Bukan kebetulan apabila Paulus meletakkan pembahasan tentang kasih di sini tepat sesudah ia
menguraikan tentang pelayanan rohani (12:3-8). Ia ingin mengajarkan bahwa penggunaan
karunia rohani harus didasarkan pada kasih. Tidak cukup bagi seseorang untuk melayani sesuai
dengan karunia masing-masing (12:3-8a). Tidak cukup hanya melayani dengan cara tertentu
sesuai dengan karunia tersebut (12:8b). Yang paling penting adalah motivasi di balik semua
tindakan itu, yaitu kasih.
Tanpa kasih, pelayanan hanya akan menjadi ajang aktualisasi diri untuk kepentingan diri
sendiri. Tanpa kasih, pelayanan hanyalah sebuah keterpaksaan dan rutinitas yang
membosankan. Yang paling parah, semua upaya dalam pelayanan akan menjadi sia-sia tanpa
kasih (1Kor 13:1-3).
Kasih seperti apa yang seharusnya ditunjukkan dalam pelayanan dan kepada sesama saudara di
dalam Kristus? Apa saja wujud dari kasih itu?
Manusia adalah mahkluk sosial, artinya tidak bisa hidup sendiri tanpa memiliki
hubungan dengan orang lain. Itu berarti seseorang akan menikmati dan menjalani kehidupanya
sebagai manusia yang wajar jika ia memiliki hubungan dengan orang lain. Inilah yang
membedakan antara manusia dan binatang.
1. Hidup dan Melayani dengan kasih yang tulus. “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura!” (ay
9).
Rasul Paulus sadar, ternyata ada yang pura-pura. Ia dengan tegas berkata “jangan pura-
pura” tetapi harus tulus dan tidak munafik.
Ia menggunakan kata Philadelphia yang berarti ikatan kasih yang terjadi di dalam
keluarga.
Kasih orangtua kepada anak-anaknya, kasih yang muncul dengan sendirinya tanpa
dipaksa dan tanpa mengharapkan imbalan.
Ini yang harus terjadi di dalam gereja Tuhan! Kasih kekeluargaan! Dikatakan “saling
mengasihi sebagai saudara” dan “saling mendahului memberi hormat” (ay 10).
Sebagai saudara karena begitulah kehendakNya, kita adalah saudara di dalam nama
Tuhan Yesus, “Sebab siapapun yang melakukan kehendak BapaKu di sorga, dialah saudaraKu
laki-laki … perempuan … ibuKu” (Mat 12:50).
Bukti kasih dinyatakan, “kenakanlah kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan
menyempurnakan” (Kol 3: 14) jadi jika belum ada persatuan maka belum ada kasih dan kita
tidak akan mampu menyapa atau mendahului memberi hormat.
Betapa banyaknya orang yang menghindar atau pura-pura tidak tahu jika bertemu
dengan orang lain yang dikenalnya dan segereja.
Semoga kita tidak hanya pandai berbicara tentang kasih atau memahaminya saja tetapi
lebih dari itu kita juga harus tinggal di dalam kasih itu.