Anda di halaman 1dari 14

Masa Paskah 20159

Khotbah Jangkep
Rabu, 18 Februari 2015
Rabu Abu
TUHAN MELIHAT
Bacaan I
Yesaya 58:1-12 PERTOBATANMU
Tanggapan:
Mazmur 51:1-17

Bacaan II:
2 Korintus 5: 20b-6:10

Injil:
Matius 6:1-6, 16-21

DASAR PEMIKIRAN

Pra Paskah diawali dengan Rabu Abu. Inti dari Pra Paskah
adalah persiapan diri menyambut Paskah. Pada masa ini umat
diajak untuk menghayati kehidupan bersama Allah. Pra Paskah
diawali dengan ibadah Rabu Abu. Dengan ibadah ini, umat
diajak untuk memasuki hidup dalam pertobatan, introspeksi
diri, puasa dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Pada masa
perjanjian lama, abu adalah lambang dari kefanaan manusia
[Kejadian 3:19; 18:27]. Dengan keberadaan diri yang fana itu
manusia diajak untuk senantiasa mendekatkan diri kepada
Tuhan. Sejak kapan gereja melakukan peribadatan ini? Sejak
sebelum gereja reformasi berdiri, gereja sudah melangsungkan
peribadatan Rabu Abu untuk memasuki masa Pra Paskah.
Dokumen-dokumen sejarah gereja menyebutkan bahwa gereja
mengawali Rabu Abu sejak abad 11.
10Masa Paskah 2015

Ibadah Rabu Abu tahun 2015 diawali untuk membuka Pra


Paskah 2015. Tema ibadah ini adalah “Tuhan Melihat
Pertobatanmu”. Tuhan tidak berkenan kepada ritual
keagamaan yang tidak didasari oleh kebenaran batin (Yesaya
58:1-12, Mazmur 51:1-17 dan Matius 6:1-6, 16-21). Kebenaran
batin diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
pelayanan. Kebenaran batin itu didapat ketika kita sungguh-
sungguh mau didamaikan dengan Allah (2 Kor. 5:20) dan buah
dari pertobatan. Injil menggemakan pertobatan dengan
seruan,“jangan kau tegarkan hatimu; dengarlah suara Tuhan“.
Dengan mendengar Dia, semua tindakan keagamaan dilakukan
bagi Dia, karena itu biarlah Tuhan yang melihat semua hal yang
kita lakukan, termasuk dengan pertobatan kita. Selamat
memasuki masa Pra Paskah.

DAFTAR BACAAN:

Bacaan Pertama : Yesaya 58:1-12


Mazmur tanggapan : Mazmur 51:1-17
Bacaan Kedua : 2 Korintus 5:20b-6:10
Bacaan Injil : Matius 6:1-6; 16-21

PENJELASAN TEKS

Yesaya 58:1-12
Mengapa dalam Alkitab terdapat ritual puasa? Dari Perjanjian
Lama kita dapat menemukan bahwa puasa dijalankan dengan
berbagai tujuan. Daud menjalankan puasa dengan maksud
menguatkan permohonan dalam doa-doanya (saat anaknya
sakit, Daud berdoa dan berpuasa - 2 Sam 12:16). Dalam
Hakim-hakim 20: 26-27, 1 Samuel 7:6, Yeremia 36:9, kita
menemukan Israel berpuasa dalam rangka memohon
pertolongan Tuhan dan mengaku salah di hadapan-Nya. Setelah
Yerusalem jatuh, bangsa Israel menjalankan puasa dengan
Masa Paskah 201511

maksud menghayati dan memperingati runtuhnya bait suci.


Peringatan ini dilakukan dengan keprihatinan yang mendalam
dan harapan pemulihan. Dari kejatuhan Israel pada tahun
tahun 586 SM inilah, pada akhirnya menjadi tonggak
penetapan puasa sebagai kewajiban keagamaan. Dalam
kewajiban itu ditetapkan bahwa waktu menjalankan puasa
adalah pada bulan keempat, kelima, ketujuh dan kesepuluh
(Zakaria 8:18-19). Pada awalnya puasa dilakukan dengan penuh
penghayatan. Nilai-nilai yang dihayati dalam puasa adalah
kehidupan manusia bersama Allah dan sesamanya. Tetapi
lama-kelamaan puasa dijalankan sebagai sebuah ritual
keagamaan semata. Ritual keagamaan yang dijalani tanpa
penghayatan yang benar membuat nilai puasa hilang.
Hilangnya nilai puasa membuat puasa menjadi sekadar
rutinitas keagamaan.

Yesaya diutus oleh Tuhan untuk menyerukan kepada Israel


bahwa puasa mereka telah melenceng dari kehendak Tuhan.
Karena itu puasa mereka tidak memiliki makna lagi sebab
dalam menjalankan puasa mereka tetap sibuk dengan urusan-
urusan masing-masing. Yang dimaksud dengan urusan masing-
masing adalah keinginan-keinginan dan nafsu manusiawi.
Selain itu puasa dijalankan dengan mengabaikan nasib
sesamanya. Tindakan kasar yang dilakukan terhadap buruh
jelas menyalahi perintah Tuhan, apalagi tindakan kasar itu
dilakukan sambil menjalankan kewajiban keagamaan. Tentu
saja bila dihitung kesalahan itu berlipat-lipat.

Melalui Yesaya pula Tuhan menyerukan pada Israel perihal


puasa yang dikehendaki Tuhan. Puasa yang dikehendaki adalah
membebaskan orang yang tertindas, memerhatikan yang lapar,
tidak memiliki rumah, telanjang dang hidup dalam kehinaan
serta hidup dalam keadilan (ayat 6-7). Ibadah tanpa
menjalankan keadilan tidak memiliki nilai bagi Allah.
Memerhatikan hal ini, kita dapat melihat bahwa persoalan
ketidakadilan tampaknya menjadi persoalan besar pada
12Masa Paskah 2015

kehidupan bersama orang-orang Israel dalam pembuangan.


Hidup mereka jauh dari kerukunan. Menurut Yesaya, hilangnya
kerukunan dalam hidup bersama itu terjadi karena di antara
mereka tidak ada keadilan sosial. Saat sesama manusia tidak
saling mempedulikan, di sana manusia melecehkan harkat,
martabat kemanusiaan yang telah diciptakan Tuhan dengan
sangat baik. Melalui Yesaya Tuhan menghendaki agar bangsa
ini melakukan puasa dengan benar. Puasa yang benar adalah
keseimbangan antara ritual dan aksi. Ritual tanpa aksi adalah
ritual yang kosong dan aksi tanpa ritual bisa menjadi tindakan
filantropi semata. Keseimbangan antara ritual dan aksi nyata
dalam hidup bangsa Israel akan mendatangkan pemulihan.
Pemulihan yang akan dialami dalam bentuk personal dan
komunal.

Mazmur 51:1-17
Mazmur ini adalah sebuah pengakuan dosa Daud. Allah
menegur Daud melalui Natan setelah ia menghampiri Betsyeba.
Kehidupan dalam dosa membuat Daud kehilangan
kesukacitaan dan gairah hidup. Teguran nabi Natan itu
membuat Daud menyesali dosa yang telah dilakukannya.

Pernyataan Daud,”Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah


aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kau anggap jahat.. “
menunjukkan bahwa Daud sadar akan perbuatannya yang
bukan hanya berdampak pada manusia, tetapi juga pada Allah.
Secara fisik, Daud merasakan dampak dosa dengan keadaan
yang sedang dialaminya. Ia mengalami sakit yang diyakini
karena dosanya kepada Allah dan sesama. Di hadapan Allah
yang Maha Kudus, pemazmur memohon ampunan.

Ayat 11-21 berisi permohonan pemazmur agar Tuhan


mengampuni segala pelanggarannya. Pengampunan Allah
membawa pemazmur merasakan kedekatannya dengan Allah.
Kedekatan itu membuatnya gembira dan membawanya pada
pengharapan kehidupan yang baru.
Masa Paskah 201513

2 Korintus 5:20b-6:10
Sebelum membaca 2 Korintus 5:20 adalah baik kalau
mencermati perikop ini secara menyeluruh [ayat 11-21]. Perikop
ini berbicara tentang kehidupan sebagai pelayan-pelayan
pendamaian. Pendamaian antara manusia dengan Allah terjadi
dalam Yesus Kristus. Ini adalah anugerah terbesar yang
diterima dari Allah. Sebagai orang-orang yang beroleh
pendamaian dalam Yesus Kristus, umat dipanggil untuk
menjadi duta pendamaian [ayat 19-20]. Duta perdamaian
dalam bahasa Yunani adalah presbeutos. Kata ini bermakna
seseorang yang mendapat utusan langsung dari pimpinannya.
Rasul Paulus memahami dirinya adalah presbeutos yang
mendapat perintah langsung dari Tuhan Yesus untuk
mewartakan berita pendamaian. Perutusan itu oleh Paulus
dihayati sebagai sebuah kehormatan bagi dirinya. Karena itu
sebagai presbeutos, Paulus menyuarakan suara pendamaian
sebagaimana yang dimandatkan kepadanya.

Kepada orang-orang Korintus yang hidupnya telah


diperdamaikan dengan Allah, Paulus meminta supaya mereka
tidak menyia-nyiakan kasih karunia Allah. Hal itu didasarkan
pada berbagai pertimbangan seperti: pertama, jemaat Korintus
adalah kawan sekerja. Kedua, keselamatan yang diberikan Allah
adalah kasih karunia. Itu bukan usaha umat. Karena itu tidak
menyia-nyiakan kasih karunia Allah adalah bentuk
pertanggungjawaban hidup atas kasih karunia Allah. Untuk
memperkuat pandangan itu Paulus menyitir seruan nabi Yesaya
[Yesaya 49:8] seperti yang tertulis dalam 2 Korintus 5:2.

Setelah Paulus menyampaikan uraian tentang panggilan


menjadi duta perdamaian, ia menuturkan bagaimana pelayanan
yang sudah dilakukannya. Untuk menjadi duta perdamaian
bukan berarti hidupnya nyaman. Namun ia tetap bersemangat
melakukan panggilannya dengan kesabaran menghadapi
14Masa Paskah 2015

penderitaan, kesusahan dan kesesakan [ayat 4]. Pada ayat 5 dan


seterusnya Paulus menyebutkan bentuk-bentuk penderitaan
yang dialaminya. Penderitaan seperti diserang, dicederai,
ditolak adalah keadaan yang harus dihadapinya. Namun
demikian, Paulus tidak menyebutkan bahwa dirinya adalah
korban keadaan. Dengan demikian, Paulus menunjukkan
bahwa ia berusaha mengupayakan pendamaian meski hidupnya
dalam ketidaknyamanan. Ia adalah duta pendamaian dalam
segala hal, tidak hanya saat dihormati; tidak hanya saat
diterima; tidak hanya saat keadaan aman. Ia tetap menjadi duta
pendamaian meski hidupnya diabaikan, diserang, difitnah,
dianggap bodoh, dinilai tidak terkenal, dalam keadaan dukacita.
Dengan menyebutkan gambaran real ini Paulus hendak
mengatakan pada kita bahwa pendamaian Allah harus
diwartakan dalam keadaan apapun.

Matius 6:1-6; 16-21


Yesus berkarya di tengah masyarakat Yahudi yang agamis, yaitu
dalam agama Yahudi. Dalam agama Yahudi ada tiga rukun
agama yang wajib dijalankan. Ketiga rukun agama itu adalah:
memberi sedekah, berdoa dan berpuasa. Yesus sangat
menghormati ketiga rukun agama itu. Iapun juga menjadi
pelaku. Hal yang disoroti oleh Yesus terhadap ketiga rukun
agama itu bukanlah pada pemberian sedekah, berdoa dan
berpuasa tetapi pada motivasi di balik pelaksanaan rukun
agama. Bila motivasi melakukan rukun agama adalah motivasi
mendapat pujian, pengakuan, penghargaan dari sesama, tidak
perlulah orang malakukannya. Motivasi itu hanya
mendatangkan kemunafikan dan kelelahan. Buah dari
kemunafikan adalah hilangnya sukacita dan damai sejahtera
sebab kemunafikan membuat hidup tertekan. Menurut Yesus,
orang-orang yang melakukan rukun keagamaan dengan
motivasi itu sudah mendapat upahnya tersendiri yaitu pujian
dari manusia.
Masa Paskah 201515

Matius 6:2-4 berisi ajaran Yesus tentang cara memberi yang


benar. Memberi sedekah adalah tugas keagamaan yang suci
bagi orang-orang Yahudi. Kata yang dipakai dalam bahasa
Ibrani adalah tsedekah. Kata ini memiliki arti memberi namun
berpadanan dengan kebenaran. Dengan demikian, memberi
adalah sebuah kebenaran. Dengan memberi seseorang akan
beroleh pembenaran dari Allah. Ajaran para Rabi terkait
pemberian adalah: memberi sedekah lebih baik ketimbang
semua korban bakaran. Memberi sedekah dengan sembunyi-
sembunyi bernilai besar dibanding dengan hukum Musa.
Ajaran yang disampaikan Yesus sebenarnya senada dengan
ajaran para Rabbi. Namun dalam kenyataan sehari-hari banyak
orang memberi dengan motivasi mendapat pujian, penghargaan
dan sanjungan dari sesamanya. Hal inilah yang dikritik oleh
Yesus. Bila seseorang mau memberi, biarlah Allah sendiri yang
melihat sebab Allah yang melihat perbuatan itu akan memberi
hadiah pada orang-orang yang tanpa pamrih.

Matius 6:5-6 berisi tentang ajaran doa yang benar. Sikap yang
harus dihindari adalah memamerkan diri dalam berdoa. Orang
Yahudi memiliki kebiasaan doa yang tertib. Setiap hari mereka
berdoa baik secara pribadi maupun bersama-sama. Seperti
dalam hal bersedekah, berdoa juga dapat terpeleset menjadi
keinginan mendapat pujian. Yesus meluruskan kebiasaan yang
baik itu dengan mengajak murid-murid-Nya menghindari
demonstrasi doa. Mendemonstasikan doa bukanlah tindakan
yang dikehendaki Tuhan. Allah hanya mendengar, melihat doa
yang dilakukan dengan hati yang tulus.

Ajaran tentang puasa yang benar disampaikan Yesus pada


Matius 6:16-18. Aturan puasa Yahudi hampir sama dengan
aturan puasa kaum muslim. Diawali pada pagi hari [sebelum
subuh] dan berakhir pada sore hari. Pada siang hari tidak boleh
makan, minum dan melakukan hal-hal buruk. Setelah usai
puasa, makanan dan minuman dapat dikonsumsi secara
leluasa. Puasa adalah hal yang baik dalam rangka menjalankan
16Masa Paskah 2015

rukun agama. Yesus memberikan saran kepada murid-murid-


Nya supaya dalam berpuasa menjauhkan diri dari kemunafikan
dan rutinisme keagamaan. Bagaimana puasa yang baik menurut
Yesus? William Barclay memberikan penafsiran tentang puasa
yang baik dengan:
 Puasa sebagai sarana menjaga kesehatan sebab kesehatan
adalah anugerah Allah.
 Puasa adalah sarana mendisiplin diri.
 Puasa adalah sarana menghindarkan diri dari perbudakan
kebiasaan
 Puasa adalah sarana untuk melakukan sesuatu meski tidak
memiliki apa-apa
 Berpuasa adalah sarana untuk belajar menghargai banyak
hal.

Ayat 19-21 adalah ajaran tentang bagaimana memaknai harta


milik. Harta milik adalah kepercayaan dari Tuhan. Jangan
digunakan bagi diri sendiri, apalagi mengumpulkan bagi
kepentingan sendiri.

Matius 6:1-6 dan 16-21 yang dibaca pada Rabu Abu ini menjadi
pengingat bagi kita bahwa Tuhan Yesus bukan anti ritual
keagamaan. Ia juga tidak anti dunia ini. Yang dikehendaki-Nya
adalah hidup yang tertuju pada Allah. Ia mengerti, melihat
semua hal yang dilakukan umat-Nya. Dengan tertuju pada
Allah, hidup menjadi lebih tulus, murni dalam anugerah Allah.

ARAH PEWARTAAN
Rabu Abu adalah sarana melakukan introspeksi diri. Dengan
introspeksi diri, seseorang akan melihat dirinya dengan sejujur-
jujurnya. Kejujuran dalam diri menumbuhkan pertobatan.
Dengan pertobatan umat diajak untuk mendekatkan diri
dengan Allah sebab Allah sendiri yang melihat pertobatan
umat-Nya.
Masa Paskah 201517

KHOTBAH JANGKEP

TUHAN MELIHAT PERTOBATANMU


Saudara yang dikasihi Tuhan,
Mendapat undangan dari saudara atau kerabat yang „punya
gawe“ seperti mantu, khitanan putra atau ngunduh mantu
adalah sebuah kehormatan. Disebut kehormatan karena
sesorang yang diundang adalah seseorang yang dikenal. Atau
bila tidak dikenal secara baik, paling tidak orang yang diundang
itu diketahui oleh si pengundang dan kerabatnya.
Keberadaannya dianggap ada di hati si pengundang. Karena itu
ketika seseorang hendak berangkat menuju pesta, pastilah
melakukan berbagai persiapan. Persiapan-persiapan itu
mencakup persiapan fisik seperti: mandi, mengenakan pakaian
yang pantas, persiapan hati seperti: menyiapkan diri agar
kehadirannya tampak memberi dukungan bagi pengundang dan
untuk datang ke pesta ada persiapan-persiapan lain yang
dilakukan. Ada berbagai cara seseorang mempersiapkan diri
menghadiri undangan. Semua persiapan itu pada intinya
menunjuk pada antusiasme atau kegembiraan pada sebuah
undangan.

Paskah adalah pesta kegembiraan. Kegembiraan besar bagi


dunia karena Tuhan yang bangkit mengundang kita untuk
merayakan kemenangan-Nya atas kuasa maut. Kemenangan-
Nya atas maut menjadi tonggak pendamaian antara Allah dan
manusia. Pendamaian adalah kasih karunia Allah. Karena kita
beroleh pendamaian dari Tuhan, kita dipanggil-Nya menjadi
pelayan-pelayan pendamaian. Undangan Tuhan ini adalah
sebuah kehormatan. Kehormatan karena Tuhan sendiri yang
memanggil kita. Bagaimana sikap kita dalam menyambut
Paskah?
18Masa Paskah 2015

Saudaraku,
Seperti kita mempersiapkan diri untuk hadir dalam sebuah
pesta maka untuk memasuki masa Paskah kita perlu berbenah
menata diri dan mempersiapkan yang terbaik. Masa persiapan
Paskah disebut dengan masa Pra Paskah. Masa Pra Paskah
berlangsung selama empat puluh hari. Hari pertama masa Pra
Paskah adalah hari ini, hari Rabu. Di hari Rabu ini kita
mempersiapkan diri menyambut Paskah dengan ibadah Rabu
Abu. Pada masa Perjanjian Lama, abu dimaknai sebagai
perkabungan dan pertobatan. Gereja sendiri memulai
menggunakan abu dalam liturgi sejak abad ke-11. Abad di masa
gereja masih bersatu, belum terpecah.

Apa makna Rabu Abu bagi kita? Sebagai upaya


mempersiapkan diri menyambut Paskah, Rabu Abu mengajak
kita untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin. Selama empat
puluh hari ke depan kita akan menghayati Pra Paskah dengan
berbagi atau bersedekah, berpuasa dan berdoa. Bersedekah
adalah perintah Tuhan sejak dulu kala. Ia tidak pernah
mencabut perintah bersedekah. Dengan bersedekah seseorang
mengingat sesamanya. Berpuasa juga demikian. Puasa
merupakan perintah Tuhan. Nabi Yesaya menjadi saksi bahwa
puasa adalah perintah Tuhan. Demikian juga dengan berdoa.
Sedekah, puasa dan doa merupakan tindakan iman yang harus
dilakukan umat Allah. Hal yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana cara menjalani perintah Tuhan itu. Meski sedekah,
puasa dan doa adalah perintah Tuhan, Ia menghendaki kita
menjalaninya dengan tulus. Ritual ini harus dijalani dengan
mengarahkan diri kepada Tuhan. Dengan terarah kepada
Tuhan, Ia sendiri yang melihat semua hal yang dilakukan.
Ajaran ini diserukan oleh Tuhan Yesus dalam kotbah-Nya di
bukit dan kita semua sudah membacanya [Matius 6:1-6; 16-21].

Matius 6:2-4 berisi ajaran Yesus tentang cara memberi yang


benar. Memberi sedekah adalah tugas keagamaan yang suci
bagi orang-orang Yahudi. Kata yang dipakai dalam bahasa
Masa Paskah 201519

Ibrani adalah tsedekah. Kata ini memiliki arti memberi namun


berpadanan dengan kebenaran. Dengan demikian, memberi
adalah sebuah kebenaran. Dengan memberi seseorang akan
beroleh pembenaran dari Allah. Ajaran para Rabbi terkait
pemberian adalah: memberi sedekah lebih baik ketimbang
semua korban bakaran. Memberi sedekah dengan sembunyi-
sembunyi bernilai besar dibanding dengan hukum Musa.
Ajaran yang disampaikan Yesus sebenarnya senada dengan
ajaran para Rabbi. Namun dalam kenyataan sehari-hari banyak
orang memberi dengan motivasi mendapat pujian, penghargaan
dan sanjungan dari sesamanya. Hal inilah yang dikritik oleh
Yesus. Bila seseorang mau memberi, biarlah Allah sendiri yang
melihat sebab Allah yang melihat perbuatan itu akan memberi
hadiah pada orang-orang yang tanpa pamrih.

Matius 6:5-6 berisi tentang ajaran doa yang benar. Sikap yang
harus dihindari adalah memamerkan diri dalam doa. Orang
Yahudi memiliki kebiasaan doa yang tertib. Setiap hari mereka
berdoa baik secara pribadi maupun bersama-sama. Seperti
dalam hal bersedekah, berdoa juga dapat terpeleset menjadi
keinginan mendapat pujian. Yesus meluruskan kebiasaan yang
baik itu dengan mengajak murid-murid-Nya menghindari
demonstrasi doa. Mendemonstasikan doa bukanlah bukanlah
tindakan yang dikehendaki Tuhan. Allah hanya mendengar,
melihat doa yang dilakukan dengan hati yang tulus.

Ajaran tentang puasa yang benar disampaikan Yesus pada


Matius 6:16-18. Aturan puasa Yahudi hampir sama dengan
aturan puasa kaum muslim. Diawali pada pagi hari [sebelum
subuh] dan berakhir pada sore hari. Pada siang hari tidak boleh
makan, minum dan melakukan hal-hal buruk. Setelah usai
puasa, makanan dan minuman dapat dikonsumsi secara
leluasa. Puasa adalah hal yang baik dalam rangka menjalankan
rukun agama. Yesus memberikan saran kepada murid-murid-
Nya supaya dalam berpuasa menjauhkan diri dari kemunafikan
dan rutinisme keagamaan. Bagaimana puasa yang baik menurut
20Masa Paskah 2015

Yesus? William Barclay memberikan penafsiran tentang puasa


yang baik dengan:
 Puasa sebagai sarana menjaga kesehatan sebab kesehatan
adalah anugerah Allah.
 Puasa adalah sarana mendisiplin diri.
 Puasa adalah sarana menghindarkan diri dari perbudakan
kebiasaan
 Puasa adalah sarana untuk melakukan sesuatu meski tidak
memiliki apa-apa
 Berpuasa adalah sarana untuk belajar menghargai banyak
hal.

Ayat 19-21 adalah ajaran tentang bagaimana memaknai harta


milik. Harta milik adalah kepercayaan dari Tuhan. Jangan
digunakan bagi diri sendiri, apalagi mengumpulkan bagi
kepentingan sendiri.

Matius 6:1-6 dan 16-21 yang dibaca pada Rabu Abu ini menjadi
pengingat bagi kita bahwa Tuhan Yesus bukan anti ritual
keagamaan. Ia juga tidak anti dunia ini. Yang dikehendaki-Nya
adalah hidup yang tertuju pada Allah. Ia mengerti, melihat
semua hal yang dilakukan umat-Nya. Dengan tertuju pada
Allah, hidup menjadi lebih tulus, murni dalam anugerah Allah.

Saudaraku,
Hari ini di Rabu Abu kita diundang untuk menghayati
kehidupan iman kita dalam menyambut Paskah. Ajakan untuk
mempersiapkan diri menyambut Paskah dengan menjalani
sedekah, puasa dan berdoa merupakan respons kita terhadap
undangan Allah yang menyelamatkan kita. Respons ini juga
menjadi sarana bagi kita untuk mewujudkan pertobatan.
Pertobatan yang dikehendaki Tuhan seperti saat kita menjalani
sedekah, puasa dan doa. Apa itu? Pertobatan kita hendaknya
hanya dilihat oleh Tuhan saja. Pertobatan tidak perlu
didemonstrasikan atau dipertontonkan. Biarlah hanya Tuhan
Masa Paskah 201521

sendiri yang melihat pertobatan kita. Ketika hanya Tuhan yang


tahu bagaimana pertobatan kita jalani, di sini kita sedang
mempersiapkan diri menyambut Paskah bersama Alllah, Tuhan
yang mendamaikan kita dengan-Nya dan dengan sesama.

Selamat menyongsong Paskah. Amin.


22Masa Paskah 2015



Anda mungkin juga menyukai