Anda di halaman 1dari 4

PERCAYA KEPADA YESUS, BEROLEH HIDUP YANG KEKAL

Evangelium : Yohanes 3 : 31-36

PENGANTAR

Dalam imteraksi manusia, kepercayaan adalah sesuatu hal ayng sangat penting untuk
dibangun dan ditumbuhkankembangkan bersama. Bagi setiap orang, kepercayaan itu bisa
didefinisikan secara berbeda, namun umumnya kepercayaan dapat diartikan sebagai kemauan
seseorang atau sekelompok komunitas untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki
keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi dan
konteks sosialnya, meyakini dengan benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan
seseoramg untuk memenuhi harapannya. Kepercayaan itu mahal harganya. Oleh karena itu perlu
dibangun, dipertahankan dan bahkan diperjuangkan.
Salah satu tujuan penulisan Injil Yohanes adalah untuk membangun, mempertahankan, dan
memperjuangkan kepercayaan gereja (jemaat permbacanya) kepada sosok yang bernama Yesus. Ini
bertujuan untuk membangkitkan iman dan mengantar pembacanya kepada kepercayaan bahwa
Yesus adalah Mesias Anak Allah. Jemaat pembaca Injil Yohanes adalah sebuah “jemaat tersisih,
dan terhimpit” oleh berbagai kompleksitas persoalan dunia Helenis-Romawi pada waktu itu.
Kepercayaan kepada Yesus sangat tegas diberitakan dalam Injil Yohanes, karena pada waktu itu
kekristenan awal sedang diperhadapkan denga berbagai aliran filsafat dan keagamaan di dunia
Helenis.
Injil Yohanes diperkirakan ditulis pada tahun 100 ZB di Kota Efesus dengan tujuan agar
komunitas Kristen yang ada di Efesus dapat memahami inti dari ajaean Kekristewnan agar mereka
bisa teguh dalam iman percaya mereka kepada Yesus, meskipun mereka berdampingan dengan
orang-orang yang berkepercayaan yang lain di kota Efesus. Hanya orang-otang yang percaya
kepada Yesus yang dapat disebut sebagai anak-anak Allah, karena Yesus sebenarnya adalah Allah
yang telah menjadi manusia.
Berdasarkan situasi kondisi di atas, maka dalam nats perenungan ini Yohanes Pembaptis
berupaya mendeklarasikan siapa Yesus yang sebenarnya, Yesus adalah AnakAllah yang melaluinya
Allah hadir secara penuh menyapa umat manusia dalam setiap keadaan hidup yang dialami.

ISI
Saudara yang terkasih.dari nats ini beberapa hal yang bisa kita renungkan:

1. Yohanes Pembaptis mangakui Yesus


Yohanes pembaptis dan Yesus adalahdua sosok yang “kongruen” untuk mewartakan Allah
dipanggung kehidupan orang-orang yahudi.untuk melakukan misi ini, Yesus maupun yohanes
pembaptis dalam banyak kesempatan melkukan hal-hal yang sama.dua orang dengan karunia yang
sama, tugas yang sama, misi yang sama, popularitas yang sama dan bekerja di panggung yang sama
biasanya cenderung menjadi rival bagi yang lainnya.saat ituterjadi perselisihan di antara murid
Yohanes dan seorang yahudi, tentang hal-hal yang dilakukan Yesus.salah seorang murid Yohanes
menyampaikan berita ini sekaligus mau mempovokasi Yohanes, bahwa yesus melakukan baptisan
dan semua orang pergi kepadanya.(Yoh 3: 22-26).Jawaban Yohanes Pembaptis kepada para
muridnya sangat menarik, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus menjadi kecil” (Yoh 3:30).
Pentas pelayanan yang dilakoni Yesus dan Yihanes Pembaptis dalam konteks ini
memunculkan aura rivalitas. Beberapa orang yang menyulut api hasutan dan provokasi terhadap
Yohanes Pembaptis. Akan tetapi kualitas spiritual yang dimiliki Yohanes Pembaptis tidak
terprovokasi dengna melihat Yesus sebagai rival/saingan. Tetapi justru sebaliknya, Yohanes
Pembaptis melihat Yesus sebagai sosok yang pantas untuk lebih populer. Jauh sebelum para
muridnya bertanya, Yohanes Pembaptis telah mengakui bahwa Yesus jauh lebih besar dari dirinya.
“untuk membuka tlai kasutNya pun, Yohanes Pembaptis tidak sanggup melakukannya” (Yoh 1:27).
Bukan tanpa alasan jika Yohanes Pembaptis menjadi figur yang lebih bpopuler dan membesarkan
diri di Yerusalem, karena Ia adalah utusan utama yang mendahului Yesus (ayat 26). Akant etapi
dalam pembicaran itu, Yohanes justru menyampaikan hal-hal besar tentang Yesus.
Satu dari banyak hal yang menyebabkan pertumbuhan gereja mengalami berbagai hambatan
dan bahkan perpecahan adalah apabila terjadi rivalitas di antara pekerja dan pejabat gereja. Sudah
bukan rahasia lagi jika gereja beranggotakan orang-orang dengan karunia yang beragam, tetapi
melakukan pekerjaan yang sama di panggung yang sama dengan ukuran yang sempit. Saling
menjelekkan dan menjatuhkan akan terjadi di anatara para pelayan. Dampak ini besar dan akan
sangat terlihat jelas. Jika si A memiliki lebih banyak pengikut dan fans si B yang bertempramen
buruk, maka bisa jadi pembangunan jemaat akan segera masuk ke musim bulan gelap. Akan terjadi
black campaign dari pejabat A terhadap pejabat B, maka seri sinetron saling fitnah di dalam jemaat
tidak bisa dihindari.
Teringat dengan perkaatn salah seorang dosen saya, “hanya orang-orang yang hebat yang
mengakui kehebatan orang lain”. Mengakui kelebihan dan keberhasilan orang lain adalah hal yang
sangat sulit kita temukan di zaman sekarang. Dunia yang sedang dilanda dengan berbagai
“demam”- demam popularitas, demam jabatan, dan demam kekuasaan, akan sangat sulit untuk
mengakui apalagi menerima kehadiran orang lain yang memiliki kemampuan yang sama dalam
pekerjaan yang sama. Orang lain seringkali dianggap sebagai saingan, rival yang mesti
disingkirkan. Tidak hanya di panggung sekuler, di dalam gereja juga hal ini bisa terjadi. Tidak
hanya di antara pejabat politik/birokrasi, tetapi di antara para pekerja gereja dan para pendeta juga
bias terjadi.
Adalah teladan yang patutu ditiru yang dilakukan Yohanes Pembaptis. Mengakui kelebihan
dan kemampuan orang lain dengan tulus dan ikhlas adalah modal besar dalam pengembangan
komunitas orang percaya. Setiap orang, setiap pelayan memiliki talenta, kemampuan dan
kelebihnannya masing-masing. Oleh karena itu, setiap orang yang percaya kepada Yesus harus
berani menerima dan mengakui hal itu. Adalah sangat tidak elok jika dalam sebuah komunitas atau
organisasi gerejawi, pimpinan menganggap bawahannya sebagai rival atau juga sebaliknya, sesama
bawahan saling sikut dan mejatuhkan. Menganggap diri lebih senior, lebih mampu dan lebih
populer. Jangan gelisah apalagi takut dengan kelebihan orang lain, cukup melakukan pelayanan
yang berkualitas karena waktu dan Tuhan tidak akan mengkhianati kualitas dan popularitas kita.

2. Yesus datang dari sorga di atas semuanya


Pentas kehidupan sosial pembaca surat Injil Yohanes adalah orang-orang Yahudi yang telah
dipengaruhi oleh kebudayaan Helenis yang sangat mengagungkan filsafat. Salat satunya filsafat
gnostik. Para pengagum filsafat ini percaya bahwa dunia ini terdiri dari dunia roh dan dunia
manusia. Dunia roh adalah tempat Allah berdiam, dunia yang murni dan suci. Sementara dunia
manusia adalah dunia materi, tempat yang jahat dan buruk. Dunia roh dan dunia manusia tidak
memiliki hubungan. Allah dan manusia tidak pernah berhubungan. Akan tetapi Yohanes Pembaptis
menegaskan bahwa, Allah dan manusia memiliki hubungan yang erat. Allah mau datang ke dunia
melalui Yesus.
Yesus adalah sosok yang datang dari surga. Surga adalah “rumah” tempat kediaman dan
kehadiran Allah (Yoh 14:2). Surga menunjukkan keadaan dan tempat kediamaan Allah dan orang
yang bersatu dengan Dia. Yesus datang dari sana, artinya hanya Dialah satu-satunya mannusia yang
menjadi saksi mata akan keberadaan sorga. Ia adalah makhluk surgawi yang nyata yang telah
menjadi manusia. Ia telah menyaksikan Allah Bapa dengan mata kepala sendiri. Ia tahu dengan
pasti rencana Allah Bapa, Ia telah mendengar sendiri firman Allah, dan bahkan Ia adalah firman itu
sendiri.
Yesus adalah makhluk surga yang telah meninggalkan kemuliaan surga dan memilih tempat
terendah dunianya manusia. Ia menghampiri manusia dan telah menjadi manusia. Ia ada di tengah-
tengah peradaban manusia dan bersama-sama dengan manusia. Ia mendengar, melihat dan
memahami bahasa dan kompleksitas persoalan kehidupan manusia. Hanya dia satu-satunya
makhluk surga yang datang ke dunia dan telah kembali lagi ke surga untuk menyediakan tempat
bagi orang yang percaya kepada-Nya. Ia tahu dengan pasti jalan yang ditempuh manusia untuk bisa
sampai kepada Bapa, karena Ia adalah jalan menuju ke sana.
Zaman sekarang adalah zaman dimana manusia tengah dirasuki dan dikuasai oleh sikap
individualisme dan egoisme. Manusia seringkali tidak mau memahami bahawa sesamanya manusia,
tidak mau hadir sebagai manusia bagi sesamanya, tidak mau memahami kesulitan sesamanya,
manusia tidak mau menjadi manusia bagi sesamanya. Dalam situasi ini Yesus hadir memberi
keteladanan dan kepastian bsgi manusia. Yesus makhluk surga yang mau menjadi mannusia bagi
kita manusia. Saat manusia berlomba dan sibuk dengan berbagai upaya untuk mencari “ tempat
yang tinggi”, Yesus justru memilih tempat yang paling tendah ditengah-tengah manusia. Saat
manusia sedang dibingungkan oleh hiruk-pikuk mencari jalan dari dan menuju sorga kebahagiaan,
adalah jawabannya. ‘Ia tahu dengan pasti. Datanglah belajarlah dan berharaplaj kepada Yesus.
Manusia membutuhkan sosok yang bersedia mau duduk bersama dan mendengar setiap
keluhannya. Oleh kareana itu, gereja dan orang percaya dalam kehadirannya di tengah-tengah dunia
ini dipanggil untuk turun, hadir, hidup, dan ada dalam situasi itu. Gereja tidak cukup hanya “
bersuara” tetapi mestinya “mendengarkan”. Dunia membutuhkan sentuhan dan kehadiran Allah
yang nyata melalui gereja dan orang-orang beriman.
3. Yesus telah dikaruniai Roh yang tidak terbatas dari Allah
Allah mengutus Yesus dari sorga dengan menyertakan Roh dan kuasa yang tidak terbata. Yesus
sebagai Anak Allah yang melaluinya Allah hadir secara penuh menyapa umat manusia dalam setiap
keadaan hidup yang dialami. Ia yang datang membawa ‘sesuatu” yang tiidak dimiliki oleh orang
lain. Yesus memiliki Roh Allah yang tidak terbata. Allah Bapa begitu mengasihi-Nya dan telah
menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Roh dan Kuasa yang tidak terbatas itu melekat pada diri
Yesus dan menjadi identitas khas yang dimiliki Yesus. Roh dan Kuasa itu melebihi kekuataan dan
kekuasaan pemerintahan yang ada di dunia ini. Hikmat yang ia punya melebihi hikmat para filsuf
besar yang ada pada waktu itu, bahkan pengetahuan para nabi terdahulu. Jesus is Perfecto. Ia Maha
Sempurna! Ia adalah Sumber Segala Sumber.
Manusia dengan segala dunia kekuasaan yang dimilikinnya terbatas dan tidak sempurna.
Oleh karena itu, orang percaya perlu belajar dari Yesus yang sempurna. Kesempurnaan yang
dimiliki Yesus selalu digunakan untuk melayani Allah Bapa dan mengssihi manusia secara total.
Totalitaas kehidupan-Nya semata-mata untuk kemuliaan Allah Bapa melalui karya-karya-Nya yang
besar didunia ini. Sebagai seorang dalam ketidaksempuraan kita, sudahkah kita menggunakan
hikmat, pengetahuan dan kuasa yang telah datang Tuhan berikan bagimu untuk melayani bapa!
4. Percaya kepada Yesus beroleh Hidup Kekal
Murka Allah menanti roang yang tidak percaya dan tidak taat kepada Yesus. Murka Allah artinya
kemarahan dan hukuman Allah. Murka adalah sikap pernanen Allah yang kudus dan benar jika
dikonfrontasikan dengan dosa dan kejahatan manusia. Karena dosa adalah sikap menentang Allah
maka Aallah bertindak melalui “murka-Nya”. Menolak Yesus beserta dengan ajarannya
menimbulkan kerugian yang besar bagi manusia. Ia tidak akan melihat hidup dan murka Allah yang
tetap diatasnya. Tidak melihat hidup artinya, kegelapan akan menyelimuti kehidupannya. Ia tidak
akan pernah tahu dari mana dan mau kemana hidup ini akan bermuara. Orang yang berabadi dalam
kegelapan akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang gelap. Di dalam kegelapan tidak ada
kedamaian, tidak ada ketentraman yang ada hanyalah ketakutan dan kegelisahan, yang pada
akhirnya adalah kematian.
Menerima dan percaya kepada Yesus akan memperoleh hidup yang kekal. Percaya ayng
dimaksud oleh Yohans Pembaptis bukna hanya sekedar percaya biasa. Karena Iblispun percaya
bahwa Yesus adalah Anak Allah. Percaya artinya adanya satu keyakinan yang kuat untuk menerima
dan mengakui Yesus satu-satunya Anak Allah yang menyelamatkan manusia, serta mengikuti
keteladanan dan ajaran-ajaranNya.
Allah begitu mengasihi manusia, oleh karena itu Allah mendatangi manusia melalui Yesus.
Kepada Yesus, Allah telah memberikan segalanya tanpa batas, tapi sayang tidak seorangpun
menerima kesaksian Yesus. Hati manusia dipenuhi kedegilan dan kebencian kepada Yesus beserta
berita Allah yang dibawaNya. Yohanes Pembaptis telah menunjukkan jalan dan memberikan
pilihan bagi umat manusia, eksekusi ada di tangan masing-masing. Meneria ataupun menolak Yesus
masing-masing ada konsekuensinya. Pilihan tentu ada ditangan kita.

PENUTUP
Yesus adalah utusan Allah dan Anak Allah yang telah datang ke dalam dunia, mestinya
setiap yang membaca dan mendengar berita ini tidak meragukan hal ini. Inilah tugas dan
tanggungjawab ktia sebagai gereja dan orang yang percaya kepada Yesus untuk “membangun,
mempertahankan, dan memperjuangkan kepercayaan” itu. “Supaya dalam nama Yesus bertekuk
lutut segala yang ada dilangit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala
lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah Bapa ( Fil 2: 10-11). Untuk itu,
sebagai orang beriman kredibilitas sebagai Anak-anak Allah mesti terpancar dari kehidupan
keseharian kita, dalam tindakan, bertutur kata dan juga dalam setiap tugas dan pekerjaan yang telah
diembankan kepada kita. Sebagai pengikut Yesus, ktia harus hadir dan menjadi sesama yang dekat
serta mau memahami bahasa sesama yang di sekitar kita. Reliabilitas iman kita melalui perbuatan
aksih dan mau melayani sesama hendaknya semakin nyata di tengah-tengah kehidupan bersama.
Yohanes Pembaptis telah merintis jalan untuk memebritahukan hal-hal besar tentang Yesus,
agar setiap yang mendengar emnjadi percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah dan oleh
iman memperoleh kehidupan di dalam nama itu. Pertanyaanya, kita sebagai pengikut Yesus,
sudahkah meneladani Yohanes Pembaptis yang dengan sungguh-sungguh mengakui dan
menyaksikan Siapa Yesus? Atau kita hanya sibuk dan lelah menyaksikan Siapa Diriku?.

Anda mungkin juga menyukai