3. tekad dan kesungguhan-Nya menuruti Bagaimana hidup yang patut di hadapan Allah?
kehendak Allah sejak semula, yaitu menjadi 1. Mencelikkan mata rohani yang dibutakan
ilah-ilah dunia, memerdekakan jiwa-jiwa yang
dibelenggu oleh kekuatan jahat roh-roh dunia, Kristus. Karena itu, penanggalan gereja
agar mereka mengenal Kristus. menempatkan Masa Adventus dan Natal
sebagai awal tahun gereja.
2. Menyatakan bahwa rahasia perkenan Allah
atas semua orang ada dalam diri Yesus Kristus, Orang Majus dan para gembala, para
yang datang ke dunia untuk mengerjakan karya saksi Natal perdana, setelah bertemu bayi
Yesus, mereka kembali ke tempat masing-
keselamatan.
masing.
3. Bertekad dengan sungguh hati untuk
menuruti kehendak Allah Dalam Matius 2 : 12, dituliskan tentang
4. Rendah hati orang Majus, “Dan karena diperingatkan
dalam mimpi, supaya jangan kembali
kepada Herodes, maka pulanglah mereka
ke negerinya melalui jalan lain.”
III. REFLEKSI
Dalam Lukas 2 : 20, dituliskan tentang
Masa epifania merupakan masa para gembala, “Maka kembalilah
penegasan dan pemantapan akan hidup gembala-gembala itu sambil memuji dan
dalam anugerah keselamatan di dalam memuliakan Allah karena segala sesuatu
Tuhan Yesus Kristus. Realita kehidupan yang mereka dengar dan mereka lihat,
yang kita jalani tidak berhenti di kandang semuanya sesuai dengan apa yang telah
dan palungan tempat Yesus lahir Natal diaktakan kepada mereka.”
bukan puncak perayaan iman kita. Natal
justru adalah langkah pertama kita Akan tetapi, satu hal yang menarik adalah
menjalani hidup dalam anugerah mereka, para Majus dan gembala itu,
keselamatan di dalam Tuhan Yesus pulang setelah bertemu bayi Yesus dengan
membawa sebuah perubahan hidup yang Ada sebuah kisah kehidupan.[3]
nyata. Mereka berubah. Orang Majus,
ketika melihat Yesus, mereka sujud Seorang tua dan anak laki-lakinya duduk
menyembah dan memberi emas, bersama dalam kereta api. Sang putra
kemenyan, dan mur. Mereka takluk kepada berusia 24 tahun itu tiba-tiba berteriak
Yesus. Dan Ketika pulang, mereka taat kegirangan sambil menjulurkan kepala
kepada Allah. Para Majus pulang dengan keluar jendela gerbong: “Papa, lihat…
ketaatan baru. pohon-pohon itu berlari di samping kita!”
Penumpang lain merasa tak
Dalam kisah para gembala, mereka nyaman.Mereka heran di usia dewasanya,
kembali dengan hati yang baru. Mereka ia bertingkah seperti anak kecil. “Papa,
memuji dan memuliakan Allah. Hati lihat! Awan-awan mengejar kita!”
mereka disegarkan karena disentuh oleh Beberapa kali si pemuda berteriak sampai
kasih Allah. Para gembala pulang dengan seorang penumpang menegur sang ayah:
sukacita baru.[2] “Mengapa anakmu tidak kau bawa ke
dokter jiwa? Tingkahnya tak pantas sama
Kiranya kita pun demikianlah. sekali! Atau kau yang tak mengajarkannya
Kebaikan dan kasih Allah yang kita sopan santun!”
rasakan dan kita terima dalam Natal,
memampukan kita memberi diri menjadi Si Ayah dengan tenang dan tatapan teduh
saluran berkat Tuhan. Menjadi hamba-Nya menjawab keluhan mereka: “Ah, maafkan
yang setia dan taat. Ucapan dan tindakan kami, pak! Putraku memang baru kembali
kita meneguhkan dan menguatkan. dari dokternya; seorang dokter mata. Ia
Memiliki hati yang mengasihi dan menolak buta sejak lahirnya dan hari ini adalah hari
menghakimi. pertama ia dapat melihat dunia…maafkan
saya, putraku terlalu gembira!”.
Betapa baiknya dunia ini andai kita tahu
kapan harus lebih mengerti sesama
daripada menghakimi. Marilah hidup kita
menjadi pancaran terang Kristus dan
menjadi sahabat bagi semua orang. Tuhan
Yesus memampukan kita.