Anda di halaman 1dari 3

Nama: Alexander Ivan Perdana 31 Agustus 2023

NIM: 206114038
Tugas Pribadi 2 Apokaliptik B

1. Apa itu apokaliptisisme menurut John J. Collins?


Seturut artikel yang disampaikan, John J. Collins mengatakan bahwa
Apokaliptik merupakan salah satu bentuk sastra Alkitab yang memiliki fokus
utamanya pada unsur pengadilan terakhir, penghakiman, akhir zaman, dan kebaruan
hidup di masa yang akan datang. Pandangan sastra seperti ini sudah cukup lama
berkembang di alam hidup orang Yahudi, terlebih ketika nabi-nabi (Amos, Daniel,
Maleakhi) membicarakan tentang hari TUHAN dan tindakan-tindakannya di hari
tersebut. Di sini, diterangkan mengenai terbentuknya kisah dari Wahyu kepada Rasul
Yohanes sebagai murid yang secara langsung dapat memandang penglihatan itu.
Tentu posisi ini berada dalam kanon terkahir di Perjanjian Baru, yaitu kira-kira pada
akhir abad 1, dengan penempatannya sebagai fakta historis kepada pembaca masa
kini.

Jika ini menjadi sastra, maka ada fenomena distingtif. Artinya bahwa ada
penampakan-penampakan makhluk surgawi yang tidak bisa banyak orang melihatnya.
Ini terjadi karena pesan rahasia dari Allah itu diteruskan secara personal, baru
dibagikan kepada khalayak ramai. Hal tersebut amat sejalan dengan apa yang
tertuliskan di Wahyu kepada Yohanes. Terjemahan Lama dan beberapa versi Alkitab
di luar LBI dan LAI menyebutnya sebagai Kitab Penyingkapan. Di sana dijelaskan
simbol-simbol misterius dari penglihatan tersebut, atau mengajak sang visioner
(penerima penglihatan) berkeliling tempat di luar jangkauan pengalaman manusia
normal. Semuanya didasarkan pada hal-hal Ilahi, yang sungguh-sungguh hanya bisa
dipahami oleh orang-orang pilihan Allah untuk memberikan Wahyu seperti ini.

2. Terangkan apa saja kekhasannya (aspek kebaruannya)?


Aspek-aspek kebaruan yang menjadi kekhasan dalam Sastra Apokaliptik ini
adalah:
a) Munculnya pandangan akan Allah yang Determinis. Artinya, dalam
sejarah hidup manusia, Allah akan tetap melaksanakan penghakiman
tersebut untuk memisahkan antara yang baik dan jahat (Bdk. Dan. 9, Mat.
25). Doa-doa yang dipanjatkan oleh sang Nabi atau penyambung lidah
Allah kepada umat itu akan terhenti dan durasi atas penghakiman Israel
perlahan akan dipulihkan kembali.

Walaupun begitu, hal seperti ini tentunya telah dikisahkan pada zaman
tersebut. Kejadian yang disampaikan sungguh merujuk pada penglihatan
apokaliptik, yang harus menjadi penyemangat bagi bangsa ini untuk tetap
setia hingga pada saatnya kelak. Segenap umat Israel mesti percaya
sungguh dan bertahan pada keyakinan, bahwa masa yang mereka miliki
saat ini sudahlah singkat.

b) Adanya Mitos Kosmogenik. Artinya, dalam hal menyatukan sejarah yang


disebutkan sebelumnya, perlu lagi menampilkan mengambil mitos-mitos
kuno yang aslinya dirancang untuk menggambarkan penciptaan dunia dan
memproyeksikannya ke dalamnya masa depan eskatologis. Hal ini
mengandaikan bahwa tradisi-tradisi kuno dari kehidupan bangsa Israel
masih punya keeratan alur kisah yang berkesinambungan dari bangsa-
bangsa asing dan sekitarnya. Beberapa contoh seperti Dewa Baal, budaya
Kanaan, dewa dewi pagan lainnya telah menyebut secara tak langsung pda
bentuk Wahyu berupa penghakiman atas kesalahan yang terjadi (tidak
menyembah kepada yang berkuasa, Allah YHWH). Dari sinilah akan
merujuk pada bagian akhir, bahwa kebaikan TUHAN yang menang itu
tiada terhingga, oleh karena umat pilihanNya kembali untuk menebalkan
iman kepadaNya.

c) Pandangan Dualisme. Sejarah senantiasa menyebut dari daratan hellenis-


lah yang mengenalkan Filsafat akan pemahaman seperti ini. Namun, perlu
diingat bahwa arena konflik yang terjadi di dunia ini, digambarkan sebagai
gelanggang olahraga yang harus mencari pemenang sejati, yaitu nilai
kebaikan. Itulah sebabnya dalam diri manusia juga, dikenali bentuk untuk
memahami urusan manusia yang berada di luar kendali pikirannya. Nilai-
nilai kebaikan itu senantiasa dicari dan terus dipegang teguh, agar dapat
mencapai taraf yang berasal dari sumberNya. Sifat jahat akan musnah
dengan sendirinya, sedangkan kebaikan tetap ada dan terus mengakar
kemanapun.

d) Adanya Makhluk Surgawi dan jalannya kesana. Sebagaimana yang


sudah disebut pada soal nomor 1, segenap makhluk surgawi berada dalam
satu sidang kebakaan, untuk menjadi penghakim dan cerminan bagi dunia
di segenap masanya. Di sana juga disebut mengenai jalan atau cara menuju
kepada Surgawi itu, yaitu dengan berjalan bersama Allah untuk mendaki
jiwa, atau roh yang telah Ia berikan kepada ciptaannya.

3. Bagaimana pula cara pandang semacam ini, dapat mempengaruhi masyarakat


kita dewasa ini? Apakah menurutmu, apokaliptisisme dapat mempengaruhi
perilaku seseorang menjadi intoleran?

Sejauh yang saya dapatkan, cara pandang ini akan amat berpengaruh. Bukti ini hadir
dengan munculnya paradigma-paradigma negatif yang silih berganti menganggu
perihal hal-hal mendasar hidup manusia dan aspek-aspeknya. Munculnya distingsi
sosial yang pada akhirnya merusak tatanan yang ada. Contoh saja di Indonesia,
dengan Ormas-ormas didikan kaum apatis atau intoleran atau antisosialis yang tidak
mau melihat kemajemukan dan inginnya menjadikan negara homogen (FPI, HTI,
Khilafah Indonesia, Sunda Empire, Rakabuming Jagat, Gafatar, dll). Hal inilah yang
akhirnya akan merusak tatanan dan pemikiran yang terjadi saat ini.

Anda mungkin juga menyukai