Anda di halaman 1dari 8

EKSEGESE MARKUS 4:45-52

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penulis : Markus; Tema : Yesus, Sang Putra-Hamba
Tanggal Penulisan: 55-65 M
Di antara keempat Injil, Injil Markus merupakan kisah yang paling singkat tentang "permulaan
Injil tentang Yesus" (Mr 1:1). Sekalipun nama penulis tidak disebut dalam kitab itu sendiri
(berlaku bagi semua Injil), dengan suara bulat gereja yang mula-mula memberi kesaksian bahwa
Yohanes Markus adalah penulis Injil ini. Ia dibesarkan di Yerusalem dan termasuk angkatan
pertama orang Kristen (Kis 12:12). Markus memiliki kesempatan yang unik karena berhubungan
dengan pelayanan tiga orang rasul PB: Paulus (Kis 13:1-13; Kol 4:10; File 1:24), Barnabas (Kis
15:39) dan Petrus (1Pet 5:13). Menurut Papias (sekitar 130 M) dan beberapa bapak gereja abad
kedua, Markus memperoleh isi Injilnya dari hubungannya dengan Petrus. Ia menulisnya di Roma
untuk orang Romawi yang percaya. Sekalipun saat penulisan Injil ini tidak jelas, sebagian besar
sarjana menetapkan tanggalnya sekitar tahun 50-60 M; mungkin Injil ini yang pertama-tama
ditulis.
B. Tujuan
Pada tahun 60-an M, orang percaya diperlakukan secara kejam oleh masyarakat dan banyak di
antaranya disiksa bahkan dibunuh di bawah pemerintahan kaisar Nero. Menurut tradisi, di antara
para syahid Kristen di Roma itu terdapat Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Selaku salah seorang
pimpinan gereja di Roma, Yohanes Markus digerakkan oleh Roh Kudus untuk menulis Injil ini
sebagai suatu antisipasi yang bersifat nubuat atau tanggapan penggembalaan terhadap masa
penganiayaan ini. Tujuannya ialah memperkuat dasar iman dalam orang percaya di Roma, dan
jikalau diperlukan, mendorong mereka untuk dengan setia menderita demi Injil, dengan
memperhadapkan kepada mereka kehidupan, penderitaan, kematian serta kebangkitan Yesus,
Tuhan mereka.
C. Survai
Dalam suatu kisah yang bergerak dengan cepat, Markus memperkenalkan Yesus sebagai Putra
Allah dan Mesias, hamba yang menderita. Titik yang menentukan dalam kitab ini adalah episode
di Kaisarea Filipi, yang disusul oleh peristiwa pemuliaan Yesus (Mr 8:27--9:10), ketika identitas
dan misi penderitaan Yesus dinyatakan dengan jelas kepada kedua belas murid-Nya. Bagian
pertama kitab Injil ini memusatkan perhatian terutama kepada mukjizat luar biasa yang
dilakukan Yesus dan pada kuasa-Nya atas penyakit dan setan-setan sebagai tanda bahwa
Kerajaan Allah sudah dekat. Akan tetapi, di Kaisarea Filipi itu Yesus memberitahukan dengan
terus terang kepada para murid bahwa Dia harus "menanggung banyak penderitaan dan ditolak
oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari"
(Mr 8:31). Banyak ayat dalam kitab ini menyebut penderitaan sebagai harga kemuridan (mis. Mr
3:21-22,30; Mr 8:34-38; Mr 10:33-34,45; Mr 13:8,11-13). Namun setelah mereka menderita
karena Dia maka Allah akan menyatakan bahwa Ia berkenan kepada mereka, sebagaimana
ditunjukkan dalam kebangkitan Yesus.1
Memperhatikan Markus 6:45-52 disebutkan bahwa Kristus segera memerintahkan murid-
murid-Nya, yang maksudnya ialah Yesus memaksa mereka untuk naik perahu dan berangkat
ke Betsaida. Jelas tempat terjadinya mukjizat itu berada di selatan Betsaida Yulias (Luk. 9:10),
dan Kristus menyuruh murid-murid-Nya berlayar ke kota itu dan menemui diri-Nya di sana.
Alasan dilakukannya pembubaran orang banyak itu secara mendadak, menurut Yohanes (6:14,
15). ialah bahaya munculnya usaha revolusioner untuk menjadikan Yesus raja.

1
Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2014) hal. 129
BAB II
TAFSIRAN:
YESUS TUHAN PENYERTAAN-NYA TIDAK TERBATAS RUANG DAN WAKTU

Dalam Kitab Markus,Percakapan, cerita adalah metode pengajaran paling sering


dilakukan oleh Yesus.Donal Guthrie menyebutkan bahwa “Metode pembelajaran yang
digunakan oleh Yesus dalam Injil Markus adalah: Diskusi, Tanya Jawab, Ceramah. Metode
yang paling sering digunakan oleh Yesus dalam kitab Markus adalah metode cerita”2

Ayat 45
Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih
dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.
Dalam teks berbahasa Yunani (textus Receptus) disebutkan “και ευθεως ηναγκασεν τους
μαθητας αυτου εμβηναι εις το πλοιον και προαγειν εις το περαν προς {VAR1: βηθσαιδαν }
{VAR2: βηθσαιδα } εως αυτος απολυση τον οχλον.
Dalam teks Varian 1 disebutkan “προς βηθσαιδαν” dalam kasus Akusatif Feminin yang dapat
diartikan sebagai berdasarkan akar katanya “bayth-sahee-dah” yang dapat diartikan “rumah
ikan” sebuah kota di tepi danau Galilea. Dikatakan J.M Price, metode Tuhan Yesus yang khas,
tidak dapat diragu-ragukan, adalah membangun percakapan baik dalam bentuk perumpamaan
atau cerita. Metode ini lebih menonjol dari pada metode yang lain dalam pengajaran-Nya.3
Metode percakapan-cerita sangat banyak ditemui dalam pengajaran injil Markus. Itu dikarenakan
Yesus sering mengajar dengan memakai perumpamaan-perumpamaan atau cerita. Seperti
dikatakan oleh Price sangatlah menarik jika perhatikan betapa banyak Yesus memakai cerita dan
perumpamaan dalam pengajaran-Nya.Kurang lebih seperempat dari kata-kata-Nya dicatat oleh
Markus. Kemungkinan metode ini dipakai Tuhan Yesus karena metode cerita karena
metode tersebut dapat dimengerti oleh banyak orang. Enklaar dan Homrighausen mengatakan,
metode cerita mengikat perhatian karena menggambarkan hidup manusia dengan warna-warna
yang serba indah. Tidak ada seorangpun yang tidak menggemari cerita yang tidak menarik.4

2
Donald Guthrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini. (Jakarta: BPK. Gunung Mulia. 2008) hal 153
3
https://xaesar.wordpress.com/2022/05/06/mengajar-secara-kreatif
4
B . S. Sidjabat, MengajarSecaraProfesional(Bandung: KalamHidup, 2009), hal. 178.
Ayat 46-47
Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Ketika hari sudah malam perahu
itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat.
Frasa “ ketika hari sudah malam” dalam Terjemahan Baru; menghasilkan kerancuan jika
dilanjutkan dengan informasi berikutnya bahwa Yesus melihat mereka bersusah payah
mendayung perahu pada ayat 48. Jika kita memperhatikan New English Translation disebutkan
“When evening came” yang dapat diartikan hampir malam, atau malam datang; jika
dibandingkan dengan teks Yunani kata yang dipakai adalah genomenhς dalam bentuk Aorist
Middle Participle yang dapat diartikan “terlihat menjadi” dengan demikian dari kejauhan Yesus
tetap memantau dan mengawasi para Murid. Suasana menjelang malam, masih dapat terlihat
kondisi murid-murid Yesus. Dalam ayat ini disebutkan juga bahwa Yesus berdoa dalam
kesendirian. Yesus beberpa kali dicatat berdoa dengan Model seperti ini.

Ayat 48
6:48 Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira
jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.
Kata “Ia hendak melewati mereka” dalam Terjemahan Baru, perlu dikoreksi.
(to pass by) dalam paralelnya yaitu Matius 14 dan Yohanes 6.Itulah sebabnya menurut Robert H.
Stein “pernyataan bahwa Yesus ‘hendak melewati mereka’ tidak memiliki paralel dalam dua Injil
yang lain dan membingungkan. Jika Yesus mendatangi para murid karena melihat mereka
kepayahan, mengapa sekarang la hendak 'melewati mereka' (Matius 6:48d). Jadi sekarang, kita
mendapatkan kaitan Intertekstual yang kuat dari Narasi Yesus Berjalan di Atas Air (Markus
6:45-52) pada dua elemen, yaitu gagasan mengenal Yahweh berjalan di atas laut.5
Angin sakal yang menghadang perjalanan murid-murid Tuhan ini bukanlah angin yang besar
atau yang bersifat menghancurkan, tetapi angin ini menghadang secara bertubi-tubi sehingga
pergerakan kapal yang mereka tumpangi menjadi terhambat.  Akibatnya para murid menjadi
sangat kelelahan karena kapal tidak bisa melaju dengan cepat, padahal danau Galilea bukanlah
danau yang asing bagi mereka.  Terkadang kita diperhadapkan dengan  'angin'  permasalahan
yang datang secara tiba-tiba dan bertubi-tubi menghadang perjalanan hidup kita.  Kita pun

5
J.H Bavinck, sejarah Kerajaan Allah Volume 2, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia. 2018) hal.335
menjadi sangat lelah, tak berdaya, dan kehilangan kekuatan untuk meneruskan langkah hidup
ini.  Frasa “Yesus Melewati” dapat juga dipahami sebagai Intertekstual dengan Yesus Berjalan di
atas air.Kata Bahasa Yunani pare rcomai yang sama dalam Ayub 9:11 (LXX); Markus 6:48
digunakan juga dalam Keluaran 33:18, 22; dan Keluaran 34:6 (LXX). Jadi kombinasi antara
motif "berjalan di atas air" dan "melewati" baik dalam Markus 6:45-52; Ayub 9:4-11; Keluaran
33:17-23; dan 34:5-7 mengharuskan kesimpulan mengenal adanya relasi intertekstual di antara
teks teks ini.6 Yesus sedang mengkomunikasikan keilahian-Nya kepada murid dengan berjalan di
atas air.
Ayat 49-52
Kita bertemu dengan metode dan gaya komunikasi Yesus pada ayat-ayat ini. Yesus hendak
menjelaskan bahwa sebagai yang ilahi, semua hokum alamiah tunduk kepada-Nya.Dia Allah itu
sendiri, bukan Hantu seperti konsep dan nalar spontan para murid.
Hantu. Dalam bahasa Yunani, istilah ini berarti sesuatu yang aneh yang muncul
dengan tiba-tiba. Para murid menyangka mereka sedang melihat hantu Markus dengan Jelas
mencatatkan bahwa ada penggunaan perkataan ego eimi - εγω ειμι μη φοβεισθε secara absolut
dalam perikop ini kata εγω ειμι tanpa predikatif muncul “Akulah ini”
Yesus mendatangi murid-murid-Nya saat mereka sedang kesulitan mendayung karena angin
sakal saat menyeberangi "laut" (Markus 6:47- 48; LAHITB: "danau. Di dalam konteks inilah
Yesus menggunakan ego eimi absolut: "Tenanglah! Aku ini, εγω ειμι jangan takut!"(Markus
6:50). Karena itu, kita perlu memperhatikan elemen-elemen penting dalam konteks naratifnya
dalam terang relasi intertekstualnya kemudian mempertimbangkannya secara akumulatif untuk
membuat kesimpulan mengenai signifikansi dari penggunaan ego eimi absolut dalam Markus
6:50.
Pertama Yesus mendatangi mereka dengan cara "berjalan di atas air" (Markus 6:49). Elemen ini
sangat penting karena di dalam PL, ada satu teks yang menyatakan bahwa hanya Yahweh yang
dapat berjalan di atas air tanpa indikasi bahwa la mengalami kesulitan atau bahwa la
mendapatkan bantuan eksternal untuk melakukan demikian. Di dalam Ayub 9:8, dikatakan
bahwa hanya Allah "yang seorang diri membentangkan langit, dan melangkah di atas
gelombang-gelombang laut."

6
Charles Pfeifer, Tafsiran Alkitab Wayclife Vol. 3,(Malang: Gandum Mas.2012) hal.
Kedua, sebelumnya, di Markus 6:48, saat Yesus melihat mereka kepayahan mendayung,"la
datang kepada mereka berjalan di atas air . Perlu kita perhatikan bahwa Yesus Berjalan di atas
Air (Markus 6:45-52) merupakan narasi kedua setelah Markus 4:35-41) yang bicara tentang
kuasa Yesus untuk menangani gejolak kekuatan air khaotik. Narasi terdahulunya (Markus 4:35
41) fokus pada hardikan Yesus yang sedemikian berkuasa meredakan gejolak taufan itu. Narasi
kedua (Markus 6:45-52) melibatkan keseluruhan diri Yesus yang mampu berjalan tanpa
mengalami celaka di atas gelombang-gelombang laut.7
Untuk melihat kaitan itu, saya akan kembali kepada elemen sebelumnya ketika Markus
menggunakan kata "danau," namun arti literalnya adalah "laut" (Markus 6:47). Laut itu
digambarkan sedang bergejolak melalui frasa (angin sakal) yang mengakibatkan mereka
kepayahan mendayung. Ini adala sebuah gambaran standar yang bicara tentang amukan kekuatan
jahat di laut: "Berkatalah Daniel, demikian: "Pada malam hari aku mendapat penglihatan, tampak
keempat angin dari langit mengguncangkan laut besar" (Daniel 7:2; bnd. Testament of Judah
21:7,9). Elemen di atas jika dikaitkan kembali dengan konteks original dari Ayub 9:4-11, kita
akan melihat lagi motif combat atau peperangan yang menandal motif the divine warrior dalam
Injil Markus. Profesor Tremper Longman III ketika mengomentari mengenal Allah melangkah di
atas gelombanggelombang laut (Ayub. 9:8), menyatakan kata ‫ יאם‬Bahasa Ibrani yam di sini
dapat merupakan sebuah rujukan kepada dewa antipenciptaan dalam mitologi Ugaritik, Yam,
yang ditaklukan oleh Baal untuk menciptakan kosmos. Dengan demikian, laut di sini mewakili
khaos, dan fakta bahwa Allah melangkah melintasi gelombang gelombang laut memperlihatkan
kontrol-Nya atas kejahatan.

Mengingat relasi intertekstual di atas, Markus tidak sekadar menggambarkan suatu suasana
Chaos-Kahotik di Laut yang latar belakangnya ada dalam motif bahwa YHW adalah The Divine
Warior. Mengingat relasi intertekstual di atas, Markus tidak sekadar menggambarkan tentang
kondisi menyusahkan yang dialami para murid, melainkan sedang menggambarkan suatu
suasana khaotik di laut yang latar belakangnya ada dalam kontinuasi motif Yahweh sebagai the
Divine Warior dalam PL.

7
John Paul Heil, Jesus Walking on the Sea: Meaning and Gospel Function of Matt. 14:22-33, Markus 6:45-
52, and John 6:15b 21 (Analecta Biblica; Rome: Biblical Institute Press, 2001), 108.
Gambaran itu bahkan bisa dipertegas dengan memperhatikan catatan Markus: "... la datang
kepada mereka berjalan di atas air dan la hendak melewati mereka." (Markus 6:48), Kata
"berjalan," merupakan kata yang membentuk sebuah motif yang menggambarkan Yahweh
mengalahkan kekuatan-kekuatan jahat.

Pemazmur menggambarkan Yahweh berjalan di atas atau menginjak "anak-anak singa dan ular
naga" (Mazmur 91:13).

Yesaya menggunakan motif berjalan atau jalan sebagai gambaran mengenal pengharapan akan
kedatangan kembali Yahweh yang membawa Eksodus Baru umat-Nya:
Terjagalah, terjagalah! Kenakanlah kekuatan, hai tangan TUHAN! Terjagalah seperti pada
zaman purbakala, pada zaman keturunan yang dahulu kala! Bukankah Engkau yang meremukkan
Rahab, yang menikam naga sampai mati? Bukankah Engkau yang mengeringkan laut, air
samudera raya yang hebat? yang membuat laut yang dalam menjadi jalan, supaya orang-orang
yang diselamatkan dapat menyeberang? (Yesaya 51:9-10).

Jadi gambaran mengenai Yesus berjalan di atas laut terkait dengan motif Yahweh sebagai the
Divine Warrior yang mengalahkan kekuatan-kekuatan jahat. PB juga menggunakan motif ini
untuk bicara tentang Yesus mengalahkan setan bahkan orang-orang percaya pun diberi kuasa
untuk mengalahkan setan.Brendan Dempsey menyatakan,
Melihat para murid sangat kepayahan, Yesus mendapati mereka dengan berjalan di atas air
(peripaton epi tes thalasses). Dengan suatu tindakan yang luar biasa, Yesus secara literal
melangkah pada jejak jejak langkah Yahweh, yang menginjak laut pada kemenangan agungNya
di masa purba.8

BAB III
8
William Lane, The Gospel of Mark (Epub Version; NICNT; Grand Rapids, Michigan Eerdmans, 1974) hal.
218/838.
KESIMPULAN

Pengajaran yang dicatat oleh Markus dalam Pasal 6 ayat 45-52 tidak sebatas pembuktian
kuasaYesus Berjalan di atas Air; bukan hanya memandal penyingkapan identitas Yesus sebagai
Anak Allah yang Ilahi, Yahweh di dalam PL, melainkan juga merupakan kontinuasi motif Yesus
sebagal the Divine Warrior dalam Injil Markus. Langkah-langkah kaki Yesus di atas laut yang
bergejolak itu adalah manifestasi dari langkah-langkah kaki YHWH di dalam PL yang berjalan
di atas gelombang gelombang laut dan mengalahkan kekuatan-kekuatan jahat.
Pola komunikasi yang dibangun oleh Yesus, percakapan-Nya dengan para Murid benar-benar
menghadirkan pencerahan, penyingkapan dan pembuktian.

Anda mungkin juga menyukai