Anda di halaman 1dari 9

Apa Arti & Tujuan Pelayanan

II Kor.5:18-21
(Retreat Korem GKRI Petra, 7-8 Maret 2008)
Intro.
Semasa perang dunia II, Nazi mendirikan pabrik
penjara di Hungaria dimana para tahanan harus bekerja
paksa dengan kondisi yang sangat tidak manusiawi.
Satu hari para tahanan diperintahkan untuk
memindahkan tumpukan besar sampah dari ujung
penjara ke ujung lainnya. Hari berikutnya, mereka
diperintahkan untuk memindahkan tumpukan sampah
ke tempatnya semula. Nazi tidak memberikan
alasannya. Mereka hanya diperintahkan untuk
melakukannya.
Sejak itu dimulailah satu pola. Hari demi hari
para tahanan memindahkan gunungan sampah dari
ujung yang satu ke ujung penjara lainnya. Akibat dari
pekerjaan yang tidak berarti dan tidak menggunakan
akal sehat itu mulai dirasakan oleh para tahanan. Satu
hari, tahanan yang sudah tua menangis tanpa kendali
dan harus di bawa pergi. Kemudian, seorang lainnya
mulai menjerit-jerit sehingga ia harus dipukuli agar
diam. Orang ketiga, yang sudah bertahan selama tiga
tahun di kamp kerja paksa itu, tiba-tiba berlari ke arah
pagar listrik. Dia sudah diperintahkan untuk berhenti,
namun ia tidak peduli. Ia melemparkan dirinya ke pagar
listrik dan mati.
Pada hari-hari berikutnya, lusinan tahanan
menjadi gila. Para penahannya tidak peduli, karena
sebenarnya para tahanan itu dijadikan eksperimen
psikologi Nazi. Mereka ingin mengetahui apa yang akan
terjadi jika seseorang diperhadapkan pada kegiatan yang
tidak bermakna.
Kita akan kehilangan arah, bahkan menjadi gila
jika kita melakukan sesuatu tanpa makna. Demikian
pula halnya dalam pelayanan. Kita akan kehilangan
arah dalam pelayanan jika kita tidak mengerti arti dan
tujuan pelayanan. Itulah sebabnya, penting bagi kita
untuk mengerti arti dan tujuan pelayanan.
Prop.
1
3 arti dan tujuan pelayanan
1) Menerima pelayanan dari Tuhan berarti menerima
kehormatan dari Allah.
Paulus menyatakan hal ini dua kali (ay 18,19).
Namun demikian, di dalam bahasa aslinya ternyata kata
mempercayakan berasal dari dua kata yang berbeda,
yaitu dan . Kata didwmi mengandung
pengertian mempercayakan atau menyerahkan.
Sedangkan kata tiqhmi mengandung pengertian
meletakkan atau menetapkan. Perbedaan mendasar
keduanya terletak pada obyeknya. Dalam hal didwmi,
Allah mempercayakan atau menyerahkan posisi
sedangkan dalam hal tiqhmi, Allah memberikan tugas.
Itu sama dengan seseorang diangkat untuk menjadi agen
rahasia (didwmi) dan kemudian mendapat tugas
khusus untuk menyelamatkan sandera (tiqhmi).
Dalam kasus Paulus, ia diangkat untuk menjadi pelayan
perdamaian dengan tugas khusus: memberitakan kabar
perdamaian.
Hal ini menunjukkan kondisi yang sangat
istimewa. Pertama, orang yang melayani dipanggil
Allah. Kedua, orang yang melayani diangkat menjadi
pegawai khusus. Ketiga, orang yang melayani
mendapat tugas khusus. Kita adalah pilihan di antara
pilihan, best of the best.
Ilustrasi
Beberapa waktu yang lalu, saya mengadakan
KKR dalam sebuah retreat. Di akhir khotbah, saya
menantang siapa saja yang ingin mempersembahkan
hidupnya kepada Kristus. Hasilnya, setengah dari 126
anak maju ke depan podium.
Setelah mereka maju, saya kemudian
mengemukakan tantangan yang akan dihadapi oleh
hamba-hamba Tuhan, bahwa hamba Tuhan harus
mengabaikan kekayaan, mengabaikan nama besar, dan
harus bersabar sekalipun dihina. Setelah saya
mengajukan tantangan itu, saya meminta mereka
memikirkan kembali keputusan mereka dan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk mundur.
2
Hasilnya mengejutkan. Sebagian besar dari mereka
mundur. Yang tersisa hanya kurang dari dua puluh
orang.
Banyak orang enggan terlibat dalam pelayanan
karena hanya melihat kesulitan yang menyertai
pelayanan itu, namun tidak melihat kehormatan yang
menyertainya.
Aplikasi
Orang sukses adalah orang yang tidak takut
susah. Mereka sadar bahwa untuk setiap sukses besar
selalu ada tantangan besar. Jika kita takut menghadapi
kesulitan, maka kita tidak akan pernah sukses.
Pelayanan yang dari Tuhan adalah sebuah
kehormatan besar. Tuhan memilih, memberikan
kepercayaan dan kemudian sebuah tugas khusus. Untuk
kehormatan sebesar ini, tentu saja tantangannya juga
tidak kecil. Orang yang tidak mau repot atau tidak mau
susah memang tidak pantas untuk menerima
kehormatan ini. Kehormatan ini hanya diberikan
kepada mereka yang mengerti tanggung jawab
dibaliknya.
Saya terkesan pada Mbah Marijan. Kakek
sederhana ini memang patut disebut sebagai pemberani.
Ketika orang beramai-ramai meninggalkan Merapi
karena ketakutan, Mbah Marijan adalah orang yang
paling akhir meninggalkan Merapi, itupun setelah
diangkut dengan paksa.
Mengapa Marijan memiliki keberanian ini?
Mengapa ia mau menanggung kerepotan dan risiko yang
begitu besar? Saya baru mengerti setelah mendengar
wawancaranya dan wawancara Sri Sultan. Rupanya,
Marijan adalah salah seorang pegawai keraton
Yogyakarta yang diangkat langsung oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono ke IX untuk menjaga gunung
Merapi. Ia dipilih, diberi kedudukan dan kemudian
diberi tugas khusus oleh sang raja sendiri.
Marijan mengerti bahwa ia telah menerima
kehormatan; dan ia bertekad untuk tidak mengecewakan
rajanya atau mempermalukan dirinya sendiri. Itulah

3
sebabnya, ia siap menghadapi kesulitan apapun,
termasuk menyerahkan nyawanya sekalipun.
Saat ini, kita tidak menerima kehormatan dari
seorang Sultan. Kita menerima kehormatan dari Sultan
di atas segala sultan. Kita dipanggil oleh Allah semesta
alam untuk melayani Dia. Jangan biarkan rasa takut
atau kemalasan membuat kita kehilangan kehormatan
ini. Menerima pelayanan berarti menerima kehormatan
dari Tuhan.
2) Menerima pelayanan dari Tuhan berarti menjadi
utusan Tuhan.
Utusan, dalam bahasa aslinya , berarti
yang mewakili. Tugasnya adalah menjadi pengantara
antara tuannya dengan pihak lain. Ketika ia berbicara,
suaranya diidentikkan dengan suara sang tuan sendiri.
Inilah yang dipahami dan diyakini Paulus, bahwa
ia adalah utusan Allah yang menjadi pengantara antara
Allah dengan orang berdosa. Melalui mereka, Allah
seolah-olah menasihati kita. Pesannya adalah suara
Allah.
Orang yang dipanggil untuk melayani bukan
hanya mendapatkan kehormatan dari Tuhan, namun
juga dipercaya untuk berdiri mewakili Allah sendiri.
Ilustrasi
Bukti sebagai Orang Kristen
Suatu ketika sebuah restoran ternama dibuka di
sebuah kota yang mayoritas beragama Kristen. Ia
menyebarkan ribuan selebaran yang pada intinya
mengatakan bahwa ia akan memberikan diskon sebesar
40% untuk setiap orang Kristen yang makan di
restorannya.
Pada suatu hari Minggu, Pak Johny seorang
majelis gereja berkata kepada istrinya bahwa ia tidak
perlu masak hari itu. Ia bermaksud untuk mengajak
seluruh anggota keluarganya makan di restoran yang
baru itu.
Sesampainya di rumah makan, Pak Johny
mempersilahkan istri dan anak-anaknya memesan apa
saja yang mereka suka. Pikirnya, berapapun harga

4
makanannya diskon yang diberikan cukup besar.
Namun betapa terkejutnya ia ketika ia hendak
membayar bonnya. Tidak ada diskon sama sekali di
dalam bon itu. Pak Johny menjadi marah.
Ketika ia bersitegang dengan kasir restoran,
manajer restoran menghampiri dan menanyakan duduk
perkaranya. Pak Johny menuduh restoran itu
menyebarkan selebaran palsu. Manajer restoran
menjelaskan bahwa mereka tidak membuat selebaran
palsu. Diskon 40% itu benar-benar berlaku bagi orang
Kristen. Mendengar itu, dengan bangga pak Johny
mengeluarkan kartu keanggotaan gerejanya, lengkap
dengan jabatannya sebagai Majelis.
Namun manajer restoran itu tampaknya tidak
terkesan. Ia kemudian berkata, Pak, kami hanya
memberikan diskon kepada orang Kristen sejati; dan
salah satu tanda orang Kristen sejati adalah sebelum
makan ia berdoa dulu. Namun dari tadi kami
perhatikan keluarga bapak makan tanpa berdoa terlebih
dahulu. Jadi kami ragu, apakah bapak orang Kristen
atau bukan.
Mendengar hal itu, Pak Johny menjadi malu dan
mengakui kekeliruannya. Ia tidak mau berdebat dan
segera membayar tagihannya.
Aplikasi
Pak Johny memang seorang pelayan. Namun
sayangnya, kelakuannya tidak menunjukkan bahwa ia
adalah seorang pelayan. Banyak orang Kristen seperti
ini, melayani namun tidak hidup sebagaimana mestinya
seorang pelayan Tuhan hidup.
Mengapa hal semacam ini terjadi? Hal semacam
ini bisa terjadi karena kita melihat pelayanan hanya
sebagai seperangkat aktivitas rohani semata. Jadi, kita
merasa telah menjadi pelayan Tuhan yang baik karena
kita sudah melakukan tugas dengan baik.
Konsep semacam ini sangat keliru. Yang benar
adalah seorang pelayan tidak dapat melepaskan diri dari
statusnya sebagai pelayan. Ia adalah seorang utusan.
Keberadaannya mewakili keberadaan tuannya. Dengan

5
kata lain, bukan hanya pekerjaannya yang dinilai,
namun juga seluruh hidupnya.
Salah seorang dosen saya pernah mengingatkan
bahwa pekerjaan hamba Tuhan itu berbeda dari
pekerjaan lainnya. Seorang pengacara bisa berhenti
menjadi pengacara ketika ia keluar dari ruang
pengadilan atau ruang kantornya. Seketika ia keluar
dari pengadilan atau ruang kantornya, ia bisa menjadi
apa saja.
Namun tidak demikian halnya dengan hamba
Tuhan. Selama ia berada di dalam gereja, ia mewakili
Tuhan. Ketika ia meninggalkan ruang gereja, ia pun
tetap adalah wakil Allah. Seluruh hidupnya akan
disoroti sebagai perwakilan Allah.
Namun begitu saya berpikir bahwa konsep
semacam ini tidak hanya berlaku bagi hamba Tuhan.
Semua pelayan Tuhan harus hidup dengan konsep ini.
Setiap pelayan Tuhan adalah utusan Allah. Ia mewakili
Allah dimana pun ia berada. Ia harus memperhatikan
hidupnya agar hidupnya sepadanan dengan Allah yang
diwakilinya.
Menerima pelayanan bukan hanya berarti
menerima kehormatan dari Tuhan, namun juga diangkat
menjadi utusan Tuhan yang harus mewakili Tuhan di
dalam segala aspek kehidupan kita.
3) Menerima pelayanan dari Tuhan berarti membawa
kabar damai sejahtera.
Yang menarik dari ayat-ayat ini adalah
bertaburannya kata damai. Kata damai diulangi 5X.
Secara khusus Paulus menggunakan kata ini untuk
menggambarkan kerinduan hati Allah dalam hubungan-
Nya dengan manusia. Allah ingin mendamaikan
manusia dengan diri-Nya dengan cara mengutus Yesus
Kristus, Anak-Nya, sebagai korban pendamaian bagi
kita. Paulus melihat kerangka pelayanannya di dalam
pelayanan pendamaian ini.
Bagi Paulus, seorang pelayan diutus untuk
membawa kabar damai sejahtera sehingga ia bisa
mendamaikan manusia berdosa dengan Allah. Segala

6
sesuatu di dalam tugas pelayanan seorang pelayan harus
dilakukan di dalam kerangka ini.
Ilustrasi
Saya hanya mendapat empat belas
Misionaris Christine Tingling pernah
mengunjungi penderita kusta di Fu Chow, Cina, dimana
ia mendengar tentang seorang pria yang suatu hari
datang meminta kamar untuk mati. Ia hanya
mengenakan selembar goni yang diikat dengan beberapa
helai benang. Ia tidak mempunyai kerabat, namun
orang-orang Kristen menerima dan mengasihinya
seperti keluarga sendiri.
Suatu hari seorang pendeta Cina mengunjungi
pria tua itu dan mulai mengabarkan Injil, tetapi ketika
pendeta itu bertanya apakah ia ingin menjadi Kristen, ia
menjawab, Tidak. Yesus memberi diri-Nya untuk saya,
namun saya tidak mempunyai apapun untuk diberikan
kepada-Nya sebagai balasan.
Tetapi, Ia tidak menginginkan apapun kecuali
diri Anda sendiri, kata sang pendeta. Dibutuhkan
beberapa waktubagi pria itu untuk memahami ini. Ia
terus bertanya, Bagaimana mungkin Ia menerima
penderita kusta tua berbau busuk seperti saya? Tetapi
suatu hari akhirnya, ia menerima Yesus sebagai
Juruselamat.
Pria itu segera mulai jatuh cinta pada Firman
Tuhan dan ia mulai memberitakan Kristus kepada
sesama penderita kusta, pergi dari kamar ke kamar,
sampai penyakit itu membuat kakinya putus dan
matanya lepas.
Saat ia berbaring sekarat, satu-satunya
penyesalannya adalah ia hanya berbuat sedikit bagi
Tuhan. Ia terlambat mengenal Injil, ketika dirinya
sudah hampir tidak bisa bergerak. Ketika pendetanya
datang, ia mengajukan pertanyaan ini, Waktu saya tiba
di Rumah Bapa, apakah Yesus akan menyalahkan saya
karena tidak mendapat lebih banyak, atau Ia hanya akan
ingat bahwa saya cuma seorang penderita kusta tua
busuk? Kemudian ia menambahkan, Saya hanya
mendapat empat belas.
7
Empat belas jiwa telah dimenangkannya bagi
Yesus Kristus.
Pada hari kebangkitannya, kata Christine
Tingling, dari kuburan di luar Fu Chow akan bangkit
anak Allah ini, yang di masa dagingnya, adalah seorang
kusta dan seorang buangan. Ia akan mendapatkan
tempatnya dalam kumpulan orang-orang yang
terberkati, yang tentangnya ditulis: mereka akan
menjadi milik kesayangan-Ku, firman TUHAN semesta
alam, pada hari yang Kusiapkan.
Aplikasi
Seorang kusta memberikan nyawanya untuk
memberitakan Injil sebagai ucapan terima kasihnya
kepada Tuhan. Sayangnya, orang Kristen yang sehat
dan normal belum tentu melakukan hal ini. Bahkan
para pelayan Tuhan di gereja pun belum tentu
memberitakan Injil ketika berada di luar gereja.
Padahal, ketika seorang pelayan melepaskan
pelayanannya dari berita Injil, maka ia kehilangan
makna pelayanannya sama sekali.
Pelayanan yang sejati seharusnya merupakan
ungkapan syukur kita kepada Allah karena kita, yang
orang berdosa ini, telah diperdamaikan dengan Allah.
Pelayanan juga seharusnya membuat orang
berdosa menghormati Allah dan membawanya untuk
berdamai dengan Allah.
Saat ini, banyak pelayanan yang dilakukan tanpa
makna. Kita melayani karena memang begitu
seharusnya setiap minggu. Kita melayani secara
otomatis, sebagai sebuah kebiasaan, bukan sebagai
ucapan syukur.
Pelayanan kita juga terkesan asal-asalan. Tanpa
latihan dan persiapan yang sepantasnya kita melayani
Allah. Akibatnya, orang melihat pelayanan kita sebagai
aktivitas rohani Kristen, tanpa rasa hormat dan tidak
menariknya untuk berdamai dengan Allah. Sebaliknya,
yang terjadi di gereja adalah tidak ada damai, melainkan
keributan demi keributan.

8
Pelayanan harus dilakukan karena damai
sejahtera Allah ada atas kita, dan pelayanan kita lakukan
untuk mewartakan damai sejahtera itu.

Penutup
Jangan melayani tanpa makna. Layanilah Tuhan
karena kita mengerti apa arti dan tujuan pelayanan kita.
Layanilah Tuhan karena kita telah mendapatkan
kehormatan darinya. Kita yang bukan apa-apa dan
bukan siapa-siapa, dipanggil, diberi kepercayaan dan
kemudian diberi tugas khusus darinya.
Layanilah Tuhan karena kita telah dipilih untuk
menjadi utusan-Nya. Ingat bahwa kita berdiri mewakili
Allah sendiri.
Yang terakhir, layanilah Tuhan karena kita telah
diperdamaikan dengan-Nya dan diutus untuk
mewartakan kabar damai sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai