapai, jadwal rencana seminggu ke depan. Baik sekali bila setiap orang
membuat laporan mingguan secara tertulis tentang pelayanan masing-
masing.
4. Tegur dan bimbinglah staf gereja yang tidak melaksanakan tugasnya
dengan baik (Ams. 27:6). Jangan hanya mengomel di belakang, tapi
nasehati dan doronglah dia untuk menjadi lebih baik.
TEOLOGI PASTORAL 32
Beberapa pedoman untuk melakukan tindak lanjut (follow up) terhadap
jiwa baru yang menghadiri acara kebaktian:
1. Sambut dan hormati jiwa baru dengan ramah dan antusias.
2. Mintalah para jiwa baru untuk mengangkat tangan pada acara perkenalan
dan berikan kartu perkenalan untuk diisi.
3. Ada beberapa gereja yang mengadakan ramah tamah sederhana setelah
kebaktian. Dalam kesempatan inilah pendeta, dan para pelayan atau
majelis berkenalan dengan lebih dekat lagi.
4. Adalah sangat baik jika gembala sidang adalah orang yang ramah,
terutama ketika menyambut jiwa baru yang pertama kali hadir. Buatlah
mereka merasa terkesan dan betah dalam sambutan, suasana dan
kebaktian di gereja Anda.
5. Pada hari Senin semestinya ada surat atau kartu pos khusus yang dikirim
dari gereja kepada setiap jiwa baru yang menghadiri kebaktian pada hari
Minggu kemarin.
6. Setiap gereja sebaiknya memiliki tim pelayanan besuk yang mendatangi
mereka.
7. Jika ada tamu di gereja kita yang merupakan jemaat dari gereja lain,
sebaiknya berbicara dengannya, atau kita memberi tahu gembala
sidangnya. Jika tamu tersebut memang ingin pindah ke gereja kita harus
dengan cara yang baik dengan ijin dan surat tertulis dari gembalanya.
TEOLOGI PASTORAL 33
5. Doakan agar Tuhan membangkitkan pemain pemusik dan para pelayan
pujian yang handal serta berkomitmen di gereja Anda.
6. Sabarlah. Janganlah mengeritik pelayanan musik di depan umum.
Dekatilah secara pribadi untuk meningkatkan kerohanian dan keindahan
musik mereka.
TEOLOGI PASTORAL 34
PASAL 8
KUNJUNGAN DAN PERCAKAPAN PASTORAL
TEOLOGI PASTORAL 37
C. SIAPA YANG MENGUNJUNGI?
Sebetulnya setiap perkunjungan orang Kristen kepada temannya
dengan maksud menolongnya atas nama Yesus Kristus sudah merupakan
perkunjungan Pastoral. Tetapi disini kita hanya akan membicarakan
perkunjungan resmi dalam jemaat yaitu perkunjungan pastoral yang diadakan
dengan teratur. Perhatikan: perkunjungan itu bukan semata-mata tugas
pendeta saja, tapi juga tugas majelis atau pengurus gereja. Jadi pendeta perlu
melatih dan memperlengkapi mereka, agar mereka dapat melaksanakan tugas
penggembalaan dengan baik (Ef. 4:11-13). Kesulitannya: Ada jemaat yang
menganggap “perkunjungan pastoral” baru resmi bila pendeta sendiri yang
datang. Ini harus diatasi dengan pengajaran Firman Allah.
Jumlah orang yang berkunjung jangan lebih dari 2-3 orang dan
diupayakan orang yang mengunjungi mempunyai bakat/karunia khusus untuk
membimbing. Suatu kelompok yang terlalu besar akan mematikan percakapan
yang mendalam. Mungkin keluarga yang dikunjungi tidak cocok dengan salah
satu pengunjung itu, sehingga percakapan tidak bisa lancar, maka pengunjung
tersebut tidak boleh tersinggung atau mempersalahkan keluarga tersebut.
Lebih baik pada waktu berikutnya kelompok lain lagi yang mengunjungi
keluarga tersebut.
Anggota jemaat yang aktif dan berbakat dapat dilatih untuk menjadi
anggota team perkunjungan tersebut, misalnya: sekali sebulan diadakan rapat
dari semua pengunjung itu, lalu diberikan keterangan tentang cara
mengunjungi secara pastoral dan kemudian pada akhir rapat, tiap-tiap
kelompok mendapat dua alamat, yang mereka harus kunjungi. Sebaiknya
untuk maksud itu dicari keluarga-keluarga yang tidak mempunyai persoalan
sulit dan tim perkunjungan harus menulis laporan pendek, supaya bila ada
kesulitan keluarga itu maka majelis/pendeta dapat mengetahuinya dan
melanjutkan pelayanannya. Pada rapat-rapat tersebut jangan lupa tekankan
tentang rahasia jabatan, yakni tidak boleh membocorkan rahasia pribadi yang
diungkapkan jemaat kepada tim perkunjungan untuk didoakan.
TEOLOGI PASTORAL 38
D. BEBERAPA PETUNJUK KUNJUNGAN PASTORAL
1. Mempunyai daftar perkunjungan dan pelaksanaan yang sistematis.
2. Mengadakan persiapan rohani sebelum berangkat. Berdoa, membawa
Alkitab, traktat atau warta gereja.
3. Perkunjungan dilaksanakan singkat, selama kurang lebih 15-20 menit.
Namun tidak boleh tergesa-gesa dan terkesan acuh tak acuh.
4. Bila bertemu dengan orang yang bersangkutan dan ia sedang sibuk boleh
mempersingkat waktu atau membantunya jika dapat.
5. Jangan membicarakan orang lain dan menyampaikan perkataan orang lain,
melainkan harus mengabarkan Kristus.
6. Banyak mendengarkan perkataan mereka, memberikan jawaban dan
petunjuk seperlunya.
7. Jika ada pertanyaan tentang Alkitab atau bersifat teologis, harus dijawab
secara obyektif. Jangan menimbulkan perdebatan.
8. Mendorong dan memupuk kebiasaan jemaat untuk membaca Alkitab,
berdoa, mengikuti kebaktian dan berilah teladan.
9. Bila ada orang yang mengaku dosa karena ketidaktenteraman hati nurani,
harus mendengarkan dengan sabar dan berilah ayat-ayat pengampunan
dosa, penghiburan serta ajaklah untuk berdoa. Karena pokok ini penting
maka akan dibahas secara khusus pada pasal 9.
10. Rahasiakan persoalan keluarga mereka, bahkan terhadap keluarga sendiri.
11. Akhiri dengan doa singkat, yang isinya sesuai dengan pembicaraan.
TEOLOGI PASTORAL 39
8. Beri kesempatan kepada petugas besuk untuk bersaksi tentang berkati
yang mereka telah terima dari kegiatan berkunjung ini.
TEOLOGI PASTORAL 40
Pendengaran dan pengamatan; menghubungkan fakta-fakta yang telah
diungkapkan.
Mengevaluasi pengamatan, menilai.
Mengajar, memberikan makna.
Mendukung, meyakinkan dan mendorong.
Bertanya untuk lebih mengetahui masalah.
Memberikan pengertian bahwa kita sungguh mengerti masalah dan
keadaannya.
3. Pertemuan dengan Tuhan.
Penghiburan dari Firman Allah.
Nasihat dari Firman Allah (baca Firman Allah yang cocok).
Teguran dalam kasih.
Penyerahan, pengajakan dan doa.
5. Praktek/Demontrasi.
Mengisi kertas kerja.
Memperagakan.
Laporan kunjungan (pengisian).
TEOLOGI PASTORAL 41
TEOLOGI PASTORAL 42
PASAL 9
PENGAKUAN DOSA DAN PENGAMPUNAN
A. PENGAKUAN DOSA
B. DISIPLIN GEREJA
Disiplin/siasat gereja adalah cara Tuhan Allah menjalankan kuasa
rohani-Nya melalui gereja tersebut, dengan tujuan:
TEOLOGI PASTORAL 43
1. Memulihkan kembali seorang percaya yang sudah jatuh ke dalam dosa.
2. Memelihara kemurnian keanggotaan jemaat tersebut.
Jadi disiplin gereja bukan hukuman gerejani karena pelanggaran-pelanggaran
orang berdosa, yang dilakukan oleh inspeksi/ polisi rohani (Majelis, Pendeta).
TEOLOGI PASTORAL 44
Hati-hati dalam bertindak karena ada yang disebabkan ketidaktahuan
terhadap Firman Allah. Ini berbeda dengan orang yang mengajarkan
atau mengikuti ajaran palsu dengan sengaja.
2. Dosa moral yang dilakukan secara terbuka (I Kor. 5:1-13; Gal. 6:1-4).
Seluruh jemaat berdukacita.
Orang tersebut diberi kesempatan mengaku dosanya, bertobat dan
berusaha memulihkan kembali keadaan yang semestinya.
Jika menolak, ia dipecat dari keanggotaan gereja (kata usir dalam I Kor.
5:13 berarti menghalau, menggiring keluar).
Tindakan ini baru diambil atas persetujuan jemaat dalam rapat resmi.
Bila ia bertobat kembali, ia harus diampuni dan diterima kembali (II Kor.
2:6-11).
Ingat prinsip: dosa yang tertutup, cukup dengan pengakuan dosa yang
tertutup pula, dosa yang terbuka perlu pengakuan yang terbuka pula
(tapi tidak perlu dibuka secara mendetail).
5. Adanya anggota gereja yang malas bekerja (II Tes. 3:6-16; I Tim. 5:8).
Hati-hati, selidiki apakah karena malas atau belum ada kesempatan untuk
bekerja.
Menurut Paulus (II Tes. 3:6-16) ada beberapa cara untuk menjalankan
disiplin gereja:
Dengan memperingatkan dan menasehati saja (12)
TEOLOGI PASTORAL 45
Dengan menjauhkan diri (6-14)
Akhirnya menegur di depan umum (15). Cara menegurnya pun harus
dilakukan seperti terhadap saudara.
Kedudukan orang yang dikenai disiplin sama seperti orang yang belum
mengenal Allah atau seorang pemungut cukai (Mat. 18:17b). Orang yang
belum mengenal Allah adalah bukan orang Kristen, jadi kita harus bersaksi
pada mereka agar mereka menjadi anggota tubuh Kristus. Karena itu mereka
yang dikenai disiplin gereja harus dikunjungi oleh anggota jemaat dan
diundang untuk menghadiri kebaktian-kebaktian dan mendengar Firman Allah
seperti halnya jiwa baru.
TEOLOGI PASTORAL 46
PASAL 10
PENDETA SEBAGAI PELAYAN
TEOLOGI PASTORAL 47
1. Memiliki pelayanan pribadi, memelihara dan menjaga para jemaat di dalam
gereja karena Tuhan telah mempercayakan kepadanya (1 Pet. 5:1-4).
2. Memperlengkapi dan melatih dombanya untuk melakukan pelayanan
praktis kepada orang lain di bawah pimpinan dan pengawasannya (Ef. 4:11-
12; II Tim. 2:2). Yang harus diperlengkapi dan dilatih terutama ialah: para
penatua, para majelis/diaken dan para pengerja sukarelawan. Setiap
pelayan Tuhan memiliki fungsi dan peran yang berbeda untuk
memperlengkapi kaum awam. Tidak ada perbedaan nilai atau kelayakan
dari sudut pandang Allah, hanya perbedaan fungsi saja. Seorang Pendeta
harus melihat dirinya sebagai pelengkap, pelatih bagi orang lain (Fil. 4:9).
B. PELAYANAN KEDUKAAN
Jikalau ada anggota jemaat meninggal, pendeta harus mengekspresikan
kasih dan simpati Kristen kepada orang yang sedang berada dalam dukacita
(Rm. 12:15). Kematian dan penguburan sering memberikan kesempatan untuk
memberitakan Injil dengan singkat dan jelas mengenai arti dan tujuan
kehidupan (Ibr. 9:27). Bagi yang meninggal sudah terlambat untuk dapat
merubah nasibnya tapi belum terlambat bagi yang ditinggalkannya. Nyatanya,
pelayanan penguburan dan upacara peringatan kematian bukan untuk orang
mati tetapi untuk orang hidup!
1. Meningkatnya pengetahuan.
TEOLOGI PASTORAL 50
Luasnya telekomunikasi dan majalah, peningkatan pengetahuan, yang
diketahui oleh anak usia 5-6 tahun pada masa kini lebih banyak daripada
anak-anak berusia 10 tahun pada masa lampau.
2. Ketidak-seimbangan jiwa kehidupan manusia dengan materinya. Tiga
macam keadaan tentang materi pada masa kini.
a. Kaya raya: Fasilitas kenikmatan tidak seimbang dengan keadaan jiwa.
b. Pertengahan: Fasilitas lumayan, tapi belum kaya raya.
c. Kekurangan: Belum dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari yang
minimal, sehingga timbul pertentangan.
3. Pertentangan antara sosialisme dan demokrasi.
Sosialisme bertujuan untuk mengutamakan kepentingan umum, demokrasi
mencari kehendak rakyat. Berhubung kedudukan pribadi harus tunduk
pada kepentingan umum, maka timbullah pertentangan. Banyak sekali
orang yang memakai kedok demi kepentingan umum untuk mencapai
tujuan pribadi.
4. Kejahatan sosial yang semakin meluas. Disebabkan oleh hal-hal yang
porno, narkoba, perceraian, kaum muda kehilangan kesejahteraan dalam
keluarga yang menimbulkan ketidakpuasan.
5. Kehancuran moral dan etika.
Karena keluarga, guru maupun hukum sudah kehilangan wibawa, etika
tradisi sudah kehilangan kemampuan mengikat, ditambah lagi dengan
merusaknya sifat manusia yang tidak suka melakukan yang benar, semua
ini karena ada yang mengusulkan etika baru (new morality) yang
merupakan etika tanpa moral.
6. Kegagalan program pendidikan.
Kegagalan program pendidikan tertentu dalam pengkhususan suatu bidang
pendidikan, dalam mencapai sasarannya secara tepat dan sempurna
mengakibatkan ia kehilangan fungsi dari keahliannya serta kepercayaan
pada diri sendiri.
7. Kepadatan penduduk dan perbedaan mencolok antara miskin dan kaya di
dalam kota, menimbulkan bahaya persaingan yang besar, mementingkan
diri sendiri dan individualisme.
8. Reaksi kehidupan mekanik.
Pekerja menjadi bagian dari sebuah mesin, manusia kehilangan wibawa.
9. Pergolakan politik Internasional.
Kudeta, pemogokan para pekerja, demonstrasi para pelalajar, hura-hara.
10.Kemajuan pesat di bidang ilmu pengetahuan, pemanfaatan atom, kemajuan
telekomunikasi yang memperpendek jarak yang ada di bumi dan
modernisasi menjadi sasaran utama dan tuntutan utama manusia.
11.Penyangkalan terhadap kewibawaan.
Orangtua, sekolah, masyarakat, hukum pemerintah, tidak dapat mengikuti
jaman, sehingga kehilangan wibawa dan kepercayaan, sehingga hal-hal
yang baru belum mendapat kepercayaan dari masyarakat.
12.Kegagalan pendidikan di sekolah maupun dalam rumah tangga.
Pendidikan demi untuk memperoleh angka, pendidikan demi uang, bekerja
dan mencari uang demi hidup, tidak ada pendidikan dalam keluarga, maka
hilangnya citra tradisional.
13.Timbulnya eksistensialisme.
TEOLOGI PASTORAL 51
Menekankan humanisme atau antropologisme. Dikatakan bahwa manusia
dapat menguasai semesta alam, sebagai yang terpandai di antara segala
mahluk. Tidak mengakui adanya Allah, mengilahkan diri sendiri sehingga
menentang segala peraturan, organisasi, etika, ilmu pengetahuan, filsafat,
masyarakat, negara, hukum, moral, gereja bahkan Tuhan. Banyak kaum
muda yang terpengaruh oleh pandangan tersebut, sehingga menuhankan
diri sendiri, melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya sendiri,
merasa dirinya mampu menanggung resiko sendiri. Senantiasa menyangkal
dan meremehkan kebenaran, wahyu Allah.
14. Ketidakteraturan perubahan jaman.
Timbullah kegelisahan, cemas, frustasi, ketakutan, sehingga merasa putus
asa dan tidak berarti terhadap kehidupan dan dunia, atau berusaha mencari
pelampiasan, atau menjadi frustasi, tak bergairah, terjadilah pesimisme.
TEOLOGI PASTORAL 52
4. Mengikuti kebaktian hari minggu hanya karena terikat dalam pernikahan,
menolak persekutuan yang lain. Kesempatan yang baik tidak digunakan
oleh gembala sidangnya, maka terlepaslah ikatannya.
5. Biasanya seorang pemuda yang baru masuk gereja sangat berkobar-kobar,
suka ikut pelayanan. Maka, apabila bimbingan, atau kurang memperoleh
pengertian, mereka akan menjadi dingin, patah semangat dan
meninggalkan gereja.
6. Cara persekutuan pemuda pemudi perlu dikoreksi.
Perhatikan cara yang sesuai dengan watak mereka yang tidak suka
kestastisan. Ingatlah bahwa apabila tidak ada perubahan-perubahan, tidak
akan mungkin memperoleh potensi baru.
7. Apabila gereja tidak mampu mencukupi kebutuhan rohani kaum muda, pasti
akan terjadi ketidakpuasan, yang menimbulkan keinginan untuk
meninggalkan gereja. Maka seorang gembala perlu terus menerus
menambah ilmu.
TEOLOGI PASTORAL 53
2. Belajarlah menjadi pendengar yang baik. Memang kritik dan usul mereka
suka aneh-aneh. Namun dengarkan dengan sabar (Anda tidak harus
setuju) tapi tetaplah bersikap positif dan terima hal-hal yang baik yang
mereka kemukakan.
3. Doakanlah kaum muda gereja Anda.
4. Biarlah anak-anak muda sendiri turut merencanakan dan melaksanakan
program kaum muda. Ciptakan suasana/lingkungan yang menarik dan
menggairahkan untuk mereka.
5. Segala sesuatu dalam pelayanan kaum muda harus memiliki tujuan rohani.
Setiap kegiatan jangalah hanya sekedar acara yang tidak memberi dampak
rohani. Ajarkan mereka untuk mengenal dan mendalami isi Alkitab, tolong
mereka agar dapat mengerti dan menerima diri sendiri dan ajarkan cara
untuk mengatasi masalah mereka.
6. Kebersamaan Anda dengan kaum muda merupakan modal yang berharga
yang ditanam untuk masa depan gereja. Doakan dan siapkan orang-orang
yang terpanggil dalam bidang ini untuk memimpin dan membina kaum
muda.
7. Cari keterangan yang paling baru tentang mereka. Kapan mereka ulang
tahun, ujian, naik kelas, jadi bintang kelas dll. Perhatian untuk hal-hal ini
amat bermanfaat bagi mereka.
8. Jika anak kaum muda sulit untuk dijangkau dan dibimbing, tetaplah layani
mereka dengan kasih. Masa muda merupakan masa yang amat sulit dan
penuh pergumulan, mereka butuh kasih dan pengertian Anda.
9. Berusahalah supaya program kaum muda direncanakan sedini mungkin.
Kaum muda mudah bosan, karena itu rencanakan kegiatan yang bervariasi.
10. Janganlah terlalu mudah menjadi gundah hati. Seringkali beberapa anak
muda menjengkelkan dan sulit dibimbing, tetapi seringkali justru merekalah
yang berhasil dan berdampak hidupnya di kemudian hari.
11. Kumpulkan buku dan majalah yang memuat bahan-bahan yang berguna
demi membina kaum muda.
12. Ajarilah mereka cara untuk memenangkan jiwa.
TEOLOGI PASTORAL 54
Perlu kunjungan teratur: 1 kali sebulan didelegasikan kepada yang lain
umpamanya: Januari oleh Majelis, Pebruari oleh kaum wanita, Maret oleh
kaum muda, April oleh gembala sidang, dst.
Tiap-tiap kunjungan ada nyanyian, pembacaan Firman Allah dan doa
syafaat untuk si sakit dan keluarganya.
Orang tuli, tulis di kertas apa yang ingin diucapkan oleh gembala sidang.
Bila sudah tidak dapat diajak berkomunikasi lagi, pegang tangan dan tinggal
beberapa saat di dekat yang bersangkutan sampaikan perhatian yang tulus
dan kasih anda.
Layani Perjamuan Kudus bila masih dapat makan roti dan minum anggur.
Bila mereka punya tape recorder, keluarganya dapat merekam khotbah
untuk didengar kembali.
Sesekali ada pertemuan lansia di dalam jemaat (misalnya 4 bulan sekali)
atau di tempat rekreasi. Bisa pula dibentuk kelompok sel khusus lansia.
1. Hadapi dalam suasana kasih. Nyatakan kebaikan hati Anda sambil terus
bersikap terang dan berani menegur (Ef 4:15). Hargailah mereka dan
carilah sifat-sifat mereka yang baik, bukan yang jelek.
2. Mungkin orang-orang yang sulit itu sungguh mempunyai kebutuhan rohani,
jadi berusahalah melayani mereka sedapat-dapatnya, tetapi janganlah
waktu kita habis hanya untuk melayani mereka. Dan jangan terus
memusatkan perhatian Anda kepada orang-orang sulit ini, nanti bisa timbul
kepahitan dan sikap membela diri.
3. Kebanyakan orang-orang ini berbuat aneh-aneh sebenarnya karena ingin
mencari perhatian semata. Penuhilah kebutuhan ini sehingga dapat masuk
ke dalam perkara yang lebih rohani. Sungguh-sungguh melayani dan
mendoakan mereka.
4. Jika Anda harus berkhotbah dan bertindak sesuatu, janganlah menjadi takut
karena ada beberapa pengkritik yang mengintai Anda tetapi lakukanlah
dengan mantap dan berani sesuai keyakinan Anda.
5. Bila perlu hadapilah para pengkritik dengan kasih dan terus terang (minta
hikmat Tuhan dalam menghadapi mereka). Kritik mereka mungkin timbul
karena ada luka lama (baik dengan orang lain atau dengan Anda sendiri)
yang belum dipulihkan. Tangani mereka dengan hati-hati dan doakan terus
mereka agar dipulihkan Tuhan.
TEOLOGI PASTORAL 55
6. Jika Anda menerima surat kaleng/telephon gelap yang mengintimidasi,
abaikan saja. Jangan sampai sukacita kita dicuri oleh kegelisahan dan
intimidasi.
7. Jika ada anggota jemaat yang menjadi marah kepada kita (mungkin karena
kesalahan Anda) dan ingin keluar dari persekutuan jemaat, maka Anda
harus menghampirinya dan berdamai dengannya.
8. Jika orang ini berkeras untuk keluar sekalipun Anda sudah berusaha
menyelesaikan masalahnya, sebaiknya jangan Anda paksa untuk kembali
ke persekutuan. Jika terus dalam gereja Anda maka orang ini akan terus
membuat ulah. Walau demikian tetaplah bersikap baik agar ia tidak punya
alasan untuk menjatuhkan Anda.
9. Kadangkala ada keluarga-keluarga atau beberapa orang yang membentuk
kelompok-kelompok ekslusif (klik-klikan). Jangan memihak salah satu
kelompok itu. Tetapi tetaplah mengasihi dan mendoakan mereka, mohon
supaya Tuhan mengubah hati dan sikap mereka.
10. Ada juga orang yang punya tafsiran aneh dalam suatu ayat dan
mempengaruhi orang lain untuk percaya hal yang sama. Berundinglah
dengan dia dan jelaskan kekeliruannya. Jika ia menolak dan tafsirannya
membahayakan jemaat sebaiknya berikan disiplin gereja.
TEOLOGI PASTORAL 56
PASAL 10
PENGGEMBALAAN DALAM PERNIKAHAN
DAN PERCERAIAN
1. Persiapan umum berupa teladan dari cara hidup gembala sidang serta
pelayanan Firman Allah.
Rumah tangga gembala sidang, pendeta dan pelayan Tuhan harus
menjadi teladan yang terlihat bagi jemaatnya.
Siapkan suatu rangkaian khotbah-khotbah tentang pernikahan dan
rumah tangga (paling tidak dalam beberapa kebaktian setiap tahunnya).
Sangat efektif sekali jika pembahasan ini diberikan dalam ibadah kaum
muda. Sediakan pula buku-buku, kaset dan vcd-vcd tentang pernikahan
kristen dalam perpustakaan di gereja Anda.
2. Persiapan khusus untuk pasangan pemuda dan pemudi yang sudah siap
merencanakan pernikahannya.
Buatlah jadwal untuk pertemuan dengan pasangan-pasangan yang akan
menikah (konseling pra nikah). Mereka wajib mengikutinya.
Galilah dan selesaikan masalah yang ada di antara mereka agar tidak
menjadi sumber keributan di kemudian hari.
Dorong mereka agar sering berdoa dan membahas firman bersama
selama masa persiapan, agar terbiasa jika sudah menikah.
Jika ada yang menikah karena “kecelakaan” (lebih dulu hamil), maka
harus ada tindakan-tindakan khusus. Temuilah mereka dan bimbing
mereka untuk pertobatan dan menerima pengampunan dari Tuhan. Ajak
TEOLOGI PASTORAL 57
jemaat untuk dapat menerima dan mengampuni mereka juga. Pastikan
dan dorong mereka untuk saling mencintai dengan tulus karena
biasanya hubungan seperti ini hanya didasari oleh nafsu.
Jika pasangan yang darurat seperti ini tidak mau menikah, harus
dipertimbangkan masa depan anak mereka. Carilah jalan keluar yang
terbaik.
TEOLOGI PASTORAL 58
Jangan mengkhotbahkan atau jangan mengadakan konseling pra
nikah pada upacara pernikahan.
Jadikanlah sebagai suatu perayaan yang penuh sukacita karena
ditetapkan dan diberkati oleh Allah.
Harus dilihat sebagai pelayanan yang kudus.
TEOLOGI PASTORAL 59
Adakah kemungkinan bahwa kehamilan di luar pernikahan itu justru
menjadi pertanda adanya sesuatu yang kurang beres dalam hubungan
mereka berdua? Bagaimana kalau mereka menikah hanya supaya bayi itu
mempunyai orangtua yang sah, lalu kemudian mereka bercerai lagi?
Bukankah tindakan yang demikian itu hanya akan menambah banyak dosa
mereka, sedangkan mereka sudah berbuat dosa?
Seandainya mereka tidak menikah, haruslah ada pertimbangan yang
matang tentang masa depan bayi itu. Kadang-kadang terjadi bahwa wanita
yang hamil itu ingin memelihara bayinya sendiri, bukan karena ia sayang
akan anaknya melainkan karena seolah-olah ia ingin menghukum dirinya
sendiri. Sikap itu bakal menimbulkan keadaan yang sulit untuk si anak.
Kadang-kadang lebih baik jika bayi yang dilahirkan d luar pernikahan itu
diangkat oleh sepasang suami istri Kristen yang sungguh-sungguh mau
menerima dia. Gembala sidang dapat menolong mencarikan orangtua
angkat itu, namun si pemudi harus mengambil keputusannya sendiri. Jika
ia rela melepaskan anaknya, pemudi itu dapat seolah-olah mulai lagi
menjalani kehidupannya dengan harapan baru. Tetapi setiap kasus
semacam ini mempunyai corak tersendiri, jadi tidak ada petunjuk seragam
yang dapat diterapkan secara umum.
Bagaimana kalau pemudi atau pemuda itu, ataupun kedua-duanya adalah
anggota gereja? Kita harus bijaksana dan tidak perlu diumumkan kepada
semua anggota gereja. Tetapi dari segi lain, kita tidak boleh menganggap
enteng dosa yang telah mencemarkan persekutuan gereja itu. Biasanya,
jemaat gereja sering tahu lebih dahulu daripada para pengurus bila ada
anggota gereja yang hamil di luar nikah. Jadi, rahasia itu sudah bocor lebih
dahulu. Gembala perlu membimbing kedua orang itu ke arah suasana
pengampunan, bukan hanya dari pihak Tuhan Allah, melainkan juga dari
pihak jemaat. Tetapi jika ada anggota jemaat yang tidak mau mengaku
salah atau tidak mau minta pengampunan, mungkin harus dipertimbangkan
perlunya mengambil tindakan disipilin gereja terhadap mereka.
TEOLOGI PASTORAL 61
PASAL 11
PENDETA SEBAGAI KONSELOR
TEOLOGI PASTORAL 63
Mengadakan session/pertemuan:
1. Sambut konseli dengan ramah, lalu buka pertemuan dengan doa.
Pertemuan juga perlu ditutup dengan doa.
2. Meminta konseli untuk memberikan penjelasan mengenai masalah yang
dihadapi.
3. Mendengarkan dengan peka sambil meminta hikmat Allah agar dapat
menganalisa masalah dengan tepat.
4. Gunakan pertanyaan-pertanyaan untuk mengklarifikasikan hal yang
dibahas dan mencoba untuk mencapai akar persoalan itu.
5. Mengingatkan konseli bahwa Tuhan mengerti lebih baik dari pada kita.
6. Mencoba menentukan masalah yang berdasarkan pada:
Perasaan/emosi yang tidak baik.
Kelakuan atau hubungan yang salah.
Pemikiran atau kepercayaan yang tidak benar.
7. Bangun hubungan yang baik dengan konseli:
Jangan menyerang/menghakimi/memojokkan konseli secara pribadi.
Jangan beranggapan bahwa pendeta mengetahui segalanya.
Jangan memberikan jawaban teologis tapi tidak praktis.
Jangan memberi pengalaman pribadi sebagai standar kebenaran.
Jangan merasa kita lebih suci daripada konseli.
Jangan rendah diri karena konseli adalah orang kaya atau berpangkat.
8. Nyatakan kebenaran dalam kasih dan tunjukkan Firman yang relevan
baginya.
TEOLOGI PASTORAL 64
Sadarkan bahwa pikiran yang salah menyebabkan kelakuan yang salah.
Keadaan/situasi pada umumya tidak menyelesaikan masalah, jadi yang
penting adalah pembaharuan pikiran. I Kor.2:12-16; Yes.55:8-9;
Rom.8:5-8; II Kor.10:4-5; Fil.4:6-9,10-13; I Pet.1:3-5; II Pet.1:2-4.
TEOLOGI PASTORAL 65
PASAL 12
PENDETA SEBAGAI PEMIMPIN
TEOLOGI PASTORAL 67
Berlaku bijaksana berdasarkan pada fakta. Neh.5:1-13; I Sam.23:1-5.
Seorang pemimpin harus berpikir secara benar.
Memimpin dalam kuasa Allah bukan kuasanya diri sendiri. II Kor.3:4-6;
13:4: Kol.1:28. Seorang pemimpin yang memimpin dengan kekuatan sendiri
tidak akan produktif.
Firman Allah menjadi penuntun hidupnya. I Kor.3:4-6; I Tes.4:15. Bukan
apa kata manusia, tetapi apa kata Tuhan itulah kebenaran yang dia ikuti.
Melayani dengan roh lemah lembut. KPR.20:19; I Kor.3:5-7.
Memiliki roh pengajaran. Mat.11:29; Fil 3:12; 4:12-13.
Memberikan hormat dan kemuliaan untuk Tuhan akan apa yang telah
dicapai dalam pelayanan kita. II Sam.5:12; Roma 15:17-18.
1. Terhadap Istrinya.
Ia harus mengajar perkara rohani kepada istrinya. Kor.14:33-35
Mencukupkan kebutuhan jasmani dan menciptakan suasana aman yang
stabil dalam keluarga. I Tim.5:4,8.
Mengatur keluarganya dengan baik. I Tim.3:4-5
Menghargai istrinya dan menghormati sebagai seorang pendamping
dalam pelayanan hidupnya. I Pet.3:7; I Kor.9:3-6; Mal. 2:14.
Menanyakan masalah keluarganya yang dihadapi istri dan berdoa
baginya. Rom.16:3-5; KPR.18:26.
Melayani dan mengasihi istri seperti Kristus mengasihi GerejaNya.
Ef.5:25-33; Ams.18:22.
Setia dan memenuhi kebutuhan biologis istri. I Kor.7:1-6; Ams.5:18-19.
Memimpin dengan penuh kasih. Kol.3:18-19; Ef.5:21.
2. Terhadap anak-anaknya.
Mengingat bahwa mereka adalah anugerah Tuhan dan milik Tuhan.
Maz. 127; Mat. 18:1-5.
TEOLOGI PASTORAL 68
Mengajar anak-anak untuk mengasihi Allah dan mentaati kebenaran
Firman Allah. Im. 6:1-9; Ef. 6:4.
Membesarkan, memelihara dan melatih anak dalam ajaran Tuhan. Kej.
18:19; Ams. 22:6. Seorang anak yang dididik dengan Firman Allah tidak
akan menyimpang dari jalan Tuhan.
Mendorong mereka untuk mencapai kemampuan dan karunia mereka
bagi Tuhan. Ams. 4:10-19; 3:1-10 .
Mendisiplinkan dan mengoreksi mereka dalam kasih untuk kebaikan.
Ams. 3:11-12; 23:13-14; Ibr. 12:5-11.
Mendoakan pertumbuhan rohani mereka. Ayub 1:4-5.
Memimpin mereka untuk menghargai orang tua dan menghormati
segala otoritas. Kel. 20:12; Ef. 6:1-3; Ams. 7:1-2; 23:22; Tit. 3:1-3.
Memperhatikan dan mengontrol mereka untuk tidak melakukan
kekerasan/ pemberontakan. Ams. 4:1-6; 22:15; I Tim. 3:4; Tit. 1:6.
1. Dalam kebaktian.
Seorang pendeta harus memperkembangkan atmosfer/suasana yang baik
dalam kebaktian gereja, khususnya pujian dan penyembahan yang murni.
Sikap maupun penampilan ibadahnya akan mempengaruhi seluruh jemaat.
Maz.95:1-7; 100:1-5; Neh. 2:1-3; Ams. 15:13. Jikalau pendeta tidak
mengambil langkah untuk memimpin ibadah mak para jemaat tidak akan
mengikuti. Setiap aspek dalam ibadah: doa, pujian, penyembahan,
pemberitaan Firman, tantangan/undangan, persembahan, dsb. harus dilihat
sebagai bagian dari penyembahan. Tata cara liturgi tidak terlalu penting
dibandingkan dengan suasana dan dampak dari kebaktian.
2. Baptisan Air.
Seorang pendeta harus melakukan pelayanan baptisan air karen itu
adalah perintah Tuhan Yesus sendiri (Mar. 16:15-16). Tuhan sendiri
dibaptiskan untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah (Mat. 3:13-
17). Para rasul pun melakukan baptisan.
Sedapat mungkin lakukan baptisan selam sebab itu adalah hal yang
paling tepat untuk menggambarkan kenyataan rohani dalam firman Allah
dan dipraktekkan dalam Perjanjian Baru. Baptisan berasal dari istilah
kata kerja bahasa Yunani „‟bapto”, artinya membenamkan, mencelupkan
(Luk. 16:24; Yoh. 13:26, Why. 19:13). Kata bendanya „baptisma‟ berarti
membenamkan (imersion).
Memberikan konseling mengenai dasar kekristenan, terutama yang
menyangkut keselamatan dan baptisan air. kepada mereka yang akan
dibaptis supaya mereka mengerti arti baptisan itu. Pada waktu
TEOLOGI PASTORAL 69
bimbingan itu dapat dilihat apakah ada kesungguhan dan perubahan
hidup dalam diri orang tersebut. Kalau ia benar-benar mempunyai tanda
diselamatkan baru dibaptis.
Membaptiskan mereka sesegera mungkin setelah mereka menerima
keselamatan, ketika pengalaman itu masih segar.
Baptisan merupakan pengakuan kepada umum dan ketaatan pada
Kristus. Untuk beberapa denominasi baptisan adalah tanda yang
diminta sebagai syarat keanggotaan.
Menggunakan baptisan kolam dalam gereja jikalau memungkinkan. Jika
tidak, dapat dipergunakan kolam renang, sungai, danau atau laut.
Meminta para anggota jemaat terlibat dalam upacara baptisan untuk
menyanyi dan berdoa bersama.
Memastikan pakaian (untuk baptisan) yang tepat/cocok dan sopan.
Mengatur ruang untuk mengganti pakaian.
Mengundang teman atau saudara untuk menghadirinya, apakah mereka
orang percaya atau tak percaya tidak masalah. Ajarkanlah kepada
mereka secara singkat tentang makna baptisan air. Roma 6:3-12.
Mengingatkan mereka baptisan air tidak dapat menyelamatkan
seseorang. Keselamatan tidak tergantung pada baptisan, melainkan
hanya kepada anugerah karena iman kepada Kristus. Baptisan adalah
suatu meterai/tanda bahwa oknum ini menjadi milik Tuhan. Meterai atau
cap ini agar yang bersangkutan tidak lupa bahwa ia adalah anak angkat
Allah berdasarkan kasihNya.
Baptisan bayi dipraktekkan dalam beberapa gereja tertentu, tetapi tidak
memiliki dasar kebenaran yang kuat. Keselamatan adalah oleh karena
iman pada Yesus Kristus dan dialami secara pribadi. Yesus sendiri
dibaptiskan setelah dewasa, jadi sebaiknya seorang bayi atau anak kecil
bukannya dibaptiskan tapi diserahkan kepada Tuhan seperti teladan
Tuhan Yesus Kristus (Luk. 2:22-23).
Melakukan “baptisan darurat” kepada orang tidak beriman yang hampir
mati tidak dibenarkan. Jelaskan kepada keluarga yang bersangkutan hal
ini dengan bijaksana, bahwa bukan baptisan yang menentukan
keselamatan seseorang tetapi hati yang percaya kepada Yesus Kristus.
3. Perjamuan Kudus.
Sakramen Perjamuan Kudus ditetapkan oleh Tuhan Yesus sendiri (Mat.
26:26-29; Mark. 14:22-25; Luk. 22:14-20; I Kor. 11:23-26). Perjamuan
Kudus menyatakan hubungan Tuhan dengan jemaat sebagai umat yang
telah ditebus sehingga kita mempunyai bagian hidup yang sama di
dalam Tuhan (I Kor. 11:23-25).
Perjamuan Kudus dipimpin oleh seorang pendeta dapat dilakukan baik
di gereja ataupun di luar gereja, baik dalam ibadah Minggu atau pun
ibadah khusus. Berapa seringnya tergantung aturan denominasi dan
kebiasaan gereja: bisa tiap Minggu, tiap bulan, tiap tiga atau empat
bulan sekali, dll.
Perjamuan kudus dapat dilakukan dengan cara:
o Jemaat yang datang ke tempat meja perjamuan atau ke mimbar.
o Para majelis mendatangi jemaat dengan membawa roti dan anggur.
TEOLOGI PASTORAL 70
o Peralatan tergantung yang ada, yang penting ialah simbol dari Tubuh
dan Darah Kristus (roti/krakers, juice anggur) dapat digunakan.
Demi kesehatan lebih baik menggunakan gelas kecil daripada gelas
besar yang diminum bersama dalam Perjamuan Kudus.
Mengingat dalam pikiran bahwa Perjamuan Kudus:
o Tidak dapat menyelamatkan.
o Yang terlibat harus betul-betul bertobat dan percaya pada Kristus
o Untuk memperingati pengorbanan Kristus di kayu Salib dan
menyambut kedatangan Kristus kedua kalinya.
o Memberi waktu agar jemaat mengakui dosa-dosanya.
o Ini merupakan suatu kebaktian perayaan yang penuh sukacita.
o Merayakan hal ini supaya menjadi satu dalam Tubuh Kristus dan
dengan anggota jemaatnya.
Pelayanan harus meliputi:
o Berfokus pada pribadi dan karya Kristus.
o Menyanyikan lagu-lagu yang tepat.
o Berdoa, dan pengakuan dosa (Maz. 51, 139:23-24)
o Pembacaan Firman Tuhan (I Kor. 11:17-32).
TEOLOGI PASTORAL 71
dari penyakit oleh bilur Kristus (I Pet. 2:24) tapi bukan karena roti dan
anggur melainkan karena iman kepada Yesus Kristus.
4. Penyerahan Anak.
Firman Allah tidak mengajarkan baptisan anak, tetapi mengajarkan
kebaktian penyerahan anak. Yang harus ditekankan ialah:
Orangtua menyerahkan anaknya kepada Allah.
Komitmen orang tua untuk membesarkan anaknya dan mendidik dalam
Tuhan.
Komitmen Gereja harus terfokus untuk mendukung dan memelihara
iman anak dan orang tua.
Kebaktian ini memberikan kesempatan untuk mengajar prinsip dan nilai
Alkitabiah dalam keluarga. Kebaktian macam ini dapat diadakan
beberapa bulan sekali atau setidaknya setahun sekali dengan anak-
anak dan orang tuanya. Kebaktian ini dapat juga diadakan oleh pendeta
dalam rumah/keluarga.
5. Kebaktian Khusus.
Ada banyak kesempatan untuk mengadakan kebaktian khusus dalam
gereja untuk membangun kerohanian jemaat. Kebaktian itu bisa
merupakan ibadah penyegaran rohani ataupun perayaan Paskah dan Natal.
Ini adalah kesempatan yang sangat unik dan sangat berbeda tetapi berarti
dalam cara mengadakan kebaktian. Bisa kreatif (menggunakan musik,
drama, pemutaran film, dsb.) tetapi jangan lupa untuk menggunakan Firman
Allah yang tepat. Hal ini sangat baik dan efektif jikalau direncanakan
dengan teliti.
TEOLOGI PASTORAL 72
Pekerjaan pendeta yang utama dalam gereja ialah untuk meperlengkapi
orang-orang kudus untuk melakukan pelayanan dan memajukan
pertumbuhan rohani dari gereja. I Kor.12:1-31; Roma 12:3-21; Ef.4:11.
Pendeta adalah seorang pelayan yang bekerja sama dengan para anggota
jemaatnya.
Dalam gereja lokal, jikalau ada, maka pendeta yang lain (misalnya: pendeta
pembantu, dsb.) harus berada di bawah pengawasan Pendeta Senior.
Tentu ia tidak bertindak sebagai diktator. Paulus secara tegas mengatakan
bahwa otoritasnya atas para pemimpin-pemimpin di dalam gereja memiliki
tuuan yang jelas yaitu untuk membangun dan bukan untuk meruntuhkan. II
Kor. 13:10.
Para diaken diberikan tanggung jawab dan peranan yang khusus dalam
gereja (KPR. 6:1-7). Para pelayan dan diaken berada di bawah
pengawasan para penatua. Tidak bijaksana bila segala sesuatu tentang
diakonia ditangani oleh pendeta secara pribadi. Para diaken adalah orang
yang memenuhi syarat dan memiliki fungsi peranan yang berbeda dalam
pelayanan di gereja.
TEOLOGI PASTORAL 73
Alkitab mempunyai pengajaran yang jelas mengenai peranan pendeta
dalam masyarakat. KPR 15:1-21; Ibr.13:17; I Pet.5:1-4; II Tim.2:3-4. Ada dua
mandat Allah yang harus dilakukan oleh orang percaya, yakni:
1. Mandat Pembaharuan Rohani Kekal (Mat. 28:19-20). Ini adalah
mandat yang dikerjakan bersama dengan saudara seiman untuk
menjadikan semua bangsa menjadi murid Kristus.
2. Mandat Pembangunan Jasmani Sementara (Kej. 1:28). Ini adalah
mandat yang dikerjakan bersama dengan sesama umat manusia tanpa
melihat agamanya, untuk membangun bumi dan masyarakat supaya
menjadi lebih baik.
Pendeta yang berperan positif bagi kemajuan orang banyak akan dilihat
dan dihargai oleh masyarakat sebagai seorang hamba Allah. Ini membuka
kesempatan kepada orang-orang untuk datang mendapatkan nasehat rohani
berkaitan dengan masalah moral. Namun pendeta juga harus menjaga diri
agar tidak terlibat dalam politik praktis dan kegiatan sosial kemasyarakatan
semata sehingga mengabaikan pelayanan terhadap jemaat di gerejanya.
Tugas utama pendeta adalah mengubah hati manusia yang berdosa dengan
kuasa Firman Allah dan Roh Kudus, dan bukan mengurusi posisi politik,
filsafat, atau status sosialnya. Keterlibatan terlalu dalam di bidang politik akan
mengaburkan peran pelayanannya sebagai gembala. Bila ada seorang
rohaniwan ingin lebih nyata berkiprah dalam dunia politik untuk membangun
bangsa dan pemerintahan yang bersih, sebaiknya dia memfokuskan diri dalam
bidang itu dan tidak merangkap jabatan sebagai pemimpin rohani dalam gereja
(pendeta) agar hasilnya bisa maksimal.
TEOLOGI PASTORAL 74
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Jay E. Shepherding God’s Flock, Grand Rapids: Baker Book House,
1980.
TEOLOGI PASTORAL 75