Loba/Serakah I Samuel 2:22-36 (Komisi Wanita GKP, 12 Februari 2008) Intro. Prop. Quest. Bagaimana kita bisa melayani tanpa hati yang loba? Trans. Dua rambu yang harus kita perhatikan agar kita tidak melayani dengan hati yang loba. 1) Hormati Tuhan Eli dan anak-anaknya tampaknya telah kehilangan rasa hormat mereka akan Tuhan. rasa hormat anak-anak Eli, Hofni dan Pinehas, akan Tuhan tampak telah hilang ketika mereka mencemari Bait Allah dan jabatan keimaman mereka dengan berzinah dengan perempuan- perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan. Mereka juga mengambil korban bakaran lebih dari apa yang ditentukan bagi imam. Mereka mengambil bagian Allah. Eli, sebagai imam dan hakim Israel, seharusnya bisa menegur dan menghukum mereka dengan keras, dengan cara membuang mereka dari Bait Allah. Namun tampaknya, kasih sayang Eli untuk anak-anaknya lebih besar daripada kasihnya untuk Tuhan, dan ia lebih menghormati anak- anaknya dari pada menghormati Tuhan. Kata hormat dalam bahasa aslinya ( kabod) mengandung pengertian lebih berat. Dengan demikian, Eli lebih berat terhadap anak-anaknya daripada terhadap Tuhan. Ilustrasi Di sebuah gereja, ada seorang rohaniwan yang melayani di komisi sekolah minggu. Sejak kehadirannya, jumlah anak SM bisa meningkat menjadi 100 orang/kebaktian. Walau begitu, pelayanannya yang luar biasa itu dicemari oleh kebiasaannya menuntut fasilitas gereja. Jika ia merasa fasilitas gereja kurang memadai, ia akan protes. Atau yang lebih parah, ia akan memanfaatkan jemaat untuk memenuhi kebutuhannya. Saya juga mengenal sekeluarga rohaniwan yang numpang hidup di gereja. Istilah numpang hidup adalah istilah yang pas karena rohaniwan ini tidak mau lagi melakukan tugas apapun kecuali besuk. Namun jika bicara soal fasilitas, sampai membeli gagang pintu yang rusak pun harus dirembes ke gereja. Saya juga dikejutkan oleh kabar bahwa beberapa rohaniwan memasang tarif untuk berkhotbah. Beberapa diantaranya memasang tarif diatas 1 juta rupiah. Bagi saya ini keterlaluan. Saya yakin, Anda pun akan mengecam hal ini (karena hal inilah yang membuat persekutuan kampus selalu kekurangan pembicara). Aplikasi Mengapa hal-hal semacam ini bisa terjadi? Hal-hal ini bisa terjadi karena kita telah kehilangan rasa hormat akan Tuhan. Hati kita lebih berat pada kebutuhan kita sendiri sehingga lama kelamaan kita menjadi loba. Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah hati loba ini? Salah satu hal yang bisa kita lakukan adalah dengan mengutamakan Tuhan di atas segala-galanya. Tuhan harus menjadi yang utama. Kepentingan-Nya harus melampaui kepentingan kita atau siapapun yang kita cintai. Perpuluhan dan persembahan adalah salah satu disiplin rohani yang baik untuk mengutamakan Tuhan. Sulit bagi kita untuk memberikan perpuluhan ketika kebutuhan keluarga kita terasa amat mendesak. Jika sudah demikian, siapa yang akan kita dahulukan? Tuhan atau keluarga kita? Jika kita mau menghormati Tuhan, maka kita akan mengutamakan kepentingan Tuhan. Menjaga kekudusan dengan menjauhi dosa juga adalah disiplin rohani yang baik. Dengan menjaga kekudusan, kita mendisiplin diri untuk tidak memuaskan keinginan daging kita. Keinginan untuk memuaskan kedagingan adalah kecenderungan untuk mengutamakan diri sendiri di atas Tuhan; menjadikan diri sendiri Tuhan dengan mengesampingkan Tuhan. Jika kita, karena Tuhan, mau menyangkal diri maka kita menghormati Tuhan. Disiplin lain yang bisa kita lakukan adalah menghormati simbol-simbol rohani. Jika kita tidak bisa menghormati simbol-simbol rohani, bagaimana kita bisa menghormati Tuhan yang dilambangkan oleh simbol-simbol itu? Gereja adalah salah satu simbol rohani. Kehadiran gereja mewakili Tuhan di dalam dunia. Jika kita membuang sampah sembarangan di dalam gereja seperti bungkus permen, misalnya bagaimana kita bisa menghormati Allah? Jika kita merokok di lingkungan gereja, atau membiarkan orang lain merokok di lingkungan gereja, tanpa teguran dari kita, bukankah rumah sakit jadi lebih kudus dari gereja? Jika sudah begitu, bagaimana kita bisa disebut sebagai orang yang menghormati Tuhan? Hormati Allah, maka kita tidak akan melayani dengan hati yang loba. 2) Selami arti sebuah panggilan Eli dan anak-anaknya tampaknya tidak menyelami arti panggilan keimaman mereka. Dengan sengaja nabi Tuhan menyatakan tugas seorang imam, supaya ia mempersembahkan korban di atas mezbah-Ku, membakar ukupan dan memakai baju efod di hadapan-Ku (ay 28). Ungkapan-ungkapan ini menggambarkan tugas seorang imam: a) Membakar korban bakaran berbicara tentang tugas seorang imam untuk memohonkan pengampunan dosa. b) Membakar ukupan berbicara mengenai tugas seorang imam untuk menjadi pendoa syafaat bagi Israel. c) Mengenakan baju efod melambangkan kewajiban seorang imam menanggung umat Israel di dalam tugas penggembalaannya. Jika makna tugas ini diselami artinya, maka kita akan melihat isi hati Tuhan untuk umat-Nya. Seorang imam seharusnya adalah seorang imam kepercayaan yang bertindak sesuai dengan hati-Ku dan jiwa-Ku (ay 35). Kata Hati berasal dari kata lebab ( )yang berarti pikiran. Sedangkan kata Jiwa berasal dari kata nephesh ( )yang berarti nafas, semangat, jiwa atau vitalitas. Bertindak sesuai dengan hati dan jiwa Allah berarti bergerak sesuai dengan gejolak jiwa-Nya, kerinduan-Nya yang terdalam. Kita bergerak berdasarkan apa yang menggerakkan hati-Nya. Seorang imam yang bertindak sesuai dengan hati dan jiwa Allah adalah imam yang telah berenang dan menyelami isi hati atau semangat ilahi. Ia mengerti kehendak dan isi hati Allah. Ilustrasi Saya hanya mendapat empat belas Misionaris Christine Tingling pernah mengunjungi penderita kusta di Fu Chow, Cina, dimana ia mendengar tentang seorang pria yang suatu hari datang meminta kamar untuk mati. Ia hanya mengenakan selembar goni yang diikat dengan beberapa helai benang. Ia tidak mempunyai kerabat, namun orang-orang Kristen menerima dan mengasihinya seperti keluarga sendiri. Suatu hari seorang pendeta Cina mengunjungi pria tua itu dan mulai mengabarkan Injil, tetapi ketika pendeta itu bertanya apakah ia ingin menjadi Kristen, ia menjawab, Tidak. Yesus memberi diri-Nya untuk saya, namun saya tidak mempunyai apapun untuk diberikan kepada-Nya sebagai balasan. Tetapi, Ia tidak menginginkan apapun kecuali diri Anda sendiri, kata sang pendeta. Dibutuhkan beberapa waktubagi pria itu untuk memahami ini. Ia terus bertanya, Bagaimana mungkin Ia menerima penderita kusta tua berbau busuk seperti saya? Tetapi suatu hari akhirnya, ia menerima Yesus sebagai Juruselamat. Pria itu segera mulai jatuh cinta pada Firman Tuhan dan ia mulai memberitakan Kristus kepada sesama penderita kusta, pergi dari kamar ke kamar, sampai penyakit itu membuat kakinya putus dan matanya lepas. Saat ia berbaring sekarat, satu-satunya penyesalannya adalah ia hanya berbuat sedikit bagi Tuhan. Ia terlambat mengenal Injil, ketika dirinya sudah hampir tidak bisa bergerak. Ketika pendetanya datang, ia mengajukan pertanyaan ini, Waktu saya tiba di Rumah Bapa, apakah Yesus akan menyalahkan saya karena tidak mendapat lebih banyak, atau Ia hanya akan ingat bahwa saya cuma seorang penderita kusta tua busuk? Kemudian ia menambahkan, Saya hanya mendapat empat belas. Empat belas jiwa telah dimenangkannya bagi Yesus Kristus. Pada hari kebangkitannya, kata Christine Tingling, dari kuburan di luar Fu Chow akan bangkit anak Allah ini, yang di masa dagingnya, adalah seorang kusta dan seorang buangan. Ia akan mendapatkan tempatnya dalam kumpulan orang-orang yang terberkati, yang tentangnya ditulis: mereka akan menjadi milik kesayangan- Ku, firman TUHAN semesta alam, pada hari yang Kusiapkan. Aplikasi Orang kusta ini melayani Tuhan hanya karena satu alasan: ia tahu betapa Tuhan mengasihi dirinya dan orang-orang berdosa seperti dia. Dengan menyadari kasih Tuhan ini, ia menyelami isi hati Tuhan. Ia mengerti hati dan jiwa Allah, dan ia bertindak seturut dengan hati dan jiwa Allah. Jika kita mau membaca dan merenungkan Firman Allah. Jika kita mau terus memandang salib Yesus, maka kita akan mengerti hati dan jiwa Allah. Apa yang ada di dalam hati dan jiwa Allah digambarkan dengan jelas melalui simbol-simbol keimaman. Ia mau agar setiap orang diselamatkan, dilindungi dan digembalakan. Apapun tugas pelayanan kita, kita dipanggil untuk meresponi kerinduan Allah itu dengan memberitakan Injil, bersyafaat dan melayani saudara seiman kita. Jika kita menyelami arti panggilan kita, maka kita akan mengerti hati dan jiwa Allah. Dan jika kita mengerti hati dan jiwa Allah, maka kita tidak akan melayani dengan hati yang loba. Selami arti pelayanan kita, selami hati dan jiwa Allah, rasakan kasih-Nya untuk jiwa-jiwa, maka kita akan melayani tanpa hati yang loba. Penutup Mementingkan Diri Seorang ibu yang sangat cantik, berpakaian indah dan mahal datang kepada seorang psikiater untuk minta nasihat. Segala sesuatu yang ia minta dari suaminya harus dituruti: rumah mewah, mobil, pakaian, perabot rumah tangga, dsb. Akhirnya, suaminya tidak mampu lagi menuruti keinginannya. Ia membuat suaminya frustasi dan bangkrut. Kemudian mereka bercerai. Seluruh hidup ibu itu terisi penuh dengan barang-barang, namun sebetulnya hidup ibu itu sama sekali kosong. Psikiater berkata, Saya ingin Anda menemui ibu pembersih kantor ini. mintalah ia bercerita bagaimana ia menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Suamiku meninggal karena radang paru- paru. Tiga bulan kemudian, anak laki-laki ku satu- satunya meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Saya tidak punya apa-apa lagi. Saya berjalan dalam kegelapan. Saya tidak bisa tidur. Saya tidak punya nafsu makan. Saya tidak pernah senyum pada siapapun. Segalanya gelap. Pada suatu malam, seekor kucing kurus mengikuti saya masuk ke rumah. Entah bagaimana, saya merasa iba kepadanya. Ia kedinginan dan saya beri dia minum susu. Kucing itu kemudian mendengkur dan menggosok- gosokkan badannya pada kaki saya. Pada saat itu saya pertama kali mulai tersenyum lagi. Lalu saya merenung: jika membantu seekor kucing dapat membuatku tersenyum, mungkin dengan mengerjakan sesuatu bagi orang lain dapat membuatku bahagia lagi. Maka pada hari berikutnya, saya membuat kue dan memberikannya pada orang yang sedang sakit. Setiap hari saya mencoba untuk berbuat baik bagi orang lain, karena dengan demikian saya bahagia. Ibu itu menangis. Ia mempunyai banyak uang yang bisa digunakan untuk membeli apa saja, tapi ia telah kehilangan apa yang tidak bisa dibelinya dengan uang. Kemudian ia memutuskan, Saya akan berusaha untuk membuat orang lain bahagia. Jangan sampai seperti boneka pandir yang saya alami ini. Jika kita tidak melayani dengan hati yang loba, maka pelayanan akan memberikan sukacita tersendiri bagi kita. Oleh sebab itu, hormatilah Allah dan selamilah arti pelayanan kita. Dengan begitu, kita tidak akan melayani dengan hati yang loba.