Anda di halaman 1dari 31

NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 29 Desember 2018

Sesi 01 Pdt. Ivan Kristiono

Krisis dan Kekristenan yang Suam-Suam Kuku (Wahyu 3:14-22)

Bagian ini adalah perkataan Tuhan kepada jemaat kota Laodikia. Sebagai pemilik gereja,
Allah selalu memberikan observasi dan analisis-Nya terhadap orang Kristen yang tidak sadar
akan krisis, supaya gereja tidak tertidur dan bangkit dari mimpinya. Laodikia adalah kota yang
paling makmur karena dekat dengan kota Kolose. Di dalam kemakmurannya, Laodikia menjadi
kota yang self-sufficient dibanding dengan kota-kota lain di sekitarnya. Tampaknya karakter yang
sangat self-sufficient dan overconfident, terbawa juga ke dalam gereja. Di antara tujuh gereja di
Kitab Wahyu, Laodikia adalah yang paling parah dikoreksi oleh Tuhan. Namun, ketika gereja
Tuhan dikoreksi, mereka bertanya apa salah mereka? “Kami baik-baik saja kok.” Inilah krisis,
sudah bersalah dan Tuhan sudah murka, tetapi mereka tidak tahu salah di mana.
Tuhan memberikan peringatan kepada Laodikia, bahwa mereka itu tidak dingin atau panas,
tetapi malah suam-suam kuku. Kondisi ini adalah kondisi yang memuakkan karena kalau masuk
ke mulut, harus dimuntahkan. Sama seperti kita hanya sekadar masuk ke gereja, datang ke gereja,
dan tidak pernah bolos, tetapi tidak memiliki antusias dalam beribadah kepada Tuhan. Suam-
suam itu biasa-biasa, tetapi tidak ada kemajuan, antusiasme, dan tidak ada api. Saudara orang
Kristen yang ada api atau yang suam-suam kuku? Tuhan berkata engkau tidak panas, tidak dingin,
maka Tuhan akan buang kita. Antusiasme itu masalah hati, bukan hanya sekadar datang ke semua
ibadah dan pelayanan, bukan seperti itu. Kekristenan yang tidak ada keinginan untuk penginjilan,
dan kerinduan mencari Tuhan adalah kekristenan tanpa antusiasme. Inilah kekristenan yang
suam-suam kuku.
Ketika analisis pada George Whitefield dan John Wesley dilakukan, ditemukan bahwa
mereka mempunyai api di dalam dirinya yang membuat mereka begitu antusias dalam melayani
Tuhan. Lloyd Jones mengatakan ada antusiasme yang kudus dalam diri mereka. Roh Kudus ketika
bekerja di dalam hati kita, Ia akan membangun antusiasme, hidup yang penuh gairah dan cita
rasa. Dengan kekristenan yang medioker, bagaimana bisa memberikan damai bagi dunia ini?
Kekristenan yang medioker tidak ada antusiasme dan tidak ada api, tidak ada kesungguhan. Tuhan
memberikan penyebab dari hal ini, yaitu mereka buta. Mereka tidak merasa ada urgensi bersuka
dan menikmati kehadiran-Nya, karena bagi mereka hadirat Allah tidak penting. Mereka buta,
mereka self-sufficient sehingga gagal melihat hadirat Tuhan. Kita juga bisa saja terlalu percaya
diri bahwa kita kaya akan doktrin, pengajaran, pelayanan, dan semua yang diikuti, tetapi hanya
demi arogansi semata.
Orang Kristen yang bobrok, tetapi tidak merasa diri bobrok dan rusak, melainkan merasa
baik-baik saja. Contohnya orang Farisi yang tidak mengenal tanda-tanda zaman, tidak merasa ada
kondisi krisis, tidak merasa Tuhan Yesus sudah datang, dan celakanya Tuhan pun difitnah sebagai
setan. Ada orang-orang yang hatinya digelapkan oleh ilah zaman ini, supaya tidak bisa melihat
kemuliaan Tuhan. Setan akan pakai segala cara, menggunakan hal material untuk menutup mata
hati kita akan the glory of Christ. Saya berdoa supaya kita dapat melihat jelas kemuliaan Tuhan
walaupun ada serangan dari setan. Biarlah itu menjadi doa awal sesi NREC, biarlah kita boleh
melihat kemuliaan Allah, tidak menjadi suam-suam kuku, tetapi menjadi orang Kristen yang
memiliki rasa dan gairah untuk Tuhan.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 29 Desember 2018
Sesi 02a Pdt. Eko Aria

Pembuangan Israel dan Peringatan dari Allah (Yehezkiel 24:15-27)

Yehezkiel adalah kitab nabi-nabi, tetapi dia punya nuansa di tradisi imamat yang kuat,
catatan tentang Bait Suci banyak dibuat. Karena isi dari kitab ini sangat berkaitan dengan
keimamatan Israel. Yehezkiel memberikan kritikan-kritikan tajam kepada para imam. Latar
belakangnya adalah saat pembuangan. Masyarakat Yehuda, dalam sejarahnya, mengalami
pembuangan tiga kali. Yehezkiel berkhotbah kepada orang-orang yang mengalami deportasi
kedua (Yoyakhin). Kalau kita mulai akrab dengan tradisi kenabian, kita akan umum dengan
karakter dramatisasi, yaitu menjadikan suatu drama atas pesan yang ingin disampaikan. Dalam
Yehezkiel 24, metodenya bukan dramatisasi, tetapi disuruh menjadi peragaan hidup akan apa
yang Israel alami. Di dalam Yehezkiel 24, tradisi kenabian yang hidupnya dipakai sebagai
peragaan. Apa yang tidak ada pada Hosea, ada pada Yehezkiel, yaitu elemen kejutan. Tiba-tiba
istri Yehezkiel meninggal. Hal ini untuk menunjukkan betapa pesannya tidak bisa diabaikan,
yaitu Yerusalem dengan tradisinya akan hancur sama sekali. Ini adalah sebuah peringatan bagi
Israel yang sudah dibuang dua kali tetapi merasa masih aman, dan merasa Yerusalem belum
hancur. Orang Yahudi tetap percaya akan keselamatan akan anugerah melalui korban bakaran. Di
dalam bagian ini, Tuhan memberikan pesan kepada Isreal melalui hidup Yehezkiel. Tradisi agama
“sekali selamat tetap selamat”, akan dirobohkan karena Yerusalem akan dihancurkan.
Di dalam Kitab Yesaya pada zaman Raja Uzia, Tuhan Allah akan menampakkan diri kepada
Yesaya. Zaman Raja Uzia, bangsa Israel itu masih baik karena rajanya takut akan Allah. Tetapi
Uzia mengatakan rakyatnya tidaklah seperti rajanya yang takut akan Tuhan. Tuhan bilang ke
Yesaya untuk beritakan firman dan mereka (Israel) akan mendengar. Mereka mendengar tetapi
tidak jadi mengerti. Kita datang ke GRII mendengar khotbah, tetapi apakah firman benar-benar
berpenetrasi ke dalam kehidupan kita? Itulah gejala-gejala bahwa Tuhan itu akan membuang kita,
jika kita hanya mendengar tetapi tidak mengerti.
Gejala yang pertama adalah orang dijauhkan dari firman Tuhan, dan waktu itu pembuangan
telah dekat kepada kita. Nabi itu menjadi bisu, sehingga kita mendengar tetapi kita sama sekali
tidak memasukkan firman Tuhan ke dalam hidup kita. Maka dari itu, Tuhan memberikan tanda
bahwa istri Yehezkiel yang sangat dikasihinya mati, tetapi tidak meratap. Orang Israel sampai
berkumpul kepada dia, dan akhirnya mereka mengerti, tetapi pengertian tersebut datang telat.
Yerusalem akan dihancurkan sama sekali dan harapan mereka pun akan sirna pada waktu itu.
Ketika Yehezkiel, yang sekaligus imam dan nabi, ingin memberitakan firman Tuhan kepada
Israel, Tuhan bilang tidak usah. “Tetapi seluruh kaum Israel berkepala batu, bertegar hati, dan
mereka tidak akan mendengar kamu. Lebih baik berkhotbah kepada orang yang tidak mengerti
bahasamu, karena mereka akan bertobat.”
Ketika kita mendengarkan khotbah-khotbah tetapi hidup kita tidak berubah di hadapan
Tuhan, sebenarnya kita sama dengan bangsa Israel waktu dibuang Tuhan. Tuhan akan hapuskan
mereka semua. Waktu zaman Musa, Israel tidak jadi punah karena ada Musa. Pada zaman
Yehezkiel berbeda, ia mau berdoa tetapi bisu, tidak bisa melakukan sama seperti Musa. Hal ini
berarti Tuhan benar-benar ingin menghukum Israel. Kita boleh berpikir sekali lagi, untuk apakah
kita mempersiapkan diri? Untuk pesona dunia dan akhirnya dibuang oleh Allah? Atau justru
untuk bertobat dan berkenan di hadapan Allah?
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 29 Desember 2018
Sesi 02b Pdt. Billy Kristanto

Krisis Agama: Hilangnya Perasaan Keagamaan

Kata orang, peperangan terjadi karena agama. Tetapi dalam tradisi yang baik, Calvin
menggunakan kata “agama” sebagai kata yang berkait dengan kesalehan. Perasaan keagamaan
itu hadir karena ada divine objects. Kita tidak bisa digerakkan dengan belas kasihan tanpa adanya
objek yang dikasihi. Ada orang datang ibadah dengan perasaan humility karena tahu Tuhan hadir,
ada orang datang ibadah dengan perasaan self-righteous dengan tidak mengenal Tuhan yang
hadir. Kesadaran akan Allah menimbulkan perasaan keagamaan yang benar.
Ciri-ciri dari keagamaan yang benar adalah Fear of the Lord. Takut dalam pengertian rasa
hormat, karena Tuhan yang kudus hadir di sana, ada perasaan tremble at God’s presence. Aspek
lain dalam keagamaan adalah Hope in the promises of God’s word. Hope ini berurusan dengan
masa depan. Alkitab mengatakan hope bukan menyemangati diri sendiri; hope diberikan Tuhan
ketika di saat yang paling desperate. Ketika apa yang kita hope berkait dengan janji-janji Allah,
itu adalah Christian hope. Aspek lainnya, Love: The greatest thing. Pertumbuhan cinta kasih
adalah pertumbuhan yang absolut di dalam jemaat. Love until it hurts, atau love after it hurts, itu
adalah kasih yang sejati dari Tuhan. Hatred. Di dalam spiritual warfare yang beres bisa
membedakan mana yang musuh mana yang bukan. Kita terutama berperang dengan musuh yang
tidak kelihatan, bukan teman sendiri. Terutama kita berperang dengan diri sendiri. Hasrat
(desire), longing, hungering, thirsting, after God and holiness: against lukewarmness. Tidak
ada yang lebih baik dibandingkan dengan kemuliaan Kristus. Paulus menggunakan istilah
“sampah” untuk segala sesuatu dibandingkan dengan Kristus, ini antara mutiara dan sampah.
Kemuliaan yang begitu indah sehingga mendorong kita untuk memiliki hasrat terhadap Tuhan.
Hasrat ini against lukewarmness dan Stoicism.
Sukacita (joy): understand God’s sovereignty. Tuhan adalah Sumber dari segala sukacita.
Jika kita melihat dari perspektif Tuhan yang berdaulat, kita akan bersukacita karena Tuhan
melihat keseluruhan rajutan yang ada. Karena itu dalam kedaulatan Tuhan, kita harus melihat dari
perspektif tersebut dan tidak parsial. Dukacita (sorrow), brokenness of heart: know what is to
be lamented. Dukacita tidak dihitung jika kita berdukacita karena diri, disinggung, hal remeh,
tetapi orang yang berdukacita menyadari dirinya begitu jauh dari Tuhan dan mendukakan Tuhan
dan dirinya. Sikap bersyukur (gratitude), praise to God: content with God’s given portion.
Apakah kita bisa menikmati segala sesuatu yang Tuhan berikan. Apakah kita dicukupkan dengan
apa yang Tuhan berikan. Hidup yang banyak komplain menjauhkan kita dari perasaan bersyukur.
Belas kasihan (compassion), deal with others’ failure. Dalam parabel The good Samaritan,
Tuhan membalikkan pertanyaan definisi sesama manusia. Sesama manusia adalah orang yang
tergerak oleh belas kasihan. Semangat yang kudus (zeal): Christ gave Himself for our
redemption. Seperti Kristus yang mengorbankan diri-Nya sendiri, bukan sekadar passion, tetapi
passion yang sacrificial. Satu kerinduan dan kegairahan untuk berkorban. Orang yang ada
sukacita akan rela untuk berkorban. Kekristenan yang militan tanpa semangat kudus yang benar
akan melihat sebagai kewajiban saja. Apakah segala sesuatu yang kita kerjakan disertai dengan
semangat yang mau mengorbankan diri? Kekristenan krisis karena orang yang kurang
mempersembahkan diri bagi Kristus. Jika Tuhan membangkitkan zeal bagi kita, Tuhan akan
memberikan spirit pengorbanan buat kita.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 29 Desember 2018
Sesi 03a Pdt. Edward Oei

Umat Allah dan Krisis Identitas (1 Samuel 8:1-10, 19-22)

Bangsa Israel adalah sebuah bangsa yang bangga akan identitas mereka, dilahirkan di dalam
keluarga umat Allah. Bangsa lain diberikan kesempatan kenal Allah yang salah tetapi mereka
dapat mengenal Allah yang hidup. Allah yang mampu mengalahkan Mesir dengan begitu
banyaknya dewa mereka. Ini kebanggaan yang luar biasa yang turun-temurun di bangsa Israel.
Allah adalah Pencipta seluruh dunia, sehingga ketika Yosua diperintahkan untuk menaklukkan
Yerikho, mereka hanya angkat tabut dan kelilingi terus, selama tujuh hari, kemudian di hari ke-7
teriak-teriak saja dan tembok yang tebal pun hancur.
Ini adalah sesuatu yang luar biasa di dalam sejarah pengalaman kehidupan umat Allah.
Mereka pernah melihat bagaimana Allah menunjuk pemimpin, tetapi Allah yang berkuasa dan
memimpin. Bukan Musa yang belah laut, apalagi pakai tongkat. Musa tidak punya kuasa apa-apa.
Mereka tahu yang memimpin dan berkuasa itu Allah dan bukan manusia. Tetapi di dalam
pembacaan kita, setelah masa Samuel, muncul anak-anaknya yang berengsek. Anak-anaknya
Samuel tidak hidup seperti Samuel. Bedanya adalah mereka kejar laba, menerima suap, dan
memutarbalikkan keadilan. Ini tidak bisa jadi pemimpin Israel, tidak ada gunanya.
Karena itulah Israel sampai meminta kepada Samuel seorang raja untuk memimpin mereka.
Mereka lupa, di dalam umat Tuhan yang memimpin adalah Allah. Di dalam Gerakan Reformed
Injili, jika kita lihat Pdt. Stephen Tong sharing, kita akan mendengarkan keajaiban demi
keajaiban. Tetapi, orang mulai khawatir pasca Pdt. Stephen Tong akan seperti apa? Kita mulai
melihat siapa yang akan meneruskannya dan kita mulai melupakan hal yang utama, bahwa
pemimpin umat Allah bukanlah manusia melainkan Allah. Dari sejarah kita bisa tahu dahulu itu
Tuhan yang bekerja, tetapi sering kali lupa bahwa Tuhan masih bekerja dan Tuhan masih di
tengah-tengah kita. Ketika kita lupa Tuhan, kita akan melihat manusia dan membanding-
bandingkan. Ini akan jadi kebiasaan kita, dan ini adalah krisis kerohanian kita. Kita tidak bisa lagi
melihat Allah.
Kerusakan rohani muncul waktu kita geser Allah dan saat itu kita lihat manusia, kemudian
lihat kerusakannya, dan bagian terakhir adalah kita akan kehilangan identitas kita. Apakah benar
yang kita rindukan ketika datang ke gereja itu adalah firman? Kita terbiasa datang ke gereja
katakan perlu firman, tetapi nyatanya kita perlu “badut”. Yang kita lihat adalah sesuatu yang lain.
Maka tidak heran jika umat Tuhan katakan merindukan Tuhan, sebenarnya yang paling kita
rindukan adalah yang di luar sana. Ketika krisis itu datang, ketika hati kita bergeser dari Tuhan,
kita akan lihat manusia, dan kita akan mulai membandingkan manusia dan akhirnya merindukan
hal yang di luar sana.
Apa yang kita banggakan ketika kita ada di dalam Gerakan Reformed Injili? Kerohanian
seperti apa yang dibentuk di sini? Jangan-jangan kita hanya bangga tetapi tidak ada yang
menempel dengan kita. Kita hanya bangga sudah dengar banyak, sudah ikut NREC, semua hal
jasmani yang kita banggakan. Inilah kerusakan hati kita sebagai umat Tuhan. Maka jika hari ini
hati kita tidak dibangkitkan lagi, gereja Tuhan akan lihat yang lain dan merindukan yang di luar
sana. Kita akan perhatikan hal-hal yang lahiriah yang bukan esensial, inilah kebutaan dan tanda
kerusakan rohani kita. Sejarah pernah nyatakan bahwa Allah yang luar biasa pernah hadir, tetapi
umat Tuhan bisa buta, dan kita pun bisa alami itu. Minta kepada Tuhan hati yang menginginkan
dan merindukan Tuhan, tanpa takut ketinggalan dari yang di luar.
Gereja Tuhan akan terus tergoda untuk menjadi besar dan terpacu dengan yang di luar sana.
Mari perhatikan hati Tuhan, rencana Tuhan, kehendak Tuhan, sehingga dunia bisa lihat kita dan
mereka berubah sesuai dengan kita, dan bukan kita yang berubah sesuai dengan dunia.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 29 Desember 2019
Sesi 03b Pdt. Christiady Cohen

Krisis Nilai

Di dalam 2 Raja-raja, ibu kota Samaria mengalami satu krisis yang amat sangat yaitu
kelaparan yang sangat besar terjadi, oleh karena pasukan Aram mengepung dan ingin
menghancurkan ibu kota itu. Di tengah krisis ini, ada dua orang ibu yang melakukan praktik
kanibalisme. Bagi mereka, ini adalah suatu tindakan nothing to lose, demi bertahan hidup. Di sisi
lain, ketika Tuhan memberikan pertolongan-Nya dengan mengusir pasukan Aram, di pintu
gerbang ada kisah empat orang kusta. Mereka berada dalam sebuah dilema, tidak bisa masuk ke
dalam kota karena dibuang, dan kalau keluar pun mungkin mereka dibunuh oleh orang Aram.
Namun, mereka akhirnya memutuskan keluar karena berpikir we had nothing to lose. Mereka
mengambil apa yang bisa mereka ambil karena perkemahan Aram tidak bertuan lagi. Dalam suatu
krisis di mana kita harus mengambil keputusan, bisa jadi keputusan kita didasarkan pada deep
reasoning atau shallow reasoning. Kedua ibu itu kongkalikong dengan shallow reasoning tetapi
kita lihat empat orang kusta ini menggunakan deep reasoning. Hal ini sangatlah berkaitan dengan
sistem nilai kita.
(2Kor. 4:16; 2Yoh. 5:8) Persoalan bagi kita, mungkin bukan pengajaran tetapi nilai. Ketika
kita berpikir, “We had nothing to lose,” kita akan berhadapan dengan krisis nilai. Ada tiga hal
yang kita anggap we had nothing to lose pada zaman ini.
Kita cenderung menganggap we had nothing to lose in our tradition. Sebagai orang
Reformed ataupun Injili, kita mewarisi tradisi yang begitu besar. Kita mewarisi pengajaran dan
nilai-nilai dari Bapa-bapa Reformasi dan Gereja dari ribuan tahun lalu tetapi kita sering tidak
menganggap tradisi sebagai sesuatu yang penting. Hari ini kekristenan cenderung membuang
tradisi. Hati-hati, ketika kita terlepas dari tradisi, kita tidak punya iman kekristenan yang harus
kita pegang dan hidupi. Ketika mengikuti gaya berpikir zaman ini yang “we had nothing to lose”,
kita akan mengalami kehilangan warisan yang begitu besar.
Pemikiran “we have nothing to lose” akan spirituality. Orang hari ini bisa bilang punya
kehidupan spiritualitas dengan setiap hari bermeditasi. D. A. Carson mengatakan spirituality
seperti ini sudah salah dipahami, karena konsep yang tidak berbentuk dan pengertian yang
mengambang. Dan ia menyimpulkan not all spirituality is spiritual. Calvin tidak memakai istilah
“spiritualitas” tetapi “piety”. Piety bernuansa sosial-politik, memiliki konotasi sense of duty.
Konsep spirituality seperti ini memiliki devotion yang mendalam di hadapan Tuhan, loyalty
kepada keluarga, masyarakat, dan negerinya, juga tenderness dalam diri. Inilah piety dalam
pandangan Calvin dan Reformed secara umum. Ada pengertian, pengajaran, ide yang dibentuk,
nilai yang dipahami, ada rasa takut, ada harapan, ada zeal di dalamnya, inilah spiritualitas
sesungguhnya yang harus kita miliki hari ini. Calvin mengatakan, “Piety is the beginning, middle,
and end of Christian living.” Kita tidak boleh kehilangan konsep ini.
Ketika kita berpikir “we have nothing to lose”, kita kehilangan discernment. Persoalan
kita hari ini adalah kita tidak bisa memilah. Injil kekristenan tidak pernah ada dalam satu vakum
kebudayaan. Persoalannya adalah bagaimana kita melihat budaya yang kita hidupi. Kita harus
bisa membaca budaya. Harus melihat budaya bukan sebagai sesuatu hal yang nampak saja. Semua
budaya yang kita hidupi punya makna. Inilah yang sering kali tidak kita sadari sebagai orang
Kristen, mana budaya yang baik dan mana yang tidak. Ini persoalan nilai hidup kita hari ini.
Ketika kita berpikir “we had nothing to lose”, kita akan kehilangan kemampuan discernment dan
akan dipengaruhi oleh budaya dunia yang berdosa ini.
(2Yoh. 1:8) Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu,
tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya. Jangan kamu kehilangan.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 29 Desember 2019
Sesi 04a Pdt. Calvin Bangun

Krisis Spiritualitas (Yakobus 2:1-4, 14-17, 26)

Yakobus menegur para pembaca suratnya karena mereka punya iman tanpa perbuatan.
Mereka alami krisis theologi tanpa spiritualitas. Yakobus bukan sedang memarahi jemaat yang
doktrinnya salah, tetapi mereka melakukan diskriminasi terhadap orang miskin. Ayat 2-6 adalah
kasus bagaimana mereka mendiskriminasi orang miskin dalam ibadah. Ini sungguh ironis. Jemaat
yang doktrinnya benar, tetapi hidup tidak benar. Apa yang mereka percayai bertolak belakang
dengan apa yang mereka hidupi. Ini yang disebut dengan theologi tanpa spiritualitas, orthodoxy
tanpa orthopraxy.
Sejarah berulang kali memperingatkan kita bahwa memiliki doktrin yang benar tidak jamin
memiliki hidup yang benar. Zaman Abraham Lincoln justru gereja mendukung adanya
perbudakan. Zaman Martin Luther King Jr. juga ada gereja yang mendiskriminasi kulit hitam,
adalah gereja yang doktrinnya benar. Bagaimana caranya menghindari kesalahan ini?
Pertama, theology matters and still matters. Theologi tanpa spiritualitas bukanlah
membuang theologi. Jika kita membuang theologi, kita hanya dapatkan spirituality without truth.
Tanpa theologi, seseorang tidak dapat mengenal Allah dengan benar, dan tanpa mengenal Allah
dengan benar, seseorang tidak bisa menikmati Allah dengan benar. Tetapi di sisi lain, ini adalah
krisis kita, kita mungkin adalah orang yang hanya mau belajar mengerti saja. Ini bukan theologi,
tetapi kepo-logi. Kita belajar hanya untuk mengetahui, mengerti, dan stop. Allah bagaikan teka-
teki untuk dipecahkan. Setelah terselesaikan, maka selesai dan kita tidak akan merasa apa-apa
lagi. Kita tidak akan memuji Dia, tetapi selesai setelah dimengerti. Para Reformator berjuang agar
setiap orang Kristen dapat mengerti theologi yang benar, mulai dari kecil sampai besar, dari orang
tidak terpelajar sampai orang terpelajar.
Kedua, theologi yang benar tidak berhenti pada dirinya sendiri. Reformasi bukan hanya
bicara soal theologi atau ortodoksi yang benar, mereka juga bicara tentang spiritualitas yang
benar. Ketika kita pikir Reformator, kita hanya pikirkan theologi dan rumit-rumitnya. Namun,
mereka juga mementingkan spiritualitas, sehingga buku theologi mereka harus dibaca dengan
biografi kehidupan mereka.
Bagaimana dengan spiritualitas kita? Krisis ke depan adalah spiritualitas. Sebuah artikel
katakan, apalah artinya semua pembelajaran kita yang banyak tanpa membawa kepada kasih yang
besar kepada Allah? Saudara dan saya hidup di dalam zaman yang mencari spiritualitas, kita
menemukan orang yang haus akan spiritualitas, banyak orang bertapa di mana-mana. Bagaimana
orang Reformed? Kita kering di antara orang-orang yang mencari spiritualitas. Apakah Theologi
Reformed salah? Tidak. Yang salah adalah cara kita membaca Theologi Reformed. Theologi
Reformed adalah sumur yang sangat dalam untuk menggali spiritualitas. Apakah kita
memberikan waktu menggali kelimpahan sumur itu, atau kita pengemis yang buta, minta-minta
dengan mangkuk yang terbuat dari emas 24 karat? Orang yang melihat itu bahkan tidak tahu harus
memberi berapa setelah melihat mangkuk emas itu. Pengemis itu buta dan tidak tahu betapa
berharganya yang dimilikinya. Mari kita bukan hanya hidup sebagai orang yang punya theologi
yang ketat tetapi juga spiritualitas yang sehat. Jangan sia-siakan kesempatan bersaksi di tengah
dunia yang haus dengan spiritualitas.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 29 Desember 2018
Sesi 04b Vik. Budiman Thia

Why Do You Justify What You Are Doing?

Hari ini kita akan renungkan kenapa kita membenarkan yang kita lakukan. Kita biasa
ditantang untuk menjawab alasan kenapa kita pilih yang kita pilih. Alasan itu pun tidak cukup,
karena kita harus memikirkan betulkah itu benar-benar yang Tuhan mau? Sering kali kita
melakukan sesuatu karena alasan-alasan yang sudah dibiasakan. Kita terbiasa memberi dalih,
alasan, baik karena tradisi keluarga maupun kebiasaan diri, dan tidak lagi kritis berpikir ulang.
Dalam membuat alasan, Yesus juga memberikan perumpamaan di Lukas 14. Ketika perjamuan
makan dengan orang, ada yang mengatakan dengan Yesus, “Alangkah bahagia bila dijamu dalam
Kerajaan Allah.” Yesus jawab, “Kamu kira itu sangat senang.” Ada perjamuan makan yang
digelar dan pelayan disuruh memanggil orang-orang yang diundang, tetapi mereka sama-sama
memberi alasan untuk tidak datang. Alasan itu pasti ada dan kita terbiasa. Problem yang pertama
kita membenarkan alasan-alasan kita adalah karena kita sudah terbiasa. Itu sudah habit. Yang
kedua, kita membenarkan apa yang kita lakukan adalah karena kita terkondisi. Ketiga, yang lebih
substansial, kita membenarkan alasan kita karena kita masih dalam tarikan dosa. Lalu bagaimana
menyelesaikan masalah ini? Penyelesaiannya adalah dengan terus melatih diri kita, mendisiplin
arah hati kita dari alasan-alasan yang tidak benar bahkan yang sering kita lakukan. Ada dua hal.
Pertama, minta Tuhan inspeksi kita, “Selidikilah hatiku dan kenallah hatiku, lihatlah apakah
jalanku serong dan tuntun aku di jalan yang benar.” Yang kedua, kita introspeksi, lihat diri. Ada
niat sedikit pun saya harus segera sadar Tuhan tidak senang.
Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa krisis terbesar adalah sudah krisis tetapi tidak sadar
ada krisis. Inilah krisis terbesar. Kesadaran inilah yang harus terus-menerus dinyalakan dalam
pribadi, gereja Tuhan, dalam kelompok orang-orang percaya. Maka dalam kaitan kita introspeksi
diri, ada enam hal:
1. Apakah dengan mengetahui keputusan yang seharusnya yang sesuai dengan Alkitab akan
membuat kita langsung menyetujui melakukannya? Tidak. Minta Tuhan untuk menaklukkan
dan menawan roh kita dahulu, sehingga kita dididik untuk bisa konsisten dengan Alkitab.
2. Keputusan yang sesuai dengan kehendak Allah selalu konsisten kita lakukan? Kita perlu terus
lihat wajah Tuhan, lihat apakah Dia tersenyum kepada kita atau tidak.
3. Secara perpetual, apakah kita sekarang bisa terus melakukan kehendak Allah? Konsistensi
adalah terus-menerus, perpetual adalah tidak membiarkan dan memberikan kesempatan
lengah.
4. Secara komprehensif, apakah segala hal bisa saya lakukan kepada Allah? If Christ is not the
Lord of all, He is not the Lord at all.
5. Secara kohesif, mengapa dalam hal-hal tertentu kita ketat tetapi dalam hal lain kita longgar?
Perlu mempertahankan keutuhan kita di mana pun berada bahkan dalam private life.
6. Secara akomodatif, seluruh perspektif keputusan kita pikir matang-matang, bukan hanya
alasan praktis, tetapi juga utilitas, politis, ekonomis, etika, dan lain-lain. Pdt. Stephen Tong
selalu menuntut hamba Tuhan untuk menginjili, menggembalakan, dan mengajar.
Biarlah kita menjadi orang-orang Kristen yang dapat mempertanggungjawabkan setiap
tindakan dan keputusan kita secara alkitabiah.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 29 Desember 2018
Sesi 05a Pdt. Jimmy Pardede

Theologi Salib dan Krisis (Yesaya 53:1:3)

Salib adalah identitas orang Kristen di dalam Perjanjian Baru. Tanpa mengakui salib, kita
tidak mungkin disebut sebagai Kristen. Identitas itu tidak dapat dibentuk sendiri. Kita tidak bisa
putuskan kita mau jadi apa, melainkan dibentuk oleh tradisi dan sekelompok orang. Setelah
Revolusi Prancis, individualitas manusia itu sangat ditinggikan karena mereka ingin
memperjuangkan manusia secara equal. Manusia dilihat sebagai individu dan sampai zaman ini
terbawa, kita tidak lihat diri kita menjadi komunitas. Tetapi di abad ke-20, mulai ada cetusan
manusia sebagai komunal, manusia bukan satu orang melainkan ada komunitasnya. Saya bagian
dari komunitas itu, dan identitas komunitas itu menjadi bagian saya. Namun, zaman postmodern
sangat meremehkan identitas, seolah identitas bisa terbentuk dalam satu tahun. Kita tidak bisa
membentuk tradisi dalam satu malam. Kekristenan sudah penuh simpang siur, dengan
meninggalkan tradisi yang lama dan membangun tradisi baru. Salib adalah tradisi yang mula-
mula. Tetapi maknanya sudah banyak diselewengkan.
Banyak orang pakai identitas salib tetapi tidak mengerti apa itu salib. Di dalam zaman
lampau, salib itu adalah hal yang memalukan dan hina. Tidak ada yang mau bicarakan tentang
salib tanpa perasaan yang terguncang. Orang yang disalib, itu digantung dengan tangan dan kaki
yang terpaku, dan di atas salib, ada burung atau pemangsa yang akan memakan dagingnya.
Sebelum dia mati, badannya akan digerogoti. Kita akan saksikan orang yang teriak-teriak dengan
tubuh yang sudah digigit oleh anjing liar. Origen katakan, “Orang yang disalib, sebelum kematian
telah mengalami hal yang paling buruk yang pernah dibayangkan.” Orang dimatikan dengan cara
yang kejam. Salib itu bukan sesuatu yang jinak, melainkan kata yang tabu diucapkan pada abad
pertama, sangat tidak manusiawi, sangat memuakkan, dan tidak mungkin dicintai.
Maka ketika Yesus ada di dunia ini, Ia berikan pengharapan dan kesembuhan, cinta yang
menjadi lawan dari salib. Salib adalah lambang ketiadaharapan; Yesus berikan harapan paling
besar. Ia terus beritakan kematian-Nya. Dan orang tahu, bahwa orang-orang Yahudi sudah siap
untuk memberikan kepada Yesus melalui hukuman yang paling besar ini. Kata salib terlalu
mengerikan untuk diberikan kepada orang yang tidak punya kesalahan. Kata “salibkan Dia”
adalah kalimat yang mengerikan pada abad pertama.
Murid-murid terguncang imannya, dan melihat Yesus ditangkap dan dipakukan di salib
menghancurkan pengharapan mereka sampai titik yang paling rendah. Mesias pun dimatikan di
atas kayu salib, lambang kebodohan, kekalahan, dan ketiadaharapan. Mengapa salib? Paulus
berkata bahwa dari semua yang ingin kamu tahu mengenai kekristenan, yaitu salib. Salib adalah
kekuatan kekuasaan penciptaan, yaitu kerelaan Allah untuk menopang seluruh ciptaan-Nya
dengan segala cara. Tuhan ingin hadir bersama dengan umat-Nya. Kekuatan Allah adalah
kekuatan yang bersiap untuk bersama yang lain dan bersiap menjadikan yang lain utuh. Dunia
perlu Juruselamat yang mau pulihkan yang tidak ada harapan, mau pegang yang terkulai. Yesus
mengidentikkan diri-Nya dengan kita, Ia mau disamakan dengan yang paling hina, paling bodoh
di dunia ini.
Kita harus bersyukur gerakan ini punya tradisi, bukan gedung besar dan mewahnya,
melainkan perjuangan dari tidak ada apa-apa selain dengan doa. Tidak ada apa-apa yang bisa
dipegang, selain mohon Tuhan yang kerja. Jika kita abaikan ini, kita akan hancur. Inilah krisis
karena lupa tradisi perjuangan awal dari gerakan ini. Kita akan sangat takut diidentikkan dengan
orang-orang lemah, sangat takut dikatakan bodoh, sangat takut dikatakan tidak bisa apa-apa.
Tetapi Yesus pergi ke salib justru untuk disamakan dengan yang lemah. Salib akan bongkar
kelemahan dan kebodohan kita, tetapi justru menyatakan betapa besar penerimaan dan kasih
Tuhan.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 29 Desember 2019
Sesi 05b Pdt. Jadi S. Lima

Theologi Salib (1 Korintus 1:21-29)

Kekristenan itu cerita kesuksesan yang tidak terduga. Agama yang awalnya menarik hanya
bagi orang-orang sepele, budak, gembala, perempuan, dan beberapa orang fanatik agama. Apalagi
muncul ide mengenai Mesias yang akan menaklukkan Romawi dan dunia ini. Tetapi orang-orang
mengatakan tidak mungkin Yesus itu Mesias apalagi bila akhirnya Ia disalibkan. Disalibkan
berarti dikutuk sehingga tidak mungkin Ia Mesias. Tetapi dari tahun 30-an sampai 313 (Edict of
Milan) dan 380 (Edict of Thessalonica), kekristenan itu menjamuri Romawi. Kekristenan itu
sangat sukses dalam waktu singkat, tetapi kesuksesan itu kita tinggalkan di sekitar 380 SM, saat
Theodosius I mengakui Kristen sebagai agama negara. Dia kaisar yang saleh, Theodosius I sangat
menginginkan apa yang Alkitab itu tuliskan terjadi. Orang-orang seperti ini akan mengatakan
pemerintah itu seharusnya berjalan sesuai dengan firman Tuhan, berjalan sesuai dengan apa yang
Tuhan inginkan masyarakat itu berjalan di bawah matahari. Tetapi problemnya dalam politik itu
tidak ada kawan/musuh abadi, yang ada hanya oportunis. Orang-orang yang berkuasa mulai
memanfaatkan agama demi kepentingan politik. Sehingga, pada tahun 380 sampai 524,
kekristenan menjadi rusak dan kerusakan ini memuakkan orang-orang Kristen, tetapi mereka
tidak berdaya dan harus menanggung itu selama 1.000 tahun.
Tetapi, kemudian tahun 1517, orang-orang Kristen yang biasa itu sudah tidak tahan lagi. Ada
orang tidak tahan lagi dan dia berdebat akademis dengan gereja yaitu dalam perkara mengenai
surat penebusan dosa. Tahun 1518 muncul satu diskusi, Heidelberg Disputation dalam Ordo
Agustinus di mana Luther adalah orang Agustinian, dan di sana Luther mendapat kesempatan
menganalisis penyakit masyarakat, korupsi-kolusi di antara raja dan paus yang sebetulnya tidak
bisa dianalisis dari lapisan politik, sosiologis, etnis, ekonomis, tetapi ini pada dasarnya urusan
theologis. Siapa itu Tuhan buat Anda dan bagaimana Tuhan bekerja dan berkuasa dalam dunia.
Dan Luther melakukan debat ini di Heidelberg, dia mengemukakan theologi salib yang
dibandingkan dengan theologi kemuliaan. Poin yang mau saya tekankan adalah Luther
menekankan tema yang sangat menarik yaitu apa yang lemah, lumpuh, dan yang hina menurut
pandangan dunia di kayu salib itu ternyata Tuhan sedang menampakkan kemuliaan-Nya. Apa
yang indah, mulia dalam dunia, Tuhan sedang menampakkan kehinaannya. Sehingga theology of
glory itu bohong, sementara theologi salib yang membuat orang melihat dari salib, melihat segala
sesuatu sesuai maknanya. Yang hina disebut hina, yang mulia disebut mulia. Seperti apa ini?
Dalam 1 Korintus 1:23, salib itu batu sandungan bagi orang Yahudi dan kebodohan bagi
orang-orang dunia. Orang Yahudi tersandung karena menganggap Yesus jelas bukan Juruselamat
karena disalib, dan bagi orang Romawi jelas bukan Juruselamat karena ini lemah dan hina. Paulus
katakan, “Tunggu dahulu, karena di kayu salib ini Tuhan melakukan sesuatu yang tidak dapat
dilakukan oleh kemuliaan dan kekuatan dunia ini.” Dunia menganggap kekuatan itu dari apa yang
mereka miliki. Manusia itu berharga bukan karena mereka punya apa, tetapi karena Tuhan
mencintai mereka dan mereka menerima bahwa Tuhan mencintai mereka dan menerima bahwa
Tuhan itu ingin mengubah dunia ini lewat cara salib.
Yang mengubah kamu bukan orang yang mengancam kamu tetapi orang yang mencintai
kamu. Mengapa Tuhan tidak selalu hadir secara fisik dan dengan demikian kita tidak selalu
berdosa karena takut ada Tuhan? Cara ini adalah cara yang bodoh karena ini tidak menjadikan
kita mencintai Tuhan. Ini membuat kita menjadi pemberontak-pemberontak yang dirantai,
menurut karena kita dirantai. Tuhan tidak lakukan ini pada kita karena Ia ingin memenangkan
hati kita, Ia ingin menjadikan kita anak-anak yang Ia kasihi. Tuhan memenangkan hatimu dengan
salib. Saya kira ini kebijaksanaan yang tinggi dari salib, dan inilah theologi salib.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 29 Desember 2018
Sesi 06 Pdt. Stephen Tong

Kesulitan dalam Riwayat Hidup Yusuf (1)

Saya akan berkhotbah mengenai hidup yang sangat sulit yang diizinkan oleh Tuhan di dalam
riwayat Yusuf. Di sepanjang sejarah, ada tiga hal yang tidak pernah hilang meskipun terjadi
perubahan politik masyarakat, perkembangan teknologi, dan kemajuan kebudayaan. Tiga hal
tersebut adalah dosa, sengsara, dan kematian. Ketiga ini tidak pernah berubah. Di dalam Alkitab
juga ada kebajikan, kesucian, keadilan yang tidak pernah luntur dalam sejarah. Keadilan dan
kesucian akan dijunjung tinggi sepanjang sejarah. Mutu moral yang tinggi akan tetap sepanjang
zaman. Yang disebut firman Tuhan, menyatakan tiga yang tidak berubah dan bagaimana solusi
untuk menyelesaikannya melalui teladan Yesus Kristus yang bajik, adil, dan suci sehingga Yesus
menjadi guru moral sepanjang zaman. Gereja tidak perlu takut untuk berubah mengikuti zaman,
melainkan harus tuntut sifat-sifat yang seperti Allah, yaitu bajik, suci, adil, kasih, dan jujur.
Kenapa gereja di Eropa kosong? Karena tidak punya kekuatan membasmi dosa malahan
orang Kristen berdosa. Beribu-ribu tahun setelah itu menjadi liberal, tidak mengutarakan
keadilan, kebajikan, kejujuran, keadilan, dan cinta kasih; itu sebab gereja kosong. Jika saya terus
bekerja menjunjung keadilan dan sifat-sifat Tuhan, saya tidak takut gereja saya kosong. Barang
siapa yang masih mencari kesucian, silakan belajar dari gereja ini. Jangan ikut orang-orang yang
datang kepada Tuhan dengan motivasi yang salah. Jika kita mau ikut Tuhan dengan benar, harus
tahu bagaimana ikut sifat Tuhan dan belajar berjuang. Jika kita tidak tahu hal sedemikian, itu
bahaya. Bagaimana setan menipu kita dan membawa kita menyeleweng dari Tuhan, tetapi kita
tidak sadar? Itu namanya ada bahaya dan krisis tetapi tidak ada kesadaran. Apakah bahaya
manusia? Bahaya manusia adalah tidak tahu berkat Tuhan dengan cara apa dan tidak tahu cara
Iblis menipu dengan cara apa. Setan menipu orang Kristen dengan membuat orang Kristen marah-
marah dahulu. Tinggalkan Tuhan lalu orang akan ditangkap setan.
Apakah krisis yang dialami Yusuf? Dia anak ke-11, dari 12 anak. Yusuf memiliki 4 ibu,
Yusuf anak dari istri yang paling dicintai Yakub, yaitu Rahel. Yusuf menjadi anak yang paling
disayang. Yusuf dicintai sama papanya, dia salah apa? Dia ganteng bukan salah dia. Yusuf juga
lahirnya lambat sekali. Baru setelah 10 anak, Yusuf lahir dan waktu Yakub sudah tua. Yusuf anak
ke-11 dicintai lebih. Waktu Yusuf umur 17 diberi baju yang warna-warni. Saat itu, 3.800 tahun
yang lalu, baju yang warna-warni sangat sulit. Baju yang warna-warni hanya raja yang bisa beli,
dan bukan setiap bangsa bisa buat. Yakub saking cintanya kepada Yusuf, beli baju warna-warni
buat Yusuf. Begitu Yusuf pakai, Yusuf menjadi orang yang terlihat sekali seperti orang kaya.
Orang kalau cinta, kaya atau tidak kaya pun tetap kaya. Akan memberikan yang terindah buat
Yusuf meskipun Yakub belum tentu kaya.
Yusuf salahkah dicintai lebih dari yang lain? Tidak salah. Tetapi meskipun begitu, ia tidak
bisa menghindarkan nasibnya. Seluruh saudaranya iri terhadap Yusuf. Orang yang diiri pasti lebih
bahagia dari yang iri. Orang iri justru menyiksa diri, mengikat diri, dan menyusahkan diri, kenapa
ada orang lebih darinya. Suatu kali Yusuf mimpi, di dalam ladang ikat padi. Ketika itu punya
Yusuf berdiri dan semua anak yang lain punya menyembah padi milik Yusuf. Seluruh kakaknya
menjadi marah, makin iri, dan timbul benci. Alkitab menggunakan istilah “benci”. Mungkin
banyak dari kita tidak banyak punya pengalaman diiri oleh orang lain. Tetapi Yusuf meskipun
diiri, dia tetap diam dan tidak melawan.
Lalu Yusuf juga terlalu polos karena menceritakan mimpinya yang lain. Ada bintang, bulan,
dan matahari menyembah dia. Sudah selesai omong, papanya marah dengan dia. Masa mama dan
papanya menyembah dia? Dia makin dibenci, diiri, dan dimaki. Tetapi Yusuf tetap diam. Dia
tidak salah karena dia tidak merencanakan mimpi sebab mimpi itu dari Tuhan. Satu kali, kakak-
kakaknya pergi ke tempat jauh. Yakub memberikan Yusuf makanan untuk dibawa ke kakak-
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 29 Desember 2018
Sesi 06 Pdt. Stephen Tong

kakaknya. Yusuf pergi mencari kakaknya sendiri dan berhasil menemukan mereka. Akan tetapi
kakak-kakaknya saling bersekongkol untuk membunuh Yusuf sang pemimpi.
Barang siapa yang mendapat visi, dia akan ditolak sezaman dia. Jika kita ingin mengerjakan
sesuatu yang besar untuk Tuhan dan orang di sebelah kita tidak mengerti visi yang kita dapat,
mereka akan salah menilai. Mereka akan menilai itu sebagai ambisi dan ego sendiri. Sejarah
membuktikan segala sesuatu yang unggul dikerjakan orang yang bervisi. Tetapi semua orang
yang bervisi justru mau dibunuh orang lain. Orang yang mau bunuh orang Kristen justru orang
Kristen sendiri. Yusuf dihina kakaknya dan Yusuf akhirnya dianggap pemimpi yang harus
dibunuh. Orang Kristen justru menolak pendirian gereja yang baik. Tetapi ketika mereka sedang
berbincang untuk membunuh, Ruben, kakak sulung mereka, bilang untuk jangan bunuh Yusuf,
dia masih muda dan terlalu ambisius, biarkan dia. Pada waktu itu, ada unta lewat, unta itu dimiliki
oleh seorang keturunan dari Ismael. Mereka berunding untuk menjual Yusuf karena dijual dapat
uang. Jika dibunuh, tidak dapat uang. Yusuf akhirnya dijual dari usulan Yehuda. Yusuf dibawa
oleh pedagang itu dan uangnya dibagi ke masing-masing saudaranya. Tetapi saudaranya harus
beri penjelasan ke ayahnya. Dosa akhirnya harus ditutup oleh dosa lainnya. Dosa ditutup dosa
seperti api ditutup oleh kertas. Sementara saja bisa, tetapi kertasnya nanti terbakar oleh api.
Biasanya orang yang telah membunuh harus berbohong untuk menutupi dosa-dosanya. Akhirnya
saudaranya menipu Yakub dengan membunuh seekor kambing, pakaian yang berwarna-warni
dicelupkan ke darah, dan memberi tahu Yakub bahwa Yusuf sudah dimakan oleh binatang buas.
Yakub melihatnya dengan ketakutan dan akhirnya merasa sedih sekali sehingga percaya. Tipuan
itu lama sekali baru ketahuan. Tidak ada orang yang tahu dan peduli dengan Yusuf. Tetapi jika
Yusuf tidak dijual, dia tidak akan ke Mesir, dan jika dia tidak ke Mesir, dia tidak akan
menjalankan kehendak Tuhan.
Tetapi pada waktu itu perspektif Yusuf sangat sulit mengerti kehendak Tuhan. Mengapa dia
harus pergi ke Mesir? Dari pandangan manusia, Yusuf bahaya sekali. Masa harus dijual dan
menderita, jadi barang jualan ke Mesir. Sampai ke Mesir, Yusuf menjadi budak orang kaya. Yusuf
menjadi budak yang ganteng sekali, menjadi celaka bagi dirinya, karena dia ditempatkan di rumah
Potifar yang ada istrinya. Bahayanya Yusuf ganteng, pintar, dan diberi mimpi. Inilah bahaya
menurut manusia. Tetapi ini dipersiapkan Tuhan agar menjadi seseorang yang akan jadi perdana
menteri di Mesir. Hal ini sangat mustahil, karena dia bukan warga Mesir. Tetapi Tuhan punya
cara yang begitu misterius, karena Tuhan menggunakan cara hampir dibunuh, dijual, dan harus
sengsara agar menjadi seorang perdana menteri. Di dalam kondisi yang baru, Yusuf harus jadi
budak dahulu di tanah yang dia tidak kenal. Dijual ke rumah Potifar, seorang yang punya akses
ke istana. Potifar membeli Yusuf tentu dengan harga yang mahal karena kualitas Yusuf. Budak
di Mesir tidak seperti di Israel karena budak di Mesir dibeli seumur hidup. Yusuf memiliki semua
kualitas yang terbaik, ganteng, jujur, dan rajin; semua yang paling baik dia miliki. Potifar akhirnya
menyerahkan seluruh urusan kepada Yusuf. Potifar memberikan seluruh urusan rumah kepada
Yusuf. Yusuf mendapat kepercayaan. Dalam hal ini ada bahaya tidak? Ada, bahaya yang lebih
besar akan datang, yaitu nyonya Potifar yang melirik Yusuf. Istri Potifar mau meniduri Yusuf.
Pemuda-pemudi Kristen, setan akan cari kesempatan bawa engkau terjerumus ke dalam
perzinahan. Justru pada waktu yang mulai matang, mulai bahagia, paling dipercaya, paling
menjadi orang stabil, meskipun tidak memiliki warga kebangsaan Mesir, di saat itulah setan
berusaha untuk menghancurkan hidup Yusuf. Kebanyakan pemuda-pemudi gagal dari seks, dari
harta, dan menginginkan di luar batas. Jangan hanya pikir Gerakan Reformed Injili bahaya di
mana, tetapi juga dirimu bahaya di mana.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 30 Desember 2018
Sesi 07 Pdt. Agus Marjanto

Krisis dan Doa (Roma 8:26)

Salah satu krisis di dalam gereja termasuk gereja Reformed adalah krisis doa. Banyak hal
yang penting dalam gereja. Pertama adalah mimbar, dan yang kedua adalah doanya. Ibarat sebuah
kereta, gerbong demi gerbong di belakangnya akan tergantung pada gerbong di depannya.
Masinisnya adalah mimbar dan doa adalah lokomotifnya. Kalau di situ liar, gerbong-gerbong di
belakangnya akan terguling. Sehebat apa pun masinis tersebut, tanpa lokomotif, gerbong tidak
akan bergerak. Martin Luther, John Calvin, John Knox adalah orang-orang yang berdoa dan
doanya membuat mereka begitu berapi-api untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan. Bagi Matthew
Henry, doa adalah mengembalikan kata-kata Tuhan kepada Tuhan sendiri. John Owen
mengajarkan bahwa doa adalah communion with God and Holy Spirit. Orang Reformed selalu
dikonotasikan dengan theologi. Tetapi kita selalu lupa bahwa untuk menjadi seorang manusia
memerlukan lututnya atau kehidupan berdoa. Mengapa kita hanya mewarisi theologinya, tetapi
tidak doanya? Mengapa kita hanya mewarisi theologinya, tetapi tidak mewarisi apinya? Doa
adalah satu-satunya posisi yang paling tepat ketika manusia berhadapan dengan Allah yang suci
ketika menyatakan kebergantungannya kepada Allah.
Di dalam Roma 8:26, Roh membantu kita dalam kelemahan kita karena kita tidak tahu
bagaimana seharusnya berdoa. Bukannya doa adalah sesuatu yang biasa saja? Begitu sederhana.
Orang Puritan berkata bahwa sebenarnya kita tidak tahu sama sekali tentang berdoa. Kita semua
biasa berdoa tetapi bukan doa yang diterima oleh Allah, yang berkenan dan seturut dengan
kehendak Allah. Reformed mengajarkan doa harus benar, harus diterima Allah, dan itu berarti
seturut dengan kehendak-Nya. Kita memerlukan pertolongan Roh Kudus. Kita tidak mengerti
bagaimana harus berdoa, maka Alkitab mengatakan Roh itu membantu kita berdoa. Roh Kudus
akan membawa kita kepada firman, mencerahkan kita, dan membawa firman ke dalam hidup kita.
Roh akan membawa kita kepada Kristus yang memimpin, atau menggerakkan orang lain untuk
masuk satu keadaan yang sama seperti diri-Nya. Roh Kudus menolong kita menemukan isi doa
yang benar dalam Alkitab. Roh yang mengajar keseluruhan konten doa membawa kita kepada
Kristus, Roh itu juga yang mengajar kita frame heart yang benar di hadapan Allah.
Banyak orang mengalami krisis doa karena pertumbuhan rohani mereka yang stagnan.
Prinsip dari kerohanian adalah dengan bertumbuhnya waktu, kita akan makin bergantung pada
Allah Tritunggal. Pengajaran theologi yang baik ending-nya selalu mengatakan bahwa we are
nothing, God is everything. Didiklah jiwa kita, terus bergantung kepada Allah. Di dalam
kedaulatan-Nya, Allah memberikan manusia kesempatan berespons. Allah berdaulat, dalam
kedaulatan-Nya Ia menentukan berkat diberikan dengan cara kita berdoa secara tekun. Bukan
hanya itu, ketika kita berdoa kita pun berperang melawan setan. Kuasa dan kekuatan diberikan
ketika kita setia dalam kamar kita, bukan di mimbar. Setan terus menipu bahwa dengan kekuatan
dan seluruh pengertian yang ada bisa mengalahkan dia, dan bisa bertobat. Namun, di dalam situasi
seperti inilah kita harus gentar dan terus berdoa kepada Allah.
Cara praktis melatih berdoa. Belajar berdoa dengan lebih banyak berdoa. Dirikan prayer
routine di dalam gereja. Sangat penting, karena banyak gereja menggantikan prayer meeting
dengan PA (Pendalaman Alkitab). Ini meniadakan spirit bergantung dalam seluruh aktivitas. Kita
harus sadar bahwa berdoa syafaat adalah tindakan secara lokal tetapi berpikir internasional.
Berdoalah sampai kita memperoleh delight in God’s presence.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 30 Desember 2018
Sesi 8 Pdt. Stephen Tong

Kesulitan dalam Riwayat Hidup Yusuf (2)

Waktu Yesus lahir, apa perasaan Herodes? Waktu itu kedudukan dan kuasa Herodes sangat
besar, dan saat yang sama Yesus sangat kecil dan tidak penting. Zaman itu, Herodes sudah mulai
membangun bangunan yang penting dan paling bersejarah. Namun ketika Yesus lahir, hanya ada
palungan, tidak ada yang lainnya. Setelah 2.000 tahun, semua orang kenal Yesus, tetapi tidak
mengenal Herodes. Apa artinya? Apa yang dipikir penting, ternyata dalam sejarah tidak penting.
Bagaimana dengan kita? Kita pikir kita kaya, kita pikir kita yang paling penting? Mungkin ada
orang yang lahir di gubuk, dia akan jadi orang yang paling penting dalam sejarah. Krisis apa yang
tidak kelihatan dalam gerakan ini, siapa yang bisa melihatnya, mencegahnya, dan
memenangkannya?
Kemarin saya sampaikan khotbah tentang Yusuf. Yusuf adalah anak ke-11 dari Yakub.
Kakak-kakaknya semua menganggap diri gagah perkasa, sangat meremehkan Yusuf kecil yang
lahir dari seorang perempuan bernama Rahel. Yusuf sangat spesial, dari kecil ia mengalami hal-
hal yang khusus, seperti mimpi yang muncul dalam tidurnya. Semua orang dalam keluarga
membenci, menegur dia. Kita harus perhatikan kondisi keluarga. Keharmonisan dalam keluarga
sangat sulit dibentuk. Dalam Alkitab, kalau saudara hidup dalam keharmonisan, akan ada
kerukunan dan kedamaian dalam dunia ini. Banyak orang sulit menerima kesuksesan saudara
sendiri, menumbuhkan iri hati dalam diri yang akan merusak diri orang tersebut. Iri hati
seumpama sebilah pisau yang menusuk diri sendiri.
Orang yang iri hati akan lebih mudah mati. Usia saya sekarang menjelang 80 tahun, saya
tidak iri hati. Ada dua hal yang membuat saya tidak iri hati. Pertama, kalau kamu lebih baik dari
saya, saya akan menuntut diri untuk belajar supaya lebih baik, saya akan banyak baca buku.
Kedua, kalau sudah belajar setengah mati tetapi tidak berhasil, ya sudah, tidak perlu iri hati, tidak
perlu menyusahkan diri. Kalau tidak mengerti dua hal ini, pasti akan iri hati. Jikalau kita iri hati,
kita akan menjadi orang bodoh dan melihat kemegahan, kesuksesan sebagai pencapaian, padahal
semua itu adalah krisis yang bisa menghancurkan kita.
Lihatlah Yusuf dan Firaun. Firaun di dunia adalah seorang kaisar Mesir yang dihormati,
sedangkan Yusuf itu siapa, ia cuma seorang budak Potifar. Herodes dan Yesus, satu raja besar,
sedangkan Yesus siapa, cuma orang yang lahir di kandang domba. Kaisar Romawi, Nero, begitu
besar, sedangkan Paulus adalah orang yang dipenggal kepalanya saat itu. Lihatlah 2.000 tahun
kemudian, apa yang orang ingat? Orang yang penting tidaklah penting lagi. Orang yang tidak
penting jadi terpenting. Apa maksud semua ini? Manusia tidak lihat krisis, manusia lihat
kegagahan, kesuksesan, padahal dalam kemegahan ada krisis.
Gereja Reformed Injili Indonesia baru dimulai 29 tahun yang lalu, dan hanya ada seorang
Stephen Tong yang menyetujui Gereja Reformed Injili Indonesia. Saat itu banyak orang
merendahkan, memboikot, menentang, mengancam saya, dan menulis surat tidak setuju. Banyak
gereja sudah punya sejarah panjang, tetapi banyak doktrin benar dibuang. Orang Karismatik pikir
doktrin tidak penting, kuasa yang penting. Banyak orang Kristen dengar ini semua, mereka
tinggalkan iman murni yang mereka yakini. Saat seperti itulah saya muncul untuk
memperjuangkan doktrin yang benar, maka ketika saya memutuskan dirikan GRII, satu
pertaruhan yang menakutkan dan penuh risiko, dan setelah waktu berlalu, baru ada pertumbuhan.
Perjalanan pendirian GRII, sejak pengurusan izin, pindah-pindah tempat ibadah, sampai
berdirinya gedung gereja ini, setahap demi setahap dengan air mata dan lutut yang berdoa
membangun semua ini. Dalam pembangunan gereja ini, banyak dana yang dikeluarkan dan tidak
kelihatan sama sekali, semua proses adalah anugerah dan karya Tuhan di Kemayoran.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 30 Desember 2018
Sesi 8 Pdt. Stephen Tong

Semua itu adalah sejarah masa lalu, masalahnya sekarang penting atau tidak? Yang penting
adalah masa depan bagaimana? Keberadaan Yusuf dalam sejarah disalahpahami, mendapatkan
iri hati saudaranya, ditegur oleh orang tuanya, tetapi akhirnya 4.000 tahun kemudian Yusuf terus
diingat dan hidupnya menjadi berkat, tetapi Firaun tidak ada lagi. Mesir yang sekarang bukanlah
Mesir yang dahulu. Mesir Kuno sudah musnah. Mesir sekarang adalah daerah kekuasaan orang
Arab. Di dalam Alkitab, pada saat Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, dicatatkan
bahwa ada suara gemuruh di tepi Teberau, di belakang ada bala tentara dari Mesir. Bangsa Israel
pada saat itu hanya bersungut-sungut kepada Musa, mereka tidak mengerti, mereka pikir asal ada
makanan cukup, hidup nyaman. Ini adalah gambaran kekristenan sekarang ini, lebih memilih jadi
budak dunia daripada melayani Tuhan. Hai orang Kristen, lebih baik engkau ada di padang gurun
dan melayani Tuhan daripada tetap jadi budak di Mesir. Apa yang kauanggap penting, sebenarnya
tidak penting. Engkau pikir makan enak penting, jadi budak tidak apa-apa, tetapi Tuhan berkata,
“Engkau, anak-Ku seharusnya mendapat kebebasan, lepas dari dosa.” Walau Mesir memberikan
hidup yang nyaman secara fisik, 430 tahun jadi budak, siapa yang menyelamatkan mereka? Musa.
Dan semua diawali dari Yusuf pergi ke Mesir.
Kitab Suci adalah buku paling ajaib dan paling penting dalam sejarah, kehendak Tuhan lebih
tinggi dari manusia, rencana Tuhan lebih penting dari rencana manusia. Kalau kita mengerti
Alkitab, kita jadi orang yang paling bijaksana di dunia. Ketika orang Israel tinggalkan Mesir,
bangsa Mesir boleh tidak ada lagi di dunia. Karena yang terpenting bukan Firaun, atau piramida,
yang terpenting adalah karena ada umat Allah di dalamnya. Setelah Israel keluar, Mesir perlahan
pun musnah. Yusuf ada di Mesir, dalam Mesir ada Israel, ini yang penting.
Keberadaan bukan bisa diukur oleh kemampuan manusia. Banyak kerajaan kuno, bangsa
kuno musnah satu per satu, sekarang ini hanya tinggal Tiongkok. Ke mana sejarah dunia akan
berakhir? Semua raja-raja besar merasa diri penting dalam sejarah. Kalau lihat Yusuf, Daniel, dan
Ester, mereka seperti tidak penting, tetapi tidak demikian dalam pandangan Tuhan. Contoh, Mesir
hanya tinggalkan piramida untuk menunjukkan dahulu pernah ada Mesir Kuno, Romawi cuma
ditinggalkan tempat Romania. Di dunia tidak ada penguasa politik yang abadi. Mesir, Makedonia,
Persia, Babilonia, komunisme, semuanya harus berlalu. Di tengah-tengah kuasa politik, orang
Kristen yang dianiaya semua akan kembali ke Bapa, dan akan diingat oleh yang kemudian. Dunia
dan nafsunya akan berlalu, hanya orang yang melakukan kehendak Allah yang akan kekal
selamanya. Kalau Tuhan izinkan kita musnah, bangsa ini juga akan musnah, sama seperti bangsa-
bangsa yang lalu dalam sejarah. Seperti catatan dalam Alkitab, dunia adalah sementara, tetapi kita
yang mengikuti kehendak Allah ada selama-lamanya.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 30 Desember 2018
Sesi 9 Pdt. Antonius Un

Panggilan Tuhan

Kita akan merenungkan kehendak Tuhan dan krisis yang ada di dalamnya. Yohanes 10
mengatakan, Yesus datang untuk melakukan kehendak Bapa. Dalam Yohanes 4, Yesus berkata,
“Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa yang mengutus Aku.” Berarti apa? Kebutuhan
yang paling dasar dalam hidup-Nya adalah melakukan kehendak Tuhan. Di sini kita mengerti
bahwa hidup kita secara umum, dan tubuh kita secara khusus, diberikan untuk melayani Tuhan.
Thomas Manton, seorang Puritan mengatakan begini, “Kehendak kita adalah musuh Kristus yang
paling angkuh di bumi ini, dan penyebab dari semua pelanggaran di bumi ini.” Kehendak kita
adalah sumber permasalahannya. Sejak kecil pun kita sudah salah, ditanya apa cita-citamu?
Padahal belum mengerti. Seharusnya diajar dari kecil berdoa apa panggilan Tuhan bagi dirimu.
Panggilan Tuhan, bukan apa cita-citamu.
Hidup yang tidak melakukan kehendak Tuhan adalah hidup yang boros, bukan saja
memboroskan waktu, tetapi juga memboroskan kehidupan dan anugerah Tuhan. Ada orang yang
ikut banyak pelayanan, di mana-mana dia ada, tetapi sering kali itu bukan pelayanan tetapi
pelarian. Kita harus melihat contoh Maria dan Marta. Marta itu berkegiatan tetapi dia tidak
menjalankan kehendak Tuhan. Maria tidak berkegiatan, tetapi justru dia yang melakukan
kehendak Tuhan. Yesus sedang berada pada perjalanan puncak menuju kepada penyaliban, yang
Dia butuhkan bukan makanan, tetapi berbicara kepada mereka. Marta berbicara bersayap, politis,
seolah-olah menyalahkan Maria, tetapi juga secara tidak langsung menyalahkan Tuhan.
Orang yang tidak menjalankan kehendak Tuhan sedang memboroskan waktu yang diberikan
oleh Tuhan. Ada yang jelas dipanggil Tuhan, sudah jelas jadi hamba Tuhan, tetapi dia terus lari.
Thomas Watson berkata, “Hidup yang diberikan Tuhan untuk melakukan kehendak Tuhan adalah
kehormatan tertinggi yang mungkin disandang oleh makhluk yang fana.” Apa yang lebih tinggi
dan hebat lagi dari menjalankan kehendak Tuhan?
Mari kita lihat kehidupan Lot. Problem yang besar dari Lot adalah meskipun Lot orang yang
diselamatkan, dia di-overcome oleh ide Sodom. Karena itu ketika orang-orang datang untuk
memperkosa malaikat Tuhan, Lot hendak memberikan dua anak perempuannya untuk diperkosa.
Ini adalah bapak yang kejam. Ide ini datang dari mana? Ini ide dari Sodom. Dua anaknya pun,
sudah keluar dari Sodom, sudah keluar badannya, tetapi tidak keluar dari ide Sodomnya, karena
itu mereka memperkosa Lot, bapaknya. Istri Lot badannya keluar dari Sodom, tetapi hatinya
masih di situ. Alkitab mengatakan Lot berkemah di dekat Sodom, tinggal di Sodom, lalu berdiri
di pintu gerbang Sodom. Bukan fisik saja yang menakutkan, tetapi ide, itu lebih menakutkan.
Kalau engkau sibuk dengan dunia, engkau tidak akan pernah mengerti kehendak Tuhan. Tetapi
yang paling bahaya adalah yang sibuk pelayanan, tetapi tidak mengerti apa kehendak Tuhan.
Pelayanan akhirnya hanya menjadi aktivitas.
Bagaimana kita harus menjalankan kehendak Tuhan? Yesaya 53:10. Kunci di dalam
menjalankan kehendak Tuhan adalah penyerahan diri. Penyerahan diri ini adalah kuncinya. Tuhan
memberikan janji-Nya kepada orang yang menyerahkan diri kepada panggilan Tuhan. Dunia dan
keinginannya akan lenyap, tetapi orang yang menjalankan kehendak Tuhan akan tetap sampai
selama-lamanya. Orang yang terus mengejar dunia, apalagi hidup secara duniawi pasti Tuhan
tolak, Tuhan buang, kecuali dia bertobat. Tetapi orang yang melakukan kehendak Allah dengan
setia, tidak selalu tetapi sering kali, Tuhan paksa dunia harus mengakui dia.
Apa yang kekal? Orang yang terus menjalankan kehendak Allah, meskipun dia tidak dapat
apa-apa. Orang-orang yang menjalankan kehendak Allah, walaupun, dalam bahasa saya,
menjalankan tragic obedience. Nabi dan rasul banyak yang mati, secara manusiawi itu tragis,
tetapi di mata Tuhan mereka itu terus ada. Hidup mereka begitu berkuasa, sampai mereka mati
sekalipun, ketika orang-orang baca buku mereka, banyak orang yang bertobat.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 30 Desember 2018
Sesi 10 Pdt. Benyamin Intan

Iman Seorang Kafir (Matius 8:5-13)

Tuhan Yesus waktu turun dari bukit, Dia masuk ke kota Kapernaum. Di sana Dia bertemu
dengan seorang perwira yang punya iman yang begitu luar biasa. Ada tiga hal yang dicatat dari
apa yang kita baca hari ini.
Pertama, perwira itu adalah seorang gentile, tetapi kata Yesus Ia tidak menemukan iman
seperti itu di tanah Israel. Perwira itu memiliki iman yang meminta hal-hal yang mustahil. Ia
meminta kesembuhan bagi hambanya yang sudah sekarat. Dari situ kita melihat bahwa sikap dia
kepada Tuhan Yesus menyatakan bahwa Yesus Kristus bukan tabib biasa, tetapi adalah Tuhan.
Sering kali kita kritik Karismatik, tetapi kita masuk ke pendulum yang lain, sehingga kita tidak
percaya lagi akan mujizat yang dilakukan Tuhan. Saya percaya mujizat di Alkitab (revelatory -
red) itu tidak terjadi lagi, tetapi bukan berarti tidak ada lagi. Mujizat yang terbesar itu apa? Kalau
kita melihat Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, bukan terbebas dari api, tetapi hati raja yang
berubah. Yang tadinya menghina Allah mereka, sekarang jadi tunduk dan percaya. Mujizat
terbesar adalah penginjilan. Orang jadi berubah dan percaya kepada Tuhan Allah. Iman perwira
ini bukan saja minta hal yang impossible, tetapi ia juga tunduk dan pasrah kepada Tuhan Yesus.
Dia memosisikan dirinya sebagai hamba. Dia tidak pakai pasukannya untuk memaksa Yesus. Dia
juga tidak memamerkan jasanya. Tetapi ia minta terserah apa yang akan terjadi berdasarkan
kehendak Tuhan.
Kedua, kita melihat iman seperti perwira ini adalah iman yang disertai dengan perbuatan.
Perwira ini memiliki hati yang berbelaskasihan. Padahal pada zaman itu, budak hanyalah sekadar
living tools. Orang kalau punya budak sakit, orang tinggal buang. Berbeda dengan perwira ini,
dia bukan hanya cari tabib biasa, tetapi cari tabib yang paling luar biasa. Yesus katakan tidak ada
orang Israel yang memiliki iman seperti orang ini. Perwira ini adalah seorang kafir, tetapi ia
memiliki iman yang membuat Yesus takjub. Banyak orang-orang yang dikatakan kafir akan
masuk sampai kepada Kerajaan Allah, karena perwira ini menandakan bahwa Tuhan akan buang
umat Allah. Yang tadinya untuk Israel, Ia pindahkan untuk bangsa-bangsa lain. Kenapa Tuhan
lakukan? Karena bangsa ini telah tinggalkan Tuhan. Dosanya telah luar biasa. Agustinus
mengatakan, dosa yang tidak terampuni itu apa? Orang-orang yang melakukan dosa tetapi tidak
sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah dosa. Itu adalah incurable sins. Orang Yahudi
melakukan lebih daripada itu. Firman Tuhan yang seharusnya dipakai untuk menyambut Tuhan
malah dipakai untuk menjegal Mesias.
Ketiga, bagi saya, iman yang membuat Tuhan Yesus takjub adalah, bukan Tuhan Yesus yang
mendekati dia, tetapi dia yang datang. Dia merasa tidak layak. Dia sedang menyatakan Tuhan
Yesus adalah Firman yang hidup. Dia menyatakan kemuliaan Allah. Zaman dahulu penyembuhan
itu lewat sentuhan, misalnya wanita yang pendarahan yang harus menyentuh jumbai jubah. Tetapi
ini hanya lewat kata-kata, lewat firman. Ini persis seperti pada waktu Tuhan menciptakan dunia,
atau menenangkan angin ribut. Perwira ini sedang menyaksikan kemuliaan Allah melalui
imannya. Bagaimana dengan Saudara dan saya? Sebejat apa pun kita, minta pengampunan, dan
Tuhan akan memakai engkau dan saya demi kemuliaan-Nya, amin Saudara?
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 30 Desember 2019
Sesi 12 Pdt. Stephen Tong

Kesulitan dalam Riwayat Hidup Yusuf (3)

Kemarin kita bicara bahwa di balik kegagalan manusia, ada rencana Tuhan di belakangnya.
Yang mengerti kalimat ini adalah orang yang bahagia, tetapi yang tidak mengerti adalah orang
yang mengalami krisis. Mesir bisa tertolong oleh seorang yang bernama Yusuf walaupun
sebelumnya ia harus dibenci oleh kakak-kakaknya dan dijual. Ia harus menjadi budak, dijual
sehingga dia bisa dipakai oleh Tuhan. Jikalau hidup engkau susah sekali, jangan kira engkau
dibuang Tuhan. Karena pimpinan Tuhan tidak pernah bersalah. Yusuf ini orang yang paling
kasihan, dia dilahirkan pintar, ganteng, dan ia tidak salah. Kenapa ia tidak menjadi perdana
menteri orang Yahudi? Karena orang Yahudi tidak perlu, dan Mesir pada waktu itu adalah negara
paling jaya, adikuasa. Waktu itu Mesir punya kekuatan lebih besar dari negara Amerika zaman
sekarang. Maka Tuhan mengirim “mata-mata”-Nya ke dalam Mesir melalui kehidupan Yusuf
yang penuh kesulitan itu. Namun, di balik segala kesulitan hidup Yusuf, kita dapat melihat bahwa
Tuhan mempunyai rencana yang besar bagi umat-Nya. Ia dijual dan akhirnya diangkat menjadi
budak oleh Potifar. Dan dari sinilah rencana Tuhan bekerja secara tersembunyi, tetapi pada saat
bersamaan bahaya-bahaya pun muncul di dalam kehidupan Yusuf.
Ketika Yusuf bekerja di rumah Potifar, datanglah seorang perempuan yaitu nyonya
konglomerat, nyonya merasa kesepian (ditinggal oleh suaminya). Nyonya Potifar, lirik-lirik
Yusuf, muncul berahi, muncul keinginan seks dengan laki-laki muda Ibrani. Nah, sekarang
bahaya datang. Jangan engkau kira ganteng-ganteng tidak ada bahaya. Maka sekarang Yusuf
harus bagaimana bersikap? Dia harus sadar siapa dia, siapa perempuan itu, dia harus sadar dia
seorang yang bermoral tinggi. Banyak laki-laki akan berpikir ini adalah kesempatan, toh
perempuannya mau sendiri kok. Inilah cara berpikir manusia berdosa yang tidak sadar sedang
berada di tengah bahaya dan krisis.
Yusuf sekarang dihadapkan dengan penawaran yang sulit. Tetapi Yusuf ingat kalau ia sudah
dipercaya oleh Potifar. Kalau sudah dipercaya, kita harus lebih hati-hati. Saya harus tahu diri,
saya tidak boleh menjual Tuhan, menyedihkan Tuhan. Barang siapa yang menyedihkan Tuhan,
dia adalah orang yang menjual diri. Yusuf berkata, “Potifar, suamimu, telah memercayakan
seluruh hartanya kecuali engkau. Bolehkah saya melakukan dosa yang besar ini kepada Allah?”
Tuhan, bolehkah saya berzinah, melakukan dosa begitu besar untuk bersalah kepada Engkau?
Lalu saya tanya, apakah berzinah itu bersalah kepada Tuhan? Tuhan tidak kepo. Berzinah itu
bersalah kepada suaminya. Tetapi Yusuf memiliki pengertian yang lebih dalam. Alkitab berkata,
“Air yang dicuri lebih manis daripada air biasa.” Lebih manis daripada biasanya, maka engkau
akan mau lebih. Kalimat ini dipergunakan untuk perbuatan dosa, yang sudah melacur akan
melacur lagi, yang mencuri istri orang lain akan terus mencuri tidak akan habis-habis, yang
minum air dari sumur ini akan dahaga lagi. Adakah orang sekali cari pelacur tidak mau lagi?
Kalau sudah satu kali, dia akan mau lagi, mau lagi, kecuali dia bertobat di hadapan Tuhan. Jangan
engkau makan ganja, jangan engkau ditipu oleh Iblis, maka engkau akan ditipu habis-habisan
olehnya.
Kalau Yusuf masuk kamar nyonya Potifar, buka celana, dan tidur dengannya, dia bersalah
kepada suaminya, dia bersalah kepada perempuan itu, dia bersalah kepada diri sendiri, dia
bersalah kepada papa mamanya, dia bersalah kepada papa mama perempuan itu, dan juga laki-
laki itu. Malam ini saya berkata kepada Saudara, bahaya ada di mana-mana, krisis ada di setiap
detik, jikalau engkau tidak hati-hati, engkau akan jatuh, diikat seumur hidup. Kalau engkau
bersetubuh dengan seorang perempuan, dan dia punya suami, engkau sudah berdosa terhadap
suaminya, karena engkau sudah menjadikan istrinya cemar. Engkau menjadikan dia ibu yang
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 30 Desember 2019
Sesi 12 Pdt. Stephen Tong

tidak suci, engkau membuat anaknya dipermalukan di sekolahnya karena ibunya pelacur, engkau
telah menghancurkan seluruh relasi.
Yusuf cepat sadar, ia langsung berkata, “Bolehkah saya berbuat dosa yang besar ini kepada
Tuhan?” Ingat ketika krisis datang, kita tidak boleh kehilangan rasa tanggung jawab, tidak boleh
longgar sedikit pun, meskipun seks perlu, tahan! Saya manusia, kamu manusia, tidak ada orang
yang tidak perlu seks. Seks itu the most beautiful but also the most ugly. Seks adalah kenikmatan
terbesar, seks juga paling membahayakan rohani kita.
Kapankah penyakit sifilis menjalar? Dari Columbus sewaktu pulang dari keliling dunia.
Sampai di Filipina, anak kapalnya naik ke atas dan tidur dengan perempuan-perempuan pelacur
Filipina. Lalu semua mulai sakit dan mereka membawa penyakit ke Eropa. Pada waktu sifilis
menjalar, seluruh negara Kristen sakit seks. Bukan benua Hindu, Islam, Buddha, tetapi benua
Kristen. Kekristenan hancur karena seks. Lalu 26 tahun lagi, ketemu penyakit lebih hebat, lebih
keras lagi namanya AIDS. AIDS dianggap sumber pertama dari Afrika, sumber kedua dari
homoseks.
Namun, seorang yang namanya Yusuf begitu peka. Ia cinta Tuhan, menjaga moral, peka
terhadap setiap gangguan setan. No is no, I should not commit sin against my God! Saya mau
tanya, engkau sungguh-sungguh mencintai Tuhankah? Engkau sungguh-sungguh mau
melepaskan diri dari krisis dan bahayakah? Jangan pikir krisis uang, tidak! Krisis di alat kelamin
yang dapat merusak engkau seumur hidup. Jangan karena kenikmatan berapa menit saja, namun
hati nurani engkau menegur berpuluh-puluh tahun. Yang sudah jatuh di dalam seks, jangan terlalu
kecewa, Tuhan sudah mati bagimu, “Jikalau tidak ada yang menghakimi engkau, Aku juga tidak
menjatuhkan hukuman kepadamu. Bangkitlah dan jangan berbuat dosa lagi.” Dialah yang
memberikan pengampunan.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 31 Desember 2018
Sesi 13 Pdt. David Tong

Krisis dari Generasi Penerus (Hakim-hakim 2:6-15)

Tema dari Kitab Hakim-hakim adalah bagaimana kehidupan rohani bangsa Israel yang
begitu bebal. Tuhan membangkitkan hakim-hakim untuk membebaskan mereka, tetapi akhirnya
mereka melacurkan diri mereka kepada ilah lain. Mereka makin mau menjadi raja atas diri mereka
sendiri. Orang Israel menjadi raja atas dirinya sendiri, sehingga mereka melakukan apa yang
menurut mereka baik. Sering kali kita menjadi raja atas diri kita sendiri. Sering kali kita
melakukan apa yang kita anggap benar di mata kita sendiri.
Ini fakta bahwa mereka adalah orang yang berdosa, tetapi mereka juga adalah orang-orang
kudus yang akan bertahan sampai akhir. Bagaimana mungkin? Karena God’s faithfulness, karena
keselamatan milik dari Tuhan, sekali selamat tetap selamat. Pada akhirnya Tuhan yang
mengerjakan keselamatan tersebut. We are saved by faith alone, but that faith is never alone.
Iman tidak pernah berdiri sendiri. God is faithful, ini yang dapat kita lihat dari Hakim-hakim.
Bangsa itu beribadah kepada Tuhan selama masa Yosua. Bahkan setelah Yosua mati, ada
tua-tua yang hidup lebih lama daripada Yosua. Mereka adalah orang-orang yang telah melihat
segenap pekerjaan Tuhan yang besar di tengah bangsa Israel. Namun, mengapa bangsa Israel
meninggalkan Tuhan? Cukup cepat transisinya, hanya satu, mungkin dua generasi. Ketika
generasi pertama harus berjuang mendapatkan tanah warisan, mereka berjuang dengan sepenuh
hati. Tetapi generasi pertama sudah berlalu dan bangkit generasi selanjutnya yang lain, yang tidak
mengenal Tuhan, yang tidak melihat apa yang Tuhan sudah kerjakan. Di sini berarti ada problem
knowledge of God dan tidak lagi mengenal apa yang Tuhan telah kerjakan. Tuhan sudah demikian
bekerja dalam hidup kita, tetapi kita tidak benar-benar mengaminkan dan menghidupi. Kita bisa
berdebat theologi demikian banyak tetapi kita tidak bisa menceritakan bagaimana Tuhan bekerja
dalam hidup kita. Saudara perhatikan dalam Roma 1, orang-orang mengenal Allah tetapi mereka
tidak berterima kasih, mengucap syukur kepada Tuhan. Mereka mengenal Allah secara kognitif
tetapi mereka tidak dapat menghidupinya. Orang Reformed adalah orang yang bertheologi,
percaya Tuhan berdaulat, tetapi bagaimana Tuhan benar-benar berdaulat dalam hidupmu, itu hal
lain, Saudara.
Generasi selanjutnya tidak pernah melihat pekerjaan Tuhan di masa lalu secara langsung
tetapi mereka hanya mendengar saja. Kegagalan mereka dalam mengenal Allah, bukan karena
mereka tidak melihat, tetapi mereka tidak mengenal pekerjaan Allah yang besar itu. Salah satu
kegagalan dari generasi sebelumnya adalah jika mereka tidak mengajarkan doktrin dibarengi
dengan cerita bagaimana generasi pertama berjuang, berdoa, dan bergumul.
Setelah Yosua mati, sekarang siapa yang harus maju terlebih dahulu? Suku Yehuda yang
harus maju. Suku Yehuda sudah tanya, dan diberikan janji oleh Tuhan, tetapi yang dilakukan
adalah mereka kongkalikong sama suku Simeon. Sambil menghadap kepada Tuhan sambil
meragukan janji dari Tuhan. Kita gampang berdoa, kita gampang meminta segala sesuatu, tetapi
susah percaya. Jangan lupa, kesalahan besar terjadi setelah kesalahan minor ditumpuk. Mereka
gagal menghalau orang Kanaan, orang Kanaan tinggal di tempat mereka. Lebih menakutkan lagi,
ada yang tinggal bersama orang Kanaan, makin lama makin parah.
Sehingga kegagalan generasi kedua adalah kegagalan ketaatan. Tuhan sudah menjanjikan,
“Engkau harus maju dan Aku telah menyerahkan dan menjanjikan tanah tersebut.” Kita gagal
dalam sepenuhnya taat kepada Tuhan. Orang generasi pertama taat, tetapi selanjutnya tidak taat.
Bukan pengetahuan yang paling penting, tetapi bagaimana melihat Tuhan yang setia, dan
bagaimana kita menghidupi Tuhan yang sedemikian. Jangan kita hanya menikmati warisan dari
generasi sebelumnya saja, tetapi mari kita melakukan hal-hal yang belum dikerjakan oleh generasi
sebelumnya.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 31 Desember 2018
Sesi 14 – Q&A

Q: Saya ingin mengajukan pertanyaan berkaitan dengan topik kepemimpinan. Pak Tong telah
memilih successor untuk meneruskan Gerakan Reformed Injili. Kami percaya secara iman, visi,
pengetahuan, dan attitude telah teruji. Namun bagaimana pendapat Pak Tong mengenai gaya
kepemimpinan successor ini? Bagaimana hamba Tuhan, majelis, dan jemaat dipersiapkan untuk
menghadapi culture shock terkait gaya kepemimpinan yang berbeda ini? (Terutama bila successor
ini harus take over seluruh kepemimpinan secara tiba-tiba karena suatu hal/waktu yang tidak
dapat diprediksi sebelumnya.)
A: Kepemimpinan itu ada dua macam. Ruler dan Leader. Mana yang lebih baik? Pemimpin yang
paling baik adalah yang patuh kepada kebenaran, keadilan, kebajikan, kejujuran, dan cinta kasih.
Laksanakan semua yang dia anut, patuh, ini kepemimpinan yang baik. Leader is to lead, ruler is
to control. Holy Spirit guides, memimpin, bukan merasuk. Semua agama bikin orang takut, tetapi
agama Kristen bikin orang bebas. Christianity guides personality. Pakai apa? Roh Kudus. Orang
yang dipimpin Roh Kudus adalah anak-anak Allah. Roh Kudus tidak paksa orang. Bertobat bukan
berubah sifat, bertobat berarti mengubah arah. Engkau kalau keras, bertobat silakan tetap keras.
Tetapi kalau dahulu keras kepada Tuhan, sekarang keras kepada setan. Pimpinan Tuhan
memimpin engkau dalam arahnya, bukan tabiatnya. Dahulu cerewet, silakan cerewet, tetapi
dahulu cerewet gosip, sekarang cerewet untuk Injil. Gereja besar, orang banyak, tetapi kalau
bukan khotbah kebenaran, hidup tidak suci, buat apa? Roh Kudus itu Roh suci, Roh kebenaran.
Kalau yang dikhotbahkan bukan kebenaran, tidak ada kesucian, itu pasti bukan dari Tuhan. Tuhan
tidak izinkan terlalu banyak yang datang, Tuhan mau cari orang kunci. Tuhan mau ciptakan orang
penting dan terus geser. Pemimpin ruler yang tidak mempersiapkan orang bawahannya, itu
bahaya. Tetapi pemimpin yang mempersiapkan dengan teladan, akan mempersiapkan generasi
penerus. (Stephen Tong)

Q: Panggilan Tuhan kepada Pdt. Stephen Tong adalah panggilan pribadi untuk menjadi berkat
semuanya sehingga pelayanannya terus bergerak dan menjadi berkat. Bagaimana Gerakan
Reformed Injili terus bergerak untuk menjadi berkat bila penangkap visi telah pergi?
A: Orang yang sudah siap, tidak takut mati. Ini panggilan untuk pribadi, pertamanya iya. Setelah
Abraham dipanggil, pertama ini panggilan pribadi. Setelah itu Ishak masuk tetapi Ismael tidak
masuk. Lalu ada Yakub, dan dari Yakub, yang mendapatkan Mesias hanyalah Yehuda. Tuhan
tidak pilih satu saja, tetapi dari satu itu keturunannya mengikuti. Setiap orang menerima
panggilan, semuanya itu panggilan pribadi. Setelah satu orang dipanggil, dia harus membuat suatu
tradisi untuk membuat orang lain dipengaruhi untuk menerima panggilan. Movement is to move,
movement is not monument. Movement is alpha, monument is omega. Movement memulai,
monument berhenti. (Stephen Tong)

Q: Bagaimana Gerakan Reformed Injili memandang eksklusivitas Reformed terhadap


denominasi lain? Serta bagaimana melihat radikalisme Reformed Injili yang tepat?
A: Bayangkan kalau tidak ada exclusiveness, terbuka terlalu besar itu tidak benar. Misalnya,
2+2=4 eksklusif sekali. Kenapa mesti 4? Kalau kebenaran itu ada, harus memelihara kebenaran.
Kalau kebenaran tidak ada, tolaklah semua. Exclusiveness jangan diganti dengan kesempitan
Reformed. Walau kita memiliki kesempitan dalam memelihara kebenaran, tetapi membuka untuk
orang yang mau berbakti bersama kita. Tidak gampang menjadi anggota GRII, tidak sulit menjadi
anggota GRII. (Stephen Tong)
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 31 Desember 2018
Sesi 14 – Q&A

Q: Apakah visi ke depan dari Pak Tong yang masih belum tercapai? Bagaimana pandangan Pak
Tong tentang digital ministry?
A: Saya orang kuno, tidak punya handphone, tidak ada komputer. Tetapi bukan berarti saya orang
yang ketinggalan zaman. Waktu saya pelajari pengetahuan itu saya pegel. Saya dahulu pegel,
sekarang kamu pakai Google. Digital hanya means, suatu alat saja. Makin gampang mencari,
makin susah kamu belajar ketat. Saya hafal ayat pakai otak, waktu muda mati-matian hafal, tetapi
tidak rugi, makin rajin pakai otak, makin fresh. Kadang ada salah, tetapi salahnya minor. Semua
yang harus dihafal harus dihafal, semua yang harus dipelajari harus dipelajari dan harus dipelajari
sampai tuntas. (Stephen Tong)
A: Kita bersyukur kita hidup di zaman internet. Waktu masa Reformasi, Alkitab bisa tersebar luas
karena printing press. Ada usaha dari Jan Hus dan Wycliffe untuk memperjuangkan Reformasi,
tetapi tidak bisa karena belum dipersiapkan dengan printing press. Tuhan tidak hanya pakai
Luther tetapi memakai zaman yang tepat. Saya melihat internet itu seperti the second Gutenberg
revolution. Di Amerika, beberapa tahun yang lalu ada beberapa hal yang mengubah zaman, dan
salah satunya adalah New Calvinism. Ada suatu kegairahan dalam theologi Calvin di dalam
kalangan anak muda. Mereka pakai teknologi internet. Digital ministry itu adalah salah satu hal
yang kita harus lakukan, tetapi kita harus pikirkan content dari ministry itu. Aset kita terbesar
adalah khotbah-khotbah yang Tuhan sudah percayakan. Aset terbesar kita adalah firman Tuhan.
Perlu ada tim yang memikirkan dengan baik. (David Tong)

Q: Secara rata-rata, berapa lama sebuah gerakan mampu bertahan setelah founder-nya
meninggal? Apa yang menjadi syarat sebuah gerakan berlangsung lama terus jauh setelah
pendirinya tiada?
A: Waktu saya mendirikan GRII, saya baru pensiun dari SAAT. Pensiun setelah 25 tahun di sana.
Diberikan uang pensiun, tetapi saya tidak mau ambil. Kong Hu Cu meninggal, ajaran Kong Hu
Cu masih ada. Sokrates meninggal, tidak ada yang bikin institusi. Orang Timur panjang
pengaruhnya, orang Barat pendek pengaruhnya. Konfusianisme lama karena ada konten dan
institusinya. Barat hanya ada kontennya saja. Kalau Stephen Tong sudah mati, Gerakan Reformed
Injili bagaimana? Saya percaya secara konten akan berkembang terus, karena pendiri Gerakan
Reformed Injili bukan untuk dirinya sendiri, karena untuk Tuhan, untuk firman. Apa bedanya
dengan gereja Reformed di Barat? Barat institusinya, tetapi di sini semangatnya, apinya. Di
Gerakan Reformed Injili, semua ada apinya, ada perjuangannya, ada semangatnya. Di Gerakan
Pentakosta, ada semangatnya, tetapi kontennya kacau. Menggabungkan semangat dengan konten
yang ketat itu tidak mudah. Bagaimana penerus saya? Kalau mereka hanya dipengaruhi oleh
theologi saya, tetapi tidak semangatnya, gerakan ini tidak ada hari depan.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 31 Desember 2018
Sesi 15 Vik. Maria Mazo

Hidup yang Berekonsiliasi dengan Allah (Lukas 15)

Kalau anak bungsu ini sampai dikatakan menjaga babi, berarti dia sudah pergi jauh dari
tempat di mana dia tinggal, dia sudah keluar sampai ke tanah bukan orang percaya. Karena dalam
budaya Yahudi, orang Yahudi tidak pernah memelihara babi. Sebab babi itu haram. Ayat 17
menjadi suatu turning point bagi anak bangsu ini. Pdt. Stephen Tong menyatakan, “Pertobatan
bukan hanya berubah secara karakter, tetapi perubahan arah.” Kekristenan tidak hanya bicara baik
atau tidak baik. Tuhan Yesus mengatakan untuk memperoleh hidup yang kekal bukan soal
berbuat baik atau tidak baik, tetapi soal percaya atau tidak percaya kepada Dia.
Orang yang bertobat pasti menyadari dia berdosa. Pada waktu kita melihat perumpamaan
ini, domba dicari, dirham dicari, kedua orang ini dimulai dari kesadaran. Pada waktu dia sadar
cinta kasih bapaknya, dia lihat dia sudah jatuh sampai terpuruk. Saudara-saudara bisa lihat di
Roma 1, laki-laki suka laki-laki. Mengapa? Karena manusia sudah menekan kebenaran Allah di
Roma. Manusia menekan kebenaran Allah yang Allah taruh dalam hati manusia. Allah biarkan
mereka sehingga perilakunya menyimpang. Entah itu orang Sodom dan lainnya itu akan
memengaruhi kelakuan mereka dalam beribadah kepada Allah. Si bungsu ketika berfoya-foya,
dia tidak menyadari kalau dia sedang berdosa. Manusia berdosa tidak sadar dia sedang berbuat
dosa dan sedang menyedihkan hati Tuhan. Ketika kita bertobat, kita harus mengubah semua
perilaku kita, pemikiran kita. Iman kita harus mengarah ke perubahan iman yang baik, maka
perbuatan baik akan menyusul kemudian. Manusia harus punya kesadaran untuk menyadari
firman yang benar dan panggilan pertobatan, kembali ke jalan yang benar, memulihkan kembali
relasi dengan Allah Bapa.
Dalam perikop tentang anak yang terhilang, rekonsiliasi terjadi karena belas kasihan bapak
kepada anak. Titik fokus Allah di dunia adalah manusia. Kita lihat betapa besar belas kasihan
Allah kepada manusia. Hal ini dengan jelas terlihat dalam berita Natal, Anak Allah datang dan
lahir ke dunia untuk menebus manusia yang berdosa. Belas kasihan ada dalam hidup kita, maka
hidup kita akan penuh dengan rasa syukur. Pengertian anugerah yang benar akan mengubah hidup
dan pengertian kita. Konsep anugerah hadir dalam firman Tuhan. Anugerah yang diberikan
kepada kita bukan hanya sekadar untuk dipercaya, tetapi juga hadir dalam bentuk pelayanan.
Tuhan berikan kesempatan kepada kita untuk melayani dalam pekerjaan-Nya.
Bapak menerima anaknya dengan belas kasihan. Dibandingkan dengan Lukas 15:1-9,
dikatakan gembala itu gembala yang berinisiatif, gembala itu berjalan di depan dombanya.
Domba adalah binatang yang memiliki kelebihan dalam pendengaran. “Aku memanggilnya
dengan nama.” Orang yang mengenal seseorang dengan nama secara utuh dalam relasi itu adalah
Tuhan. Ini adalah gambaran relasi intim antara Tuhan dan umat-Nya. Domba waktu
digembalakan itu mengandalkan suara gembala. Jika yang panggil bukan gembalanya, dia tidak
akan dengar. “Aku datang supaya manusia bisa hidup berkelimpahan.” Dan ini bukan ukuran dari
prestasi akademis, penghasilan, tetapi relasi dengan Kristus. Ketika manusia kembali kepada
Allah, itu berarti relasi kembali utuh dengan Tuhan, lengkap dengan sekuritas dan identitas. “If
you believe you will have life eternally.” Agama bermain dalam level moral, kekristenan
berurusan dengan hidup.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 17 Juni 2017
Sesi 16 Vik, Jehtro Rachmadi

Crisis of Beauty

Apa itu crisis of beauty? Kita bisa mengatakan kita dalam krisis ketika kita kehilangan hal
yang kritis. Kadang kita cenderung berhenti pada poin bahwa Allah saya adalah Allah yang cukup
benar, tetapi tidak sampai pada poin bahwa Allah saya adalah Allah yang indah.
Dalam hal ini saya bukan ingin membenturkan akan hal yang benar dengan yang indah. Saya
meratapi adanya ketimpangan dalam gerakan ini, yaitu kebenaran hadir tanpa keindahan.
Memang benar kalau orang hanya mau mencari kenikmatan sehingga mengorbankan kebenaran.
Akan tetapi dalam sisi ekstrem lainnya, ada sisi keindahan yang dikesampingkan. Saya akan
bahas dua poin besar, yaitu mengapa kita memerlukan beauty.
Pertama, di Kejadian 3, Iblis bukan hanya menanyakan firman Allah, tetapi mengejek dan
menghina firman Allah. Sebelum ada kebohongan dan pemalsuan data, Iblis mengajak manusia
untuk menertawakan Tuhan. Target utama dalam godaan Iblis, bukan sekadar the truth of God,
tetapi justru the beauty of God. Kita harus hati-hati karena ini sebenarnya adalah serangan
terhadap kekristenan. Mungkin ini adalah alasan banyak orang Kristen kehilangan imannya.
Dalam apologetika Kristen, dikatakan bahwa kekurangan iman adalah ignorance. Yang diserang
secara utama bukanlah pengertian kita tentang Allah (konsep), tetapi sikap hati kita kepada Allah
(hasrat). Manusia bukanlah apa yang kita pikirkan, ataupun apa yang kita percaya (imani), tetapi
apa yang kita cintai. Hasratlah yang memengaruhi pikiran dan iman kita. Hidup kita lebih disetir
oleh apa yang indah.
Jesuit mengatakan sebuah model baru, yaitu hal yang paling fundamental bukan rasionya,
bukan imannya, tetapi hasratnya. Mengapa kita sudah tahu apa yang benar tetapi tidak
melakukannya? Mengapa sering kali kita sudah tahu suatu hal itu salah, tetapi tetap kita
melakukannya? Bagi saya, yang salah itu lebih beautiful daripada yang benar. Kita sudah tahu
membalas dendam itu tidak betul, tetapi ada hasrat yang mendalam untuk membalas dendam. Itu
sebabnya kita memerlukan beauty dalam iman kita. Sering kali hidup kita disetir oleh apa yang
indah, dan bukan apa yang benar.
Kedua, kita harus melihat bagaimana Allah menghadirkan Injil-Nya. Tuntutan apa yang
Allah berikan untuk umat-Nya? Apakah Allah hanya menuntut kita untuk mengerti dengan tepat?
Allah menuntut kita untuk mengasihi-Nya dengan benar. Jikalau kita hanya bisa
mengomunikasikan logika tetapi tidak bisa menunjukkan Injil yang indah, kita harus
mempertanyakan Injil tersebut. Misalnya, Injil predestinasi. Doktrin ini sudah kita yakini adalah
doktrin yang benar, yang ingin saya tanyakan adalah doktrin ini sebagai doktrin yang indah.
Pertanyaan berikutnya, kira-kira apa dampaknya jika kita menyajikan doktrin ini bukan hanya
dari aspek kebenaran, tetapi juga dengan aspek keindahannya? Tujuan akhir dari rasio, iman,
adalah untuk membuat seseorang cinta. Doktrin itu penting, tetapi bukan yang terpenting. Ada
satu hal yang lain yang lebih penting, yaitu doksologi (mengembalikan kemuliaan kepada Allah).
Tujuan kita diberikan doktrin adalah supaya kita bisa masuk ke dalam doksologi.
Terakhir, coba Saudara pikirkan apa dampaknya ketika Saudara menginjili dalam level yang
bukan hanya rasional. Orang Reformed biasanya akan memenangkan debat, tetapi kehilangan
orang yang diajak debat. Orang yang bisa melihat beauty of the gospel, biasanya orang tersebut
akan berhenti pada kalimat tanya, “Kok bisa Tuhan mati bagi saya?”
Logika dan doktrin itu penting, tetapi itu bukan yang terpenting. Hal yang terutama adalah
bagaimana membuat Saudara ingin tahu mengenai kasih yang demikian besar. Inilah keindahan
Tuhan yang melampaui segala keindahan yang lain, keindahan yang mengalahkan
keburukrupaan. Sehingga ketika dunia melihat gereja, dunia tidak hanya melihat Allah yang benar
saja, tetapi juga Allah yang indah.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 31 Desember 2018
Sesi 17 Pdt. Aiter

Krisis dan Penginjilan

Kita akan mendiskusikan empat organ tubuh dan hubungannya dengan Kristus, serta
hubungannya dengan krisis penginjilan. Yesaya 35 mencatat ada empat organ: mata, telinga, kaki,
dan mulut. Saya akan kelompokkan empat organ ini menjadi dua: yang pertama adalah mata dan
telinga, dan yang kedua adalah kaki dan mulut.
Organ manakah yang Saudara pertama kali pakai untuk mendapatkan informasi? Janin
sebelum dilahirkan selalu menutup mata. Organ pertama yang berfungsi duluan adalah telinga.
Apa yang didengarkan seorang bayi? Detak jantung ibunya. Dari sini bayi dapat merasakan
apakah sang ibu sedang senang ataupun takut. Telinga jauh lebih penting daripada mata. Ketika
mata berfungsi, mata akan mengikuti suara yang ada di sekeliling kita semua. Di Alkitab, banyak
sekali ayat yang berbicara mengenai dua organ ini terus-menerus: telinga harus mendengar dan
mata harus melihat. Orang Yunani menggunakan mata untuk menganalisis dunia ini, tetapi orang
Yahudi mendengar akan firman Tuhan. Ketika mata sudah jelas melihat, mulut akan pelan-pelan
mengikuti suara yang sudah sering didengar. Dua organ ini sudah dirusak oleh setan. Mata orang
Kristen dirusak dengan mujizat, dengan materialisme, dengan lampu yang begitu indah.
Bagaimana dengan telinga? Dirusak dengan khotbah yang tidak karuan dan musik yang tidak
karuan.
Setelah itu, mulut akan mulai berkata-kata setelah banyak mendengar dan melihat. Biasa
kalau seorang anak lambat berkata-kata, dia jarang diajak komunikasi dengan orang tuanya.
Begitu juga dengan kita. Kalau kita kurang bisa berbicara, mungkin kita tidak mendapat informasi
yang baik melalui mata dan telinga kita. Lebih krisis lagi, kalau kita hanya mau mendengarkan
saja, tetapi tidak mau mengabarkan. Mulut harus menyatakan apa yang Tuhan sampaikan. Setelah
itu, kaki akan mengikut untuk melangkah. Sering kali kaki itu mulai duluan, yaitu untuk bisa
mengikuti, tetapi masih belum bisa berkata-kata. Kisah Para Rasul 2:3 menyatakan tentang
“lidah-lidah api”, bukan telinga atau mata. Di pasal 3 ayat 2, Petrus dan Yohanes menyembuhkan
seorang yang lumpuh.
Yesaya 6:5-9 menceritakan bagaimana mulut (Yesaya ditahirkan) mendahului kaki (Yesaya
diutus Tuhan). Bahaya tim misi adalah ketika kaki sudah melangkah tetapi mulut masih belum
siap. Sama bahayanya adalah kalau mulut sudah bisa tetapi kaki tidak mau melangkah. Dua-dua
ketika sudah disembuhkan, peledakan Injil di Kisah Para Rasul begitu besar. Lidah sudah diisi
firman, dan kaki sudah dipersiapkan untuk melangkah.
Yeremia 1:6-10. Peranan kaki sangat penting karena firman Tuhan hanya dapat disampaikan
mulut sejauh kaki melangkah. Begitu indah, kata firman Tuhan, kaki-kaki yang membawa berita
damai. Kelemahan gereja saat ini: yang mau dengar firman banyak, yang sudah mau pelayanan
banyak, tetapi penginjilan itu selalu sangat sulit. Dengan satu kata orang bisa dimenangkan, tetapi
satu kata juga dapat menghancurkan satu bangsa.
Pada saat Saudara tidak mau melayani, Tuhan akan memberikan penyakit dan Saudara akan
mengingat pentingnya organ tubuh. Penyakit apa yang paling melawan kehendak Tuhan? Stroke!
Ini membuat mulut bengkok sehingga perkataan tidak jelas dan kaki tidak bisa bergerak, hanya
bisa terbaring. Harap Saudara pulang bukan membawa telinga yang sudah mendengar, tetapi
dengan mulut untuk bersaksi.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 31 Desember 2018
Sesi 18 Pdt. Stephen Tong

Tanda Seorang Kristen Sejati

Kita memiliki dua batasan yang besar: ruang dan waktu. Waktu adalah pusaka bagi kita,
tempat juga adalah pusaka buat kita. Pusaka yang terpenting pertama adalah hidup. Hidup datang
dari Tuhan. Allah telah menciptakan yang tidak mempunyai dan yang mempunyai hidup. Allah
menciptakan roh dan materi. Setelah berakhir penciptaan, Dia berkata akan menciptakan gambar
dan rupa-Nya, yaitu manusia laki-laki dan perempuan. Hal yang sederhana tetapi tidak pernah
dikatakan Kitab Suci agama mana pun. Ini merupakan suatu kalimat yang menyatakan manusia
yang hormat. Manusia punya potensi yang besar yaitu saya boleh serupa dengan Tuhanku. Karena
saya diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya, sehingga hidupku mempunyai tujuan yang
tertinggi yaitu untuk menghadapi semua potensi dan kemungkinan yang ada. Potensi merupakan
gambar dari Allah. Kalau bisa digenapkan, itu menjadi serupa dengan Allah. Kalau serupa dengan
Allah, saya harus belajar makin serupa dengan Dia. Saya membedakan gambar dan rupa. Gambar
itu titik alfa, rupa titik omega. Ketika saya diciptakan seturut gambar-Nya, model gambar saya
adalah Allah. Tetapi dalam Alkitab, bukan dua kata ini serentak muncul, tetapi sering terpisah.
Kadang “gambar” saja yang muncul. Kadang dibicarakan “rupa” di PB. Karena dalam Perjanjian
Baru, Allah sendiri menjadi manusia. Maka Dia menyatakan diri-Nya melalui Yesus Kristus.
Gambar kita datang dari Allah. Dan rupa kita mengikuti Yesus. Karena gambar dari Allah datang
ke dunia, karena Kristus adalah rupa kita, maka kita mengarah kepada Dia. Karena kita punya
potensi dari gambar Allah itu, dan kita mempunyai kemungkinan untuk menyerupai Kristus.
Gambar dan rupa adalah titik alfa dan omega. Saya diciptakan dengan potensi untuk serupa
dengan Allah. Saya memiliki kemungkinan untuk mencapai serupa dengan Kristus.
Allah itu Pencipta, maka kalau diciptakan seturut gambar Allah, kita pun akan memiliki
kreativitas. Karena Allah Creator, maka kita punya creativity. Daya cipta itu adalah peta Allah.
Allah Pencipta, kita seperti Allah, kita diberi daya cipta. Allah itu Tuhan. Kita diberikan sifat
kebebasan yang sangat tinggi. Allah itu Tuhan, kita yang diciptakan seturut dengan gambar, maka
kita punya kedaulatan. Maka itu yang disebut gambar Allah. Allah itu suci, maka kita yang
diciptakan punya fungsi nurani. Allah itu kekal, maka kita yang diciptakan punya sifat kekal.
Itulah yang disebut kita serupa dengan Tuhan. Maka sifat dari Yesus adalah model dari sifat
manusia kita. Seturut dengan model-Nya kita diciptakan, maka kita akan sama dengan Yesus
Kristus. Serupa dengan Yesus Kristus adalah serupa dengan Allah. Yesus adalah diri-Nya peta
dan teladan Allah. Berarti kita harus meneladani Kristus di dalam menjadi seorang Kristen yang
sejati, serta memiliki semangat juang yang dengan sepenuh hati berjuang bagi Allah.
Prinsip kerajaan rohani itu terbalik dari duniawi. Makin kerja, makin letih dalam dunia.
Dalam rohani, makin bekerja makin berkuasa, makin bekerja makin berkuasa. Ikuti prinsip
Alkitab. Seberapa sibuk engkau, lebih banyak lagi bekerja, maka kerohanian Saudara akan lebih
kuat, kerohanian kalian akan makin perkasa. Contoh, kita punya dua tangan, satu kanan dan satu
kiri. Mohon tanya, apakah kanan lebih banyak kerja dibanding kiri? Kanan lebih banyak, secara
umum. Pada umumnya orang menggunakan tangan kanan. Tangan yang repot, tangan sibuk,
tangan kerja banyak, tangan kuli. Yang kiri pintar sekali, karena kiri suruh yang kanan yang kerja
terus. Kanan tangan kuli, kiri tangan bangsawan. Kanan kerja repot, kiri hanya diam dan menyepi.
Lalu, lebih kuat mana? Kanan. Ini dalil rohani. Makin tidak dipakai, makin tidak kuat. Yang
kanan kerja setengah mati, kiri mau mulia menjadi lemah dan tidak kuat.
Dalam gereja juga ada dua macam orang. Ada satu orang yang terus bekerja, berasa diri rugi,
dikerjain, kerja berat, sedangkan yang lain Kristen enak-enak. Saya katakan, dalam gereja, orang
yang selalu kerja berat imannya kuat. Yang malas kerja, iman tidak kuat, rohani tidak kuat, karena
terlalu biasa manja.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 31 Desember 2018
Sesi 18 Pdt. Stephen Tong

Apa tanda sesungguhnya saya orang Kristen? Bukti di dalam, engkau sudah diampuni dosa,
engkau sudah diselamatkan Yesus Kristus, sudah lahir baru. Untuk bukti di luar, kita mau lihat
tiga tanda di dalam Kitab Suci siapa orang Kristen yang sejati. Apakah tanda yang sesungguhnya
menurut Kitab Suci? Jikalau engkau banyak berbuah, engkau adalah murid-Ku yang sejati (Yoh.
15:1, 8). Jika kalian berbuah banyak, kalian adalah murid-Ku. Pertama, Kitab Suci berkata orang
yang berbuah lebat, menyatakan dia murid Tuhan sungguh-sungguh. Selama kita percaya Yesus,
berapa orang yang dibawa untuk kembali kepada Yesus? Ayat pertamanya adalah, “Akulah pokok
anggur yang benar,” ayat ke-8 berbicara untuk berbuah lebat. Orang Kristen harus punya esensi
yang sejati, kualitas yang baik. Ayat 8, orang Kristen harus mempunyai kuantitas yang sejati.
Ketika Yesus berkata Dia adalah pokok anggur, berarti kualitasnya benar. Dan berbuah lebat
berarti harus mementingkan kuantitas. Gereja harus mencari kualitas dan berbuah. Gereja
Reformed di Barat begitu dingin, begitu tidak mau mengabarkan Injil, maka ada orang Kristen
yang seumur hidup tidak berbuah. Tetapi Alkitab mengatakan, jika engkau tidak berbuah, engkau
tidak akan memberikan kemuliaan bagi Bapa. Orang yang berbuah banyak adalah sesungguhnya
murid Yesus.
Siapakah murid sejati? Tanda kedua (Yoh. 13:34-35). Tanda yang kedua adalah orang yang
mau mengasihi sesama. Jikalau dalam gereja saling berselisih dan bertengkar, saling menyerang,
orang yang ada di luar pasti akan merendahkan dan tidak dapat melihat kasih Tuhan dalam hidup.
Orang tidak akan mengakui kasih Tuhan dalam diri kita. Dengan cinta kasih satu dengan yang
lain, maka kita membuktikan kita adalah murid-murid Yesus Kristus. Apakah mudah? Sangat
tidak mudah. Karena setiap orang berbeda. Kalau kita lihat orang berbeda dengan kita, kita tidak
terbiasa. Tetapi Yesus berkata, “Jikalau kalian saling mengasihi, orang akan lihat engkau adalah
murid-Ku.” Banyak orang pikir mereka orang Kristen dengan memakai tanda salib. Yesus berkata
bahwa jika engkau punya hati yang saling mengasihi, itu baru orang mengenal engkau adalah
murid-murid-Ku. Perintah internal harus saling mengasihi, perintah eksternal untuk pergi ke
seluruh dunia kabar Injil. Jika gereja melakukan ini, gereja akan diberkati Tuhan. Tetapi jika
gereja tidak mau melakukan ini, gereja akan jadi bahan tertawaan dan akan dibuang oleh Tuhan.
Tanda Kristen pertama berbuah lebat, tanda kedua saling mengasihi. Yang ketiga, berani
bersaksi. Ini adalah tanda di Kisah Para Rasul. Ketika orang melihat rasul terus mengabarkan Injil
dengan berani, meskipun ada bahaya, meskipun ada kemungkinan ditangkap, meskipun mungkin
dibunuh, mungkin tahu akan dipenjara, sedikit pun ia tidak merasa takut. Karena tanggung jawab
sebagai orang Kristen adalah untuk bersaksi. Petrus dipenjara, tetapi bagi mereka itu adalah
sebuah kemuliaan. Kalau boleh menderita untuk Yesus, itu adalah kemuliaan bagi orang tersebut.
Karena orang yang mencintai Tuhan, tidak takut diejek, tidak takut diolok, meskipun dijelek-
jelekkan, murid akan terus tetap bersaksi untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. Inilah ketiga tanda
orang Kristen. Dengan berani mengabarkan Injil dan menjadi saksi.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 1 Januari 2019
Sesi 19 Pdt. Sutjipto Subeno

Krisis dan Pengharapan (Matius 1:21-23)

Seluruh kekristenan kita berpusat pada Kristus. Bahkan istilah “Kristen” adalah Kristus
kecil. Jadi seluruh kehidupan Kristen yang tidak berpusat pada Kristus bukan Kristen. This is the
alpha point. Inilah titik wawasan pertama, perspektif dasar. Alkitab mengatakan isu hidup
manusia adalah Imanuel. Apa itu dosa? Penggambaran dosa yang sentral, dosa bukan urusan
pencuri, berzinah, sombong, atau iri. Dosa esensial yang paling dasar dalam Alkitab adalah anti
Imanuel. Saudara, betulkah Anda dan saya sebagai orang Kristen, kita suka Imanuel? Betulkah
kita begitu bersihnya sampai Tuhan berotoritas absolut dalam kehidupan kita? Kalau Tuhan
beserta kita, bukankah seluruh otoritas dalam hidup kita dikontrol oleh Dia? Seberapa jauh hidup
Anda menunjukkan kehidupan yang menyatakan kemuliaan Tuhan, memiliki pikiran dan
keindahan hidup seperti Kristus? Problem manusia, seperti ayat ini, berdosa sejak dari Hawa
memilih untuk memutuskan anti Imanuel. Ketika Tuhan mengatakan, “Jangan makan buah itu,
engkau makan dan engkau akan mati,” Hawa katakan, “Tidak apa-apa.” Itulah keputusan fatal,
manusia memilih memberontak kepada Tuhan, manusia memilih menjadi man becomes God, ini
problem yang dibius. Betulkah manusia mengikuti Allah atau Allah mengikuti manusia?
(Rm. 1:23) Fasik adalah bukan tidak tahu ada Allah, tetapi merasa tidak perlu akan Allah.
Manusia ketika berdosa, dia merasa sedang menyembah Allah, tetapi sebenarnya dia menyembah
duplikat Allah. Siapa itu Allah? Allah adalah ciptaan manusia yang dicipta menurut gambar dan
rupa manusia. Kenapa? Karena kita bukan suka Allah yang asli, kita menciptakan allah yang kita
suka, yang merupakan proyeksi dirimu, apa yang engkau inginkan. Maka Reformed Theology
mendidik bagaimana memiliki tanggung jawab, kemampuan untuk berespons dengan tepat
kepada Allah yang asli.
(Flp. 4:8-9) Apa itu spiritualitas? Kita merepresentasikan dari pikiran kita sampai kelakuan
kita, semua yang benar, yang mulia, yang adil, yang manis, dan yang sedap didengar. Ayat ini
adalah true Christian positivity. Positive thinking dunia berbeda sekali dengan positive thinking
spiritual. Apa pun yang mulia? Kejar. Pikir yang adil, bukan segala sesuatu yang menguntungkan
diri. Ini adalah true spirituality tetapi orang beragama adalah orang yang anti spiritualitas. Kita
tidak suka menampilkan spiritualitas, kita suka rohani yang duniawi, yang egois. Egoisme itu
self-centered, berpusat pada diri membuat diri kita tidak ada artinya. Buat apa ada di dunia ini
kalau tidak untuk orang lain. Kalau engkau hidup cuma memikirkan dirimu, ya mati saja, karena
kita memang tidak dicipta untuk diri kita, kita tidak dicipta untuk menjadi orang yang egois luar
biasa. Kita dicipta untuk menjadi berkat bagi orang lain.
(Mat. 20:28) Di sinilah Tuhan jadi contoh hidup itu jadi orang yang bermakna. Kapan
kehadiranmu menjadi berkat untuk orang lain? Ketika engkau mau hidup melayani. Pakailah
untuk melayani sesamamu. Jangan sibuk takut di-bully, lebih baik jadi berkat orang. Jangan takut
dirugikan, lebih baik kita jadi berkat buat orang lain, sampai berkorban. Orang yang tidak takut
berkorban untuk orang lain, ia tidak takut di-bully. Tuhan datang untuk melayani, menyerahkan
nyawa-Nya. Tuhan sudah melayani kita terlebih dahulu, maka nyatakan pelayananmu jadi berkat,
pulang ke tempatmu masing-masing jadi berkat di sana, setiap kita membawa rencana-Nya.
(Yoh. 15:1-8) Imanuel, Allah beserta kita. Di luar Tuhan, copot dari Kristus, kita tidak bisa
berbuat apa-apa. Mari kita kembali kepada tema sentral di mana Kristus datang ke dunia ini. Beri
Dia nama “Yesus”, maka Dia akan melepaskan manusia dari dosa-dosanya. Beri Dia nama
“Imanuel”, maka Dia akan bersama dengan manusia. Golgota memberi gambaran bagaimana
dipecahkan tirai Bait Allah sehingga manusia bisa bersama dengan Tuhan, kesatuan yang
membuat kita bisa berbuah banyak.
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 1 Januari 2019
Sesi 20 Pdt. Dr. Stephen Tong

Menjadi Seorang yang Berbagian di dalam Tuhan (Mazmur 1)

Mazmur ini membandingkan orang fasik dan benar. Apakah Tuhan menciptakan dua jenis
manusia? Ketika seseorang dilahirkan, terselubung kemungkinan yang begitu besar. Ia bisa
berjalan di jalan Tuhan atau yang dipersiapkan setan. Setelah melewati suatu waktu, banyak
manusia condong kepada kejahatan. Ada banyak orang yang juga condong kepada kebenaran.
Jika ia adalah orang yang ada hati rindu untuk ke hadapan Tuhan, ia akan mendapat berkat Tuhan.
Orang yang taat kepada Tuhan, yang mencari wajah Tuhan, taat, dan berjalan dalam pimpinan
Tuhan, tidak akan Tuhan buang. Maka hari ini melalui Mazmur 1, saya akan berbagi kepada
Saudara, bagaimana menjadi orang yang berbagian dalam Tuhan.
Segala sesuatu dimulai dengan hati. Maka jika kita tidak memelihara hati kita, hidup kita
akan hancur. Hati kita tidak boleh menuruti hati orang fasik. Orang fasik adalah orang yang tidak
takut kepada Tuhan, yang lupa mereka anak Tuhan. Jika ada orang yang sengaja berbuat jahat,
kita bisa lihat dua hal dari diri mereka: seorang yang tidak takut Tuhan, dan dengan sengaja
melupakan Tuhan. Apakah orang atheis sungguh-sungguh jujur? Karena mereka dengan sengaja
melupakan Tuhan. Dengan berbagai cara mereka mencoba untuk menjadikan Tuhan tidak ada.
Mereka mengharapkan tidak ada Tuhan, mereka berkonfrontasi untuk membuktikan tidak adanya
Tuhan. Mereka menganggap semua ide tentang Allah hanya khayalan dari manusia. Manusia
percaya Allah, baru Dia ada. Keberadaan Tuhan memang dari diri-Nya kekal sampai kekal sudah
ada. Allah itu bukan karena engkau percaya Dia ada, baru Dia ada. Tuhan tidak mungkin menjadi
ada karena engkau percaya Dia ada. Keberadaan Tuhan bukan hasil manusia percaya atau tidak.
Keberadaan Allah adalah bukan sebab manusia percaya ada atau tidak. Karena adanya Allah, baru
manusia bisa memikirkan adanya Tuhan atau tidak. Kalau percaya, Dia ada, kalau tidak percaya,
Dia tidak ada, ini merupakan pemikiran yang salah. Justru yang benar adalah karena ada Tuhan,
maka kita bisa berpikir mengenai keberadaan Allah. Seseorang yang tidak mau percaya kepada
Tuhan, dia telah mempersiapkan dirinya untuk melakukan kejahatan. Rencana yang telah dia pilih
menentukan arah hidupnya. Alkitab mengatakan peliharalah hati karena semua berasal dari hati.
Jangan melihat motivasi saja, tetapi melihat lebih sungguh lagi akibat yang akan disebabkan di
kemudian hari.
Allah mengatakan, “Jangan menuruti nasihat orang fasik.” Hal ini mengutarakan motivasi
yang harus kita lakukan dalam hidup kita. Orang fasik mengatakan suatu nasihat dan banyak
orang mengikutinya, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Tidak berdiri di jalan orang fasik.
Setiap langkah sebelum dimulai kita harus berdiri tegak, baru melangkah. Setiap orang
mempunyai pendirian. Tidak ada orang yang melangkah dengan dua kaki sekaligus saat mulai
berjalan. Kita harus memiliki dasar atau pijakan yang jelas sebelum kita melangkah dan
melakukan segala sesuatu, sehingga ketika kita berjalan, kita tidak berjalan di dalam jalan orang
fasik tetapi di dalam jalan yang Tuhan pimpin. Alkitab mengatakan Tuhan menunjukkan apa yang
baik. Keadilan, belas kasih, dan hati yang takut kepada Tuhan. Orang yang agung melakukan
berdasar pada keadilan, tidak pilih kasih, tidak egois, tidak ada kebencian. Tetapi seorang yang
hidup bajik haruslah juga memiliki belas kasihan. Orang yang melakukan kesucian, mereka pasti
mencela orang yang tidak hidup suci dan berbuat dosa. Namun, orang yang agung adalah orang
yang tidak berdosa tetapi mengasihi orang berdosa. Jika engkau mengasihi orang yang baik,
apakah nilai kasihmu? Jika engkau mengasihi orang yang berdosa, barulah kasihmu agung.
Hendaklah engkau sempurna seperti Bapa juga sempurna. Orang suci tidak mudah mengasihi,
orang mengasihi belum tentu suci. Yesus ketika melihat orang yang tidak suci, Dia mengasihi,
berbelaskasihan, bahkan mati bagi mereka. Hal ini melampaui pemimpin agama yang lain. Tidak
ada orang seperti Yesus. Siapakah di dalam dunia ini yang hidupnya melampaui kesucian Yesus?
Jikalau Yesus saja mengasihi orang-orang berdosa, masa kita yang berdosa dan sudah
NREC 2018 – Ringkasan Khotbah 1 Januari 2019
Sesi 20 Pdt. Dr. Stephen Tong

memperoleh anugerah keselamatan tidak bisa mengasihi orang berdosa lainnya? Bukankah justru
kita dipanggil untuk membawa orang-orang berdosa lainnya ini kembali kepada Allah? Jika
engkau hidup suci, tetapi bisa mengasihi orang berdosa, engkau orang benar. Jika kita hidup
benar, tetapi setiap hari memarahi orang yang tidak benar, itu artinya kita tidak memiliki belas
kasihan dan sikap itu adalah tidak benar. Karena melakukan kebenaran dan suka belas kasihan
tidak boleh dipisahkan. Hanya penuh belas kasihan tetapi tidak ada kesucian, ini orang munafik.
Biarlah jangan kita berkumpul dengan kumpulan pencemooh. Pencemooh, melakukan dosa
tetapi masih berpikir melakukan yang baik. Mereka menikmati dosa, mempermainkan kesucian
Tuhan. Mendengar firman sambil melupakan, melakukan dosa sambil menyombongkan diri. Kita
harus ingat fondasi kehidupan yang sesungguhnya bukan kedudukan, bukan materi yang dipakai.
Karena segala sesuatu dapat lenyap dengan singkat dan dalam sekejap mata. Pendirian kuat atau
tidak bukan dari kedudukan, kekuatanmu. Alkitab mengatakan orang yang mengira sudah berdiri
teguh, jangan percaya diri, karena ambruklah posisimu, kemuliaanmu yang dahulu tidak akan
kembali. Tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, tidak berdiri dalam jalan orang berdosa,
tidak berkumpul dalam kumpulan pencemooh. “Tidak boleh” ini bersifat negatif, ini sebuah
peringatan. Tetapi yang menjadi fondasi kita seharusnya adalah Taurat Tuhan. Kita harus
menjadikan kesukaan kita adalah Taurat Tuhan dan merenungkannya siang dan malam.

Anda mungkin juga menyukai