Anda di halaman 1dari 7

Galatia 6:1-10 “Saling Berbuat Baik”

Ada satu cerita fabel tentang tikus dan kancil.

Suatu hari sang Kancil mendengar tangisan yang berasal dari sebuah lubang. Ternyata setelah
dilihat, ada seekor tikus yang terperangkap jatuh di lubang. "Ngapain lu di bawah?" tanya Kancil
ngeledek. "Tolongin saya napa 'Cil, saya jatuh nih gak bisa keluar dari lubang ini," teriak Tikus.
"hahahaha ... makanya kalau jalan tuh, liat liat napa, ati ati kalau jalan" Kancil makin meledek.
"Iya iya, aku salah ... kamu mau nolongin aku gak?" Tikus memelas. "Nolong kamu? Buat apa?"
kata Kancil. "Ya, mungkin saja suatu hari nanti gantian, saya bisa nolongin kamu, 'Cil" Tikus
menjelaskan. "Ah, badan kau saja kecil begitu, mau belagu nolong aku segala. Tapi udahlah, sini
kutolong kamu keluar dari lubang ini ... kau naik ya ke punggungku ..." kemudian Kancil turun ke
lubang, dan melompat keluar dari lubang itu bersama Tikus. "Wah, makasih ya 'Cil, suatu hari
nanti moga-moga aku bisa membalas kebaikanmu ini" Tikus berteriak kegirangan. "Ah sudahlah,
lupakan saja" kata Kancil dingin.

Beberapa minggu kemudian ....

Tikus mendengar ada suara tangisan, eh ternyata si Kancil yang menangis. "Kenape lu 'Cil?"
tanya Tikus sambil senyam-senyum. "Iya nih, aku kena kejerat sama tali perangkapnya pak Tani,
jadi gak bisa kemana-mana nih aku ..." Kancil sedih. Tikus pun makin tersenyum, "Tuh kan,
sekarang saya bisa menolong kamu 'Cil". "Nolong bagaimana kamu, badan kecil aja mau nolong-
nolong" kata Kancil. Jawab Tikus: "Hehehe, kamu lupa ya 'Cil, saya kan binatang pengerat. Sini
ku gigitin tali yang menjerat kaki mu itu, biar putus talinya dan kau pun bisa lepas bebas lagi
'Cil".

Bukankah gambaran dari cerita fabel itu adalah sebuah gambaran yang nyata dalam kehidupan
keseharian kita: bahwa kita hidup bersama-sama dengan yang lain, bahwa kita berjuang untuk
melawan sikap-sikap merendahkan yang lain (merasa diri paling kuat, paling hebat, paling benar)
- seperti si Kancil yang merasa bahwa Tikus gak akan mampu berbuat apa-apa menolongnya,
ternyata bisa nolong juga kan si Tikus itu.

Dalam pembacaan Alkitab kita hari ini, hal itu pula yang mau diingatkan oleh Rasul Paulus
kepada jemaat di Galatia. Kita tahu bahwa salah satu pergumulan khas dari jemaat kristen mula-
mula adalah gontok-gontokannya anggota jemaat yang berasal dari Yahudi dengan mereka yang
berasal dari Yunani, padahal sama-sama pengikut Kristus tuh mereka itu: saling mengejek,
menjatuhkan, saling gak peduli dengan sesama dan yang lain, yang akhirnya membuat mereka
hidup dalam ancaman perpecahan dalam 'tubuh jemaat' itu sendiri.

Bayangkan saja, bila satu jemaat - siapapun itu - mengalami pergumulan yang seperti ini.
Nyamankah kita bersekutu dan beribadah? Ah .. pastinya tidak.

Mari kita lihat bagaimana firman Tuhan melalui Rasul Paulus hari ini bisa menolong kita atau
siapapun mereka agar tidak terjebak dalam situasi yang sama:

1. Prinsip Jari Menunjuk (ayat 1-2)

Menarik ya, ada seorang yang kedapatan melakukan pelanggaran, lalu ada seorang yang disebut,
"kamu yang rohani" ... Kemudian diingatkan bahwa "memimpin dalam roh lemah lembut" dan
"jaga dirimu sendiri". Yang diakhiri dengan kalimat "bertolong-tolonganlah menanggung
bebanmu. Setiap kita nyatanya punya beban. Setiap kita punya kesemptan untuk bergumul
dengan hal-hal yang sama. Jatuh bangunnya seseorang adalah gambaran hidup yang nyata yang
bisa dialami oleh semua orang. Jadi bijaklah dalam menggunakan jari.

Sebab ketika satu jari menunjukk ke orang lain, ada 3 jari kita yang menunjuk pada diri kita
sendiri. Tiga jari kita inilah yang seharusnya senantiasa mengingatkan kita bahwa: itulah Roh
Lemah Lembut yang jangan sampai terlupakan oleh kita.

2. Prinsip Kaca (ayat 3-4)

Katanya, orang Indonesia itu kalau jadi komentator memang yang paling hebat sedunia. Liat aja
kalau ada orang lagi pada kumpul nonton bareng sepak bola di tv, wah itu bisa jelek-jelekin abis
pemain bola yang lagi main itu (padahal yang dijelek2in itu Ronaldo! bayangin coba, hehehe) ...
"gitu aja gak gol! dasar!" ... Padahal mah yang komen itu sendiri gak bisa main bola.

Nah yang itu dia lupa bawa kaca - seperti yang dikatakan dalam ayat 3: "dia menyangka dia bisa
lebih baik, padahal tidak sama sekali."

Atau keadaannya seperti ayat 4. Dia bawa kaca, tapi salah ngacanya. "Ya saya masih lebih baik
lah di banding koruptor-koruptor negara yang sampai ber-M-M itu ... Saya kan cuma korupsi
kecil-kecilan, cuma ratusan ribu ajah".

Bukankah lebih baik untuk kita berkaca pada diri kita sendiri dan berjuang untuk terus menerus
memperbaharui diri menjadi orang yang lebih baik? Dibandingkan mengomentari kehidupan
orang lain.
3. Prinsip Tabur - Tuai (ayat 8-9)

Apa yang kita tabur, itulah juga yang akan kita tuai.

Saya suka mendengar cerita tentang seseorang yang tiba tiba suatu hari didatangi oleh temannya
yang marah-marah luar biasa. Lalu orang itu bertanya di dalam hatinya: "Tuhan, apakah temanku
yang lagi marah-marah didepanku sekarang ini sedang menabur, atau aku kah yang sedang
menuai?" Bila aku sedang menuai hari ini, ampunilah aku. Tapi bila hari ini temanku yang
sedang menabur, berikanlah padaku kesabaran.

4. Prinsip Langkah Kecil (ayat 10)

Perubahan hanya akan terjadi ketika kita mau memulai sebah langkah kecil. Mulailah dari yang
terkecil, yang terdekat, yang ada di depan mata kita.

Kita mau belajar hidup saling mengasihi? Mulailah dari yang terdekat: kasihi keluarga kita, kasihi
tetangga kita ... Mulailah dari yang kecil, dari yang terdekat. Sebab kalau yang kecil saja sudah
sulit, kalau yang dekat saja sudah gak bisa, gak usah ngimpi bisa membuat perubahan dalam
kehidupan kita.
Galatia 6:1-10 “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu
memenuhi hukum Kristus.”

Allah menghendaki kita saling terkait satu dengan yang lain untuk memberikan pertumbuhan
kepada setiap pribadi. Bagaimanakah caranya agar kita bisa saling terkait dan menciptakan
kerjasama di antara kita sebagai orang percaya?

1. Memiliki kerendahan hati

Kerjasama hanya akan terjadi apabila kita tidak membanding-bandingkan apa yang kita lakukan
dengan apa yang sudah dilakukan orang lain (ayat 4). Sebab akibatnya adalah kesombongan
kalau kita merasa melakukan lebih dari orang lain dan kita akan iri hati kalau orang lain
melakukan lebih dari apa yang kita lakukan. Jadi lebih baik kita mengejar target yang Allah
berikan dalam kehidupan kita dan berusaha untuk mencapainya bersama-sama dengan orang lain.
Alkitab berkata, “Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.” (ayat 5)

2. Memiliki kepedulian terhadap orang lain

Kita hidup dalam hukum Kristus dan hukum itu adalah tolong menolong yaitu peduli terhadap
kebutuhan orang lain (ayat 2). Dan bukti nyata kita mau bekerjasama dengan orang lain adalah
kita juga akan menempatkan diri menjadi alat di tangan Tuhan untuk menolong orang lain yang
sedang tergelincir ke dalam dosa untuk kembali ke jalan yang benar (ayat 1). Kepedulian ini
sangat dibutuhkan dalam sebuah kerjasama untuk saling tolong menolong sebagai sesama orang
percaya.

3. Saling memberi

Kerjasama akan terbina dengan baik apabila kita bukan hanya mencari apa saja yang dapat dicari
bagi diri sendiri. Tetapi setiap usaha harus diarahkan untuk kepentingan bersama (ayat 6). Kalau
kita menabur kebaikan, maka kita akan menuai kebaikan juga tetapi kalau kita menabur
kejahatan, maka kita juga akan menuai kejahatan (ayat 7). Itulah sebabnya kita didorong untuk
tidak jemu-jemu menabur kebaikan, karena kalau sudah tiba waktunya kita akan menuai yang
baik dari apa yang kita tabur kalau kita setia melakukannya (ayat 9) Dan ingatlah target dari
perbuatan baik kita adalah semua orang terutama sesama orang-orang percaya (ay. 10).
Galatia 6:1-10 | Dua Prinsip untuk Mewujudkan Kasih

Santo Agustinus, seorang Bapa Gereja, pernah ditanya tentang: “Apa sih Kasih itu? Bagaimana
bentuk dan rupa Kasih itu?”. Santo Agustinus kemudian menjawab pertanyaan itu begini:

Kasih memiliki tangan untuk menolong orang lain, Kasih memiliki kaki untuk menghampiri
mereka yang miskin, Kasih memiliki mata untuk melihat kebutuhan-kebutuhan orang lain, Kasih
memiliki telinga untuk mendengar rintihan mereka yang menderita.

Sederhana, tepat sasaran! Apa itu perwujudan kasih? Kasih itu punya tangan, kaki, mata dan
telinga yang bukan hanya bias kita gunakan untuk diri kita sendiri saja … melainkan bisa juga
kita gunakan untuk menjangkau mereka yang lain yang ada disekitar kita. Kasih bukan hanya
‘melihat ke dalam’ tapi juga ‘melihat keluar’.

Namun sayangnya, wujud kasih itu seringkali tidak seimbang …. Rasanya banyak orang yang
lebih mudah mewujudkan kasih itu untuk hidupnya sendiri, dan ketika ada orang-orang diluar diri
mereka membutuhkan perwujudan nyata dari kasih itu … hmmmm … di sini sulitnya … Seperti
ada lawakan yang sering kita dengar yang bercerita tentang seorang yang dapat undian berhadiah
10 juta, ditanya: ‘ mau disumbangin kemana nih hadiahnya?’ Jawaban dia: ‘saya mau
menyumbangkan hadiah ini untuk orang-orang yang membutuhkannya … mereka adalah anak-
anak dan istri saya sendiri’

Penjelasan & Penerapan Bahan

Galatia 6:1-10 berbicara mengenai bagaimana kita bisa menyeimbangkan Hukum Kristus itu …
bukan hanya untuk diri kita sendiri, melainkan juga menjangkau orang-orang lain yang ada
disekitar kita.

1. PRINSIP RODA

Ayat 1-3

Apa yang mereka alami sekarang (pergumulan, kesusahan, jatuh dalam dosa), hal itu nyata-
nyatanya bisa juga terjadi dalam hidup kita. Beberapa orang berkata: “Hidup itu bagai roda,
kadang di bawah, tapi ada saatnya juga ada di atas”Saya tertarik ayat 3 … sebab menurut saya ini
masalah utamanya: Kesombongan Diri. Sepuluh tahun ‘hidup di atas’ … jadinya sombong …
Tapi kita ‘gak tahu sama sekali bahwa yang 10 tahun itu bias saja berubah seketika dalam
hitungan detik.
2. PRINSIP TABUR-TUAI

Ayat 7-8

Apa yang kita tabur hari ini dalam menghadapi pergumulan-pergumulan kita? Kita akan menuai
apa yang telah kita tabur itu. Ada satu cerita tentang seorang guru yang tiba-tiba di maki-maki
habis oleh seorang ibu dari muridnya … Sebelum sempat guru itu marah balik … dia bertanya
pada dirinya sendiri dalam hati: “Si ibu ini maki-maki saya sekarang itu ‘dia yang sedang
menabur’ atau ‘saya nih yang sedang menuai?”

Cepat atau lambat kita akan menuai apa yang kita tabur. Oleh sebab itu, Firman Tuhan menutup
perikop kita hari ini dengan ajakan untuk tetap menaburkan apa yang baik, sehingga di kemudian
hari, yang kita tuai adalah yang baik juga.
Galatia 6:1-10

Anda mungkin juga menyukai