Anda di halaman 1dari 3

Sajak Putih

(Supardi Djoko Damono)

beribu saat dalam kenangan


surut perlahan
kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh
sewaktu detik pun jatuh

kita dengar bumi yang tua dalam setia


Kasih tanpa suara
sewaktu bayang-bayang kita memanjang
mengabur batas ruang

kita pun bisu tersekat dalam pesona


sewaktu ia pun memanggil-manggil
sewaktu Kata membuat kita begitu terpencil
di luar cuaca

Hujan di bulan Juni

Karya : Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan Juni

Dihapuskannya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu


Perahu Kertas
Karya : Sapardi Djoko Damono

Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kau


layarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang, dan perahumu
bergoyang menuju lautan.

“Ia akan singgah di bandar-bandar besar,” kata seorang lelaki


tua. Kau sangat gembira, pulang dengan berbagai gambar
warna-warni di kepala. Sejak itu kau pun menunggu kalau-
kalau ada kabar dari perahu yang tak pernah lepas dari rindu-
mu itu.

Akhirnya kau dengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,


“Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah banjir besar
dan kini terdampar di sebuah bukit.”

GADIS PEMINTA-MINTA
Oleh: Toto Sudarto Bachtiar

Setiap kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil


Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil


Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral


Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil


Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda
Dengan Puisi Aku
(Taufiq ismail)

Dengan puisi aku bernyanyi…


Sampai senja umurku nanti..
Dengan puisi aku bercinta…
Berbaur cakrawala…

Dengan puisi aku mengenang…


Keabadian Yang Akan Datang…
Dengan puisi aku menangis…
Jarum waktu bila kejam mengiris..

Dengan puisi aku mengutuk…


Napas jaman yang busuk…
Dengan puisi aku berdoa..
Perkenankanlah kiranya…

Karangan Bunga

(Taufiq Ismail)

Tiga anak kecil..


Dalam langkah malu-malu..
Datang ke salemba..
Sore itu…

Ini dari kami bertiga..


Pita hitam pada karangan bunga..
Sebab kami ikut berduka..
Bagi kakak yang ditembak mati..
Siang tadi…

Anda mungkin juga menyukai