Anda di halaman 1dari 42

MENGUPAS TUNTAS PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Oleh : Prof. Dr.

Suwarsih Madya)

POSTED BY SUAIDINMATH ⋅ 17 APRIL 2012 ⋅ TINGGALKAN KOMENTAR

Bagian I

Pendahuluan

Anda adalah guru yang sudah banyak jam terbangnya, bukan? Pasti Anda punya banyak
pengalaman, baik manis maupun pahit, dalam mengajar. Pengalaman manis dapat Anda rasakan
ketika siswa-siswa Anda berhasil meraih prestasi, yang sebagian merupakan kontribusi Anda. Dan,
Anda pasti menginginkan siswa-siswa Anda selalu berhasil meraih prestasi terbaik. Namun, mungkin
keinginan Anda yang mulia tersebut lebih sering tidak tercapai karena berbagai alasan. Misalnya,
mungkin Anda sering menemukan siswa-siswa tidak bersemangat, kurang termotivasi, kurang
percaya diri, kurang disiplin, kurang bertanggung jawab dsb. Pasti Anda sudah melakukan upaya
untuk mengatasinya, tetapi mungkin hasilnya masih jauh dari yang Anda inginkan.

Dan Anda masih ingin mengatasi masalah-masalah yang Anda temukan di kelas, bukan?
Mengapa tidak mencoba mengatasinya lewat suatu kegiatan penelitian tindakan? Mendengar kata
’penelitian’ mungkin Anda ingat pengalaman pahit ketika dulu meneliti untuk skripsi Anda karena
harus mengembangkan instrumen yang berkali-kali direvisi atas saran dosen pembimbing, harus
minta ijin ke sana ke sini, harus terjun ke lapangan menemui responden, yang tidak selalu
menyambut dengan ramah kedatangan Anda, harus kecewa karena angket tidak semua
dikembalikan, harus menganalisis data dan seirng tersandung masalah statistik, dan setelah analisis
selesai, harus kecewa karena hasilnya tidak selalu siap dipraktikkan di dunia nyata. dsb. Singkatnya,
kegiatan penelitian tidak mudah karena pertanggungjawaban teoretisnya cukup berat.

Anda tidak perlu mengalami itu semua ketika Anda melakukan penelitian tindakan. Mengapa?
Karena jenis penelitian ini memang berbeda dengan jenis penelitian lain. Kalau jenis penelitian lain
layaknya dilakukan oleh para ilmuwan di kampus atau lembaga penelitian, penelitian tindakan
layaknya dilakukan oleh para praktisi, termasuk Anda sebagai guru. Kalau jenis penelitian lainnya
untuk mengembangkan teori, penelitian tindakan ditujukan untuk meningkatkan praktik lapangan.
Jadi penelitian tindakan adalah jenis penelitian yang cocok untuk para praktisi, termasuk guru.

Mari kita bicarakan hal ikhwal tentang penelitian tindakan. Kalau Anda pernah mempelajarinya,
pembicaraan ini berfungsi untuk menyegarkan kembali atau memperkaya apa yang telah Anda
ketahui. Kalau Anda belum tahu banyak, lewat pembicaraan ini Anda akan mengenalnya,
memahaminya, dan akhirnya berminat untuk melaksanakannya, untuk mencapai cita-cita Anda yang
mulia, yaitu meningkatkan keberhasilan mendidik, mengajar dan melatih murid-murid Anda, yang
akan memberikan sumbangan yang signifikan pada peningkatkan kualitas pendidikan nasional.
Seperti tercantum dalama UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas, Pasal 3, pendidikan nasional befungsi
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, yang merupakan salah satu tujuan kemerdekaan bangsa
kita, seperti dinyatakan pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Oleh sebab itu, upaya Anda
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas merupakan amalan mulia karena memberikan
kontribusi dalam mengisi kemerdekaan yang telah direbut lewat pengorbanan yang tidak sedikit.

Mari kita menyamakan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas
(PTK).

Apa yang Dimaksud dengan PTK dan Apa Ciri-cirinya?

Karena penelitian tindakan cocok untuk para praktisi yang bergelut dengan dunia nyata, maka
ia cocok untuk Anda sebagai guru. Anda mungkin heran kenapa istilah ’penelitian’ yang biasanya
berkenaan dengan teori sekarang dijodohkan dengan istilah ’tindakan’. Keheranan Anda tidak
berlebihan karena memang jenis penelitian ini tergolong muda dibandingkan dengan penelitian
tradisional yang telah ratusan tahun dikembangkan. Uraian beberapa butir di bawah ini akan dapat
membantu Anda dalam memahami apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan (Silakan baca
Burns, 1999: 30; Kemmis & McTaggrt, 1982: 5; Reason & Bradbury, 2001: 1).

Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan
situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan
situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan ia disebut ’penelitian tindakan kelas’
atau PTK.

Apakah kegiatan penelitian tindakan tidak akan mengganggu proses pembelajaran? Sama sekali
tidak, karena justru ia dilakukan dalam proses pembelajaran yang alami di kelas sesuai dengan
jadwal. Kalau begitu, apakah penelitian tindakan kelas (PTK) bersifat situasional, kontekstual,
berskala kecil, terlokalisasi, dan secara langsung gayut (relevan) dengan situasi nyata dalam dunia
kerja? Benar. Apakah berarti bahwa subyek dalam PTK termasuk murid-murid Anda? Benar. Lalu
bagaimana cara untuk menjaga kualitas PTK? Apakah boleh bekerjasama dengan guru lain? Benar.
Anda bisa melibatkan guru lain yang mengajar bidang pelajaran yang sama, yang akan berfungsi
sebagai kolaborator Anda.

Karena situasi kelas sangat dinamis dalam konteks kehidupan sekolah yang dinamis pula, apakah
peneliti perlu menyesuaikan diri dengan dinamika yang ada? Benar. Anda memang dituntut untuk
adaptif dan fleksibel agar kegiatan PTK Anda selaras dengan situasi yang ada, tetapi tetap mampu
menjaga agar proses mengarah pada tercapainya perbaikan. Hal ini menuntut komitmen untuk
berpartisipasi dan kerjasama dari semua orang yang terlibat, yang mampu melakukan evaluasi diri
secara kontinyu sehingga perbaikan demi perbaikan, betapapun kecilnya, dapat diraih. Kalau begitu,
apakah diperlukan kerangka kerja agar masalah praktis dapat dipecahkan dalam situasi nyata?
Benar. Tindakan dilaksanakan secara terencana, hasilnya direkam dan dianalisis dari waktu ke waktu
untuk dijadikan landasan dalam melakukan modifikasi.

Apa syarat-syarat agar PTK Anda berhasil?

Untuk dapat meraih perubahan yang diinginkan melalui PTK, apakah ada syarat-syarat lain?
Betul, silakan baca McNiff, Lomax dan Whitehead (2003). Pertama, Anda dan kolaborator serta
murid-murid harus punya tekad dan komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
komitmen itu terwujud dalam keterlibatan mereka dalam seluruh kegiatan PTK secara proporsional.
Andil itu mungkin terwujud jika ada maksud yang jelas dalam melakukan intervensi tersebut. Kedua,
Anda dan kolaborator menjadi pusat dari penelitian sehingga dituntut untuk bertanggung jawab atas
peningkatan yang akan dicapai. Ketiga, tindakan yang Anda lakukan hendaknya didasarkan pada
pengetahun, baik pengetahuan konseptual dari tinjauan pustaka teoretis, maupun pengetahuan
teknis prosedural, yang diperoleh lewat refleksi kritis dan dipadukan dengan pengalaman orang lain
dari tinjauan pustaka hasil penelitian tindakan), berdasarkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.
Refleksi kritis dapat dilakukan dengan baik jika didukung oleh keterbukaan dan kejujuran terhadap
diri sendiri, khususnya kejujuran mengakui kelemahan/kekurangan diri. Keempat, tindakan tersebut
dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat diubah ke arah perbaikan.
Kelima, penelitian tindakan melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan
melalui tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya. Keenam,
Anda mesti mamantau secara sistematik agar Anda mengetahui dengan mudah arah dan jenis
perbaikan, yang semuanya berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik terkadap praktik dan
pemahaman tentang bagaimana perbaikan ini telah terjadi. Kutujuh, Anda perlu membuat deskripsi
otentik objektif (bukan penjelasan) tentang tindakan yang dilaksanakan dalam riwayat faktual,
perekaman video and audio, riwayat subjektif yang diambil dari buku harian dan refleksi dan
observasi pribadi, dan riwayat fiksional. Kedelapan, Anda perlu memberi penjelasan tentang
tindakan berdasarkan deskripsi autentik tersebut di atas, yang mencakup (1) identifikasi makna-
makna yang mungkin diperoleh (dibantu) wawasan teoretik yang relevan, pengaitan dengan
penelitian lain (misalnya lewat tinjauan pustaka di mana kesetujuan dan ketidaksetujuan dengan
pakar lain perlu dijelaskan), dan konstruksi model (dalam konteks praktik terkait) bersama
penjelasannya; (2) mempermasalahkan deskripsi terkait, yaitu secara kritis mempertanyakan motif
tindakan dan evaluasi terhadap hasilnya; dan (3) teorisasi, yang dilahirkan dengan memberikan
penjelasan tentang apa yang dilakukan dengan cara tertentu. Kesembilan,Anda perlu menyajikan
laporan hasil PTK dalam berbagai bentuk termasuk: (1) tulisan tentang hasil refleksi-diri, dalam
bentuk catatan harian dan dialog, yaitu percakapan dengan dirinya sendiri; (2) percakapan tertulis,
yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses percakapan tersebut; (3) narasi dan cerita; dan
(4) bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik. Kesepuluh, Anda perlu memvalidasi
pernyataan Anda tentang keberhasilan tindakan Anda lewat pemeriksaan kritis dengan
mencocokkan pernyataan dengan bukti (data mentah), baik dilakukan sendiri maupun bersama
teman (validasi-diri), meminta teman sejawat untuk memeriksanya dengan masukan dipakai untuk
memperbaikinya (validasi sejawat), dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar
(validasi public). Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain karena semuanya
berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah. Jika ada perbedaan, pasti ada
sesuatu yang masih harus dicermati kembali.

Apa yang dapat Dicapai lewat Penelitian Tindakan Kelas?

Pertanyaan ini dapat diubah menjadi, ”Kapan Anda secara tepat dapat melakukan PTK?” Jawabnya:
Ketika Anda ingin meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawab Anda dan
sekaligus ingin melibatkan murid-murid Anda dalam proses pembelajaran (lihat Cohen dan Manion,
1980). Dengan kata lain, Anda ingin meningkatkan praktik pembelajaran, pemahaman Anda
terhadap praktik tersebut, dan situasi pembelajaran kelas Anda (Grundy & Kemmis, 1982: 84). Dapat
dikatakan bahwa tujuan utama PTK adalah untuk mengubah perilaku pengajaran Anda, perilaku
murid-murid Anda di kelas, dan/atau mengubah kerangka kerja melaksanakan pembelajaran kelas
Anda. Jadi, PTK lazimnya dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru
pembelajaran dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas.

PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan
kelas, PTK dapat berfungsi sebagai (Cohen & Manion, 1980: 211): (a) alat untuk mengatasi masalah-
masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas; (b) alat pelatihan dalam-jabatan,
membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran-diri,
khususnya melalui pengajaran sejawat; (c) alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara
alami) pendekatan tambahan atau inovatif; (d) alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya
buruk antara guru dan peneliti; (e) alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang
subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas. Ada dua butir penting yang perlu
disebut di sini. Pertama, hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja
oleh orang lain yang menginginkannya. Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang
pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan
dalam situasi terkait. Ketiga, peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan
sekaligus pengembangan.

Kriteria dalam Penelitian Tindakan


Benarkah PTk harus memenuhi kriteria tertentu? Benar. Seperti layaknya penelitian, PTK harus
memenuhi kriteria validitas. Akan tetapi, makna dasar validitas untuk penelitian tindakan condong
ke makna dasar validitas dalam penelitian kualitatif, yaitu makna langsung dan lokal dari tindakan
sebatas sudut pandang peserta penelitiannya (Erickson, 1986, disitir oleh Burns, 1999). Jadi
kredibilitas penafsiran peneliti dipandang lebih penting daripada validitas internal (Davis, 1995,
disitir oleh Burns, 1999). Karena PTK bersifat transformatif, maka kriteria yang cocok adalah validitas
demokratik, validitas hasil, validitas proses, validitas katalitik, dan validitas dialogis, yang harus
dipenuhi dari awal sampai akhir penelitian, yaitu dari refleksi awal saat kesadaran akan kekurangan
muncul sampai pelaporan hasil penelitiannya (Burns, 1999: 161-162, menyitir Anderson dkk,1994).

Validitas: demokratik, hasil, proses, katalitik, dan dialoguis

Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kekolaboratifan penelitian dan pencakupan berbagai
suara. Dalam PTk, idealnya Anda, guru lain/pakar sebagai kolaborator, dan murid-murid Anda
masing-masing diberi kesempatan menyuarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan serta dialaminya
selama penelitian berlangsung. Pertanyaan kunci mencakup: Apakah semua pemangku kepentingan
(stakeholders) PTK (guru, kolaborator, administrator, mahasiswa, orang tua) dapat menawarkan
pandangannya? Apakah solusi masalah di kelas Anda memberikan manfaat kepada mereka? Apakah
solusinya memiliki relevansi atau keterterapan pada konteks kelas Anda? Semua pemangku
kepentingan di atas diberi kesempatan dan/atau didorong lewat berbagai cara yang cocok dalam
situasi budaya setempat untuk mengungkapkan pendapatnya, gagasan-gagasannya, dan sikapnya
terhadap persoalan pembelajaran kelas Anda, yang fokusnya adalah pencarian solusi untuk
peningkatan praktik dalam situasi pembelajaran kelas Anda. Misalnya, dalam kasus penelitian
tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran bahasa Inggris, pada tahap refleksi
awal guru-guru yang berkolaborasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas, siswa, Kepala
Sekolah, dan juga orang tua siswa, diberi kesempatan dan/atau didorong untuk mengungkapkan
pandangan dan pendapatnya tentang situasi dan kondisi pembelajaran bahasa Inggris di sekolah
terkait. Hal ini dilakukan untuk mencapai suatu kesepatakan bahwa memang ada kekurangan yang
perlu diperbaiki dan kekurangan tersebut perlu diperbaiki dalam konteks yang ada, atau juga disebut
kesepakatan tentang latar belakang penelitian. Selanjutnya, diciptakan proses yang sama untuk
mencapai kesepakatan tentang masalah-masalah apa yang ada, yaitu identifikasi masalah, dan
tentang masalah apa yang akan menjadi fokus penelitian atau pembatasan masalah penelitian.
Kemudian, proses yang sama berlanjut untuk merumuskan pertanyaan penelitian atau merumuskan
hipotesis tindakan yang akan menjadi dasar bagi perencanaan tindakan, yang juga dilaksanakan
melalui proses yang melibatkan semua peserta penelitian untuk mengungkapkan pandangan dan
pendapat serta gagasan-gagasannya. Proses yang mendorong setiap peserta penelitian untuk
mengungkapkan atau menyuarakan pandangan, pendapat, dan gagasannya ini diciptakan sepanjang
penelitian berlangsung.

Validitas Hasil mengandung konsep bahwa tindakan kelas Anda membawa hasil yang sukses di
dalam konteks PTK Anda. Hasil yang paling efektif tidak hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga
meletakkan kembali masalah ke dalam suatu kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan
pertanyaan baru. Hal ini tergambar dalam siklus penelitian pada Gambar 1 di bawah, di mana ketika
dilakukan refleksi pada akhir tindakan pemberian tugas yang menekankan kegiatan menggunakan
bahasa Inggris lewat tugas ‘information gap’, ditemukan bahwa hanya sebagian kecil siswa menjadi
aktif dan sebagian besar siswa merasa takut salah, cemas, dan malu berbicara. Maka timbul
pertanyaan baru, ‘Apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi agar siswa tidak takut salah, tidak
cemas, dan tidak malu sehingga dengan suka rela aktif melibatkan diri dalam kegiatan
pembelajaran?’ Hal ini menggambarkan bahwa pertanyaan baru timbul pada akhir suatu tindakan
yang dirancang untuk menjawab suatu pertanyaan, begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan
berjalan secara bertahap, berkesinambungan tidak pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi
dan kondisi. (Mohon dicermati uraian masing-masing tahap dan kesinambungan masalah yang
timbul). Validitas hasil juga tergantung pada validitas proses pelaksanaan penelitian, yang
merupakan kriteria berikutnya.

Validitas Proses berkenaan dengan ‘keterpercayaan’ dan ‘kompetensi’, yang dapat dipenuhi dengan
menjawab sederet pertanyaan berikut: Mungkinkah menentukan seberapa memadai proses
pelaksanaan PTK Anda? Misalnya, apakah Anda dan kolaborator Anda mampu terus belajar dari
proses tindakan tersebut? Artinya, Anda dan kolaborator secara terus menerus dapat mengkritisi diri
sendiri dalam situasi yang ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan segera berupaya
memperbaikinya. Apakah peristiwa atau perilaku dipandang dari perspektif yang berbeda dan
melalui sumber data yang berbeda agar terjaga dari ancaman penafsiran yang ‘simplistik’ atau
‘rancu’?

Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang disebut di atas, para peneliti dapat
menentukan indikator kelas bahasa Inggris yang aktif, mungkin dengan menghitung berapa siswa
yang aktif terlibat belajar menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi lewat tugas-tugas yang
diberikan guru, dan berapa banyak bahasa Inggris yang diproduksi siswa, yang bisa dihitung dari
jumlah kata/kalimat yang diproduksi dan lama waktu yang digunakan siswa untuk memproduksinya,
serta adanya upaya guru memfasilitasi pemelajaran siswa. Kemudian jika keaktifan siswa terlalu
rendah yang tercermin dalam sedikitnya ungkapan yang diproduksi, guru secara kritis merefleksi
bersama kolaborator untuk mencari sebab-sebabnya dan menentukan cara-cara mengatasinya.
Kalau diperlukan, siswa yang tidak aktif didorong untuk menyuarakan apa yang dirasakan sehingga
mereka tidak mau aktif dan siswa yang aktif diminta mengungkapkan mengapa mereka aktif. Perlu
juga ditemukan apakah ada perubahan pada diri siswa sesuai dengan indikator bahwa para siswa
berubah lewat tindakan pertama berupa pemberian tugas ‘information gap’ dan tindakan kedua
berupa pembelakuan kriteria penilaian, dan perubahan pada diri guru dari peran pemberi
pengetahuan ke peran fasilitator dan penolong. Begitu seterusnya sehingga pemantauan terhadap
perubahan hendaknya dilakukan secara cermat dan disimpulkan lewat dialog reflektif yang
demokratik.
Perlu dicatat bahwa kompetensi peneliti dalam bidang terkait sangat menentukan kualitas
proses yang diinginkan dan tingkat kemampuan untuk melakukan pengamatan dan membuat
catatan lapangan. Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang dicontohkan di atas,
misalnya, kualitas proses akan sangat ditentukan oleh wawasan, pengetahuan dan pemahaman
sejati peneliti tentang (1) hakikat kompetensi komunikatif, (2) pembelajaran bahasa yang
komunikatif yang mencakup pendekatan komunikatif bersama metodologi dan teknik-tekniknya,
dan (3) karakteristik siswanya (intelegensi, gaya belajar, variasi kognitif, kepribadian, motivasi,
tingkat perkembangan/pemelajaran) dan pengaruhnya terhadap pembelajaran bahasa asing. Jika
wawasan, pengetahuan dan pemahaman tersebut kuat, maka peneliti akan dapat dengan lebih
mudah menentukan perilaku-perilaku mana yang menunjang tercapainya perubahan yang
diinginkan dengan indikator yang tepat, dan juga perilaku-perilaku mana yang menghambatnya.

Namun demikian, hal ini masih harus didukung dengan kemampuan untuk mengumpulkan data,
misalnya melakukan pengamatan dan membuat catatan lapangan dan harian. Dalam mengamati,
tim peneliti dituntut untuk dapat bertindak seobjektif mungkin dalam memotret apa yang terjadi.
Artinya, selama mengamati perhatiannya terfokus pada gejala yang dapat ditangkap lewat
pancainderanya saja, yaitu apa yang didengar, dilihat, diraba (jika ada), dikecap (jika ada), dan
tercium, yang terjadi pada semua peserta penelitian, dalam kasus di atas pada peneliti, guru dan
siswa. Dalam pengamatan tersebut harus dijaga agar jangan sampai peneliti melakukan penilaian
terhadap apa yang terjadi. Seperti telah diuraikan di depan, perlu dijaga agar tidak terjadi
penyampuradukan antara deskripsi dan penafsiran. Kemudian, diperlukan kompetensi lain untuk
membuat catatan lapangan dan harian tentang apa yang terjadi. Akan lebih baik jika para peneliti
merekamnya dengan kaset audio atau audio-visual sehingga catatan lapangan dapat lengkap.
Singkatnya, kompetensi peneliti dalam bidang yang diteliti dan dalam pengumpulan data lewat
pengamatan partisipan sangat menentukan kualitas proses tindakan dan pengumpulan data tentang
proses tersebut.

Validitas Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang Anda capai realitas kehidupan kelas Anda
dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan pemahaman Anda dan murid-
murid terhadap peran masing-masing dan tindakan yang diambil sebagai akibat dari perubahan ini.

Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang dicontohkan di atas, validitas katalitik
dapat dilihat dari segi peningkatan pemahaman guru terhadap faktor-faktor yang dapat
menghambat dan factor-faktor yang memfasilitasi pembelajaran. Misalnya faktor-faktor kepribadian
(lihat Brown, 2000) seperti rasa takut salah dan malu melahirkan inhibition dan kecemasan.
Sebaliknya, upaya-upaya guru untuk mengorangkan siswa dengan mempertimbangkan pikiran dan
perasaan serta mengapresiasi usaha belajarnya merupakan faktor positif yang memfasilitasi proses
pembelajaran. Selain itu, validitas katalitik dapat juga ditunjukkan dalam peningkatan pemahaman
terhadap peran baru yang mesti dijalani guru dalam proses pembelajaran komunikatif. Peran baru
tersebut mencakup peran fasilitator dan peran penolong serta peran pemantau kinerja. Validitas
katalitik juga tercermin dalam adanya peningkatan pemahaman tentang perlunya menjaga agar hasil
tindakan yang dilaksanakan tetap memotivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan diri secara
stabil alami dan berkelanjutan. Semua upaya memenuhi tuntutan validitas katalitik ini dilakukan
melalui siklus perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang umum dipakai dalam penelitian
akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan penelitian dipantau melalui tinjauan sejawat untuk
publikasi dalam jurnal akademik. Sama halnya, review sejawat dalam PTK berarti dialog dengan
guru-guru lain, bisa lewat sarasehan atau dialog reflektif dengan ‘teman yang kritis’ atau pelaku PTK
lainnya, yang semuanya dapat bertindak sebagai ‘jaksa tanpa kompromi’.

Kriteria validitas dialogis ini dapat juga mulai dipenuhi ketika penelitian masih berlangsung,
yaitu secara beriringan dengan pemenuhan kriteria demokratik. Yaitu, setelah seorang peserta
mengungkapkan pandangan, pendapat, dan/atau gagasannya, dia akan meminta peserta lain untuk
menanggapinya secara kritis sehingga terjadi dialog kritis atau reflektif. Dengan demikian,
kecenderungan untuk terlalu subjektif dan simplistik akan dapat dikurangi sampai sekecil mungkin.
Untuk memperkuat validitas dialogik, seperti telah disebut di atas, proses yang sama dilakukan
dengan sejawat peneliti tindakan lainnya, yang jika memerlukan, diijinkan untuk memeriksa semua
data mentah yang terkait dengan yang sedang dikritisi.

Trianggulasi untuk Mengurangi Subjektivitas

Bagaimana Anda meningkatkan validitas PTK Anda? Tidak lain dengan meminimalkan subjektivitas
melalui trianggulasi. Anda sebagai pelaku PTK dapat menggunakan metode ganda dan perspektif
kolaborator Anda untuk memperoleh gambaran kaya yang lebih objektif. Bentuk lain dari
trianggulasi adalah: trianggulasi waktu, trianggulasi ruang, trianggulasi peneliti, dan trianggulasi
teoretis (Burns, 1999: 164). Trianggulasi waktu dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dalam
waktu yang berbeda, sedapat mungkin meliputi rentangan waktu tindakan dilaksanakan dengan
frekuensi yang memadai untuk menjamin bahwa efek perilaku tertentu bukan hanya suatu
kebetulan. Misalnya, data tentang proses pembelajaran dengan seperangkat teknik tertentu dapat
dikumpulkan pada jam awal, tengah dan siang pada hari yang berbeda dan jumlah pengamatan yang
memadai, katakanlah 4-5 kali. Trianggulasi peneliti dapat dilakukan dengan pengumpulan data yang
sama oleh beberapa peneliti sampai diperoleh data yang relatif konstan. Misalnya, dua atau tiga
peserta penelitian dapat mengamati proses pembelajaran yang sama dalam waktu yang sama pula.
Trianggulasi ruang dapat dilakukan dengan mengumpulkan data yang sama di tempat yang berbeda.
Dalam contoh proses pembelajaran bahasa Inggris di atas, ada dua atau tiga kelas yang dijadikan
ajang penelitian yang sama dan data yang sama dikumpulkan dari kelas-kelas tersebut. Trianggulasi
teoretis dapat dilakukan dengan memaknai gejala perilaku tertentu dengan dituntun oleh beberapa
teori yang berbeda tetapi terkait. Misalnya, perilaku tertentu yang menyiratkan motivasi dapat
ditinjau dari teori motivasi aliran yang berbeda: aliran behavioristik, kognitif, dan konstruktivis.
Reliabilitas

Reliabilitas data PTK Anda secara hakiki memang rendah. Mengapa? Karena situasi PTk terus
berubah dan proses PTK bersifat transformatif tanpa kendali apapun (alami) sehingga sulit untuk
mencapai tingkat reliabilitas yang tinggi, padahal tingkat reliabilitias tinggi hanya dapat dicapai
dengan mengendalikan hampir seluruh aspek situasi yang dapat berubah (variabel) dan hal ini tidak
mungkin atau tidak baik dilakukan dalam PTK. Mengapa tidak mungkin? Karena akan bertentangan
dengan ciri khas penelitian tindakan itu sendiri, yang salah satunya adalah kontekstual/situasional
dan terlokalisasi, dengan perubahan yang menjadi tujuannya. Penilaian peneliti menjadi salah satu
tumpuan reliabilitas PTK. Cara-cara meyakinkan orang atas reliabilitas PTK termasuk: menyajikan
(dalam lampiran) data asli seperti transkrip wawancara dan catatan lapangan (bila hasil penelitian
dipublikasikan), menggunakan lebih dari satu sumber data untuk mendapatkan data yang sama dan
kolaborasi dengan sejawat atau orang lain yang relevan.

Kelebihan dan Kekurangan PTK

PTK memiliki kelebihan berikut (Shumsky, 1982): (1) tumbuhnya rasa memiliki melalui kerja sama
dalam PTK; (2) tumbuhnya kreativitias dan pemikiran kritis lewat interaksi terbuka yang bersifat
reflektif/evaluatif dalam PTK; (3) dalam kerja sama ada saling merangsang untuk berubah; dan
(4) meningkatnya kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam PTK (silakan lihat
Passow, Miles, dan Draper, 1985).

PTK Anda juga memiliki kelemahan: (1) kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik
dasar penelitian pada Anda sendiri karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal praktis, (2)
rendahnya efisiensi waktu karena Anda harus punya komitmen peneliti untuk terlibat dalam
prosesnya sementara Anda masih harus melakukan tugas rutin ; (3) konsepsi proses kelompok yang
menuntut pemimpin kelompok yang demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap kebutuhan dan
keinginan anggota-anggota kelompoknya dalam situasi tertentu, padahal tidak mudah untuk
mendapatkan pemimimpin demikian.

Persyaratan Keberhasilan PTK

Agar PTK berhasil, persyaratan berikut harus dipenuhi (Hodgkinson, 1988): (1) kesediaan untuk
mengakui kekurangan diri; (2) kesempatan yang memadai untuk menemukan sesuatu yang baru; (3)
dorongan untuk mengemukakan gagasan baru; (4) waktu yang tersedia untuk melakukan percobaan;
(5) kepercayaan timbal balik antar orang-orang yang terlibat; dan (6)pengetahuan tentang dasar-
dasar proses kelompok oleh peserta penelitian.

Penelitian Tindakan Kolaboratif

Kolaborasi atau kerja sama perlu dan penting dilakukan dalam PTK karena PTK yang dilakukan secara
perorangan bertentangan dengan hakikat PTK itu sendiri (Burns, 1999). Beberapa butir penting
tentang PTK kolaboratif Kemmis dan McTaggart (1988: 5; Hill & Kerber, 1967, disitir oleh Cohen &
Manion, 1985, dalam Burns, 1999: 31): (1) penelitian tindakan yang sejati adalah penelitian tindakan
kolaboratif, yaitu yang dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja bersama, (2)
penelitian kelompok tersebut dapat dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok perorangan
yang diperiksa secara kritis melalui refleksi demokratik dan dialogis; (3) optimalisasi fungsi PTK
kolaboratif dengan mencakup gagasan-gagasan dan harapan-harapan semua orang yang terlibat
dalam situasi terkait; (4) pengaruh langsung hasil PTK pada Anda sebagai guru dan murid-murid
Anda serta sekaligus pada situasi dan kondisi yang ada.

Kolaborasi atau kerja sama dalam melakukan penelitian tindakan dapat dilakukan dengan:
mahasiswa; sejawat dalam jurusan/sekolah/lembaga yang sama; sejawat dari lembaga/sekolah lain;
sejawat dengan wilayah keahlian yang berbeda (misalnya antara guru dan pendidik guru, antara
guru dan peneliti; antara guru dan manajer); sejawat dalam disiplin ilmu yang berbeda (misalnya
antara guru bahasa asing dan guru bahasa ibu); dan sejawat di negara lain (Wallace, 1998).

Prinsip-prinsip penelitian tindakan kolaboratif

Tiga tahap PTK kolaboratif adalah: prakarsa, pelaksanaan, dan diseminasi (Burns, 1999: 207-208).
Butir-butir tentang prakarsa yang perlu dipertimbangkan dalam PTK Anda (Burns, 1999: 207):

1. Sejauh dapat dilakukan, agenda PTK tindakan hendaknya ditarik dari kebutuhan-kebutuhan,
kepedulian dan persyaratan yang diungkapkan oleh semua pihak Anda sendiri, sejawat, kepala
sekolah, murid-murid, dan/atau orangtua murid) yang terlibat dalam konteks
pembelajaran/kependidikan di kelas/sekolah Anda;

2. PTK Anda hendaknya benar-benar memanfaatkan keterampilan, minat dan keterlibatan Anda
sebagai guru dan sejawat;
3. PTK Anda hendaknya terpusat pada masalah-masalah pembelajaran kelas Anda, yang
ditemukan dalam kenyataan sehari-hari. Namun demikian, hasil PTK Anda daapt juga memberikan
masukan untuk pengembangan teori pembelajaran bidang studi Anda;

4. Metodologi PTK Anda hendaknya ditentukan dengan mempertimbangkan persoalan


pembelajaran kelas Anda yang sedang diteliti, sumber daya yang ada dan murid-murid sebagai
sasaran penelitian.

5. PTK Anda hendaknya direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara kolaboratif. Tujuan,
metode, pelaksanaan dan strategi evaluasi hendaknya Anda negosiasikan dengan pemangku
kepentingan (stakeholders) terutama penelitian Anda, sejawat, murid-murid, dan kepala sekolah
(yang mungkin diperlukan dukungan kebijakannya).

6. PTK Anda hendaknya bersifat antardisipliner, yaitu sedapat mungkin didukung oleh wawasan
dan pengalaman orang-orang dari bidang-bidang lain yang relevan, seperti ilmu jiwa, antropologi,
dan sosiologi serta budaya. Jadi Anda dapat mencari masukan dari teman-teman guru atau dosen
LPTK yang relevan.

Dalam PTK, butir-butir pelaksanaan di bawah harus dipertimbangkan (Burns, 1999: 207-208):

1. Anda sebagai pelaku PTK hendaknya berupaya memperoleh keterampilan dan pengetahuan
yang dibutuhkan untuk melaksanakannya. Upayakan mendapatkan dari pemimpin dukungan dan
bantuan secara terus menerus dalam tahap-tahap pelaksanaan, diseminasi, dan tindak-lanjut
penelitiannya.

2. PTK Anda selayaknya dilakukan dalam kelas sendiri.

3. PTK Anda akan berjalan dengan baik jika terkait dengan program peningkatan guru dan
pengembangan materi di sekolah atau wilayah sendiri.

4. PTK Anda hendaknya dipadukan dengan komponen evaluasi.

Dalam tahap diseminasi PTK perlu dipertimbangkandua butir berikut (Burns, 1999: 208)
1. Bentuk pelaporan hasil penelitian tindakan ditentukan oleh audiens sasaran. Jika audiens
sasarannya adalah guru-guru bahasa Inggris di SD, misalnya, bentuk laporannya berbeda dengan jika
audiens sasarannya adalah pendidik guru bahasa Inggris di universitas.

2. Jaringan kerja dan mekanisme yang tersedia di dalam lembaga pendidikan Anda hendaknya
digunakan untuk menyebarkan hasil penelitian terkait. Misalnya, penyebaran hasil penelitian
dilakukan lewat simposium guru, sarasehan MGMP, atau seminar daerah.

Kelebihan dan Kelemahan PTK Kolaboratif

Apa kelemahan dan kelebihan PTK? Kelebihannya seperti dikatakan Burns (1999: 13) sebagai berikut.
Proses penelitian kolaboratif memperkuat kesempatan bagi hasil penelitian tentang praktik
pendidikan untuk diumpanbalikkan ke sistem pendidikan dengan cara yang lebih substansial dan
kritis. Proses tersebut mendorong guru untuk berbagi masalah-masalah umum dan bekerja sama
sebagai masyarakat penelitian untuk memeriksa asumsi, nilai dan keyakinan yang sedang mereka
pegang dalam kultur sosio-politik lembaga tempat mereka bekerja. Proses kelompok dan tekanan
kolektif kemungkinan besar akan mendorong keterbukaan terhadap perubahan kebijakan dan
praktik. Penelitian tindakan kolaboratif secara potensial lebih memberdayakan daripada penelitian
tindakan yang dilakukan secara individu karena menawarkan kerangka kerja yang mantab untuk
perubahan keseluruhan.

Selain itu, ada kelebihan lain dari PTK kolaboratif (Wallace, 1998: 209-210): (1) kedalaman dan
cakupan, yang artinya makin banyak orang terlibat dalam proyek penelitian tindakan, makin banyak
data dapat dikumpulkan, apakah dalam hal kedalaman (misalnya studi kasus kelas bahasa Inggris)
atau dalam hal cakupan (misalnya beberapa studi kasus suplementer; populasi yang lebih besar),
atau dalam keduanya dan ini disebabkan makin banyak perspektif yang digunakan akan makin
intensif pemeriksaan terhadap data atau makin luas cakupan persoalan dalam hal tim peneliti saling
berkolaborasi dalam meneliti kelasnya masing-masing; (2) Validitas dan reliabilitas, yaitu
keterlibatan orang lain akan mempermudah penyelidikan terhadap satu persoalan dari sudut yang
berbeda, mungkin dengan menggunakan teknik penelitian yang berbeda (yaitu menggunakan
trianggulasi); dan (3) Motivasi yang timbal lewat dinamika kelompok yang benar, di mana bekerja
sebagai anggota tim lebih bersemangat daripada bekerja sendiri.

Kelemahan terbesar PTK kolaboratif terkait dengan sulitnya mencapai keharmonisan


kerjasama antara orang-orang yang berlatar belakang yang berbeda. Hal ini dapat dipecahkan
dengan membicarakan aturan-aturan dasar (Wallace, 1998: 210), seperti yang tersirat dalam
pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa yang akan kita lakukan? Mengapa kita menangani masalah ini?
(Apakah kita memiliki motivasi yang sama, atau motivasi yang berbeda?) Bagaimana kita akan
melakukannya? (Siapa melakukan apa dan kapan?) Berapa banyak waktu masing-masing dari kita
akan siap dihabiskan untuk keperluan ini? Berapa sering kita akan bertemu, di mana dan kapan? Apa
hasil akhir yang diharapkan? (Suatu ceramah atau artikel; atau sekadar pengalaman yang sama?)

Analisis Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Tindak Lanjut Dan Penulisan Laporan

Ditulis pada Januari 13, 2008 oleh H.Sofa, S.IP, M.Pd.

Analisis Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK),

Tindak Lanjut Dan Penulisan Laporan

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses analisis hasil PTK

1. Data penelitian tindakan kelas pada dasarnya dikumpulkan oleh guru yang berperan sebagai
peneliti dan pengajar, dan jika perlu dapat dibantu oleh teman sejawat. Data tersebut lebih banyak
bersifat kualitatif, meski ada juga yang berupa data kuantitatif.

2. Analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh guru yang berperan sebagai peneliti untuk
merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan
benar.

3. Sehubungan dengan butir 2, maka analisis data dilakukan dengan cara memilih, memilah,
mengelompokkan, data yang ada, merangkumnya, kemudian menyajikan dalam bentuk yang mudah
dibaca atau dipahami. Penyajian hasil analisis data kualitatif dapat dibuat dalam bentuk uraian
singkat, bagan alur, atau tabel sesuai dengan hakikat data yang dianalisis.

4. Data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif untuk menemukan persentase, dan nilai
rata-rata. Penyajian hasil analisis dapat dilakukan dengan membuat tabel distribusi atau grafik.

5. Interpretasi data adalah upaya peneliti untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan
untuk menjawab pertanyaan penelitian. Interpretasi ini pada gilirannya akan menjadi temuan
penelitian.
6. Analisis yang akurat dan cara penyajian yang tepat akan memungkinkan tafsiran/interpretasi
hasil penelitian yang akurat dan valid itu. Oleh karena itu, guru harus sangat berhati-hati dalam
melakukan analisis. Kekurang-akuratan dapat diminimalkan dengan melakukan “cross check” dengan
sumber data atau dengan data lain yang sejenis.

7. Agar mampu melakukan analisis data, guru harus banyak melakukan latihan dan bekerja dalam
kelompok.

8. Menyimpulkan adalah mengikhtisarkan atau memberi pendapat berdasarkan apa-apa yang


diuraikan sebelumnya. Sejalan dengan itu, kesimpulan atau simpulan adalah kesudahan pendapat
atau pendapat terakhir yang dibuat berdasarkan uraian sebelumnya.

9. Dalam kaitan dengan PTK, kesimpulan harus disusun secara singkat, padat, dan jelas; sesuai
dengan uraian, dan mengacu kepada pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan. Di samping itu,
kesimpulan harus disusun secara sistematis sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian/tujuan
perbaikan.

10. Penyusunan kesimpulan seyogianya dilakukan melalui langkah-langkah: (1) memeriksa dan
memahami pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan, (2) mencermati, menganalisis, dan mensintesis
deskripsi temuan, (3) menulis kesimpulan untuk setiap pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan, (4)
mengurutkan setiap butir kesimpulan sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan,
serta (5) memeriksa kesesuaian antara pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan dengan deskripsi
temuan, dan kesimpulan.

11. Saran dimaknai sebagai: pendapat (usul, anjuran, cita-cita) yang dikemukakan untuk
dipertimbangkan. Dalam kaitan dengan PTK, saran merupakan pemikiran yang diajukan oleh guru
peneliti untuk menindaklanjuti hasil penelitiannya.

12. Saran tindak lanjut hasil PTK harus memenuhi rambu-rambu: (1) bersumber atau sesuai dengan
kesimpulan, (2) bersifat kongkret, operasional, dan penting, sehingga menarik untuk dilaksanakan
oleh guru, (3) jelas sasarannya, apakah ditujukan kepada guru atau sekolah, atau barangkali instansi
lain, serta (4) dapat meliputi hal-hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian.
13. Pembuatan saran dapat dilakukan melalui langkah-langkah: (1) mencermati kesimpulan hasil
PTK, (2) mengkaji aspek-aspek dari kesimpulan tersebut yang perlu ditindaklanjuti, baik oleh guru
peneliti, guru lain, maupun sekolah, (3) menetapkan kepada siapa saran tersebut akan ditujukan,
serta (4) menulis saran.

Tindak Lanjut Hasil Perbaikan

Cara Penulisan Laporan Hasil PTK

1. Laporan PTK adalah laporan yang ditulis secara sistematis berdasarkan penelitian tindakan
kelas yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri. Laporan ini ditulis karena merupakan dokumen
yang dapat dijadikan acuan, harus diserahkan kepada pihak sponsor, serta dapat diketahui oleh
umum, terutama oleh para guru yang barangkali mengalami masalah yang sama dengan yang
dilaporkan.

2. Sistematika laporan PTK pada umumnya tidak jauh berbeda dari laporan penelitian formal.
Sesuai dengan format Laporan PTK yang terdapat dalam Panduan Direktorat Jenderal Pendidikan,
maka Sistematika Laporan PTK dibuat sebagai berikut.

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Halaman Judul

Lembar Pengesahan

Abstrak

Daftar Isi

1. Pendahuluan

a. Latar Belakang Masalah (data awal dalam mengidentifikasi masalah, analisis masalah, dan
pentingnya masalah dipecahkan).

b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penelitian

d. Manfaat Penelitian

2. Kajian Pustaka

3. Pelaksanaan Penelitian

a. Subjek Penelitian (Lokasi, waktu, mata pelajaran, kelas, dan karakteristik siswa)

b. Deskripsi per Siklus: (rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data/instrumen, refleksi)

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

a. Deskripsi per siklus (data tentang rencana, pengamatan, refleksi), keberhasilan dan kegagalan,
lengkap dengan data.

b. Pembahasan dari setiap siklus.

5. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

2. Saran

Daftar Pustaka

Lampiran
1. Judul penelitian hendaknya menggambarkan aktivitas perbaikan yang dilaksanakan sebagai
fokus PTK.

2. Abstrak memuat sari pati dari setiap komponen penelitian, mulai dari masalah, tujuan
penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran. Dengan
membaca abstrak, orang akan mendapat gambaran umum mengenai PTK yang dilaporkan.

3. Pendahuluan memuat latar belakang munculnya masalah, analisis dan perumusan masalah,
serta tujuan dan manfaat penelitian.

4. Kajian pustaka menguraikan tentang berbagai teori/hasil penelitian yang terkait dengan
masalah penelitian, yang dapat dijadikan acuan dalam merancang perbaikan dan membahas hasil
penelitian.

5. Pelaksanaan penelitian mengungkapkan tentang subjek penelitian, prosedur pelaksanaan per


siklus, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, dan cara refleksi.

6. Hasil Penelitian dan Pembahasan menyajikan hasil penelitian setiap siklus dengan data lengkap,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan, refleksi, yang berisi penjelasan tentang
keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Bagian ini didukung dengan tabel dan grafik, dan disertai
dengan pembahasan mengapa hasilnya seperti itu.

7. Kesimpulan dan saran berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran untuk menindaklanjuti
hasil penelitian tersebut.

8. Daftar Pustaka memuat semua sumber yang digunakan sebagai acuan, yang disusun
berdasarkan abjad dengan menggunakan gaya penulisan tertentu

Diseminasi Hasil PTK

1. Dalam menulis laporan PTK, perlu diperhatikan berbagai ketentuan, seperti: (1) etika penulisan,
(2) penggunaan bahasa Indonesia ragam tulis, serta (3) berbagai ketentuan teknis.
2. Etika penulisan mencakup: (1) kejujuran, (2) keobjektifan, dan (3) pengutipan. Ketiga aspek ini
sangat berkaitan erat. Kejujuran menuntut penulis jujur terhadap diri sendiri dan orang lain dengan
cara mengungkapkan dan menafsirkan data/informasi apa adanya tanpa dicampuri oleh kepentingan
pribadi. Keobjektifan menuntut penulis menyajikan informasi sebagaimana adanya, tanpa
manipulasi, sehingga apa yang dibaca oleh pembaca memang benar adanya. Pengutipan berkaitan
dengan mengutip atau menggunakan pendapat orang lain dalam tulisan. Dalam hal ini, penulis harus
mencantumkan sumber kutipan dengan mengikuti aturan yang berlaku.

3. Penggunaan bahasa Indonesia ragam tulis, menuntut penulis memperhatikan kaidah-kaidah


bahasa tulis, sehingga tingkat keterbacaan laporan menjadi tinggi. Kaidah bahasa tulis paling tidak
mencakup: (1) pilihan kata, (2) struktur kalimat, (3) paragraf, dan (4) ejaan. Kata/istilah yang
digunakan dalam laporan seyogianya merupakan kata/istilah baku yang diketahui oleh umum,
kalimat cukup lugas dan memenuhi unsur-unsur kalimat sempurna, paragraf merupakan paparan
buah pikiran yang utuh, serta cara penulisan harus mengikuti aturan Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD).

4. Ketentuan teknis berkaitan dengan penampilan laporan yang mudah dibaca. Ketentuan ini
mencakup, sistem penomoran, cara mengutip, serta huruf, spasi, dan margin. Sistem penomoran
dapat menggunakan sistem digit atau campuran angka dan huruf, asal digunakan secara konsisten.
Cara mengutip mengikuti aturan American Psychology Association (APA); sedangkan huruf yang
digunakan adalah Times New Roman atau Arial dengan font size 12, spasi 1,5; serta margin 4 cm dari
pinggir kiri dan atas, dan 3 cm dari pinggir kanan dan bawah.

5. Laporan PTK dapat didiseminasikan melalui berbagai pertemuan tatap muka seperti seminar,
rapat kerja, kelompok kerja guru (MGMP dan PKG); di samping melalui berbagai media, seperti
majalah, jurnal, atau buletin.

Sumber Buku Penelitian Tindakan Kelas Karya I GAK Wardani

Penelitian Tindakan Kelas dan Masalah Pendidikan

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pendekatan dalam memecahkan masalah pendidikan. Di
samping itu dapat memperankan guru sebagai pendidik sekaligus dapat berperan sebagai peneliti
dalam memecahkan masalah pendidikan. Penelitian tindakan kelas terjadi apabila guru ingin tahu
dan ingin memecahkan masalah untuk memperbaiki mutu pendidikan, untuk itu ia melakukan
tindakan yang berhubungan dengan situasi kelasnya. Seorang guru yang melakukan penelitian
tindakan di dalam kelas, dikatakan melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu gabungan antara
penelitian tindakan dan penelitian kelas. Langkah-langkah penelitian kelas meliputi, mengidentifikasi
masalah, menganalisis masalah dan menentukan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama
merumuskan gagasan-gagasan pemecahan masalah bagi faktor penyebab utama yang gawat dengan
mengumpulkan data dan menafsirkannya untuk mempertajam gagasan tersebut dan untuk
merumuskan hipotesis tindakan sebagai pemecahan masalah. Langkah-langkah dalam penelitian
kelas meliputi; kelaikan solusi atau pilihan pemecahan masalah, merancang model PTK sesuai
dengan permasalahan, rencana kegiatan tindakan dan keadaan situasi kelas mengatur langkah-
langkah tindakan yang akan dilakukan, melakukan identifikasi komponen-komponen pendukung
yang diperlukan melakukan pengaturan dan penyusunan jadwal kegiatan yang akan dilakukan,
menyusun desain tindakan sesuai dengan model PTK dan jadwal kegiatan.

Cara Membuat Proposal PTK

Menemukan masalah pembelajaran merupakan langkah awal dalam PTK. Masalah pembelajaran
sangat beragam, seperti masalah yang berkaitan strategi pembelajaran, hasil belajar siswa, sarana
dan fasilitas pembelajaran, atau kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Untuk menemukan
masalah, perlu dilakukan identifikasi masalah.

1. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: melakukan refleksi untuk
mendiagnosis pembelajaran yang kita kelola, melihat hasil belajar siswa, atau melakukan diskusi
dengan teman sejawat, bahkan dengan kepala sekolah atau dosen LPTK.

2. Masalah yang sudah diidentifikasi perlu dianalisis agar akar penyebab masalah dapat kita
temukan. Analisis masalah dapat dilakukan paling tidak dengan tiga cara: yaitu: (1) merenungkan
kembali masalah tersebut dengan melakukan introspeksi/refleksi melalui pertanyaan yang ajukan
pada diri sendiri, mengapa masalah tersebut sampai terjadi: (2) bertanya kepada siswa baik melalui
angket maupun wawancara langsung tentang persepsinya terhadap pembelajaran; serta (3)
menelaah berbagai dokumen seperti pekerjaan rumah siswa, soal-soal ulangan, serta hasil
ulangan/latihan siswa. Analisis berakhir jika akar penyebab masalah sudah ditemukan.

3. Berdasarkan akar penyebab masalah, kita dapat merumuskan masalah pembelajaran dalam
bentuk masalah/pertanyaan penelitian, yang akan dicari jawabannya dalam PTK. Sehubungan
dengan itu, rumusan masalah dibuat dalam bentuk kalimat tanya, mengandung aspek yang akan
diperbaik’ dan upaya memperbaikinya.
4. Setelah masalah dirumuskan, hal berikut yang perlu dilakukan adalah mengembangkan
tindakan perbaikan, yang diperkirakan dapat mengatasi masalah pembelajaran. Untuk
mengembangkan tindakan perbaikan perlu dilakukan hal-hal berikut. Pertama, kaji teori-teori yang
relevan. Kemudian, tetapkan teori mana yang kira-kira sesuai diterapkan untuk mengatasi masalah
tersebut. Kedua, berdiskusi dengan pakar pembelajaran/pakar bidang studi untuk menemukan cara
perbaikan atau memvalidasi teori yang sudah ditetapkan. Ketiga, kita dapat mengingat pengalaman
kita sendiri dalam mengatasi masalah yang serupa.

Bagaimana pendapat Anda tentang rangkuman tersebut? Apakah sudah memuat butir-butir yang
Anda anggap penting? Bagaimana pula dengan rangkuman yang Anda buat sendiri? Jangan kecewa
jika rangkuman itu tidak sama. Sekarang bersiaplah mengerjakan Tes Formatif 2, untuk menguji
tingkat penguasaan Anda.

Perencanaan Kegiatan

1. Rencana Perbaikan Pembelajaran (RP) dibuat dengan menggunakan format yang hampir sama
dengan format Rencana Pembelajaran (RP). Bedanya, dalam RPP terdapat tujuan perbaikan,
deskripsi kegiatan lebih rinci, pertanyaan, soal, dan kunci jawaban dicantumkan secara lengkap,
sedangkan dalam RP unsur-unsur tersebut tidak selalu ditulis. Format dapat disesuaikan dengan
format yang berlaku di sekolah masing-masing.

2. Untuk membuat RPP yang akurat dan dapat diandalkan dalam pelaksanaan, perlu dilakukan
langkah-langkah: (1) membuat skenario pembelajaran, (2) menyiapkan sarana dan fasilitas
pembelajaran, (3) menyusun RPP secara lengkap, (4) mensimulasikan pelaksanaan pembelajaran
berdasarkan RPP untuk melihat kelayakannya, serta (5) menyempurnakan RPP berdasarkan hasil
simulasi.

3. Prosedur dan alat pengumpul data dtentukan berdasarkan masalah dan tujuan perbaikan. Jika
guru meminta teman sejawat untuk mengobservasi pelaksanaan perbaikan, lembar observasi harus
disepakati terlebih dahulu. Karena data yang dikumpulkan lebih cenderung kepada data kualitatif,
maka prosedur dan alat pengumpul data dapat berupa observasi dengan menggunakan lembar
observasi, wawancara berdasarkan panduan wawancara, catatan guru, dan refleksi.

4. Proposal PTK diperlukan jika guru ingin ikut perlombaan PTK atau mendapat dana untuk
melaksanakan PTK yang diusulkan. Format proposal biasanya ditentukan oleh sponsor/
penyelenggara. Dari segi administratif proposal dapat bervariasi, namun dari segi substansi ke-PTK-
an, pada umumnya sama. Komponen kunci sebuah proposal PTK adalah sebagai berikut.
1. Judul.

2. Bidang Kajian.

3. Pendahuluan, yang memuat latar belakang munculnya masalah serta akar penyebab masalah.

4. Perumusan dan pemecahan masalah, yang terdiri dari: (1) perumusan masalah, (2) pemecahan
masalah, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

5. Kajian Pustaka.

6. Rencana dan Prosedur Penelitian.

Di samping komponen kunci, juga terdapat komponen pendukung/komponen administratif,


seperti:jadwal penelitian, personalia penelitian, biaya penelitian, dan lampiran.

Bagaimana dengan rangkuman yang Anda buat? Apakah sudah memuat konsep-konsep esensial
yang diperlukan dalam merencanakan dan membuat proposal PTK? Jika belum, Anda dapat
melengkapinya. Kini tiba saatnya Anda mengerjakan Tes Formatif 2, untuk menguji tingkat
penguasaan Anda.

Sumber Buku Penelitian Tindakan Kelas Karya I GAK Wardani

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH): SALAH SATU BENTUK KARYA TULIS
ILMIAH UNTUK PENGEMBANGAN PROFESI GURU

Kegiatan Pengembangan Profesi GURU adalah kegiatan Guru dalam rangka pengamalan ilmu dan
pengetahuan, teknologi dan ketrampilan untuk peningkatan mutu baik bagi proses belajar mengajar
dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya, maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi pendidikan dan kebudayaan. Terdapat lima macam kegiatan Guru yang
termasuk kegiatan Pengembangan Profesi:

Membuat Karya Tulis Ilmiah di bidang pendidikan

Menemukan Teknologi Tepat Guna

Membuat alat peraga atau alat bimbingan

Menciptakan karya seni

Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum

Macam karya tulis/karya ilmiah yang dapat dibuat Guru:

Karya tulis ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survai, dan atau evaluasi di bidang pendidikan.

Karya tulis atau makalah yang berisi tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang
pendidikan.

Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebarluaskan melalui media
massa.

Prasaran yang berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam pertemuan
ilmiah.

Buku pelajaran atau modul.

Diktat pelajaran
Karya penerjemahan buku pelajaran/karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan.

Karya tulis ilmiah yang berupa laporan hasil penelitian, harus memenuhi kriteria APIK:

A : Asli: karya asli penyusun, bukan plagiat, jiplakan atau disusun dengan tidak jujur.

P : Perlu: permasalahan memang perlu, mempunyai manfaat, tidak mengada-ada.

I : Ilmiah: penelitian dilakukan sesuai kaidah kebenaran ilmiah.

K : Konsisten: sesuai dengan bidang keilmuan Guru.

Apa Penelitian Tindakan Kelas?

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut juga dengan Classroom Action Research (CAR) adalah
penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas.
Fokus PTK adalah pada siswa atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas. Hasil dari PTK
ini dapat ditulis sebagai karya tulis ilmiah.

Apa Tujuan PTK?

Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan
meningkatkan kegiatan nyata Guru dalam pengembangan profesionalnya. Secara rinci, tujuan PTK
antara lain:

Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Membantu Guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran.

Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.

Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif


dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

Mengapa PTK?

Merupakan pendekatan bagi pemecahan masalah yang bukan sekedar trial and error.

Menggarap masalah-masalah faktual yang dihadapi Guru dalam pembelajaran.


Guru tidak perlu meninggalkan tugas utamanya

Guru sebagai peneliti

Mengembangkan iklim akademik dan profesionalisme Guru, khususnya jika dilakukan secara
kolaboratif dengan peneliti dari PT.

Dapat segera dilaksanakan pada saat muncul kebutuhan.

Dilaksanakan dengan tujuan perbaikan

Murah biayanya.

Disain lentur/fleksibel

Analisis data seketika

Manfaat jelas & langsung

Masalah Apa yang Dapat Dikaji melalui PTK?

Berasal dari kondisi nyata di lapangan.

Benar-benar mendesak untuk dilaksanakan.

Menunjukkan harapan (berpotensi) untuk dapat diselesaikan

Penyelesaiannya merupakan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran

Cakupan masalah untuk PTK cukup luas, diantaranya:

Masalah belajar siswa di sekolah seperti permasalahan belajar di kelas, kesalahan pembelajaran,
miskonsepsi, mis-strategi, dan peningkatan hasil belajar siswa.

Pengembangan profesionalisme Guru dalam peningkatan mutu perancangan, pelaksanaan dan


evaluas

MENGUPAS TUNTAS PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENGUPAS TUNTAS PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(Upaya Guru untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran melalui PTK)

A.PENDAHULUAN
Belajar adalah merupakan suatu proses kontinyu yang tiada pernah berhenti sepanjang hayat masih
dikandung badan. Keinginan untuk belajar merupakan suatu peristiwa alami. Manusia selalu ingin
mengetahui hal baru, atau menggali hal baru, apakah itu pengetahuan, keterampilan atau apapun.
satu hal penting yang pelru kita catat bahwa belajar terjadi dari peristiwa mengalami (melihat,
mendengar, merasakan, mencoba, melakukan, dan seterusnya). Setiap orang, dalam setiap detik
dalam hidupnya akan mengalami sesuatu dan dari setiap pengalaman tersebut terdapat hikmah alias
“inspirasi”. Orang yang belajar ternyata adalah orang yang pandai mengambil hikmah (inspirasi) dari
setiap apa yang ia alami dalam setiap tarikan nafasnya.

B. APAKAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) ITU?

Pertanyaan di atas tentu akan menggelitik kita. Betapa tidak, bila kita bicara tentang penelitian,
anggapan orang mengatakan penelitian itu pekerjaan seorang ilmuwan. Kalau sudah bicara tentang
ilmuwan, maka gambaran yang terbersit dalam kacamata kita adalah pastilah sukar, rumit alias
susah binti sulit. Benarkah demikian ? Mengapa sebagian guru merasa penelitian itu sulit? Apakah
penelitian itu memerlukan dana yang besar sehingga harus menunggu bantuan?

Selama ini, menulis karya ilmiah merupakan momok bagi para guru. Kurangnya budaya membaca
menyebabkan guru kurang dapat menulis dengan baik. Padahal, menulis itu dimulai dari banyak
membaca. Kalau sudah banyak membaca, tentunya guru akan tertarik untuk meneliti. Penelitian
dimulai dari adanya masalah. Masalah dapat dipecahkan bila kita melakukan penelitian. Penelitian
dapat dilakukan bila adanya upaya dari guru untuk memperbaiki kualitas pembelajarannya di
sekolah.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merencanakan,
melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat disebut
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang berkeinginan
memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan.

PTK atau Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di
dalam kelas. Penelitian Tindakan pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-
tindakan-riset-tindakan…”, yang dilakukan secara siklus, dalam rangka memecahkan masalah,
sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis Penelitian Tindakan, dua di antaranya adalah
individual action research dan collaborative action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal,
yaitu classroom action research dan collaborative action research; dua-duanya merujuk pada hal
yang sama. Penelitian Tindakan termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa
saja bersifat kuantitatif. Penelitian Tindakan atau Action research berbeda dengan penelitian formal,
yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Action
research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk
digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang
mempunyai latar belakang yang mirip dengan yang dimiliki peneliti. Perbedaan antara penelitian
formal dengan classroom action research disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research

Penelitian Formal

Classroom Action Research

Dilakukan oleh orang lain

Dilakukan oleh guru itu sendiri

Sampel harus representative

Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan

Instrumen harus valid dan reliabel

Instrumen yang valid dan reliabel tidak diperhatikan

Menuntut penggunaan analisis statistic

Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit

Mempersyaratkan hipotesis

Tidak selalu menggunakan hipotesis

Mengembangkan teori

Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung

Dalam PTK, guru harus bertindak sebagai pengajar sekaligus peneliti. Fokus penelitian berupa
kegiatan pembelajaran. Guru adalah orang yang paling akrab dengan kelasnya dan biasanya interaksi
yang terjadi antara guru-siswa berlangsung secara unik. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan
kreatif dan inovatif yang bersifat pengembangan mempersyaratkan guru untuk mampu melakukan
PTK di kelasnya. Guru pun mempunyai hak otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya. Metode paling
utama adalah merefleksikan diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian yang sudah baku
dan bukan tradisional. Dari berbagai pengalaman penelitian, temuan penelitian tradisional
terkadang sangat sukar diterapkan untuk memperbaiki pembelajaran di sekolah. Karena itu arahan
atau petunjuk untuk melakukan PTK dan sumber dananya sangat diperlukan oleh para guru.

Sehubungan hal itu, Fasli Jalal (2006) dalam makalahnya berjudul “Peningkatan Mutu Pendidikan”
mengatakan bahwa; “Pada tahun 2007 pemerintah telah memprogramkan tiga kegiatan utama
peningkatan profesional guru berkelanjutan berkolaborasi dengan LPTK dan menyediakan dana
block grant untuk itu, yakni kegiatan; (1) penelitian tindakan kelas (PTK) bagi 3.837 guru dengan
alokasi dana sebesar Rp. 13.653.600.000,-; (2) bimbingan karya tulis ilmiah bagi 10.000 guru dengan
alokasi dana sebesar Rp. 50.000.000.000,-; dan (3) pertemuan ilmiah guru, baik di tingkat kabupaten,
provinsi, maupun nasional. Pemerintah juga memberikan hak cuti kepada guru yang akan
melaksanakan kegiatan penelitian dan penulisan buku pelajaran”.
C. MANFAAT PTK BAGI GURU

Manfaat PTK bagi guru sangat banyak sekali Diantaranya adalah membantu guru memperbaiki mutu
pembelajaran, meningkatkan profesionalitas guru, meningkatkan rasa percaya diri guru,
memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan, dan keterampilannya. Namun
demikian, PTK sebagai salah satu metode penelitian memiliki beberapa keterbatasan, yang
diantaranya : validitasnya yang masih sering disangsikan, tidak dimungkinkan melakukan generalisasi
karena sampel sangat terbatas, peran guru yang ‘one man show’ bertindak sebagai pengajar dan
sekaligus peneliti sering kali membuat dirinya menjadi sangat repot (very busy).

Dengan melakukan PTK, guru menjadi terbiasa menulis, dan sangat baik akibatnya bila guru sekolah
negeri atau PNS akan naik pangkat, khususnya dari gol. IVA ke IVB yang mengharuskan guru untuk
menuliskan karya tulis. Begitu pun untuk guru sekolah swasta, PTK sangat penting untuk
meningkatkan apresiasi, dan profesionalisme guru dalam mengajar. Apalagi dengan adanya program
sertifikasi dari pemerintah.

Setiap hari guru menghadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada putus-putusnya.
Oleh karena itu guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk PTK sungguh ironis. Merenunglah
barang sejenak, atau mengobrollah dengan teman sejawat, Anda akan segera menemukan kembali
seribu satu masalah yang telah merepotkan Anda selama ini.

Adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru dalam pembelajaran di kelasnya merupakan awal
dimulainya PTK. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan proses dan hasil
belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru atau hal-hal lain yang berkaitan dengan
perilaku mengajar guru dan perilaku belajar siswa. Langkah menemukan masalah akan dilanjutkan
dengan menganalisis dan merumuskan masalah, kemudian merencanakan PTK dalam bentuk
tindakan perbaikan, mengamati, dan melakukan refleksi. Namun demikian harus dapat dibedakan
antara pengamatan dengan refleksi. Pengamatan lebih cenderung kepada proses, sedangkan refleksi
merupakan perenungan dari proses yang sudah dilakukan.

D. SIKLUS PTK

Untuk melaksanakan PTK, dibutuhkan perencanaan (planning) yang matang setelah kita tahu ada
masalah dalam pembelajaran kita. Perencanaan itu harus diwujudkan dengan adanya tindakan
(acting) dari guru berupa solusi dari tindakan sebelumnya. Lalu kemudian diadakan pengamatan
(observing) yang teliti tentang proses pelaksanaannya. Setelah diamati, barulah guru dapat
melakukan refleksi (reflecting) dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.

Keempat langkah utama dalam PTK yaitu merencanakan, tindakan, mengamati, dan refleksi
merupakan satu siklus dan dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu siklus selesai, barangkali
guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, dilanjutkan
ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama. Dengan demikian,
berdasarkan hasil tindakan atau pengalaman pada siklus pertama guru akan kembali mengikuti
langkah perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi pada siklus kedua. Siklus yang baik,
biasanya lebih dari dua siklus, dan waktu siklus yang baik lamanya sekitar enam bulan atau satu
semester.

Keempat langkah dalam setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut :

Perencanaan

Tindakan

Pengamatan

Refleksi

Siklus I

Gambar Siklus PTK Model Kurt Lewin

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action research, terutama
classroom action research. Dialah orang pertama yang memperkenalkan action research. Konsep
pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : (1) perencanaan
(planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan
keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Model Kemmis & Taggart merupakan
pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang diuraikan di atas,
hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan
tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama. Tahap perencanaan PTK terdiri atas
mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah, serta merencanakan perbaikan.
Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi dan Menetapkan Masalah

Selama mengajar kemungkinan guru menemukan berbagai masalah, baik masalah yang bersifat
pengelolaan kelas, maupun yang bersifat instruksional. Meskipun banyak masalah, ada kalanya guru
tidak sadar kalau dia mempunyai masalah. Atau masalah yang dirasakan guru kemungkinan masih
kabur sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi
semakin jelas. Oleh karena itu, kepala sekolah, atau teman sejawat perlu mendorong guru
menemukan masalah atau dapat juga guru memulai dengan suatu gagasan untuk melakukan
perbaikan kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut. Guru tidak mungkin memecahkan
semua masalah yang teridentifikasikan itu secara sekaligus, dalam suatu PTK. Masalah-masalah itu
berbeda satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi
merupakan penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan terhadap yang satu akan
berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan sekaligus.

Untuk dapat memilih masalah secara tepat guru perlu menyusun masalah-masalah itu berdasarkan
kriteria tersebut: tingkat kepentingan, nilai strategis, dan nilai prerekuisit. Akhirnya seorang guru
dapat memilih salah satu dari masalah-masalah tersebut, misalnya “Siswa tidak dapat melihat
hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.”
Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian materi
pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas. Jika Anda sebagai guru
berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi sejarah dan geografi secara bersama-sama akan
lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan
dengan masalah pengorganisasian materi. Jika Anda suka dengan masalah metode dan media,
sebenarnya Anda sedang berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila Anda
menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Anda berhadapan dengan
masalah pengelolaan kelas. Jangan terikat pada satu kategori saja; kategori lain mungkin mempunyai
masalah yang lebih penting untuk dimunculkan. Untuk melakukan hal ini, guru dapat merenungkan
kembali apa yang telah dilakukan. Jika guru rajin membuat catatan-catatan kecil pada akhir setiap
pembelajaran yang dikelolanya, maka ia akan dengan mudah menemukan masalah yang dicarinya.
Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, maka seorang guru dituntut jujur
pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya sebagai bagian penting dari dunianya.
Setelah mengetahui permasalahan, selanjutnya melakukan analisis dan merumuskan masalah agar
dapat dilakukan tindakan (acting). Dalam PTK, semua masalah harus berada dalam kendali guru dan
bukan orang lain.. Guru harus dapat mengendalikan semua masalah yang ada di kelasnya. Jika Anda
sebagai guru yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi
pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, Anda tidak perlu melakukan PTK untuk meningkatkan
kebiasaan belajar siswa di rumah. Dengan dibelikan buku masalah itu akan terpecahkan, dan itu di
luar kemampuan Anda. Dengan perkataan lain yakinkan bahwa masalah yang akan Anda pecahkan
cukup layak (feasible), berada di dalam wilayah pembelajaran, yang Anda kuasai. Contoh lain
masalah yang berada di luar kemampuan Anda adalah: Kebisingan kelas karena sekolah berada di
dekat jalan raya. Masalah yang dibahas pun jangan terlalu besar, misalnya Nilai Ujian Nasional (UN)
yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipecahkan
melalui PTK, apalagi untuk PTK individual yang cakupannya hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi
Nilai UN sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah yang sekiranya
mampu untuk Anda pecahkan. Masalah pun jangan terlalu kecil. Masalah yang terlalu kecil baik dari
segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat
sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat
lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran Anda misalnya, termasuk masalah kecil
karena hanya menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut
kepentingan sebagian besar siswa.

Contoh permasalahan PTK : Ibu Netty seorang guru sejarah menemukan rendahnya motivasi
sebagian besar siswa untuk menjawab pertanyaan atau siswa sering tidak dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru di kelasnya. Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat
merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian
besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses
belajar siswa cukup besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan
ketidaktahuan siswa tentang ‘belajar bagaimana belajar’ merupakan contoh PTK lainnya dari
masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi
manfaat yang besar dan jelas. Akhirnya seorang harus merasa memiliki dan senang terhadap
masalah yang diteliti. Hal itu diindikasikan dengan rasa penasaran guru terhadap masalah itu dan
keinginan guru untuk segera tahu hasil-hasil setiap perlakukan yang diberikan. Apakah terjadi
perubahan ataukah tidak. Di dalam melakukan PTK, jangan mencari-cari masalah hanya karena Anda
sebagai guru ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan orang lain. Pilihlah masalah yang
masuk di akal dan nyata (riil), ada dalam pekerjaan Anda sehari-hari dan memang problematik
(memerlukan pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya cukup besar). Masalah yang dikupas
dalam PTK adalah masalah yang benar-benar terjadi dalam proses pembelajaran di kelas dan bukan
rekayasa guru.

2. Menganalisis dan Merumuskan Masalah

Terkadang secara tidak sadar guru telah melakukan PTK, yakni ketika guru melakukan evaluasi,
menganalisis hasil evaluasi, dan tindak lanjutnya. Jika masalah sudah ditetapkan, maka masalah ini
perlu dianalisis dan dirumuskan. Mengapa demikian? Tujuannya adalah agar guru paham akan
hakikat masalah yang dihadapi, terutama apa yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut.
Perumusan masalah didapatkan dari berbagai masalah yang timbul dalam proses pembelajaran di
kelas, lalu pilihlah masalah yang akan dikupas sesuai dengan kerangka teoritis yang dimiliki.

Untuk mengetahui penyebabnya, setiap masalah harus dianalisis, dengan mengacu kepada kerangka
teoritis dan pengalaman yang relevan sehingga guru dapat merencanakan pelaksanaan tindakan.
Misalnya, untuk menganalisis penyebab contoh permasalahan Ibu Netty yang mengajar sejarah, guru
dapat mengacu kepada teori keterampilan bertanya, dan mencari penyebabnya dengan mengajukan
pertanyaan sebagai berikut : 1) Apakah rumusan pertanyaan yang dibuat guru sejarah sudah cukup
jelas dan singkat? 2) Apakah guru sejarah memberikan waktu yang cukup untuk berpikir sebelum
meminta siswa menjawab?

Jika setelah dianalisis, kedua pertanyaan di atas dijawab dengan ya, tentu harus dicari penyebab
lainnya, misalnya : apakah penjelasan guru sejarah cukup jelas bagi siswa, apakah bahasa yang
digunakan guru sejarah mudah dipahami, dan apakah ketika menjelaskan guru sejarah memberikan
contoh-contoh. Jika umpamanya kedua pertanyaan di atas dijawab tidak, maka kita sudah dapat
jawaban sementara, yaitu penyebab siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru adalah karena
pertanyaan yang diajukan guru sejarah tidak jelas dan sering panjang dan berbelit-belit, serta guru
tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir. Jika ini yang dianggap sebagai penyebab,
maka guru sejarah dapat merencanakan tindakan perbaikan, yaitu dengan menyusun pertanyaan
tersebut secara cermat, serta berusaha memberikan waktu untuk berpikir sebelum meminta siswa
menjawab pertanyaan. Menganalisis dan merumuskan masalah bukanlah sebuah pekerjaan mudah.
Diperlukan kecermatan guru dalam menganalisis dan merumuskan masalah. Masalah yang
dirumuskan harus menjadi bahan dalam penulisan laporan PTK.

3. Merencanakan Tindakan Perbaikan

Berdasarkan rumusan masalah (juga mencakup penyebab timbulnya masalah), guru mencoba
mencari cara untuk memperbaiki atau mengatasi masalah tersebut. Dengan perkataan lain, dalam
langkah ini, guru merancang tindakan perbaikan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut. Untuk merancang suatu tindakan perbaikan, guru dapat : (1) mengacu kepada teori yang
relevan, (2) bertanya kepada ahli terkait, dan (3) berkonsultasi dengan teman sejawat. Ahli terkait
mungkin ahli pembelajaran, mungkin pula ahli bidang studi atau pembelajaran bidang studi. Rencana
tindakan perbaikan dituangkan dalam rencana pembelajaran. Mari kita ambil kasus ibu Netty lagi,
yaitu masalah pertanyaan guru yang tidak terjawab oleh siswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa
pertanyaan yang disusun guru terlampau panjang dan kurang jelas. Di samping itu, guru sering
langsung meminta jawaban setelah mengajukan pertanyaan, dan kadang-kadang langsung
mengarahkan pertanyaan ini pada siswa tertentu, sehingga siswa yang lain tidak memperhatikan
pertanyaan tersebut. Akibatnya, hampir selalu pertanyaan tidak terjawab dan Ibu Netty sering harus
menjawab pertanyaannya sendiri atau melupakan pertanyaan tersebut. Dari hasil analisis tersebut,
penyebab pertanyaan Ibu Netty yang tidak terjawab adalah: Pertanyaan Ibu Netty terlampau
panjang dan tidak jelas Ibu Netty tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan Ibu
Netty sering mengajukan pertanyaan dengan menunjuk kepada siswa tertentu. Apabila dikaji secara
cermat ternyata ketiga penyebab tersebut berkaitan dengan pembelajaran, dalam hal ini
keterampilan dasar mengajar, yaitu keterampilan bertanya. Oleh karena itu, tindakan perbaikan
yang harus dilakukan guru adalah meningkatkan keterampilan bertanya. Tindakan perbaikan ini kita
cantumkan dalam rencana pembelajaran yang kita gunakan dalam mengajar. Satu hal yang sangat
perlu kita perhatikan adalah bahwa PTK dilakukan dalam pembelajaran biasa, tidak ada kelas khusus
untuk melakukan PTK karena pada hakikatnya PTK dilakukan oleh guru sendiri di kelasnya sendiri.
Contoh PTK lainnya adalah: “Jika diberi pelajaran dengan pendekatan terpadu antara geografi,
ekonomi, dan sejarah siswa merasa sukar mentransfer keterampilan dari satu pelajaran ke pelajaran
lain. Pelajaran yang guru berikan adalah geografi, tetapi guru sering mengaitkan pembahasan
dengan mata pelajaran lain seperti ekonomi dan sejarah. Ketika guru meminta siswa mengemukakan
hipotesis tentang pengaruh Danau Toba terhadap perkembangan ekonomi daerah, siswa terasa
sangat bingung; padahal mereka telah dapat mengemukakan hipotesis dengan baik dalam mata
pelajaran geografi. Guru khawatir siswa hanya menghafal pada saat dilatih mengemukakan
hipotesis. Padahal dalam kehidupan sehari-hari keterampilan berhipotesis harus dapat diterapkan di
mana saja dan dalam bidang studi apa saja. Pada hakikatnya setiap hari kita mengemukakan
hipotesis. Ketidakbisaan siswa itu terjadi sepanjang tahun, tidak hanya pada permulaan tahun
ajaran. Kelihatannya semua siswa mengalami hal yang sama, termasuk siswa yang cerdas. Guru lain
ternyata juga mengalami hal yang sama, siswanya sukar mentransfer suatu keterampilan ke mata
pelajaran lain.” Karena itu, di dalam PTK, guru perlu juga berkolaborasi dengan guru lainnya. Tidak
ada yang lebih menakutkan daripada kesendirian. Dalam PTK guru perlu bertukar fikiran dengan
guru mitra lainnya dari mata pelajaran sejenis atau guru lain yang lebih senior dalam menentukan
dan menyelesaikan masalah pembelajaran.

E. BAGAIMANA MELAKSANAKAN PTK DI SEKOLAH?

Dengan melihat contoh kasus Ibu Netty, tindakan pertama adalah implementasi serangkaian
kegiatan pembelajaran seperti yang telah direncanakan untuk mengatasi masalah. Karena penyebab
pertanyaan Ibu Netty yang sering tidak terjawab sudah diketahui, maka tindakan yang harus
dilakukannya adalah : (1) Membuat pertanyaan secara jelas dan tidak terlampau panjang. (2)
Pertanyaan ditujukan kepada seluruh siswa. (3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir
dulu sebelum menjawab. Dalam tahap pelaksanaan tindakan, guru berperan sebagai pengajar dan
pengumpul data, baik melalui pengamatan langsung, maupun melalui telaah dokumen, bahkan juga
melalui wawancara dengan siswa setelah pembelajaran selesai. Guru juga dapat meminta bantuan
kolega guru lainnya untuk melakukan pengamatan selama guru melakukan tindakan perbaikan.
Selama proses belajar akan dilakukan observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Antara lain, bagaimana kualitas jawaban siswa dan apakah motivasi siswa
menjawab pertanyaan guru meningkat?.Apakah hasil belajar siswa meningkat? Data yang
dikumpulkan selama tindakan berlangsung kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil analisis ini guru
melakukan refleksi, yaitu guru mencoba merenungkan atau mengingat dan menghubung-hubungkan
kejadian dalam interaksi kelas, mengapa itu terjadi, dan bagaimana hasilnya. Hasil refleksi akan
membuat guru menyadari tingkat keberhasilan dan kegagalan yang dicapainya dalam tindakan
perbaikan. Hasil refleksi ini merupakan masukan bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan
tindakan perbaikan berikutnya. Refleksi pertama dapat dilakukan oleh guru bersama siswa dengan
tujuan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dengan jalan
mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan
atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi. Kemudian, setelah mendapat persetujuan dari
kedua belah pihak hasil refleksi tersebut digunakan untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus
kedua atau siklus berikutnya Refleksi yang dilakukan pada akhir siklus pertama bertujuan untuk
meng-identifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan
atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi. Hasil refleksi ini kemudian digunakan untuk
memperbaiki rencana tindakan pada siklus kedua atau berikutnya. Tindakan kedua berupa
implementasi serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah direvisi untuk mengatasi masalah pada
siklus pertama yang belum tuntas. Selama proses belajar pada siklus kedua ini juga akan dilakukan
observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Refleksi kedua juga
dilakukan oleh guru bersama siswa bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan
tindakan pada siklus kedua dengan jalan mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah
diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut dapat disimpulkan berhasil tidaknya keseluruhan tindakan
implementasi pembelajaran di dalam kelas terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Apabila pada
siklus kedua tujuan PTK sudah dapat tercapai, maka tidak perlu dilanjutkan siklus berikutnya. Tetapi
apabila tujuan belum tercapai, maka perlu dilanjutkan siklus berikutnya. Kemudian, setelah
mendapat persetujuan dari kedua belah pihak hasil refleksi tersebut digunakan untuk memperbaiki
rencana tindakan pada siklus ketiga. Guru dapat membuat jurnal atau catatan seluruh kegiatan PTK
yang telah dilakukannya. Catatan tersebut dapat digunakan untuk menyusun suatu karya ilmiah yang
dapat disebarluaskan menjadi suatu inovasi, dan dapat dimanfaatkan oleh guru-guru lainnya dalam
melaksanakan PTK.

Adapun siklusnya dapat digambarkan dengan gambar sebagai berikut :

Siklus I

Pengamatan Observing)

PERUBAHAN Refleksi (Reflecting)

Tindakan (Acting)

Perencanaan (Planning)

Siklus II

Pengamatan (Observing)

Refleksi (Reflecting)
Tindakan (Acting)

Perencanaan (Planning)

Contoh PTK dengan 2 Siklus Model Kurt Lewin

F. IMPLEMENTASI PTK DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan
pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik di
sini berarti pihak yang terlibat (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam
mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran melalui tindakan
bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan
kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
Diimplementasikan dengan benar berarti sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian tindakan.

Tulisan ini membahas bagaimana implementasi penelitian tindakan kelas untuk peningkatan kualitas
pembelajaran yang mencakup diagnosis dan penetapan masalah yang ingin diselesaikan, bentuk dan
skenario tindakan, pengembangan instrumen untuk mengukur keberhasilan tindakan, serta prosedur
analisis dan interpretasi data penelitian.

A. Diagnosis dan Penetapan Masalah Masalah PTK yang ada di sekolah hendaknya berasal dari
persoalan-persoalan praktis yang dihadapi guru di kelas. Oleh karena itu, diagnosis masalah
hendaknya tidak dilakukan oleh orang lain yang bukan guru, lalu ”ditawarkan” kepada orang lain
yang bukan guru untuk dipecahkan tetapi sebaiknya justru dilakukan bersama-sama oleh sesama
guru. Pada kenyataannya seorang guru dapat mengajak guru lainnya, di luar bidang studinya untuk
berkolaborasi melakukan PTK dan menanyakan masalah-masalah apa yang dihadapi guru yang
mungkin dapat diteliti melalui PTK. Guru yang telah berpengalaman melakukan penelitian tindakan
kelas mungkin dapat langsung mengatakan permasalahan yang dihadapinya yang mungkin dapat
diteliti bersama dan kemudian membahas masalah tersebut dengan guru lainnya yang lebih senior.

Lain halnya dengan guru yang belum berpengalaman dalam PTK. Guru tersebut mungkin belum
dapat secara langsung mengemukakan permasalahan yang mungkin dapat diteliti bersama guru
lainnya. Dalam hal ini guru perlu meminta izin kepada guru yang bersangkutan untuk hadir di kelas
dan mengamati guru mengajar. Setelah pembelajaran berakhir guru senior atau teman sejawat
dapat terlebih dahulu menanyakan kepada guru masalah apa yang dirasakan guru pada saat
pembelajaran sebelum mengusulkan salah satu permasalahan yang dipikirkan guru. Guru boleh
mengajukan permasalahan kepada guru lainnya, bila guru tidak dapat mendeteksi adanya masalah di
kelasnya.

Di dalam mendiagnosis masalah untuk PTK ini guru harus ingat bahwa tidak semua topik penelitian
dapat diangkat sebagai topik PTK. Hanya masalah yang dapat “dikembangkan berkelanjutan” dalam
kegiatan harian selama satu semester atau satu tahun yang dapat dipilih menjadi topik.
“Dikembangkan berkelanjutan” berarti bahwa setiap waktu tertentu, misalnya 2 minggu atau satu
bulan, rumusan masalahnya, atau hipotesis tindakannya, atau pelaksanaannya sudah perlu diganti
atau dimodifikasi.

Dalam kegiatan di kelas, guru dapat mencermati masalah-masalah apa yang dapat dikembangkan
berkelanjutan ini dalam empat bidang yaitu yang berkaitan dengan bidang pengelolaan kelas, proses
kegiatan belajar-mengajar, pengembangan/penggunaan sumber-sumber belajar, maupun sebagai
wahana peningkatan personal dan profesional. PTK yang dikaitkan dengan pengelolaan kelas dapat
dilakukan dalam rangka: 1) meningkatkan kegiatan belajar-mengajar, 2) meningkatkan partisipasi
siswa dalam belajar, 3) menerapkan pendekatan belajar-mengajar inovatif, dan 4) mengikutsertakan
pihak ketiga dalam proses belajar-mengajar. PTK yang dikaitkan dengan proses belajar mengajar
dapat dilakukan dalam rangka: 1) menerapkan berbagai metode mengajar, 2) mengembangkan
kurikulum, 3) meningkatkan peranan siswa dalam belajar, dan 4) memperbaiki metode evaluasi. PTK
yang dikaitkan dengan pengembangan/penggunaan sumber-sumber belajar dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan pemanfaatan 1) model atau peraga, 2) sumber-sumber lingkungan, dan 3)
peralatan tertentu. PTK sebagai wahana peningkatan personal dan profesional dapat dilakukan
dalam rangka 1) meningkatkan hubungan antara siswa, guru, dan orang tua, 2) meningkatkan
“konsep diri” siswa dalam belajar, 3) meningkatkan sifat dan kepribadian siswa, serta 4)
meningkatkan kompetensi guru secara profesional.

Dari sekian banyak kemungkinan masalah, guru perlu mendiagnosis masalah apa atau masalah mana
yang perlu diprioritaskan pemecahannya dalam penelitian yang akan dilakukan bersama itu.
Penetapan masalah hendaknya dilakukan bersama oleh guru setelah menganalisis seluruh pilihan
masalah, minat, dan keinginan guru untuk memecahkan salah satu atau beberapa di antaranya.

Penetapan masalah ini ditandai dengan penentuan permasalahan yang akan diteliti dan perumusan
fokus masalahnya. Rumusan fokus masalah yang mungkin ditetapkan bersama antara guru dapat
berupa rumusan sebagai berikut: Bagaimana membelajarkan siswa dengan materi tertentu agar
siswa mau dan mampu belajar? Masalah-masalah lain yang mungkin dihadapi guru dapat berupa:
Bagaimana meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar? yang “ideal” itu dapat
meningkatkan antusiasme siswa sehingga mereka sepertinya “tidak sabar” menunggu-nunggu
datangnya jam pelajaran yang dibina oleh guru tersebut; Bagaimana mengajak siswa agar di kelas
mereka benar-benar aktif belajar (aktif secara mental maupun fisik, aktif berpikir)? Bagaimana
menghubungkan materi pembelajaran dengan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari agar mereka
dapat menggunakan pengetahuan dan pemahamannya mengenai materi itu dalam kehidupan
sehari-hari dan tertarik untuk mempelajarinya karena mengetahui manfaatnya? Bagaimana memilih
strategi pembelajaran yang paling tepat untuk membelajarkan materi? Bagaimana melaksanakan
pembelajaran kooperatif?

Striger (2004) memberikan arahan untuk memfokuskan penelitian dengan jelas setelah melakukan
refleksi mengenai apa yang terjadi yang memunculkan masalah dan apa isu serta peristiwa yang
terkait dengan masalah. Isu atau masalah itu harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang dapat
diteliti dan diidentifikasi tujuan meneliti masalah tersebut.

§ Isu atau topik yang ingin diteliti

Definisikan apa isu atau peristiwa yang menimbulkan permasalahan.


§ Masalah penelitian:

Nyatakan isu sebagai suatu masalah. Rumusan masalah: Tuliskan masalah dalam bentuk pertanyaan
yang dapat dipahami.

§ Manfaat Penelitian:

Deskripsikan apa yang diharapkan dapat diperoleh dengan meneliti masalah ini. Misalnya dipilih
masalah sebagai berikut: Isu : Siswa kurang aktif di kelas, cenderung tidak pernah mengajukan
pertanyaan dalam pembelajaran. Guru sering memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tetapi hampir tidak ada siswa yang bertanya. Masalah : Siswa perlu digalakkan untuk aktif dalam
kelas, aktif secara utuh (sedapat mungkin ”hands on” atau ”minds on”, bahkan juga kalau mungkin
”hearts on”).

Fokus masalah: Bagaimana meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas? Rumusan masalah PTK yang
lengkap biasanya berupa suatu pertanyaan dalam bentuk ”Masalah apa yang terjadi di kelas,
bagaimana upaya mengatasinya, apa tindakan yang dianggap tepat untuk itu, di kelas, dan sekolah
mana hal itu terjadi?”Contoh fokus masalah (rumusan masalah yang belum dilengkapi dengan
tindakan dan lokasi penelitian): Bagaimana peningkatan partisipasi siswa dalam kelas, baik secara
”hands on”, ”minds on” maupun ”hearts on” ?

§ Tujuan penelitian:

Merupakan jawaban terhadap masalah penelitian. Contoh tujuan (yang belum dilengkapi dengan
tindakan dan lokasi penelitian): Meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas, baik secara ”hands on”,
”minds on” maupun ”hearts on”.

Setelah ditetapkan fokus masalah seperti itu guru berdiskusi dengan guru lainnya untuk mengadakan
gagas pendapat mengenai tindakan apa saja yang dapat dipilih untuk memecahkan masalah.

B. Bentuk dan Skenario Tindakan Gagas pendapat mengenai tindakan apa saja yang dapat
memecahkan masalah yang dihadapi akan menghasilkan banyak alternatif tindakan yang dapat
dipilih. Guru perlu membahas bentuk dan macam tindakan (atau tindakan-tindakan) apa yang kira-
kira paling dikehendaki untuk dicoba dan dilaksanakan dalam kelas. Bentuk dan macam tindakan ini
kemudian dimasukkan dalam judul usulan penelitian yang akan disusun guru. Tindakan yang dipilih
dapat disebutkan sebagai suatu nama tindakan (misalnya penugasan siswa membaca materi
pelajaran 10 menit sebelum pembelajaran) atau dalam bentuk penggunaan salah satu bentuk media
pembelajaran (misalnya penggunaan peta konsep, penggunaan lingkungan sekitar sekolah,
penggunaan sungai, dan seterusnya), atau dapat pula dalam bentuk suatu strategi pembelajaran.
Bagaimana tindakan tersebut akan dilaksanakan dalam PTK perlu direncanakan dengan cermat.
Perencanaan pelaksanaan tindakan ini dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) atau dalam bentuk Skenario Pembelajaran.

C. Pengembangan Instrumen untuk Mengukur Keberhasilan Tindakan Instrumen yang diperlukan


dalam penelitian tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan dengan prosedur dan langkah PTK. Instrumen
untuk mengukur keberhasilan tindakan dapat dipahami dari dua sisi yaitu sisi proses dan sisi hal yang
diamati. Dari sisi proses (bagan alirnya), instrumen dalam PTK harus dapat menjangkau masalah
yang berkaitan dengan input (kondisi awal), proses (saat berlangsung), dan output (hasil). a.
Instrumen untuk input Instrumen untuk input dapat dikembangkan dari hal-hal yang menjadi akar
masalah beserta pendukungnya. Misalnya: akar masalah adalah bekal awal/prestasi tertentu dari
peserta didik yang dianggap kurang. Dalam hal ini tes bekal awal dapat menjadi instrumen yang
tepat. Di samping itu, mungkin diperlukan pula instrumen pendukung yang mengarah pada
pemberdayaan tindakan yang akan dilakukan, misalnya: format peta kelas dalam kondisi awal, buku
teks dalam kondisi awal, dst. b. Instrumen untuk proses Instrumen yang digunakan pada saat proses
berlangsung berkaitan erat dengan tindakan yang dipilih untuk dilakukan. Dalam tahap ini banyak
format yang dapat digunakan. Akan tetapi, format yang digunakan hendaknya yang sesuai dengan
tindakan yang dipilih. c. Instrumen untuk output Adapun instrumen untuk output berkaitan erat
dengan evaluasi pencapaian hasil berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Misalnya: nilai 75
ditetapkan sebagai ambang batas peningkatan (pada saat dilaksanakan tes bekal awal, nilai peserta
didik berkisar pada angka 50), maka pencapaian hasil yang belum sampai pada angka 75 perlu untuk
dilakukan tindakan-tindakan lagi (pada siklus berikutnya). Selain dari sisi proses (bagan alir),
instrumen dapat pula dipahami dari sisi hal yang diamati. Dari sisi hal yang diamati, instrumen dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: instrumen untuk mengamati guru (observing teachers),
instrumen untuk mengamati kelas (observing classroom), dan instrumen untuk mengamati perilaku
siswa (observing students). a. Pengamatan terhadap Guru (Observing Teachers) Pengamatan
merupakan alat yang terbukti efektif untuk mempelajari tentang metode dan strategi yang
diimplementasikan di kelas, misalnya, tentang organisasi kelas, respon siswa terhadap lingkungan
kelas, dsb. Salah satu bentuk instrumen pengamatan adalah catatan anekdotal (anecdotal record).
Catatan anekdotal memfokuskan pada hal-hal spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan
tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Catatan anekdotal mencatat kejadian di dalam
kelas secara informal dalam bentuk naratif. Sejauh mungkin, catatan itu memuat deskripsi rinci dan
lugas peristiwa yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal tidak mempersyaratkan pengamat
memperoleh latihan secara khusus. Suatu catatan anekdotal yang baik setidaknya memiliki empat
ciri, yaitu: 1) pengamat harus mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa yang terjadi di kelas, 2)
tujuan, batas waktu dan rambu-rambu pengamatan jelas, 3) hasil pengamatan dicatat lengkap dan
hati-hati, dan 4) pengamatan harus dilakukan secara objektif. Beberapa model catatan anekdotal
yang diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) dan dapat digunakan dalam PTK, antara lain: a)
Catatan Anekdotal Peristiwa dalam Pembelajaran, b) Catatan Anecdotal Interaksi Guru-Siswa, c)
Catatan Anekdotal Pola Pengelompokan Belajar, d) Pengamatan Terstruktur (Structured
Observation), e) Lembar Pengamatan Model Manajemen Kelas, f) Lembar Pengamatan Keterampilan
Bertanya, g) Catatan Anekdotal Aktivitas Pembelajaran, h) Catatan Anekdotal Membantu Siswa
Berpartisipasi (Checklist for Routine Involving Students), dsb. b. Pengamatan terhadap Kelas
(Observing Classrooms) Catatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan terhadap
segala kejadian yang terjadi di kelas. Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat
mengungkapkan praktik-praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping itu, pengamatan itu
dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam menangani kendala dan hambatan
pembelajaran yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan
fisik kelas, tata letaknya, dan manajemen kelas. Beberapa model catatan anekdotal kelas yang
diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) dan dapat digunakan dalam PTK, antara lain:a) Format
Anekdotal Organisasi Kelas, b) Format Peta Kelas, c) Observasi Kelas Terstruktur, d) Format Skala
Pengkodean Lingkungan Sosial Kelas, e) Lembar Cek Wawancara Personalia Sekolah, f) Lembar Cek
Kompetensi dsb. c. Pengamatan terhadap Siswa (Observing Students). Pengamatan atau observasi
terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan berbagai hal yang menarik. Masing-masing individu
siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum pembelajaran dimulai, saat
berlangsungnya pembelajaran, dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga
dapat diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan, saat tindakan
diimplementasikan, dan seusai tindakan diberikan. Dibutuhkan kejelian guru dalam proses
pengamatan agar PTK berjalan baik. Beberapa model pengamatan terhadap perilaku siswa diusulkan
oleh Reed dan Bergermann (1992) yang dapat digunakan dalam PTK, antara lain: a) Tes Diagnostik,
b) Catatan Anekdotal Perilaku Siswa, c) Format Bayangan (Shadowing Form), d) Kartu Profil Siswa
(Profile Card of Students), e) Grafik Deskripsi Profil Siswa, e) Sistem Koding Partisipasi Siswa, f)
Inventori Kalimat tak Lengkap (Incomplete Sentence Inventory), g) Pedoman Wawancara untuk
Refleksi (Interview Guide for Reflection), h) Sosiogram, dsb Adapun instrumen lain selain catatan
anekdotal yang dapat digunakan dalam pengumpulan data PTK dapat berwujud: (1) Pedoman
Pengamatan. Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses
pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format,
daftar cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi
dalam kelas, alat perekam elektronik, atau pemetaan kelas (cf. Mills, 2004: 19). Pengamatan sangat
cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan
lapangan sebagai salah satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data kualitatif,
kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses. (2) Pedoman Wawancara Untuk memperoleh
data dan atau informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil observasi, tim peneliti
dapat melakukan wawancara kepada guru, siswa, atau kepala sekolah. Wawancara digunakan untuk
mengungkap data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau wawasan.Wawancara dapat
dilakukan secara bebas atau terstruktur. Wawancara hendaknya dapat dilakukan dalam situasi
informal, wajar, dan peneliti berperan sebagai mitra. Wawancara hendaknya dilakukan dengan
mempergunakan pedoman wawancara agar semua informasi dapat diperoleh secara lengkap. Jika
dianggap masih ada informasi yang kurang, dapat pula dilakukan secara bebas. Guru yang
berkolaborasi dapat berperan pula sebagai pewawancara terhadap siswanya. Namun harus dapat
menjaga agar hasil wawancara memiliki objektivitas yang tinggi. (3) Angket atau kuesioner Indikator
untuk angket atau kuesioner dikembangkan dari permasalahan yang ingin digali. Angket dibuat oleh
guru sendiri sesuai dengan masalah yang diteliti.(4) Pedoman Pengkajian Data dokumen Dokumen
yang dikaji dapat berupa: daftar hadir, silabus, hasil karya peserta didik, hasil karya guru, arsip,
lembar kerja dll. (5) Tes dan Asesment Alternatif Pengambilan data yang berupa informasi mengenai
pengetahuan, sikap, bakat dan lainnya dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau
hasil belajar dengan berbagai prosedur asesment. Instrumen ini dikembangkan pada saat
penyusunan usulan penelitian atau setelah usulan penelitian disetujui untuk didanai dan
dilaksanakan.

Keuntungannya bila instrumen dikembangkan pada saat penyusunan usulan adalah peneliti telah
mempersiapkan diri lebih dini sehingga peneliti dapat lebih cepat mengimplementasikannya di
lapangan. Pengukuran keberhasilan tindakan sedapat mungkin telah ditetapkan caranya sejak awal
penelitian, demikian pula kriteria keberhasilan tindakannya. Keberhasilan tindakan ini disebut
sebagai indikator keberhasilan tindakan. Indikator keberhasilan tindakan biasanya ditetapkan
berdasarkan suatu ukuran standar yang berlaku. Misalnya: pencapaian penguasaan kompetensi
sebesar 75% ditetapkan sebagai ambang batas ketuntasan belajar (pada saat dilaksanakan tes awal,
nilai peserta didik berkisar pada angka 50), maka pencapaian hasil yang belum sampai 75% diartikan
masih perlu dilakukan tindakan lagi (pada siklus berikutnya). D. Prosedur Analisis dan Interpretasi
Data Penelitian Dalam PTK, perhatian lebih kepada kasus daripada sampel. Hal ini berimplikasi
bahwa metodologi yang dipakai lebih dapat diterapkan terhadap pemahaman situasi problematik
daripada atas dasar prediksi di dalam parameter.

Kasus-kasus yang terjadi dalam pembelajaran di kelas dapat dipecahkan dengan cara guru
melakukan PTK di kelasnya sendiri sehingga guru dapat memperbaiki kinerjanya dan menelaah
manfaat dan dampaknya bagi peserta didik. 1. Analisis Data Penelitian. Tahap-tahap analisis data
penelitian meliputi: a) validasi hipotesis dengan menggunakan teknik yang sesuai (saturasi,
triangulasi, atau jika memang perlu uji statistik); b). interpretasi dengan acuan teori, menumbuhkan
praktik, atau pendapat guru; c). tindakan untuk perbaikan lebih lanjut yang juga dimonitor dengan
teknik penelitian kelas. Analisis dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan informasi yang
telah dilakukan dalam tahap pengumpulan data. Misalnya, dengan memutar kembali hasil rekaman
proses pembelajaran dengan video tape recorder guru mengamati kegiatan mengajarnya dan
membahas masalah-masalah yang menjadi perhatian penelitian bersama dengan guru lainnya.

Pada proses analisis dibahas apa yang diharapkan terjadi, apa yang kemudian terjadi, mengapa
terjadi tidak seperti yang diharapkan, apa penyebabnya atau ternyata sudah terjadi seperti yang
diharapkan, dan apakah perlu dilakukan tindaklanjut 2. Validasi Hipótesis Validasi hipotesis adalah
diterima atau ditolaknya suatu hipotesis.Jika di dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan
hipotesis tindakan yang merupakan keyakinan terhadap tindakan yang akan dilakukan, maka perlu
dilakukan validasi.

Validasi ini dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik apakah pernyataan
keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan itu benar. Validasi hipotesis tindakan
dengan menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi, triangulasi dan jika perlu dengan uji statistik
tetapi bukan generalisasi atas hasil PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data tambahan.
Triangulasi, mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi tertentu dengan aktor-
aktor lain dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang telah diperoleh divalidasi dengan
melakukan cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk memperoleh kesimpulan yang
objektif. 3. Interpretasi Data Penelitian Interpretasi berarti mengartikan hasil penelitian berdasarkan
pemahaman yang dimiliki peneliti. Hal ini dilakukan dengan acuan teori, dibandingkan dengan
pengalaman, praktik, atau penilaian dan pendapat guru. Hipotesis tindakan yang telah divalidasi
dicocokkan dengan mengacu pada kriteria, norma, dan nilai yang telah diterima oleh guru dan siswa
yang dikenai tindakan. 4. Penyusunan Laporan Penelitian Di Bab Hasil dan Pembahasan Penelitian
dalam Laporan PTK pada umumnya peneliti terlebih dulu menyajikan paparan data yang
mendeskripsikan secara ringkas apa saja yang dilakukan peneliti sejak pengamatan awal (sebelum
penelitian) yaitu kondisi awal guru dan siswa diikuti refleksi awal yang merupakan dasar
perencanaan tindakan siklus I, dilanjutkan dengan paparan mengenai pelaksanaan tindakan, hasil
observasi kegiatan guru, observasi situasi dan kondisi kelas dan hasil observasi kegiatan siswa.

Paparan data itu kemudian diringkas dalam bentuk temuan penelitian yang berisi pokok-pokok hasil
observasi dan evaluasi yang disarikan dari paparan data.Berikutnya berdasarkan temuan data
dilakukan refleksi hasil tindakan siklus pertama yang dijadikan dasar untuk merencanakan tindakan
untuk siklus kedua. Di sini dapat dibandingkan hasil siklus pertama dengan indikator keberhasilan
tindakan siklus pertama yang telah ditetapkan berdasarkan refleksi awal. Paparan data siklus kedua
juga lengkap mulai perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi. Ringkasan paparan data
dicantumkan dalam bentuk temuan penelitian. Temuan ini menjadi dasar refleksi tindakan siklus
kedua, termasuk apakah perlu dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan untuk siklus ketiga. Peneliti
dapat membandingkan hasil siklus kedua ini dengan indikator keberhasilan tindakan siklus kedua
yang telah ditetapkan berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus kesatu. Jadi prosedur analisis dan
interpretasi data penelitian dilaksanakan secara deskriptif kualitatif dengan meringkas data (reduksi
data), saturasi dan triangulasi. E. Desain Penelitian Tindakan Kelas

Penerapan desain atau model–model PTK seperti yang telah banyak dikemukakan dapat dilakukan
untuk semua mata pelajaran, terutama mata pelajaran yang di dalamnya terdapat praktik. Untuk itu
mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, bahasa inggris, Biologi, dan sebagainya juga dapat
menerapkan salah satu desain. Apakah akan diterapkan tersebut model Kurt Lewin, model Kemmis
& McTaggart, ataupun model yang lainnya? Hal ini bergantung kepada permasalahan yang dihadapi
praktisi di lapangan ataupun bergantung pada pemahaman dan kemampuan para praktisi di
lapangan terhadap suatu model PTK atau dalam menerapkan salah satu model PTK. Yang perlu
mendapatkan perhatian dalam kaitannya dengan diterapkan suatu model PTK ialah bahwa terdapat
langkah – langkah yang seharusnya diikuti oleh peneliti/guru, yaitu: 1) ide awal, 2) prasurvei/temuan
awal, 3) diagnose, 4) perencanaan, 5) Implementasi tindakan, 6) Observasi, 7) Refleksi, 8) Laporan,
dan kepada Siapa Hasil PTK dilaporkan.

1. Ide Awal Seseorang yang berkehendak melaksanakan suatu penelitian baik yang berupa penelitian
positivisme, naturalistic, analisis isi maupun PTK pasti diawali dengan gagasan–gagasan atau ide–ide,
dan gagasan itu dimungkinkan yang dapat dikerjakan atau dilaksanakan. Pada umumnya ide awal
yang menggayut di PTK ialah terdapatnya suatu permasalahan yang berlangsung di dalam suatu
kelas. Ide awal tersebut di antaranya berupa suatu upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi
permasalahan tersebut dengan penerapan PTK itu peneliti mau berbuat apa demi suatu perubahan
dan perbaikan.

2. Prasurvei Prasurvei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di suatu
kelas yang akan diteliti. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan penelitian di kelas yang menjadi
tanggung jawabnya tidak perlu melakukan prasurvai karena berdasarkan pengalamannya selama dia
di depan kelas sudah secara cermat dan pasti mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapinya,
baik yang berkaitan dengan kemajuan siswa, sarana pengajaran maupun sikap siswanya. Dengan
demikian para guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya sudah akan mengetahui kondisi kelas
yang sebenarnya.

3. Diagnosis Diagnosis dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di suatu kelas yang
dijadikan sasaran penelitian. Peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah perlu melakukan diagnosis
atau dugaan–dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di dalam
satu kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis, peneliti PTK akan dapat menentukan berbagai hal,
misalnya strategi pengajaran, media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat dalam kaitannya
dengan implementasinya PTK.

4. Perencanaan Di dalam penentuan perencanaan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu perencanaan
umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang
meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Sementara itu, perencanaan khusus dimaksudkan
untuk menytusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh karenya dalam perencanaan khusus ini tiap
kali terdapat perencanan ulang (replanning). Hal–hal yang direncanakan di antaranya terkait dengan
pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan
materi pembelajaran, dan sebagainya. Perencanaan dalam hal ini kurang lebih hampir sama dengan
apabila kita menyiapkan suatu kegiatan belajar–mengajar.

5. Implementasi Tindakan Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu
tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang di
ajarkan atau dibahas dan sebagainya. PTK bersifat emansipatoris dan membebaskan (Liberating),
karena mendorong kebebasan guru dalam berpikir dan berargumentasi dalam bereksperimen,
meneliti, dan mengambil keputusan atau judgment.

6. Pengamatan Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau
kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat memonitoring pengamat haruslah
mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya mengenai kinerja guru,
situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa
terhadap materi yang diajarkan, dan sebagainya.

7. Refleksi Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah perbuatan merenung atau
memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang
terkait denga suatu PTK yang dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya
diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi dapat
ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan refleksi ini pula
suatu perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya ditentukan.

8. Penyusunan Laporan PTK Laporan hasil PTK seperti halnya jenis penelitian yang lain, yaitu disusun
sesudah kerja penelitian di lapangan berakhir. Penyusunan laporan harus sistematis dan sesuai
dengan acuan yang telah diberikan dalam pelatihan PTK. Sebenarnya , PTK yang dilakukan guru lebih
bersifat individual. Artinya bahwa tujuan utama bagi PTK adalah self-improvement melalui self-
evaluation dan self reflection, yang paad akhirnya bermuara pada peningkatan mutu proses dan
hasil belajar siswa. Dengan demikian hasil pelaksanan PTK yng berupa terjadinya inovasi
pembelajaran akan dilaporkan kepada diri si peneliti (Guru) sendiri. Guru perlu mengarsipkan
langkah–langkah dan teknik pembelajaran yang dikembangkan melalui aktifitas PTK demi perbaikan
proses pembelajaran. Namun demikian, hasil PTK yang dilaksanakan tidak tertutup kemungkinan
untuk diikuti oleh guru lain atau teman sejawat. Oleh karena itu guna melengkapi predikat guru
sebagai ilmuwan sejati, guru perlu juga menuliskan pengalaman melaksanakan PTK tersebut ke
dalam suatu karya tulis ilmiah. Karya tulis tersebut, yang selama ini ditulis belum merupakan
kebiasaan bagi para guru, sebenarnya sangat bermanfaat bagi masyarakat pengguna lain. Dengan
melaporkan hasil PTK tersebut kepada masyarakat (teman sejawat, pemerhati/pengamat
pendidikan, dan para pakar pendidikan lainnya) guru akan memperoleh nilai tambah yaitu suatu
bentuk pertanggungjawaban dan kebanggaan akademis/ilmiah sebagai kreativitas seorang ilmuwan.
Hasil kerja guru akan merupakan amal jariah yang sangat membantu teman sejawatnya dan siswa
secara khusus. Melalui laporan kepada masyarakat, PTK yang pada awalnya dilaksanakan dalam
skala kecil yaitu di ruang kelas, akan memberi sumbangsih yang cukup signifikan terhadap
peningkatan mutu, proses, dan hasil belajar siswa.
G. Penutup PTK merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
keprofesionalan guru. Dalam pelaksanaannya para guru perlu melakukan segala langkah penelitian
ini secara bersama-sama (kolaboratif) dari awal hingga akhir. Ciri khas penelitian ini ialah adanya
masalah pembelajaran dan tindakan untuk memecahkan masalah ini. Penelitian tindakan
sebenarnya dapat dilakukan oleh guru sendiri, guru dan teman sejawat dapat saling berkolaborasi.
Tahapan penelitian dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi refleksi yang dapat
diulang sebagai siklus. Refleksi merupakan pemaknaan dari hasil tindakan yang dilakukan dalam
rangka memecahkan masalah. Disarankan guru dan teman sejawat dapat secara kolaboratif
melakukan PTK ini untuk peningkatan keprofesionalannya. Proposal usulan PTK perlu dibuat sebagai
pedoman (tuntunan) dalam melaksanakan penelitian. Dalam penyusunan usulan yang sesungguhnya
guru peneliti harus berusaha memenuhi ketentuan, kriteria atau standar yang ditetapkan oleh
sponsor atau lembaga pemberi dana. Saran lainnya ialah banyak membaca laporan penelitian, artikel
dan sumber-sumber mengenai PTK. Penulis menaruh harapan besar mengenai pentingnya PTK ini
untuk para guru, yaitu agar makin banyak guru di seluruh Indonesia yang melaksanakan PTK di
sekolahnya masing-masing. Keinginan lainnya adalah agar dalam pelaksanaan PTK itu guru tidak
hanya sekedar melaksanakan, tapi juga mengkomunikasikan hasilnya kepada rekan-rekan guru
lainnya melalui media komunikasi atau internet. Akhir kata, penulis ingatkan kembali bahwa profesi
guru adalah profesi mulia yang memerlukan kreativitas pengembangan terus-menerus dan tidak
sembarang orang dapat melakukannnya. Karenanya setiap guru harus selalu siap, mau, dan mampu
untuk membelajarkan dirinya sepanjang hayat agar dapat lebih mampu membelajarkan anak
didiknya. PTK merupakan salah satu sarana belajar sepanjang hayat yang penting yang perlu dikuasai
oleh setiap guru yang mau mengembangkan keprofesionalannya. Tuntutan terhadap sikap
profesional guru dalam masyarakat kita harus disikapi sebagai harapan untuk memperbaiki proses
pembelajaran dalam mendidik anak-anak kita menjadi cerdas.

DAFTARPUSTAKA

Depdikbud. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research ). Jakarta : Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Fasli Jalal (2006). Peningkatan Mutu Pendidikan. (Seminar Nasional Pendidikan). Jakarta

Hardjodipuro, S. (1997). Action Research. Jakarta: IKIP Jakarta.

Ishaq, M. F(1997). Action Research. Malang: Depdiknas.

Mukhlis, A. (2001). Penelitian Tindakan Kelas, Konsep Dasar dan Langkah – langkah. Surabaya:
Unesa.

Rochiati Wiriatmadja, (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas, UPI Bandung dan Rosda

Supriyadi, (2005), Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Jakarta: Universitas Negeri
Jakarta
Susilo, H. (2003). “Konsep dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi Guru
dan Dosen MIPA.” Makalah Seminar Exchange Experience dan Workshop Pembelajaran MIPA
Konstektual Menyongsong Implementasi KBK di Malang tanggal 9 – 12 Juli 2003.

Tim Pelatih Proyek GSM. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Tim PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bahan Pelatihan Dosen
LPTK dan Guru Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek PGSM, Dikt

Anda mungkin juga menyukai