Lukas 3:1-6
Shalom!
Saudaraku yang dikasihi di dalam Yesus Kristus.
Tidak terasa waktu ini berjalan terus, dan kini kita sudah memasuki Minggu Adven II. Sudah
mentradisi bahwa dalam minggu-minggu Adven semua orang Kristen menyambut dan merayakannya
dengan caranya sendiri, mulai dari hal-hal yang biasa sampai dengan luar biasa. Bahkan di minggu-
minggu Adven ada banyak juga kelompok persekutuan Kristen yang melaksanakan Natal Kristus. Apakah
itu salah? Tentu saja tidak! Tetapi tidak menyimpang dari makna minggu-minggu Adven yang sudah
ditentukan oleh Gereja, karena pemahaman minggu-minggu Adven adalah minggu penantian atau
persiapan diri seperti apakah yang dimaksud? Adanya kesadaran dalam diri setiap orang Kristen, suatu
sikap hati yang merasa dirinya tidak sempurna, berdosa, masa depan yang suram, dan hal-hal lain yang
menyakitkan karena perbuatannya sendiri. Manusia tidak sanggup melepaskan diri dari luar dirinya.
Namun semakin banyak orang, termasuk orang Kristen ang mengharapkan sentuhan dan pertolongan dari
kuasa-kuasa kegelapan, kuasa dunia yang membuat dirinya semakin terpuruk dan terjebak dalam
kejahatan dan dosa, maka Tuhan-pun semakin murka kepada orang demikian. Bahakna masih ada juga
orang Kristen yang tidak menyadari dirinya, seakan-akan adalah orang baik, orang suci, sempurna, tapi
jika melihat orang lain berlaku jahat, matanya tertuju untuk menghakiminya. Eka Darma Putra mengutip
pandangan salh satu Bapa Gereja, yakni Augustinus yang mengatakan Adven itu ibarat seseorang yang
tenggelam, meronta-ronta dan berusaha mengangkat kepalanya dari dalam air untuk mencari udara agar
bisa bernapas. Mestinya dalam minggu-minggu Adven inilah sikap kita seperti orang yang tenggelam
yang membutuhkan pertolongan dan kehadiran Tuhan. Itulah yang diharapkan dalam nats ini, maka jika
kita mau dan rindu agar hidup kita ini sungguh-sungguh mengharapkan pertolongan-Nya, bertobatlah!
2. PEMIMPIN AGAMA. Di kalangan bangsa Yahudi Imam Besar adalah salah satu jabatan yang
istimewa dan memiliki pengaruh besar. Dia adalah sebagai pemimpin masyarakat sekaligus pemimpin
agama. Tradisi Yahudi menyebutkan bahwa jabatan imam besar ini bersifat turun temurun dan seumur
hidup. Namun ketika bangsa Yahudi ini dikuasai oleh pemerintahan Romawi muncullah suatu intrik atau
persekongkolan politik yang juga merugikan bangsa Yahudi itu sendiri. Artinya, meskipun orang Yahudi
sendiri yang dianggap pemimpin masyarakat dan agama tetap menggambarkan bawa mereka adalah
bangsa yang rusak. Hal ini terlihat dari pernyataan atau teguran Yohanes yang keras kepada mereka
dengan mengatakan sebagai keturunan “ular beludak”. Selanjutnya juga disebutkan, bahwa tidak biasanya
dua orang sekaligus dalam waktu yang sama menjadi imam besar, pada hal imam besar itu adalah jabatan
yang turun-temurun. Namun jika kita telurusi lebih dalam tentang Imam Kaafas adalah menantu dari
Imam Hanas. Dan selama kekuasaan Romawi ada 28 kali pergantian imam besar. Hanas maupun Kayafas
dipecat dari jabatannya sebagai imam besar. Tapi pengaruh mereka itu sangat besar sampai penyaliban
Yesus, meskipun Kayafas pada waktu itu adalah imam besar namun mereka masih meminta nasehat dari
Hanas sebagai mantan imam besar. Hal ini juga menggambarkan betapa buruknya perilaku tokoh besar
yang dianggap sebagai tokoh masyarakat maupun tokoh agama.
3. Para Tokoh: Yohanes Pembabtis dan Pemberitaannya: Dalam keadaan politik, pemerintahan dan
keagaamaan seperti itulah Yohanes tampil menyuarakan pertobatan dengan suara yang keras dan berani.
Hal penting perlu kita pelajari dari Yohanes pembaptis adalah:
a. Yohanes adalah utusan Allah : Sebagai utusan Allah, wibawa dan kharisma yang dimilikinya berasal
dari Allah itu sendiri. Dia tidak mengangkat dirinya dan atau menghalalkan berbagai cara untuk
menyerukan pertobatan kepada bangsa Yahudi. Sebagai pelopor kehadiran Mesias untuk menyelamatkan
dunia, dia tidak mengurangi dan menambah apa yang diterimanya dan menyampaikannya dengan benar
dan tegas. Namun sebelum dia tampil menyampaikan seruan pertobatan tersebut, terlebih dulu dia
dipersiapkan oleh Allah di padang belantara. Artinya untuk menjadi utusan Allah itu harus menjalani
berbagai proses untuk kematangan dan kesiapanya dirinya.
b. Panggilan Yohanes itu adalah untuk suara kenabian: Panggilan Yohanes ini hampir sama dengan
Yeremia (bnd. Yer. 1:2), bahkan dalam menyampaikan seruan pertobatan tersebut dengan mengutip
penyampaian nubuatan nabi Yesaya. Itu berarti bahwa dia adalah nabi yang dipersiapkan oleh Allah
untuk menyampaikan kabar pertobatan tersebut demi keselamatan umat Yahudi.
c. Isi dan tujuan Pemberitahuan Yohanes: Para teolog berpendapat bahwa masa antara PL dan PB
adalah masa Tuhan berdiam diri pada umat-Nya. Mengapa? Karena mereka berulang-ulang menolak
firman-Nya yang disampaikan oleh para nabi. Namun Allah tidak berdiam terus selamanya. Dia adalah
Allah yang penuh kasih dan adil. Dia mengingat janji-Nya kepada leluhur nenek moyang mereka. Itulah
sebabnya Allah mengutus Yohanes untuk menyampaikan berita pertobatan, agar mereka menerima
pengampunan dari Allah dan diselamatkan. Jika kita membaca seluruh teks ini (ay 1-20), kita akan
melihat bahwa ada yang bertobat dan menyerahkan dirinya untuk dibaptis, tapi ada juga yang semakin
jahat perilakunya termasuk seorang pejabat pemerintah, yakni Herodes yang menerima teguran keras dari
Yohanes. Akhirnya Yohanes dimasukkan dalam penjara bahkan dibunuh dengan memenggal kepalanya.