Anda di halaman 1dari 2

Kisah Kasih di Bulan Desember:

Allah Yang Merengkuh Kerapuhan Manusia


(Yohanes 1:14)

Masa Raya Natal sudah di depan mata. Dalam guliran masa ini sejatinya kita menantikan
dan merayakan kisah kasih Allah yang menembus logika manusia. Lewat peristiwa turunnya
Allah yang Maha Suci ke dalam dunia menjadi manusia kita melihat sebuah pilihan Allah
yang begitu mustahil hanya demi menyelamatkan manusia yang kerap kali mendukakan
hati-Nya. Secara teologis karya Allah ini dikenal dengan istilah Inkarnasi. Kata ini adalah
serapan dari bahasa latin in carne atau dalam Alkitab sepadan dengan kata Yunani en sarke
yang secara harafiah berarti di dalam daging/menjadi daging. Di dalam Inkarnasi, Allah
memutuskan menyelamatkan manusia dengan memilih jalan menjadi rapuh dan
mengkomunikasikan kehendak serta karya penyelamatan-Nya di dalam diri Yesus Kristus.
Inkarnasi adalah satu misteri terbesar yang dilakukan oleh Tuhan. Misteri ini tidak dapat
dipahami hanya dengan pemikiran manusia, karena ini menyangkut pikiran dan tindakan
bebas yang dilakukan oleh Tuhan.

Injil Yohanes mencatat karya Allah ini dengan ungkapan: "Firman itu telah menjadi manusia,
dan diam di antara kita,..." (Yohanes 1:14). Eskenosen en hemin, "... Firman itu diam di
antara kita". Kata kerja "diam" secara harafiah berarti berkemah atau mendirikan tenda.
Penggunaan kata ini untuk menggambarkan kehadiran Allah, dengan jelas mengingatkan
kita akan pengalaman masa lalu bangsa Israel. Sejak dahulu, umat Israel merasakan
pengalaman kehadiran Allah yang bersama-sama dengan manusia dalam kemah suci yang di
dalamnya terdapat Tabut Perjanjian Allah. Secara langsung, Israel menyaksikan betapa
dahsyatnya pengalaman penyertaan Allah itu. Melewati padang gurun dan berhadapan
dengan berbagai musuh serta tantangan dapat mereka atasi berkat kehadiran Allah
bersama mereka. Kedahsyatan Allah itu juga nyata mana kala sikap hidup mereka
bertentangan dengan kehendak-Nya. Allah tidak main-main dengan pelanggaran yang
dilakukan umat-Nya itu. Pengalaman yang intim bersama dengan kehadiran Allah yang
demikian nyatanya tidak hanya berhenti di padang gurun. Setelah mereka tiba di negeri
perjanjian lalu berhasil menjadi bangsa yang besar, Allah tetap bersama umat Israel. Namun
sayang, bukannya terus tumbuh menjadi bangsa yang semakin baik beribadah kepada Allah,
mereka justru tidak henti-hentinya memberontak terhadap Allah. Para nabi diutus untuk
mengingatkan prilaku yang keliru itu. Namun nyatanya umat itu tetap dikuasai oleh
kedagingannya. Lelahkah Allah dengan sikap manusia seperti ini? Menyesalkah Allah yang
telah berkemah di tengah-tengah manusia?

Ditengah sikap manusia yang demikian nyatanya Allah tidak pernah lelah dalam
membangun komunikasi dengan manusia. Justru Ia menyapa manusia dengan cara yang
tidak pernah terpikirkan oleh manusia sebelumnya. Kini Firman itu telah menjadi daging.
Firman itu tidak menjauhi dunia manusia melainkan masuk ke dalam kehidupan manusia. Di
dalam Yesus, Firman yang semula bersama-sama dengan Allah dan yang merupakan
kesatuan utuh dengan Allah itu kini hadir dalam diri manusia. Firman itu masuk menembus
logika manusia. Ia memperagakan kehidupan sempurna yang diinginkan Allah bagi manusia
sekaligus menunjukkan belarasa terdalam Allah terhadap kondisi yang dialami umat-Nya
secara langsung. Kedatangan-Nya sebagai Firman yang menjadi manusia adalah wujud
konkrit cinta kasih-Nya yang mau merangkul kerapuhan manusia. Ia bersedia menjadi rapuh
demi berbela rasa dan menyelamatkan manusia yang pada dasarnya diselimuti oleh
kerapuhan. Ia adalah Allah Yang Mahamulia mau hadir di dunia yang fana. Bergumul,
menderita, merasakan pahit getirnya kehidupan akibat dosa dan berusaha mengangkat
manusia dari lumpur dosa itu supaya mengenal hidup yang sesungguhnya. Pada saat yang
sama, Ia menginginkan orang-orang yang telah mengecap kasih karunia-Nya dapat
mengerjakan apa yang telah dikerjakan-Nya.

Kesediaan Allah yang mau merengkuh kerapuhan manusia dalam peristiwa Inkarnasi inilah
yang juga kita hayati manakala pada awal bulan Desember mendatang kita bersama-sama
diundang Tuhan untuk menerima Perjamuan Kudus. Kasih-Nya tidak berhenti pada
kehadiran Allah di dunia tetapi memuncak pada penyelamatan Allah yang dilakukan kepada
semua orang yang kita rayakan di dalam Perjamuan Kudus. Inti pesan Yesus dalam
Sakramen Perjamuan Kudus yaitu penerimaan terhadap semua dan setiap orang tanpa
terkecuali, perayaan pesta Yesus bahkan dengan orang-orang berdosa sebagai ciri-ciri pesta
yang akan datang pada masa keselamatan. 1 Dalam Perjamuan Kudus, kerapuhan kita
dirangkul oleh kasih-Nya sembari disadarkan akan cinta-Nya yang begitu besar yang telah
menebus kita. Di dalam ketidakmampuan dan kerapuhan manusia, Allah memilih tidak
menghukum namun mengawali penebusan-Nya dengan menubuh dalam diri Yesus Kristus
yang menyelamatkan manusia lewat tubuh dan darahnya. Marilah kita sambut bulan
Desember dengan penuh sukacita, syukurilah kasih-Nya dengan mempersiapkan diri kita
sebaik-baiknya. Amin.

1
Choan-Seng Song, Allah Yang Turut Menderita (Jakarta: BPK GM, 2008), h. 175

Anda mungkin juga menyukai