Anda di halaman 1dari 7

Khotbah Maleaki 3:1-5, Minggu 09 Desember 2012

Introitus : 
“Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak
Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu,
sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam." (Maleakhi 3:1)

Pembacaan : Filipi 1:3-11; Khotbah : Maleakhi 3:1-5

Thema : 
KedatanganNya membersihkan dan menguduskan kita 
(KerehenNa Mbersihken ras Mpebadiaken kita)

Pendahuluan
Pada Minggu Advent ke dua ini, kembali kita diingatkan akan makna kedatangan Yesus. Dalam
Alkitab kedatangan Yesus Kristus dibagi menjadi 2 fase. Yang pertama adalah kedatangan yang
sudah terjadi melalui Natal kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Dalam kontek ini, Advent berarti
mengingatkan kita sehubungan dengan bagaimana memperingati dan mensyukuri peristiwa
kedatangan yang pertama, yang sudah terjadi. Telah menjadi kebiasaan dan disepakati bahwa
peringatan itu dilaksanakan pada tanggal 25 Desember setiap tahun. Penekanan agar persiapan
dalam memperingati dan merayakan Natal janganlah factor fisik atau lahiriah lebih diutamakan dari
masalah spiritual. Sudah saatnya bukan factor sermonial lebih diutamakan tetapi aksi kasih. Yang
Kedua, Minggu Advent berarti juga kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali dan itu pasti. Kapan hal
itu akan terjadi? Hanya Bapa dalam Sorga yang tahu pasti, tetapi kita tidak . Kita hanya diberi tahu
tanda-tanda. Oleh karena itu Advent mengingatkan kita agar mewaspadai hari kedatangan tersebut
serta menyikapinya dengan sungguh-sungguh dengan hidup setia dan hidup kudus.

Pendalaman Nast
Maleakhi 3:1-4 merupakan nubuatan kedatangan Mesias yakni Yesus Kristus. Nubuatan ini
disampaikan atau dibuat pada masa sesudah pembuangan, ketika banyak orang Yahudi telah
kembali ke tanah air mereka. Menurut tafsiran, Maleakhi 1:8 yang menunjuk kepada seorang
"gubernur" dijadikan sebagai salah satu argumentasi yang menunujuk kepada masa setelah
pembuangan . Waktu itu terjadi kemerosotan rohani, yaitu ketika agama orang Yahudi telah menjadi
formalitas semata, dengan kata lain mereka beribadah tetapi mereka melakukan apa yang jahat
dimata Tuhan seperti: mempersembahkan binatang cacat (1:6-14), pengajaran yang tidak benar dari
para imam (2:1-9), kawin campur dan perceraian (2:10-16), tidak memberikan persembahan
persepuluhan (3:6-12), dosa-dosa lain (3:5,13-14).

Nubuatan ini dapat dipamai dalam dua konteks. Konteks pertama pada kedatangan Yesus yang
pertama yang didahului kedatangan Yohanes Pembaptis (ayat 1b bandingkan Yesaya 40:3; Markus
1:2,3). Keadaan umat pada jaman Yohanes Pembaptis memiliki kemiripan dengan keadaan umat
pada jaman Maleakhi. Sebagaimana Malaekhi, Yohanes Pembaptis juga mengecam kemerosotan
moral dan formalitas keagamaan yang kosong, dengan demikian mempersiapkan jalan bagi
penekanan yang diberikan oleh Kristus pada soal lahir baru dan penyembahan secara rohani.
Yohanes Pembaptis menyerukan agar umat bertobat. Kedatangan Yesus Kristus harus disikapi
dengan hidup bertobat. Konteks kedua, kedatangan Tuhan Yesus kali kedua (Ayat 2). Berbeda
dengan Mazmur 118:24, suasana menanti hari kedatangan Tuhan yang disebutkan dalam perikop
kita ditandai oleh suasana yang menakutkan, bukan suasana gembira dan sukacita. Hal ini dapat
dipahami dari penekanan yang mau dikemukakan dalam perikop kita bahwa hari kedatangan Tuhan
sangatlah dahsyat, sehingga tidak ada seorangpun yang mampu bertahan untuk menghadapiNya. Di
dalam ayat 2 disebutkan “Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang
dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan

1
seperti sabun tukang penatu”. Hari Tuhan yang dahsyat itu menurut nubuatan Maleakhi akan
menampilkan sikap Allah yang akan datang seperti (1) tukang pemurni logam; (2) seperti sabun
tukang penatu; (3) seperti hakim (ayat 5). Umat manusia akan dihakimi di hadapan takhta Allah
untuk mempertanggungjawab-kan seluruh tindakan dan perbuatannya selama mereka hidup.
Sebagai pemurni logam, Allah akan menguji kemurnian dan kesucian hidup umat manusia dengan
api kudusNya. Dan sebagai sabun tukang penatu, Allah akan membersihkan setiap kotoran yang
terjadi dalam kehidupan manusia sehingga segala hal yang najis akan segera disingkirkanNya.

Pointer Aplikasi
(1) Renungan kita Minggu ini sangat relevan jika membandingkan dengan suasana keagamaan dan
kehidupan masyarakat saat ini. Dimana kehidupan keberagamaan “yang semarak” ternyata tidak
membuat kejahatan semakin berkurang, demikian juga ada kecendrungan melakukan perbuatan
tercela seolah bukan lagi sesuatu yang memalukan. Oleh karena itu Firman Tuhan ini kiranya juga
menjadi peringatan serius kepada kita. Sebagai umat Tuhan, kita dituntut hidup KPP (hidup Kudus,
hidup dalam Penyembahan dan Persembahan). Ungkapan dalam ayat 3 dan 4 mengenai
mentahirkan orang Lewi dan persembahan Yehuda dan Yerusalem menyenangkan hati Tuhan
mengisiaratkan pentingnya hal tersebut. Yang pasti hihadapan Allah pada kedatangannya yang
kedua kali hanya ada dua kelompok, yang sudah bersih dan murni atau tidak. Dan hanya yang murni
dan bersihlah yang berkenan kepada Allah.

(2) Sebagaimana thema kita: KedatanganNya membersihkan dan mengduskan kita, maka yang harus
kita lakukan adalah menerima Yesus dan bersedia diproses agar kita mejadi bersih dan kudus. Dalam
hal ini dapat dianalogikan dengan mesin cuci dalam hal menerima Yesus dalam hidup kita. Ketika
pakaian kotor ditaruh di dalamnya maka mesin cuci tersebut akan bekerja sedemikian rupa (pakaian
tersebut akan dikucek-kucek, diremas-remas, dibilas, diperas, dsb) sampai pakaian yang kotor
menjadi bersih. Bukankan menerima Yesus harus demikian? Menerima Yesus berarti kita mau
diproses untuk dimurnikan, dibersihkan sehingga sungguh-sungguh menjadi orang yang berkenan
kepada Allah. Bila demikian kita akan sangat bersukacita menyambut kedatanganNya yang ke dua
kali, bila tidak maka kedatangannya tersebut sungguh menakutkan.

(3) Agar tetap menjadi bersih dan kudus bukan sesuatu yang mudah. Sebab pastilah musuh-musuh
(bd.1 Petrus 5:8) terus berusaha agar kita menjadi lemah, oleh karena itu kita membutuhkan saling
mendukung, khususnya saling mendukung dalam doa (Bd.Yakobus 5:16). Itulah yang dilakukan
Paulus dalam pembacaan kita. Salah satu pelayanan yang dilakukan adalah mendoakan jemaat dan
semua orang dikasihinya agar tetap kuat dan dapat hidup suci dan tak bercacat menjelang hari
Kristus (Filipi 1:9-11).

(4) Jangan disiasiakan kesempatan yang ada. Kita masih hidup, berarti masih ada kesempatan. Oleh
karena itu mari, momentum advent ini kita jadikan pembaharuan tekad untuk sungguh-sungguh
menerima Yesus dalam hidup kita berarti hidup bersih dan kudus.

Ringkasan Khotbah - 09 Desember 2012


Minggu, 09 Desember 2012 - Adven II

PEKERJAAN BAIK YANG BERLANGSUNG SAMPAI KEDATANGAN-NYA


 

2
F rancðis Bozize, Presiden Republik Afrika Tengah menggegerkan dunia. Pada bulan November
yanglalu, ia memerintahkan  aparat kepolisian untuk menangkap, mengadili dan memenjarakan
anaknya sendiri, Kevin Bozize. Pasalnya, sang anak dilaporkan telah menolak membayar tagihan
senilai €12.000 atau sekitar Rp. 146 juta dari sebuah hotel di Bangui. Kevin yang juga seorang
perwira berpangkat kapten telah menyalahgunakan jabatannya untuk tidak membayar tagihan hotel
itu.Mungkinkah hal ini terjadi di Indonesia?
 
Setiap orang tua pada umumnya mempunyai naluri untuk melindungi anak-anaknya. Pelbagai cara
dilakukan orang tua agar anaknya terhindar dari kesengsaraan dan jerat hukum.Sebaliknya, banyak
anak-anak merasa mempunyai perlindungan manakala bapak atau ibunya mempunyai pengaruh
signifikan dalam sebuah komunitas. Tidak sedikit anak-anak pejabat, penguasa yang membuat ulah
melanggar hukum dan moralitas, bertindak sewenang-wenang lantaran dia beranggapan tidak bakal
kena jerat hukum. Kekuasaan orang tua pasti melindunginya.Bozize adalah salah satu orang tua yang
menyadari melindungi anak yang bersalah sebenarnya sedang menjerumuskannya dalam jurang
malapetaka tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi berdampak pada kehidupan moral bangsanya.
 
Sindrom Kevin Bozize, bukankah bisa menghinggapi siapa saja. Saya dan Anda pun mungkin tidak
bebas. Kita sering menginginkan kemudahan dengan bekal pengaruh jabatan atau beking seseorang.
Coba lihat dalam antrian, entah pembuatan KTP, SIM, perpanjang STNK, pembuatan Pasport, selalu
saja ada orang-orang yang diperlakukan istimewa. Kita marah melihat pemandangan seperti itu.
Coba sekarang dibalik posisinya, Anda yang dapat kemudahan itu, pasti kita pun merasa senang,
apabila dalam antrian itu mendapatkan perlakukan khusus. Didahulukan!
 
“Sindrom Kevin Bozize” dapat masuk menelisik kehidupan rohani. Seseorang merasa berhak
menerima previlage, keistimewaan lantaran ia berasal dari keturunan istimewa. Israel merasa diri
sebagai umat istimewa, berasal dari bapak leluhur Abraham. Keyakinan ini membuat mereka sudah
pasti mendapatkan hak-hak istimewa turun-temurun dari Allah meski kehidupan mereka tidak
seperti prilaku Abraham ketika hidup. Keyakinan seperti ini membuat mereka merasa aman dan
nyaman meski tidak melakukan tugas panggilan sebagai umat yang kudus!
 
Dalam optimisme seperti ini, tampillah Yohanes Pembaptis. Ia menyerukan agar setiap orang
bertobat supaya dapat diampuni. Pertobatan yang Yohanes serukan menurut saya bukan perkara
menangis, mengaku dengan mulut dan menyesal saja. Itu baru setengahnya. Yang terpenting adalah
menghasilkan buah dari pertobatan itu (bnd. Lukas 3:7). Untuk dapat menghasilkan buah maka
seseorang harus bekerja. Bekerja dengan gigih! Bagi Yohanes, untuk setiap orang tidak ada previlega
atau hak istimewa di hadapan Tuhan. Semua orang tanpa kecuali harus menghasilkan buah dari
pertobatan itu. Israel yang punya “sindrom Kevin Bozize” tak luput dari teguran keras. Jangan
merasa diri keturunan Abraham lalu bebas untuk tidak melakukan pekerjaan baik! “Allah dapat
menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!” (Lukas 3:8), katanya.
 
Yohanes Pembaptis yang tampil pada masa Tiberius menjadi Kaisar (14-37 M), Pontius Pilatus
menjadi gubernur Yudea dan Herodes Agung sebagai raja boneka untuk wilayah Galilea. Ia datang
mendahului Sang Mesias yang sesungguhnya. Tanpa takut dan tedeng aling-aling, Yohanes
memenuhi apa yang dinubutakan Perjanjian Lama. Maleakhi 3 :1-5 mencatatnya bahwa ia adalah
seorang utusan yang bertugas menyiapkan jalan untuk kedatangan Tuhan.
 
Kedatangan Mesias yang memberikan kelepasan bagi orang-orang berdosa telah digenapi di dalam
Yesus. Namun, kini apa yang menjadi nubuat dan peringatan Yohanes kita refleksikan dalam masa
penantian Sang Mesias itu datang kembali. Ia akan datang kembali tentu dengan peran yang
berbeda. Bukan lagi sebagai penyelamat. Melainkan sebagai hakim yang menghakimi orang yang
hidup dan yang mati. Maleakhi mengingatkan, apabila Ia datang siapa yang dapat tahan? Siapa yang

3
dapat berdiri di hadapan-Nya? (Maleakhi 3:2). Artinya, tidak ada seorang pun dengan kebanggaan
diri dan kesalehannya dapat bertahan di hadapan-Nya.
 
Dia yang akan datang itu, duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak. Kaum Lewi
yang tugas utamanya adalah memimpin ritual di Bait Allah akan dimurnikan seperti orang
memurnikan emas dan perak supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban
dengan benar (Mal.3:3). Setelah umat Israel dibuang, mereka melakukan penyembahan dan ritual
ibadah yang sudah bercampur aduk dengan tradisi penyembahan lain. Di sinilah pentingnya
pemurnian kembali. Agar ibadah itu berkenan. Inilah sebuah gambaran bahwa Allah menghendaki
persembahan yang kudus. Pemurnian dilakukan agar apa yang cemar tidak mengotori apa yang
kudus. Hanya persembahan yang kudus itulah yang berkenan kepada Allah. Pemilahan itulah tugas
Sang Hakim Agung.
 
Sang Hakim Agung itu pasti datang memenuhi janji-Nya. “Aku mendekati kamu untuk menghakimi
dan akan segera menjadi saksi....”(Mal.3:5) Dalam konteks hari ini, kalau Ia datang pasti juga akan
memisahkan mana emas dan mana loyang. Siapa yang sungguh-sungguh hidup dalam pertobatan
dan menghasilkan buah untuk dipersembahkan bagi Tuhan dan siapa yang hanya hidup dalam
keyakinan dan ibadah semu!
 
Banyak orang Kristen terjebak dalam “Sindrom Kevin Bozize”, seperti halnya orang Yahudi. Merasa
sudah percaya Yesus yang menebus dosa-dosanya kini mereka aman. Meraka beranggapan
perbuatan tidak lagi menentukan keselamatan. Akibatnya kehidupan keseharian tidak
mencerminkan sebagai anak tebusan. Prilaku hidup tidak jauh berbeda dengan orang yang tidak
mengenal Tuhan. Dosa terus mereka lakukan karena pikirnya, “Toh Tuhan itu baik, penuh anugerah.
Tinggal aku mengaku dosa, pastilah pengampunan diberikan.” Pemahaman ini keliru, justeru karena
sudah ditebus, sudah dimurnikan bagaikan tukang emas memurnikan emas, anak-anak tebusan
harus menghasilkan buah-buah kebenaran.
 
Filipi adalah sebuah jemaat yang tidak mempunyai pemahaman seperti itu. Mereka, malaupun
mengalami kesulitan, terus mengerjakan buah-buah kebenaran. Sehingga Paulus memberikan pujian
kepada jemaat ini. Ia menyakini bahwa jemaat itu akan terus mengerjakan apa yang baik. Tidak
hanya menunggu dengan pasif. “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai
pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada Hari Yesus
Kristus.”(Filipi 1:6)
 
Tuhan menghendaki kita semua untuk bekerja, melakukan pekerjaan baik sebagai buah pertobatan
karena kelak akan datang penghakiman atas semua orang. Tidak ada lagi yang dapat dibanggakan di
hadapan Sang Hakim Agung itu kecuali kesungguhan kita dalam bertobat dan menghasilkan buah-
buah kebenaran. Ketika kita gagal menghasilkan buah kebenaran dari pertobatan itu, maka di situlah
cerminan seberapa seriusnya kita bertobat. Seorang yang sungguh-sungguh bertobat, merasakan
jamahan kasih Tuhan, sudah pasti ia akan bersyukur kepada Tuhan. Ungkapan syukur itu terus
mengalir dalam kehidupannya sehingga sudah pasti ia akan mengerjakan apa yang baik bukan lagi
karena terpaksa, melainkan karena berterimakasih buat karya Tuhan bagi diri-Nya.

4
Selasa, 10 September 2013
Kerinduan Hati Tuhan
Mgg, 1 Sep 2013
Ev. Mikhael Iin Tjipto Wenas

Maleakhi 3:1-5
Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak
Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu,
sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam. Siapakah yang dapat tahan akan hari
kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia
seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang
yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka
seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan
korban yang benar kepada TUHAN. Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem akan menyenangkan
hati TUHAN seperti pada hari-hari dahulu kala dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah. Aku akan
mendekati kamu untuk menghakimi dan akan segera menjadi saksi terhadap tukang-tukang sihir,
orang-orang berzinah dan orang-orang yang bersumpah dusta dan terhadap orang-orang yang
menindas orang upahan, janda dan anak piatu, dan yang mendesak ke samping orang asing, dengan
tidak takut kepada-Ku, firman TUHAN semesta alam.

Beberapa orang bertanya apa yang Tuhan mau hari-hari ini? Mengapa Tuhan suruh pergi ke bangsa-
bangsa?

Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku!...


Ada sebuah kesempatan yang Tuhan tawarkan kepada kita. Apakah kita diutus seperti Yohanes
Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Tuhan untuk datang? Ketika ibu Iin sedang berdoa, dia melihat
ada sebuah bola dunia yang besar diatasnya ada sebuah mahkota. Dari mahkota tersebut turun
selendang terpencar ke 8 arah mata angin. Tuhan berkata tutup semua dengan karpet merah.
Sebelum bangsa-bangsa selesai dikerjakan, Tuhan menunda datang untuk ke-2 kali. Yesus berkata
kepada Yohanes Pembaptis bahwa Yohanes Pembaptis adalah orang besar, orang yang
mempersiapkan jalan. Orang yang dihormati dan besar dihadapan Bapa di surga. Betapa luar biasa
kesempatan yang Tuhan berikan untuk mempersiapkan karpet merah.

IO mempersiapkan untuk tamu-tamu dunia saja dihargai dibayar minimal 20jt sekali event. Menjadi
IO di surga dikembalikan 100 kali lipat. Tuhan akan bayar lebih besar dan dia bayar tidak sekali
melainkan terus menerus. Menjadi IO dunia itu boleh saja tapi kita harus tahu bahwa panggilan kita
bukan dunia tapi IO kerajaan surga. Panggilan itu dibuka untuk setiap kita. 

Setiap dari kita ketika mau mengelar karpet merah di suatu negara, maka Negara tersebut harus kita
serang melalui udara dulu. Dibom dihabisi, setelah lumpuh tentara masuk menduduki negeri itu.
Setiap kita punya senjata ajaib yaitu tindakan profetik. Tanya Tuhan apa yang harus dikerjakan. Doa
puasa serang di udara. Doa puasa. Ditumpangan tangan, tumenin, patok, tusuk-tusuk.Yang pergi dan
tidak pergi upahnya sama.

Seorang anak kecil punya hati untuk bangsa-bangsa. Dia mulai mengumpulkan dana, dia berkata:
"siapapun yang pergi ak akan ikut ambil bagian." Dalam hatinya dia tidak ingin pergi ke bangsa-
bangsa, tapi dia punya hati. Seorang tante umur 70 tahun disuruh pergi ke bangsa-bangsa oleh
anaknya tapi harus ada yang menemani pergi. Anaknya menyediakan 2 tiket. Anaknya berkata
terserah mama mau pilih pergi dengan siapa. Ketika berdoa, Tuhan suruh mengajak anak yang punya
hati buat bangsa-bangsa tadi. Tante berkata semua komplit, kalau kamu tidak pergi maka aku juga

5
tidak mau pergi. Anak tersebut menangis, Tuhan lebih rindu daripada apa yang kita rindukan. Apa
yang kita doakan sungguh-sungguh Tuhan hargai.

Tugas bangsa-bangsa adalah sebuah kehormatan. Pada waktu generasi itu melakukan tugasnya.
Pada saat kita sibuk gelar dengan mendadak Tuhan Yesus datang untuk ke-2 kali. Kita diundang di
pesta-Nya. Kita tidak tahu kapan hari dan waktu-Nya. Kita mau supaya kita didapati siap sedia. Kita
selesaikan tugas. 

Ketika 6HT kumpul dan diundi, Bu Iin dapat Asia. 3 bulan yang lalu selesai. Dia sapu bersih Asia. Bu
Iin tidak mau ada 1 negarapun yang bolong sehingga Tuhan berkata kenapa bolong-bolong? Beban
Asia disapu bersih. Sehingga ketika Tuhan datang didapati bersih. Ini sebuah kehormatan. Iman kita
harus nyala. Tidak peduli upah kita dibumi atau disurga yang penting menyukakan Tuhan. Belajar
dari Iman Kalep, Yonatan dll. Tuhan tawarkan sesuatu dalam hidup kita. 

Ada orang-orang yang tidak tahu nilainya. Tapi ada orang-orang yang antusias. Seorang penari
Mahanaim 14 tahun mendapat undian Yordan. Dia mulai pemetaan. Dengan tangisan, dia datang ke
Bu Iin. Dia anak laki pertama tapi kehilangan hak sulung. Dia orang yang malas, tidak dipercaya,
hampir tidak naik kelas. Adiknya yang selalu dipuji-puji. Setiap adiknya pulang sekolah, justru dia
yang aktif tanya ke teman kakaknya: kakaknya ada PR apa, halaman berapa, besok ulangan apa?
Yordan seperti Esau kehilangan hak kesulungan. Anak tersebut kecanduan game dll. Dia datang ke
Bu Iin sambil berkata beri aku kesempatan perang pembalikan keadaan supaya mendapati hak
kesulungan kembali. Dia mulai kerjakan hal-hal yang sulit. Dia tawarkan/jual CD, MP3. Dia juga
menawarkan jasa download. Dibayar berapa saja terserah. Terkumpul dana 1jt, dia berikan kepada
orang yang mau pergi ke Yordan. Dia mau membalikkan keadaan hak kesulungan. Tuhan melihat
ketulusan hatinya. Tuhan berkata kepada seseorang untuk memberi 250usd untuk membiayai dia
pergi ke Yordan. Tuhan lihat kerinduan kita walaupun iman kita mungkin tidak cukup.

...Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta
alam...
Bu Iin dapat penglihatan ada malaikat perjanjian. Sayapnya semua permata tapi berwarna pelangi.
Dia Bawa pedang jenis kaca. Setiap diayunkan ada pelangi. Ketika Bu Iin tanya siapa, dia jawab aku
malaikat perjanjian. Ak yang kawal sampai ke tanah perjanjian, aku yang kawal sampai duduk ditahta
, aku yang kawal Yusuf sampai jadi raja. Aku datang untuk mengawal kamu. Aku datang dan tidak
ada yang membatasi. Tuhan suruh buka di Maleakhi, Bu Iin nangis karena Malaikat Perjanjian itu
memang ada. 

Lakukan sebisa mungkin. Tuhan mau kita memberi lebih. Mungkin menabur 100rb, doa semalam
suntuk, doa puasa, sebentar lagi malaikat itu datang. Kalau malaikat datang semua penghalang
disingkirkan, semua kuatir dibelah. Malaikat perjanjian mengenapi kehendak Tuhan dan memberi
apa yang kita mau.

Ayat 2
Semua mengelar karpet merah. Semua ketulusan untuk datang ke2 kali. Ada standart untuk
kedatangan Tuhan. Orang harus lewati api dan sabun. Kita tidak suka kalau kena api tapi Dia datang
sebagai api. Api passion, api gelora cinta. Tuhan datang sebagai sabun. Kita akan digosok sampai
wangi. Anak Bu Iin punya marmut. Marmutnya bau sekali. Disabunin, shampoo. Hairdryer. Mengapa
tidak bisa wangi terus padahal lucu. Tuhan berkata: "Mau tidak gerejamu seperti itu." Lucu tapi bau.
Bau perjinahan, kesombongan, cinta uang, cinta dunia. Lucu bisa nyanyi, menari dll. Marmut tidak
bisa masuk rumah karena terlalu bau. Harus dicuci dulu baru bisa masuk. Kalau kita mau ada
dihadirat Tuhan, maka tidak boleh bau. Bau kemalasan, iri, dendam, perjinahan. Jangan sampai
Tuhan mau datang tapi didapati kita masih bau. Satu marmul ketika lewat baunya langsung menusuk

6
hidung padahal Bu Iin punya 3 ekor marmut. Satu orang bau bisa menular. Kita 1 keluarga banyak
yang bau kesombongan dan sakit hati. Hari ini minta Tuhan bersihkan kita. Ketika kita wangi maka
Dia dekat dengan kita.

Ayat 3
Hari-hari terakhir yang Tuhan cari adalah korban yang benar seperti ayat4 persembahan Yehuda dan
Yerusalem menyukakan Tuhan. Lirik lagu Pasukan rajawali pada awalnya ditulis kerinduan kami
adalah berkorban. Tuhan suruh ganti menjadi perkenanan-Mu. Berkorban bukan sesuatu yang
menyakitkan, meletihkan, beban tapi kerinduan. Bu Iin ketika masih muda dan kuliah. Ada seorang
teman yang siap jemput. Pulang malam dijemput. Selesai jemput temanin ngerjain ini itu, tidak tidur.
Walaupun dia bukan arsitek tapi dia terus temanin Bu Iin. Ketika ditanya mengapa mau berkorban.
Dia jawab Ini bukan korban lagi tapi suka dekat sama bu Iin. Korban tidak meletihkan. Ini bukan
korban lagi melainkan kesukaan.

Cinta kita sejati atau sudah pudar? Ada seorang anak bertobat dan bertemu Yesus. Ibadah di
Mahanaim dimulai jam5 pagi tetapi jam 10 malam sudah ada di tempat. Dia tiup shofar ke empat
arah padahal tidak ada 1 orang pun yang suruh. Tapi hari-hari ini dia sering telat. Kita mudah sekali
berubah. Cek apakah iman hati kita masih seperti mula-mula. Awal-awal orang bertobat bisa
berkorban besar, tabur ini itu tapi sering kita gampang berubah.

Hari-hari ini mau tidak kita berkorban dan menyukakan hati Tuhan. Apa yang kita miliki kita berikan
kepada Tuhan. Berkorban bukan suatu beban melainkan suatu kehormatan dan kerinduan.

Anda mungkin juga menyukai