Kitab Wahyu memang bukan sebuah kitab yang mudah ditafsirkan. Dalam sejarah penafsiran
kitab itu menimbulkan banyak perdebatan. Jadi untuk memperoleh suatu gambaran yang lebih
objektif akan penafsiran kitab ini, pembahasan di sini akan dimulai dari pengenalan akan jenis
sastra kitab ini, disusul dengan pembicaraan beberapa macam pendekatan yang sering
ditemukan, dan diakhiri dengan pendaftaran beberapa prinsip penafsiran yang perlu
diperhatikan.
I. Jenis sastra : Literatur Apokaliptik
Literatur apokaliptik adalah sejenis literatur yang tumbuh subur di daerah yang
berhubungan dengan Alkitab, yang kebanyakan terdapat mulai abad kedua SM sampai
abad peitama. Boleh dikatakan apokalipsisme pada mulanya populer di tengah-tengah
orang Yahudi, kemudian baru masuk ke komunitas orang Kiisten. Selain buku apokaliptik
yang sudah umum diketahui, dikatakan bahwa sebagian tulisan Qumran pun mempunyai
ciri apokaliptik. Adakalanya isi tulisan-tulisan kuno ini tidak semua berbentuk apokaliptik
(contoh yang baik adalah kitab Daniel, kitab kanonik orang Kristen). Dari kitabkitab
apokrifa juga terdapat kitab yang bersifat apokaliptik, misalnya II Esdras. Hanya sayang,
dunia penafsiran belum memiliki kesepakatan tentang definisi istilah ini. Jadi sampai kini
pun belum ada kesepakatan tentang jumlah buku jenis ini maupun banyak hal yang
berhubungan dengannya. Kita mulai dengan literatur apokaliptik umum.
Ciri-ciri Literatur Apokaliptik Umum
(1) Eskatologis
Sama seperti para nabi, penulis-penulis apokaliptik juga menubuatkan hal-hal yang akan
datang. Tetapi berlainan dengan nabi, mereka tidak menaruh harapan kepada dunia atau
masa kini, melainkan mengharapkan kehadiran eskatologi.
(2) Dualistis
Pikiran ini bukan saja terbaca dari dua kekuatan yang beroposisi, Allah versus Setan,
tetapi juga terbaca dari dua dunia atau masa yang sama sekali berbeda, yakni dunia yang
akan datang dan dunia sekarang. Berbeda dengan nubuat, klimaks apokaliptik dijelaskan
dalam istilah langit dan dunia bani, bukan dengan istilah dunia kini (walaupun tidak semua
demikian). Namun perlu ditegaskan, pikiran mereka masih tetap dalam kerangka
monoteisme yang membicarakan Kerajaan Allah akan datang, dan penghakimanNya yang
tidak dapat dielakkan.
(3) Deterministis
Suatu ciri lain dari apokaliptik adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu berjalan sesuai
dengan penentuan Allah dan menuju kepada akhir yang juga sudah ditentukan. Jadi sejarah
merupakan suatu jadwal yang menuju pada kedatangan hari yang dahsyat itu. Pikiran
demikian berlatar belakang pandangan yang pesimis terhadap kesanggupan manusia untuk
menang atas kejahatan. Dunia ini jahat adanya. Suatu perubahan besar dalam masyarakat
1
sedang berjalan. Harapan hanya pada Allah, sebab Dia pasti menang. Kesengsaraan
sekarang akan membawa datangnya kebahagiaan yang tak terhingga. Untuk menyambut
akhir zaman itu, penulis apokaliptik mencoba menguatkan dan menghibur sisa orang-orang
benar yang sedang sengsara. Dalam hal ini, mereka berbeda dengan nabi yang mencoba
menegur rakyat yang berdosa dan menghimbau mereka berpaling kepada Allah.
(4) Esoteris
Menurut apokaliptik, wahyu Allah hanya diberikan kepada orang tertentu saja. Cara
pemberian wahyu biasanya adalah melalui mimpi atau visi, sedangkan malaikat bertindak
sebagai penuntun atau pemberi penjelasan. Wahyu demikian diturunkan turun-temurun dan
baru diberikan penjelasan oleh kelompok apokaliptik. Dengan beberapa kekecualian,
dalam topik ini apokaliptik berlainan dengan nubuat. Pemberian wahyu dalam apokaliptik
lebih bersifat tidak langsung melalui perantara, seperti malaikat Dengan demikian Sabda
Allah menjadi berotoritatif, yang membuat penerimanya gemetar
(5) Penulisan
Berbeda dengan para nabi yang umumnya baru menuliskan berita yang disampaikannya di
kemudian hari, penulisan golongan apokaliptik langsung menuliskan beritanya. Format
penulisannya pun tidak sama dengan nabi, yang menyatakan bahwa "demikianlah firman
Allah", melainkan memakai format biasa, dan banyak memakai tradisi umum.
(6) Simbolis
Bahasa simbolis dalam apokaliptik begitu dominan, sehingga bagi pembaca moderen ini
jelas menipakan suatu hal yang sulit dimengerti. Ciri dari apokaliptik ini berbeda dengan
nubuat, yang terdapat pada zaman yang lebih awal, yang biasanya memakai bahasa yang
mudah dimengeiti. Bahasa simbolis demikian tentu berhubungan dengan topik,
pengalaman (visi) dan kai'akter penulis apokaliptik. Simbol ini ada kalanya dijelaskan,
tetapi lebih sering tidak. Ini mungkin karena pembaca yang simpati kepada apokaliptik
tidak mengalami kesulitan untuk mengeili tulisan jenis ini. Cara penulisan demikian juga
lebih menjamin keselamatan orang yang bersangkutan dalam situasi yang tidak aman.
(7) Nama samaran
Penulis apokaliptik biasanya tidak memakai nama sesungguhnya melainkan meminjam
nama orang agung zaman kuno. Alasan berbuat demikian mungkin karena ingin menarik
perhatian pendengar, atau demi terjaminnya keamanan si penulis, atau kekagumannya akan
tokoh zaman kuno, atau keinginan menunjukkan identitas kelompoknya, bahwa sebenarnya
mereka termasuk kelompok apokaliptik tertentu. Hanya ini tidak berarti bahwa mereka
mencoba menipu pembaca mereka. Dalam hal nama samaran ini, kitab nubuat jelas tidak
sama dengan literatur apokaliptik umum.
2
Kini kita perlu melihat sepintas lalu sebab dan asal-usul timbulnya literatur jenis ini. G.E.
Ladd dalam tulisannya yang berjudul ”Apocalyptic”, yang dimuat dalam Baker’s
Dictionary of Theology, memberi tiga sebab munculnya literatur jenis ini.
Pertama, timbulnya kelompok yang melihat diri mereka sebagai orang benar yang tersisa,
salah satu golongan dari mereka, misalnya, kelompok Qumran, biasanya menganggap
nubuat nabi digenapi atas diri mereka. Paul D. Hanson dalam bukunya The Dawn of
Apocalyptic (rev. ed.; Philadelphia: Fortress Press, 1979), melihat pikiran orang benar
yang tersisa ini dari sudut sosiologis. Ia bei-pendapat bahwa golongan ini bukan suatu
kelompok teilentu melainkan banyak kelompok yang berciri khas umum, yakni mereka
tidak berkuasa lagi. Jadi bagi Hanson (yang dikritik karena kurang memperhatikan ciri
khas agama golongan ini), orang benar yang tersisa adalah kelompok yang dikecewakan,
dikalahkan dalam pergolakan masyarakat termasuk di dunia agama.
Kedua, persoalan kejahatan.
Persoalan ini timbul sebab rupanya Allah tidak lagi menghukum yang jahat dan
memberkati yang baik. Apa yang terjadi dalam masyarakat justim sebaliknya. Ini
merupakan pertanyaan yang serius bagi orang Israel yang pulang dari pembuangan,
teimtama setelah mereka berusaha taat kepada hukum Musa. Apa yang terjadi sangat
mengecewakan orang Israel. Mereka justru dijajah dari satu negara asing ke negara asing
yang lain.
Ketiga, soal tidak adanya nubuat lagi.
Selama berabad-abad lamanya orang Israel mendengar suara nabi, tetapi kemudian seolah-
olah nabi-nabi telah tertidur. Jadi sekarang adalah saatnya bagi penulis apokaliptik untuk
bangun berdiri mengisi kekosongan ini. Tidak dapat disangkali bahwa literatur apokaliptik
pernah tumbuh subur di kalangan orang Yahudi dan orang Kristen. Bahkan menurut
sebagian saijana, apokaliptik adalah ibu dari segala teologi Kristiani.' Tetapi bagaimana
dengan asal-usulnya? Kita dapat menjumpai banyak teori dalam topik ini, misalnya, Betz
melihatnya sebagai hasil hudaya Yunani, sedang Conzelmann percaya literatur jenis ini
berasal dari agama orang Iran, dan sebagainya. Tetapi rupanya pendapat dari H.H. Rowley,
D.S. Russell, S.D. Frost P.D. Hanson Dan R.G. Hamerton-Kelly lebih dapat dipercaya.
Di samping melihat pengaruh dari budaya lain, mereka percaya apokaliptik berasal dari
nubuat Perjanjian Lama. Sudah tentu penilaian dan cara menangani apokaliptik mereka
berbeda, tetapi pada dasarnya mereka melihat literatur ini sebagai penenisan dari nubuat
Perjanjian Lama. Bagi P.D. Hanson, apokaliptik adalah sama dengan nubuat, hasil dari
kesenjangan ahtara golongan visi dan realitas. R.G. Hamerton-Kelly maju selangkah
menghubungkannya dengan Bait Allah dan persembahan di dalamnya. Bagi dia golongan
apokaliptik adalah orang yang bermusuhan dengan Bait Allah di Yerusalem, tetapi tetap
memperhatikan maknanya. (Tendensi ini terbaca dalam tulisan Qumran.) Sedangkan bagi
von Rad, literatur ini berhubungan dekat dengan literatur Hikmat orang Yahudi. Walaupun
3
kita belum ada kesimpulan terakhir, tetapi hampir boleh kita pastikan nubuat Peijanjian
Lama berhubungan dengan apokaliptik, walaupun jelas keduanya berbeda.
6
(4) simbol atau bahasa simbolis dalam apokaliptik adalah sesuatu yang dapat dimengerti
oleh orang zaman itu. Jadi untuk menafsir semua ini, penafsir perlu memperhatikan
penjelasan dari penulis, konteks, bahkan literatur apokaliptik umum zaman itu.
(5) perhatikan selalu dampak dari bahasa simbolis yang jelas sangat emosional.
(6) penafsir moderen juga perlu memperhatikan bagian yang paralel dan juga nubuat di
dalam Perjanjian Lama. Penafsir moderen juga perlu selalu menanyakan apakah nubuat
apokaliptik telah atau belum digenapi.
(7) Alkitab selalu mengajarkan kebenaran untuk segala zaman. Ini berlaku juga bagi
simbol yang dipakai dalam apokaliptik. Penafsir moderen perlu memperhatikan aspek ini.
PENAFSIRAN SIMBOL
a) Pengertian
Simbol adalah suatu hal yang dipakai untuk menyampaikan suatu pengertian yang melebihi
pengertian umum/biasa dari hal yang dipakai tersebut.
Dan sebenarnya, bukan saja di Alkitab, namun dalam kehidupan sehari-hari kita selalu
menemui simbol, misalnya burung merpati adalah simbol perdamaian.
Simbol tidak sama dengan tipe (akan dibahas pada bagian berikut). Simbol tidak dibatasi oleh
waktu, sehingga suatu simbol melambangkan suatu pengertian yang mungkin terdapat di masa
lalu, sekarang atau yang akan datang.
Terdapat hubungan tertentu antara simbol dan makna yang akan disampaikan.
Dalam hal burung Merpati tersebut, kita dapat memahami bahwa burung Merpati
memang terkenal dengan sifat lemah lembutnya.
Dalam hal simbol yang tidak umum atau yang kurang dikenal, kita perlu
mengadakan penyelidikan secara cermat. Bila si pemakai simbol telah
menjelaskannya, penjelasannya itu harus menjadi patokan dalam memahami simbol
itu. Tidaklah bijaksana bila seorang penafsir berusaha menjelaskan simbol
berdasarkan keinginan atau latar belakangnya sendiri.
Suatu simbol yang sama mungkin memberi dua bahkan lebih pengertian yang
7
berbeda. Misalnya di Matius 10:16 Merpati adalah simbol dari ketulusan, namun di
Yesaya 38:14 suara Merpati melambangkan keluh-kesah, serta di Hosea 7:11
Merpati melambangkan kebodohan.
Simbol dipakai untuk memberi suatu makna yang dalam kepada mereka yang
mengerti, tetapi mungkin juga dengan tujuan yang sebaliknya, Misalnya penulis
kitab Wahyu banyak memakai simbol, mungkin agar musuh orang Kristen tidak
mengerti isi kitab tersebut dan tidak dapat menangkap maknanya. Adakalanya
penafsir modern tidak menyadari akan kehadiran suatu simbol, namun adakalanya
sebaliknya, ia mencari-cari suatu simbol yang sebenarnya tidak ada. Untuk
menghindari semua kelalaian ini, seorang penafsir dituntut mengadakan
penyelidikan yang lebih seksama.
Benda
Yang dimaksudkan dengan benda yang bermakna simbolik di sini adalah material yang dapat
dilihat dan diraba.
Misalnya: Salib sebenarnya adalah suatu alat penghukuman orang Romawi yang sangat kejam.
Namun dalam Perjanjian Baru, salib telah berubah menjadi simbol yang melambangkan
banyak pengertian teologis: simbol penderitaan-Nya, penyelamatan Tuhan atas dunia ini,
kasih Kristus, usaha Kristus memperdamaikan Allah dengan orang-orang berdosa,
penyangkalan diri Kristus, penyangkalan pengikut Kristus. Jadi menafsir simbol salib, penafsir
Alkitab perlu memperhatikan pengertian umum pada jaman itu dan catatan Alkitab.
Yang dimaksudkan dengan peraturan atau upacara yang bermakna simbolik di sini, misalnya
baptisan air dan perjamuan suci.
Oleh karena itu, dalam penyelidikan simbol-simbol ini, unsur-unsur ini perlu diperhatikan.
Sebab melalui unsur-unsur ini, Allah telah menyatakan banyak makna rohani yang sangat
penting bagi orang Kristen.
Tindakan
Banyak tindakan, di luar peraturan atau upacara, yang dicatat dalam Alkitab secara jelas
menyatakan pengertian simbolik. Misalnya apa yang pernah dilakukan oleh Yehezkiel
8
(Yehezkiel 4-5) dan Hosea (Hosea 1-3).
Tindakan-tindakan ini diperintahkan oleh Allah dengan tujuan-tujuan tertentu
dan mengandung makna yang dalam. Bagi mereka yang melakukannya dan melihat tindakan-
tindakan ini jelas dapat menggoreskan kesan yang sangat mendalam di hati mereka.
Angka
Pada jaman kuno, bahkan sampai kini, angka mengandung makna-makna tertentu. Nilai angka
juga berhubungan dengan huruf tertentu. Namun dalam penyelidikan angka yang terdapat di
dalam Alkitab, sekali lagi, Alkitab sendiri adalah buku pegangan yang terbaik, meskipun
penafsiran demikian bukan tugas yang mudah.
Berikut di bawah ini dikemukakan ringkasan dari hasil penelitian Ethelbert W. Bullinger
tentang makna simbolik dari angka-angka yang terdapat di dalam Alkitab.
Dengan demikian, ada seorang Malaikat kudus, paling tidak, yang bertugas berkaitan dengan
angka-angka. Oleh karena itu, angka-angka dan rahasianya memiliki tempat yang penting di
dalam perkataan- perkataan Allah sama seperti di dalam pekerjaan-pekerjaan-Nya. Dan hal-hal
yang bersifat rahasia itu akan dinyatakan kepada kita (Ulangan 29:29).
Misalnya: Perjanjian Lama (24 Kitab) - Perjanjian Baru (27 kitab) - Para Penulis (28 penulis
Perjanjian Lama + 8 Perjanjian Baru).
9
01 1 Kesatuan, utama, independen, Kejadian 1:1, 22:2, 12,16,
tiada yang lain, hanya satu- Keluaran 20:3, Ulangan
satunya, permulaan 6:4, Yesaya 43:10-11,
Markus 12:29-30
02 2 Pemisahan, pembagian, perbedaan Kejadian 1:2,6, 13:11,14,
Galatia 4:29-30, Roma
9:13
03 3 Solid, nyata, substansial, esensial, Kejadian 1;13, 18:1-2,
keseluruhan, kesempurnaan Ilahi, 13,17,33, Imamat 14:10,
Ilahi, Kebangkitan Bilangan 6:23-24, Yesaya
6:3, Matius 12:39-40,
Lukas 13:32, Wahyu 4:8
04 4 Penciptaan & kelengkapan materi, Kejadian 2:10-11,
dunia, kepenuhan berkat material Keluaran 16:14,31,
Yesaya 60:17, Markus
13:35, 1 Korintus 15:42-
44, 2 Korintus 4:8-9
05 5 Anugerah Keluaran 2:24-25, 30:23-
25, 34, 1 Samuel 17:40,
Roma 3:24, 1 Korintus
14:19
06 6 Manusia, ketidaksempurnaan Kejadian 18, Imamat
tanpa Allah, pekerjaan manusia, 24:6, 1 Raja-raja 10:19,
kesempurnaan otoritas manusia Ayub 4:10-11, 28:8,
Mazmur 8:6-9
07 7 Kelengkapan, kesempurnaan Kejadian 12:2-3,
rohani, kepuasan Keluaran 6:4-8, Ulangan
8:8, Hakim-hakim
6:13,15, 17-18,22,23, 24,
25-27, 33-35, Yesaya
11:2, Hosea 2:8-9, Lukas
3:23-38
08 8 Kelahiran baru, permulaan dari Kejadian 17:12, Keluaran
jaman/perintah baru 22:29,30, 1 Petrus 3:20, 2
Petrus 2:5
09 9 Penghukuman, Finalitas di Hagai 1:11, 1 Korintus
dalam hal-hal Ilahi 12:8-10, Galatia 5:22-23
10 10 Hukum, kesempurnaan tatanan Kejadian 14:20, Keluaran
Ilahi 20:3-17, 34:28, Ulangan
4:13, 10:4, 14:22, 1
Samuel 8:15, Lukas
11:42, 18:12, Ibrani 7:4
11 11 Penghukuman, pengadilan, Kejadian 36:40-43,
ketidakteraturan, disintegrasi Ulangan 1:2, 2 Raja-raja
23:36, 24:1, 2 Tawarikh
36:5-6,11, Yeremia 39:2,
Yehezkiel 26:1, 30:20,
31:1, Kisah Para Rasul
2:14
10
12 12 Kesempurnaan pemerintahan atau Kejadian 35:22, 49:28,
otoritas ilahi Lukas 2:42, Wahyu 7:4,
21:16-17
13 13 Dosa, pemberontakan, kebejatan Kejadian 14:4, 17:25,
moral, penghancuran Yosua 6:1-5, Yesaya
53:12, Matius 26:48,
27:20, Lukas 23:18
14 14 Keselamatan, pembebasan Keluaran 12:25-27,
( 2x7 ) Imamat 23:5, Matius 1:1-
17, Galatia 4:23,28.
15 15 Tindakan yang dibuat oleh kuasa Kejadian 7:20, Imamat
( 3x5 ) anugerah Ilahi, perhentian, 23:6,34, 2 Raja-raja 20:6,
ketenangan, bersandar Ester 9:18,21, Yohanes
11:18, Kisah Para Rasul
27:21
16 17 Kesempurnaan dari Peraturan Mazmur 83:6-12, Roma
Rohani, Kemenangan 8:35-39, Ibrani 12:18-24
17 19 Kesempurnaan dari tatanan Ilahi Epesus 2:8, Ibrani 11
(10+9) dihubungkan dengan
(5+14) penghukuman, Iman
18 20 Pengharapan, Penebusan Kejadian 21:38,41,
(2x10) Keluaran 30:12-14,
(21-1) 26:18-20, 27:9-11,
Hakim-hakim 4:3, 13:25,
15:20,16:31, 1 Samuel
7:2, 1 Raja-raja 9:10, 2
Tawarikh 8:1
19 22 Disintegrasi, khususnya di dalam Keluaran 25:31-34,
(2x11) hubungan dengan Firman Allah Yohanes 3:20-21, Epesus
( menambah atau mengurangi 5:13, 1 Tesalonika 5:5
Firman Allah,
korupsi/manipulasi ), terang,
menyatakan
20 24 Pemerintahan Surgawi & Keluaran 28:29,
(2x12) penyembahan, keimaman 1 Tawarikh 24:1-9,
28:12,19, Ibrani 8:5,
Wahyu 1:5-6, 4:4, 5:8-10
21 25 (5x5) Pengampunan dosa Yeremia 52:31-33
( berdasarkan anugerah )
22 27 (3x9) Proklamasi Injil/Nubuat Roma 1:15-16, Galatia
2:1-2, Wahyu 13:1
23 28 Kehidupan kekal Yohanes 5:24, 10:27-29,
(4x7) Roma 5:20-21, 6:23,
24 29 Kombinasi antara pengharapan
(20+9) & penghukuman
25 30 Tingkat yang lebih tinggi dari Kejadian 41:46, Keluaran
(3x10) kesempurnaan tatanan Ilahi, 26:7-10, 2 Samuel 5:4,
Darah Matius 27:3-4, Lukas
3:23, Wahyu 5:6-9
26 31 Keilahian, keturunan, benih
11
27 40 (5x8) Pencobaan, godaan, penyucian Keluaran 24:18, Ulangan
( bagi umat perjanjian, bukan 8:2-5, 9:18,25, Bilangan
penghukuman seperti nomor 9 13:26, 14:34, Hakim-
yang dihubungkan dengan hakim 3:11, 5:31, 8:28,
penghukuman terhadap para 13:1, 2 Samuel 5:4, 1
musuh ) Raja-raja 11:42, 19:8,
Mazmur 95:10, Matius
4:2, Markus 1:12-13,
Kisah Para Rasul 1:2, 7:23,
30, 13:18,21, Ibrani
3:8-9,
28 42 Anti-Kristus, perlawanan 2 Raja-raja 2:23-24,
manusia terhadap Allah Wahyu 11:2, 13:5
29 50 Roh Kudus, Tahun Yobel, Keluaran 27:18, Imamat
Pembebasan 23:15-16, 25:8-10, Ibrani
10:29
30 51 = Revelasi Ilahi
24+27
31 65 Kemurtadan ( dihubungkan Hakim-hakim 17 dan
(13x5) dengan suku Efraim ) Yesaya 7:8
32 70 Kesempurnaan Tatanan Rohani Kejadian 10, 46:26, 27,
(7x10) yang dilaksanakan dengan semua Keluaran 1:5, 24:1,
kekuatan rohani ( Roh & TatananBilangan 11:16, Rut 4:11,
2 Tawarikh 36:19-23,
sangat ditekankan ) , Pembuangan
& kembalinya Israel Yeremia 25:4-11, Daniel
7:24-27, 9:24, Lukas
10:1,17
33 120 Masa Pencobaan yang ditentukan Kejadian 6:3, Nehemia
(3x40) secara ilahi 10:1-10, Kisah Para
Rasul 1:15
34 153 = Kemenangan sempurna ( dari Yohanes 21:11 - 6:39,
17x32 Anak-anak Allah ) 17:12, Mazmur 147:4,
Keluaran 15:14
35 200 = Ketidakcukupan, tidak memadai Yohanes 6:7 - Yosua 7:21,
20x10 Mazmur 49:7-9, 2
Samuel 14:26, 18:9,
Hakim-hakim 17:4, Ezra
2:65, Nehemia 8:5-9
36 390 = Israel Yehezkiel 4:5
13x30
37 400 Masa sempurna secara ilahi Kejadian 15:13, Kisah
(8x50) Para Rasul 7:6
38 430 Masa persinggahan dari “Janji” Kejadian 12:3, Galatia
sampai “Hukum” ( bagi 3:17 - Keluaran 12:40
Abraham )
39 490 Produk dari kesempurnaan rohani Daniel 9:2, 24-27,
(70x7) dengan memperhatikan Yeremia 25:11-12, 29:10
penentuan terhadap Yerusalem
12
40 666 Nama binatang/Anti-Kristus, Wahyu 13:8,17-18. 17:9-
Trintitas dari kesempurnaan 14
manusia, kesempurnaan dari
ketidaksempurnaan, kulminasi
dari kecongkakan manusia di
dalam ketidakbergantungannya
kepada Allah dan perlawanan
terhadap Kristus, penyembahan
kepada Iblis
Catatan : Jumlah Bilangan untuk Nama Yesus (di dalam bahasa Yunani:
) adalah 10 + 8 + 200 + 70 + 400 + 200 = 888.
Kristus (1480 = 8x183), Tuhan (800 = 8x100), Juru Selamat
(1408 = 82x32), Imanuel (25600 = 82x50), Mesias (656 = 8x82).
13
Psi 700
Omega 800
Sampsi 900
Warna
Nama
Nama-nama dapat pula dipakai sebagai suatu simbol. Ini termasuk nama-nama tokoh, bangsa,
tempat, bahkan lembaga. Misalnya Kota Perlindungan (Bilangan 35:9-15), nama Yesus
(Matius 1:21), Babel, dan Yerusalem Baru (Wahyu).
Penglihatan (Visi)
Dalam Alkitab tercatat banyak penglihatan (visi), dan biasanya dalam penglihatan ini para
nabi/rasul telah melihat hal yang bersifat simbolik. Dalam penglihatan ini, seorang penafsir
perlu memperhatikan penjelasan dari Allah atau dari Malaikat, tentang hal yang dilihat,
konotasi umum tentang hal
tersebut, situasi dari umat Allah atau orang yang bersangkutan, dan permainan kata.
Mujizat
Simbol-simbol dalam bentuk mujizat tidak begitu banyak dalam Alkitab. Contoh yang dapat
ditunjukkan di sini misalnya nyala api yang keluar dari semak duri (Keluaran 3), tiang awan &
tiang api (Keluaran 13). Simbol- simbol ini dapat dimengerti dari konteks.
Tidak ada hukum tertentu yang dapat dipakai untuk setiap kasus. Jadi dalam
penyelidikan simbol, seorang penafsir perlu hati-hati, dan menyelidikinya kasus per
kasus. Jangan membuat penafsiran secara spekulatif.
Penafsir perlu hati-hati dalam kasus warna, angka, logam, permata, sebab tidak setiap
warna, angka, logam, dan permata memiliki pengertian simbolik. Hendaknya
diperhatikan bagian yang berkaitan secara umum
daripada mencoba memaksa makna yang dibuatnya ke dalam simbol tersebut.
Perhatikan ciri yang umum, yang utama, yang penting dari simbol tersebut. Ini berarti
simbol pertama harus dimengerti dalam pengertian harfiah. Selidikilah makna simbol
14
tersebut dari pengertian harfiah ini.
Selalu perhatikan latar belakang mengenai simbol tersebut. Alkitab dan penemuan
arkeologis adalah sumber baik tentang data jenis ini. Sekali-kali jangan menafsir simbol
Alkitab berdasarkan latar belakang modern.
Penjelasan simbol yang tercatat di bagian Alkitab yang bersangkutan adalah keterangan
yang paling penting. Ini adalah penafsiran yang paling dapat diandalkan.
Dalam kasus kurang penjelasan, seorang penafsir perlu memperhatikan konteks dan
tujuan dari bagian Alkitab tersebut. Ini sangat menolong.
Pakailah konkordansi untuk mencari ayat-ayat yang berhubungan. Perhatikanlah
jumlah pemakaiannya dan kitab-kitab yang memakainya. Namun, ingat setiap kasus
mungkin memberi pengertian tersendiri.
Bila seorang penafsir sudah yakin akan salah satu ciri dari suatu simbol, hendaknya ia
memulai penyelidikannya berangkat dari butir tersebut. Mungkin ia akan mendapat
butir lain dalam proses penyelidikan tersebut.
1. PENAFSIRAN TIPOLOGI
Kata Tipologi berasal dari kata bahasa Inggris Type, yang sebenarnya berasal dari kata bahasa
Yunani (dipakai sebanyak 14 kali dalam Perjanjian Baru), berarti: bekas yang
kelihatan (karena pukulan atau tekanan), gambaran, bayangan, contoh atau pola. Misalnya:
Yohanes 20:25, Kisah Para Rasul 7:44, Roma 5:14, Kolose 2:17, Ibrani 8:5.
Dengan demikian, Tipologi adalah suatu korespondensi dalam satu atau beberapa aspek
antara tokoh, peristiwa, benda, atau lainnya di Perjanjian Lama dengan tokoh, peristiwa,
benda, atau lainnya yang lebih dekat, atau sejaman dengan penulis Perjanjian Baru.2
Atau memakai penjelasan lain: Type adalah suatu bayangan dari suatu kebenaran yang
terdapat di Perjanjian Lama, sedangkan perwujudannya (Anti-type) terdapat di Perjanjian
Baru.3
a) Ciri-ciri Tipologi
Tipologi biasanya lebih rumit & teliti, sehingga melibatkan lebih banyak data.
Type & Anti-type adalah tokoh-tokoh, peristiwa-peristiwa atau benda-benda di
dalam sejarah. Type dapat diterapkan setelah ada peristiwa di Perjanjian Baru
(konfirmasi).
Tipologi hanya terdapat di dalam Alkitab saja. Type dirancang oleh penunjukan Ilahi
untuk menghasilkan keserupaan dengan Anti-type.
Tipologi bersifat nubuat, dan anti-type-nya selalu berkisar pada Yesus Kristus,
khususnya karya penebusan-Nya bagi manusia yang jatuh ke dalam dosa.4
Baik Type atau Anti-Type telah terbaca di Perjanjian Baru, Type tetap bermakna
bagi umat Allah abad modern (baca 1 Korintus 10:1-11).
15
b) Jenis-jenis Tipologi
Pada umumnya Tipologi dapat dibagi dalam enam (6) jenis, yaitu:
Relasi antara Type & Anti-Type harus dipahami sebagai hubungan yang tunggal
dan sederhana (tidak berfokus pada detailnya). Harus ada kesesuaian antara Type
& Anti-Type untuk menghindari masuknya eisegetis. Type di Perjanjian Lama
pertama-tama dipahami di dalam bentuk simbol.
Penafsir harus menetapkan makna moral & spiritual yang Allah ingin sampaikan
kepada umat-Nya. Setelah itu, penafsir dapat beralih untuk melihat bagaimana
kebenaran itu direalisasikan di Perjanjian Baru.
Perlu diperhatikan bahwa masih ada perbedaan esensial antara Type dan Anti-
Type. Type menghadirkan kebenaran pada taraf yang lebih rendah, karnal,
kekinian, eksternal, dan realitas duniawi, sementara Anti-Type menghadirkan
kebenaran pada taraf tinggi, spiritual murni, masa depan, internal, dan realitas
surgawi.Baik Type maupun Anti-Type perlu dipelajari dalam pengertian sejarah.
Penyelidikan yang seksama atas Type dan Anti-Type sama pentingnya.
16
03 Dikasihi (oleh ayahnya), Kejadian “Anak-Ku yang Kukasihi”, Matius
37:3 3:17
04 Dibenci (oleh saudara-saudaranya), Dibenci tanpa sebab, Yohanes 15:25
Kejadian 37:4-5
05 Tidak dipercaya, Kejadian 37:5 Saudara-saudara-Nya sendiripun tidak
percaya kepada-Nya, Yohanes
7:5
06 Sujud menyembah, Kejadian 37:7,9 Dia yang lebih utama dalam segala
sesuatu, Kolose 1:18
07 Apakah engkau ingin berkuasa atas Kami tidak mau orang ini, Lukas
kami ? Kejadian 37:8 19:14
08 Maka iri hatilah saudara-saudaranya, Diserahkan karena dengki, Markus
Kejadian 37:11 15:10
09 Ayahnya menyimpan hal itu dalam Ibu-Nya menyimpan semua perkara
hatinya, Kejadian 37:11 itu di dalam hatinya, Lukas 2:51
10 Dikirim kepada saudara-saudaranya, Aku akan menyuruh anakku yang
Kejadian 37:13 kekasih, Lukas 20:13
11 “Ya, bapa” (“Here am I”), Kejadian “Sungguh, aku datang” (“Lo, I
37:13 come”), Mazmur 40:8-9, Ibrani 10:5-
7.
12 Bawalah kabar tentang itu kepadaku, Tetapi sekarang, Aku datang
Kejadian 37:14 kepada-Mu, Yohanes 17:13
13 Keluar dari lembah Hebron Kemuliaan yang Kumiliki di
(persekutuan), Kejadian 37:14 hadirat-Mu, Yohanes 17:5,24
14 Ia datang ke Sikhem, Kejadian 37:14 Ke kota Samaria yang disebut
Sikhar (Sikhem), Yohanes 4:4-5
15 Berjalan mengembara di padang, Ladang dunia (Matius 13:38), tidak
Kejadian 37:15 ada tempat untuk meletakkan
kepala-Nya (Lukas 9:58)
16 Aku mencari saudara-saudaraku, Datang untuk mencari &
Kejadian 37:16 menyelamatkan, Lukas 19:10
17 Pergi menyusul saudara-saudaranya, Pergi mencari yang sesat, Lukas
Kejadian 37:17 15:4
18 Mereka bersekongkol membunuhnya, Bersepakat untuk membunuh-Nya,
Kejadian 37:18 Matius 27:1, Yohanes 11:53
19 Kita akan melihat, Kejadian 37:20 Sehingga mereka dapat melihat,
Markus 15:32
20 Menanggalkan jubahnya, Kejadian Mereka menanggalkan pakaian-
37:23 Nya, Matius 27:28
21 Sumur (The Pit), Kejadian 37:24 Lubang Kebinasaan (The Horrible
Pit), Mazmur 40:3, 69:3,15-16
22 Mereka duduk, Kejadian 37:25 Mereka duduk di situ menjaga Dia,
Matius 27:36
23 20 Keping Perak, Kejadian 37:28 30 Keping Perak, Matius 26:15,
27:9, Keluaran 21:32
24 Ke Mesir, Kejadian 37:36 Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku,
Matius 2:14-15
3. PENAFSIRAN NUBUAT
17
a. Problematika
b. Definisi
1. Ketika nabi menerima penyataan khusus dari Allah, dan pada gilirannya,
menyatakan kepada umat Allah. Penyataan ini untuk menjelaskan masa lalu dan
membentangkan masa kini, serta membuka masa depan.
2. Perhatian sang nabi selalu berpusat pada Kerajaan Allah dan pekerjaan
penebusan Kristus.
Prediksi sebagai iluminasi tentang peristiwa mendatang, sedangkan janji adalah pemahaman
bahwa Allah telah menetapkan untuk menyelesaikan tujuannya, dan siap bekerja menuju
pemenuhan dari tujuan ini. Masa depan berada di dalam perkembangan penggenapan. Semua
nubuat bekerja di dalam konteks janji Ilahi ini.
[3] Mempunyai setting sejarah: seorang nabi adalah seseorang yang historis
dengan sebuah berita kepada orang-orang sezamannya.
18
[4]Nubuat bekerja di dalam konteks sejarah keselamatan. Oleh karena itu
melampaui batas sejarah & tempat sekarang dengan suatu gambaran besar dari
Allah.
[6] Sang nabi memadatkan peristiwa-peristiwa besar ke dalam suatu ruang waktu
yang singkat, ia memiliki a single glance of God’s eternal work (visi).
[7] Waktu & rentetan peristiwa bukan perhatian utama.
[8] Adanya penggenapan ganda dari suatu nubuat seperti kedatangan Kristus.
(b) Allah memperkenankan para nabi untuk membungkus pemikiran mereka di dalam
bentuk-bentuk yang berasal dari masa mereka. Bentuk ini bukanlah intisarinya,
sebaliknya, isinyalah yang menjadi intisarinya.
(c) Ketika sang nabi diperintahkan untuk mewartakan berita di dalam tindakan-
tindakan nubuat, mereka sesungguhnya mengambil tempat di dalam setting nabi
saat itu, sekali pun penggenapannya hanya dapat dipahami di dalam konteks
sejarah keselamatan. Misalnya Yesaya berjalan dengan kaki telanjang, Yehezkiel
berbaring 390 hari di sisi kirinya, dan 40 hari di sisi kanannya, menanggung
perbuatan salah umat-Nya, dan perkawinan Hosea.
Tentukan makna literalnya terlebih dahulu, bila konteks tidak menunjukkan bahwa
mereka mempunyai makna simbolis.
Allah akan menjalankan hukuman di tengah-tengah domba yang gemuk dan kurus, ayat 20-24.
Di dalam ayat 23-24 Allah berjanji akan membangkitkan Daud sebagai Gembala mereka,
namun pada waktu itu Daud sudah mati beberapa ratus tahun sebelumnya (sekitar 300 - 400
tahun), maka secara harfiah jelas yang dimaksudkan bukan Daud sendiri.
Ayat 24 menyinggung bahwa Daud akan menjadi raja. Mengenai nubuat ini, Paulus
menjelaskan bahwa raja yang diperkenan oleh Allah seperti Daud itu adalah Tuhan Yesus
(Kisah Para Rasul 13:22-23). Tuhan Yesus sendiri
juga mengakui bahwa Ia adalah Gembala yang baik dan Ia mati untuk domba- domba-Nya
(Yohanes 10:1-18). Nubuat ini jelas bukan ditujukan kepada Daud, melainkan Tuhan Yesus,
Gembala yang agung.
Petrus di dalam 1 Petrus 5:3-4 menjelaskan bahwa Yesus adalah Gembala yang Agung dan di
dalam 1 Petrus 2:25 menunjukkan bahwa Yesus adalah Uskup & Gembala yang memelihara
jiwa kita.
Ibrani 13:20 juga menyinggung bahwa Yesus adalah Gembala yang Agung, Ia sudah bangkit
dari antara orang mati. Maka kesimpulan Gembala yang seperti Daud itu adalah Tuhan
Yesus Kristus.
Selanjutnya ada janji berkat untuk tanah yang dijanjikan kepada mereka itu. Allah akan
melepaskan mereka dari tangan penjajah, dan tidak lagi menjadi tawanan orang kafir. Mereka
juga tidak akan mengalami kelaparan atau pengkhianatan orang kafir. Bagian ini mengulangi
tujuan Allah yakni agar mereka tahu bahwa Dia-lah TUHAN (ayat 27,30,31).
4. PENAFSIRAN PERUMPAMAAN
a. Pengantar
2. Dua perbedaan sifat perumpamaan Yesus dari Rabbi pada jaman-Nya adalah
kesegaran & kesederhanaan, yang berlawanan dengan menunjukkan keilmuan
& membosankan, serta makna tunggal di dalam hubungannya dengan Kerajaan
yang sedang datang, dipertentangkan dengan para Rabbi yang memusatkan
perhatian pada Taurat & aplikasinya.
3. Perumpamaan berbeda dari Fabel (sepele & fantastik), Mitos (ciptaan cerita
rakyat yang populer), Allegori (yang menemukan banyak poin di dalam sebuah
narasi), di mana Perumpamaan hanya memiliki SATU
POIN SENTRAL; semua unsur yang lain hanyalah tambahan & tunduk di bawah SATU
POIN TERSEBUT.
Oleh karena itu, tujuan Perumpamaan bukanlah pendorong intelektual seseorang, melainkan
memimpin kepada perhatian moral seseorang. Perumpamaan itu bagaikan sebuah anak panah
yang meluncur ke jantung manusia, inti kehidupannya, tempat kehendak & kasih sayangnya.
4. Perumpamaan selalu mempunyai dua tahap arti, alami & spiritual; mereka
membutuhkan penafsiran sedemikian untuk menghindari terlalu banyak dari
yang dimaksudkan oleh perumpamaan itu.
21
Perumpamaan ditujukan kepada pendengar khusus, sehingga tidak mudah untuk ditafsirkan,
khususnya ketika konteks lingkungannya bukanlah masa kini.
Meskipun sifatnya tampak sederhana, penafsirannya sangat kompleks bila kita tidak mengikuti
jalan yang benar. Berikut di bawah ini diberikan petunjuk- petunjuk yang disarankan oleh
Ramm di dalam penafsiran Perumpamaan Alkitab
22
Misalnya di Yohanes 3:14, Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan peristiwa yang terjadi di
Perjanjian Lama (Bilangan 21:4-9) - mengungkapkan kebenaran keselamatan di dalam Yesus -
tatkala manusia memandang & meninggikan Kristus yang tergantung pada salib, maka mereka
tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16).
Prinsip Doktrinal
Dalam penafsiran, hendaklah tafsiran kita ditempatkan pada proporsi yang sebenarnya. Dengan
kata lain, tafsiran kita harus sesuai dengan arti yang sebenarnya, tanpa terlebih dahulu
memasukkan kehendak atau konsep pemikiran yang sudah ada pada kita. Sebab itu, perlulah
dalam menafsirkan perumpamaan menggunakan pikiran yang bersih, jujur, dan terlepas dari
pandangan teologis, prasangka yang ada pada kita. Kita perlu memohon bimbingan Roh Kudus
untuk membawa kita kepada arti yang sebenarnya dan yang dimaksudkan oleh Alkitab.
Banyak orang menafsirkan perumpamaan ini secara alegoris. Misalnya Origenes menafsirkan
bahwa orang yang jatuh ke tangan para penyamun adalah Adam; Yerusalem adalah Surga.
Yerikho adalah dunia; para penyamun adalah iblis dan para pengikutnya; yang dimaksudkan
dengan imam adalah Hukum dan orang Lewi adalah para nabi; Orang Samaria yang murah hati
adalah Yesus Kristus; keledai adalah tubuh Kristus yang menanggung Adam yang jatuh;
rumah penginapan adalah gereja; dua dinar menunjukkan Allah Bapa dan Allah Anak; janji
yang diberikan orang Samaria untuk kembali lagi menunjukkan pada kedatangan Tuhan Yesus
yang kedua kalinya. Sedangkan Agustinus menafsirkan sedikit lain sebagai berikut: keadaan
orang yang dirampok melambangkan keadaan orang yang telah jatuh dalam dosa; keadaannya
yang parah karena penganiayaan menunjukkan kemiskinan pengetahuan orang berdosa
terhadap Allah; orang Samaria membalut luka-luka melambangkan karya Kristus untuk
mengekang dosa; minyak dan anggur adalah penghiburan, pengharapan dan nasehat dari
pelayanan rohani; pemilik penginapan adalah Paulus dan dua dinar adalah dua hukum kasih.8
Tafsiran yang bersifat alegoris dari dua tokoh gereja di atas, ditinjau secara Hermeneutik tidak
dapat dibenarkan! Bagaimana seharusnya kita menafsirkan perumpamaan ini?
Dalam prinsip Kebudayaan, Tuhan Yesus mempergunakan kebudayaan yang telah dikenal
pada waktu itu sebagai latar belakang dari perumpamaan ini (kebudayaanYahudi). Peristiwa
yang diceritakan dalam perumpamaan ini, baik secara geografis, suasana, situasi masyarakat
pada waktu itu adalah hal biasa dan diketahui umum. Tuhan Yesus mempergunakan orang
23
Samaria sebagai lakon utama dalam perumpamaan ini, yang mempunyai latar belakang
tertentu. Dalam kenyataan antara orang Yahudi dan orang Samaria pada waktu itu saling
bermusuhan (bandingkan dengan Lukas 9:51-56, Yohanes 4:9, 8:48). Di pandangan orang
Yahudi, orang Samaria adalah suku yang hina-dina dan berdosa, dan menganggap diri sendiri
sebagai orang benar dan suci.
Dengan perumpamaan ini yang mempunyai latar belakang umum dan diketahui umum pula,
Tuhan Yesus mau menyadarkan orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang selalu membenarkan
diri.
Untuk mengetahui maksud & tujuan Tuhan memberikan perumpamaan ini dan sekaligus
menunjukkan hakekat perumpamaan ini, maka perlulah kita mencari inti yang menjadi latar
belakang perumpamaan ini. Bila kita perhatikan secara teliti, perumpamaan ini diberikan
karena Tuhan Yesus mendapat pertanyaan dari seorang ahli Taurat, yang mempunyai motivasi
mencobai Tuhan Yesus.
Pertanyaan pertama yang diajukan adalah tentang masalah dengan cara apa seseorang
memperoleh hidup yang kekal. Dengan bijaksana Tuhan menjawab melalui si penanya.
Memang dasarnya si penanya bermaksud untuk mencobai dan membenarkan diri, maka
dilanjutkan dengan pertanyaan, “Siapakah Sesamaku Manusia ?”. Inilah inti & juga
menjadi latar belakang sehingga Tuhan memberikan perumpamaan Orang Samaria yang
murah hati.
24
Sebagaimana telah dikemukakan di dalam prinsip eksegetikal bahwa setelah kita menemukan
inti atau pusat kebenarannya, maka yang lainnya hanya merupakan bahan-bahan pelengkap
dalam rangka mengungkapkan kebenaran itu. Bahwa bersama & menjadi sesama bagi orang lain
berarti menunjukkan sifat radikal
dari kasih agape; kasih yang sungsang itu.9 Kasih agape itu disebut sungsang, sebab:
25
menolong sesamanya Yahudi, maka pengadilan mungkin akan membayar mengembalikan uang
itu kepada si penolong. Akan tetapi, pengadilan Yahudi tidak akan pernah membayar kembali
kepada seorang Samaria. Orang Samaria itu dengan bebas memberikan pertolongan tanpa
mengharapkan balasan. Justru inilah yang Tuhan Yesus perintahkan dalam ajaran-Nya yang
resmi (Lukas 6:35).
Perumpamaan Orang Samaria Yang Murah Hati ini menjelaskan dengan tuntas hakekat agape,
yang ditunjukkan oleh seseorang yang menjadi sesama bagi orang lain. Agape sungguh berani
dan agresif. Agape lebih daripada sekedar rasa hangat yang mengawang. Lebih daripada sikap
baik terhadap orang lain. Agape tidak berhenti pada senyuman manis. Kasih agape ini agresif.
Mahal, secara sosial maupun ekonomi.
Hal-hal atau bahan-bahan pelengkap tersebut di atas, tidak dapat ditafsirkan dengan maksud
lain. Sebab itu, Yerusalem, Yerikho, rumah penginapan, dua dinar, dan lain-lain yang
merupakan unsur penunjang, janganlah ditafsirkan sebagai lambang ini atau itu. Bila kita tetap
melakukan, bukan saja secara Hermeneutika tidak dapat dipertanggung jawabkan, bahkan
peluang yang menjurus kepada penafsiran yang salah sangat besar sekali!
26