Anda di halaman 1dari 4

Homiletika

Kerangka Khotbah

1) Ada 3: Pembuka, Isi, Penutup

2) Pembukaan: menarik minat para pendengar pada gagasan yang hendak disampaikan, sehingga
dapat masuk dalam dinamika khutbah yang ditawarkan. Sejalan dengan itu, pembukaan amat
penting dari sudut pandangan baru untuk memulai sapaan itu menarik.

Bisa diisikan dengan ide: (ungkapan dasar khutbah dari suatu tesis), ungkapan, kasus tertentu, dlsb.

3) Isi: gagasan pokok yang mau disampaikan bagi pendengar. Model-modelnya akan menentukan
dialog apa yang dibangun disana.

4) Penutup: rangkuman dari seluruh isi khotbah.

Model-model Khotbah

1) Eksposisi: menafsirkan dari ayat ke ayat Alkitab yang dibicarakan & memberi aplikasi bagi
pendengar. Cocokmologi – khotbah tipologi pohon natal. (versi Gereja Denom)

2) Tekstual: menguraikan isi kitab suci secara singkat atau Sebagian dari bacaan yang dibacakan.
(diambil banyak dalam Gereja Katolik)

3) Topik: tidak memulainya dengan Kitab Suci, melainkan dengan mengetengahkan subjek teologis
tertentu yang dibahas didasarkan bacaan hari tersebut. (diambil banyak dalam Gereja Katolik)

4) Problem Centered: yang banyak membicarakan masalah-masalah sosial, baik itu Bersama atau
pribadi yang diproyeksikan sebagai masalah Bersama atau nasional. (dipakai dalam surat gembala –
pastoral, dll).

Mengenai Bisosiasi

1) apa yang penting bagi mereka bacaan itu? Sabda Allah dikonsepkan secara tersendiri dan apa
yang ada dalam penghayatan mereka.

2) diusahakan untuk mendialogkan pengalaman pribadinya Bersama Allah. Pengalaman dan iman itu
Bersama sebagai Langkah untuk mengenali sabda Tuhan dalam hidup umat sendiri.
Latihan: Yoh 2:1-11

Ide dominan (ASOSIASI)

1) Mukjizat perdana berdasarkan Injil Yohanes.

2) Perkawinan yang diikuti Yesus pertama kalinya berdasarkan Injil Yohanes

Uraikan (ASOSIASI): Perkawinan, janji – sumpah setia antara calon suami & istri untuk
menghidupinya bersama. Perkawinan pula yang menjadikan 2 insani, yang dahulunya berbeda
masing-masing, menjadi satu daging dalam kesepakatan bersama.

Kaitan dengan Kitab Suci:

Saudara/i yang dikasihi Tuhan, disampaikan bagi kita hari ini kisah perjamuan nikah di Kana. Jika
dilihat lebih lanjut, penghormatan bagi keluarga pembuat pesta perkawinan adalah yang utama. Bila
dijumpai ada kekurangan yang ada, maka persediaan itu sudah ada untuk mengatasinya. Di ay. 3
amatlah jelas bahwa mereka kekurangan anggur.

Nasihat bagi pendengar (IMPLIKASI):

Perkawinan yang ada, terjadi dan dilangsungkan, tentu dipersiapkan dengan matang. Sebagai
contoh, Ketika saya mengikuti akad nikah yang dibuat saudara/i muslim keluarga Ibu saya dari suku
Melayu Sambas, dengan jamuan yang tidak sebegitu mewah, sehingga jarang untuk mendapat
kendala disana.

Keluarga ibu saya memiliki ide spekluatif yang sangat matang kala itu, sehingga hidangan yang
disediakan ada sisanya, dan jadi berkat bagi orang lain yang sudah berjerih payah maupun yang tidak
sempat hadir.

Perlu dari itu, tidak mengurangi rasa hormat, perkawinan itu dihadirkan secara matang dan ada
kesederhanaannya. Pasti bisa dengan hal mewah, tetapi apakah itu dapat mengatasi segala hal yang
terjadi? Mari, dengan perkawinan itu, hadirkan secara nyata akan buah-buah nyatanya, belajar dari
pengalaman orang lain sekitar kita.

_+_+_+_+_+_

Cara mencari Ide

1) Swedia

a) Sesuatu yang tidak dipahami – “Aneh”.

b) Sesuatu tentang Tuhan (Sifat, cara kerja, SikapNya).

c) Sesuatu tentang Manusia (Watak, relasi, cita-cita).

d) pengertian yang baru.

e) Sesuatu yang ditaati dan dilakukan.


Contoh dalam Luk 15:1-7

Kata kunci: sesat – tobat dari dosa – harga diri domba sama dengan yang lain (99).

Pro:

Allah yang penuh Kasih, yaitu kasih bagi segenap orang tanpa pilih-pilih latar belakang apapun.

Dari 1 ekor domba saja yang “sesat” itu, ditemukan rasa kebahagiaan karena menjumpai yang “hilang” itu terasa amat
besar.

Ia diundang Kembali untuk berada dalam pelukan Kasih Allah yang memberi kehangatan.

Kasih akan terjalin lagi dengan citarasa tobat yang sepenuh-penuhnya.

Kontra:

Namun faktanya, kasih yang ada di segenap manusia itu, perlu “pajaknya” lebih dulu.

Kalau ia tulus, maka meminta dengan seenaknya. Kalau ia sabar, maka dihadapkan dengan ketidaksabaran.

Cemburu terjadi karena ada yang “menceraikan” kasih Allah dengan “hak pribadi” segenap orang.

Sikap acuh tak acuh akan sesama, mendatangkan “noda” bagi siapa saja yang dijumpai.

Nasihat:

Maka dari itu, Kasih Allah janganlah diabaikan dari kita sebagai bagian dari hidup ini.

Kasih tak harus dengan materi belaka, tetapi juga aksi nyata yang bisa dibuat dari kita, walau kecil sekalipun, berguna dan
terasa untuk semua orang.

2) Simple – Sederhana

a) Masalah utama apa yang ditunjukkan dalam perikop

b) Catat dan mengembangkan idenya

c) Mencari jawaban atas:

- apa (definisi, Tuhan berbuat apa)

- mengapa

- bagaimana

Contoh dalam Luk 15:1-7

“Gila Agama”

Belakangan ini, segenap orang amat mementingkan prestise untuk menuntaskan suatu
persoalan, secara langsung dengan memberi kartu “As”-nya.
Setiap masalah yang muncul, jika sudah tidak diketahui lebih lanjut keterangannya, maka “atas nama
yang Esa”-lah jawaban akhirnya.

Maka dari itu, dalam menyelesaikan soal-soal yang terjadi, jangan langsung membawa “nama yang
Esa” itu.

Kepala dingin dan hati yang tenang dapat jadi jawaban pertama, bila persoalan tersebut belumlah
mendesak.

Ini amat penting dibagikan kepada kita sekalian, agar tidak “gopoh-gopohan” & “sumbu pendek”
dalam mengambil keputusan.

3) “Sharing”

a) Mencari kalimat yang penting (amat mengena)

b) diuraikan dengan menjawab

- mengapa memilih itu dan bukan lainnya

- apakah itu

- bagaimana di dalam hidup kita

4) judul baru

a) baca dulu teksnya

b) apa judul baru yang hendak ditampilkan

c) Menjawab: mengapa, apa, bagaimana

Anda mungkin juga menyukai