Anda di halaman 1dari 69

Diterbitkan sejak tahun 1970

ISSN 0853-0917
Ketika buku renungan WASIAT
edisi November-Desember ini
Penanggung Jawab: berada tangan Anda, kesibukan
Pdt. Arliyanus Larosa
Pdt. Mestika Hulu
Natal mungkin sudah mulai terlihat.
Natal sebentar lagi! Lalu, apa
Redaktur:
Pdt. Mestika Hulu yang Anda siapkan? Pdt. Essy
Penulis:
Eisen mengawali renungan bulan
Pdt. Essy Eisen November dengan mengajak kita
Pdt. Santy Manurung
Ibu Melny Nova Katuuk untuk memperbaiki diri dengan
Artistik:
kapok melakukan dosa dan
Victory Valentino J.W. menjadi sabahat Allah. Lalu, Pdt.
Alamat: Santy Manurung mengajak kita
Graha Arteri Mas memasuki bulan Desember dan
Kav. 19 - 20
Jl. Panjang No. 68 mempersiapkan diri menyambut
Kedoya - Jakarta 11520
Natal dengan mengingatkan kita
Telepon: agar menyadari bahwa kita dicintai
+62 21 583 03398
+62 21 583 03498 oleh Allah.
Website:
www.ykb-wasiat.org Natal telah sering kali
E-mail:
wasiat@ykb-wasiat.org disalahpahami; diidentikkan
Pembayaran melalui:
dengan pesta dan perayaan.
Bank Mandiri Jakarta - Kelapa Dua Pemahaman ini perlu diperbaiki.
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama Makna Natal harus dipahami
Marketing secara benar. Ibu Melny Nova
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999 Katuuk memberikan 5 tip untuk
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama memahami “Natal dan Ketulusan
Persembahan Kasih melalui: Hati.”
BCA Bidakara
A/C 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama Selamat membaca. Tim Redaksi
Pengganti ongkos cetak WASIAT mengucapkan Selamat
dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Natal, 25 Desember 2021.
Rp. 8.000,-/eksemplar Tuhan memberkati!
Foto Sampul
Gereja GKI Salatiga
oleh Andyantama Tinggar

Ralat:
Cover Wasiat September-Oktober 2021 tertulis
“Sudut Gereja GKI Salatiga.”
Seharusnya, “GKI Samanhudi.” WASIAT menggunakan kertas daur ulang
agar lebih ramah lingkungan.
Senin, 1 November 2021

BUKAN SEKADAR KAPOK


Mazmur 51

Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan


pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.
(Mzm. 51:15)

Alfred Bernhard Nobel adalah penemu dinamit. Banyak upaya


pembangunan berlangsung efektif karena penemuannya. Tetapi
rupanya, dinamit juga dipakai menjadi salah satu alat untuk
menciderai nilai-nilai kemanusiaan. Nobel menyayangkan
itu. Sebagai komitmennya untuk tetap menghargai nilai
kemanusiaan, dalam surat wasiatnya, dia memberikan hartanya
untuk membuat “penghargaan Nobel.” Penghargaan ini
ditujukan bagi orang-orang yang mendedikasikan ilmunya
demi kemajuan kemanusiaan.
Daud, sang raja besar itu, menyadari kesalahan dan dosa-
dosanya kepada Allah. Selain mohon pengampunan, Daud
juga memohon supaya diberikan hati yang baru. Dengan
kekuatan roh yang teguh, Daud ingin supaya batinnya kini
menjadi rela dan taat kepada Allah. Tetapi, bukan hanya itu
saja, Daud juga bersedia mengajarkan jalan Tuhan kepada
orang-orang yang melakukan pelanggaran. Daud ingin orang
lain tidak melakukan kebodohan seperti dirinya, dan bersedia
berbalik kepada kasih anugerah Tuhan.
Menjadi kapok dengan tidak melakukan dosa yang sama
adalah baik. Namun, akan jauh lebih baik jika kita juga menjadi
sahabat Allah. Kita bersedia mengingatkan orang-orang di
sekitar kita supaya mereka tidak melakukan pelanggaran dan
dosa yang sama seperti kita. Percayalah, dengan roh yang
rela dari Tuhan, kita dimampukan untuk menjadi orang yang
bukan sekadar kapok karena dosa kita saja.

REFLEKSI:
Kapan terakhir kali kita mengingatkan orang lain supaya
mereka berbalik kepada jalan kasih Allah?

Mzm. 51; Ul. 6:10-25; Rm. 12:17-21; 13:8-10


Selasa, 2 November 2021

JANGAN KAPOK BERBUAT BAIK


Kisah Para Rasul 7:17-29
Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti, bahwa
Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka tidak
mengerti.
(Kis. 7:25)

Shyam Lal, seorang pemuda asal Desa Sajad, distrik Koriya di


Chhattisgarh, India berhasil membuat danau buatan hanya
dengan menggunakan sekop. Ia mengerjakan pembuatan danau
itu selama 27 tahun. Usianya masih 15 tahun saat memulai
pekerjaan itu. Saat usianya menginjak 42 tahun, pembuatan
danau mini itu akhirnya selesai. Kepeduliannya terhadap
warga desanya yang kekurangan air sempat ditertawakan
dan dicibir. Tetapi akhirnya, warga desa memujinya sebagai
panutan dan penyelamat. Kini mereka memiliki cadangan air
bagi kebutuhan sehari-hari.
Dalam bagian pembelaannya di hadapan para pembela
Taurat yang menudingnya secara keji, Stefanus mengangkat
satu kisah pengalaman Musa yang ditolak saudara-saudara
sebangsanya. Dengan mengangkat Musa, sosok yang penting
dalam kitab Taurat, Stefanus seolah-olah hendak menunjukkan
bahwa ia tidak kaget jika sekarang ini, ia pun ditolak oleh
saudara-saudara sebangsanya sendiri sewaktu berbuat baik.
Stefanus tidak mau menyerah dan akan terus melanjutkan
perbuatan baiknya sebagai pengikut Kristus.
Jangan kaget jika ada orang yang salah mengerti perbuatan
baik yang kita lakukan. Memang terkadang, orang cepat
menilai dan menyimpulkan secara sepihak. Sebab, mungkin
pikiran negatif orang lain kepada kita lebih besar ketimbang
pikiran positif yang terbuka pada kemungkinan baru. Namun
saat itu terjadi, ingatlah, jangan kapok untuk berbuat baik!

REFLEKSI:
Bagaimana kita menanggapi orang-orang yang beranggapan
buruk tentang kebaikan yang kita lakukan selama ini?

Mzm. 51; Ul. 28:58—29:1; Kis. 7:17-29


Rabu, 3 November 2021

TUHAN YANG MEMULAI, KITA YANG MELANJUTKAN


Mikha 6:1-8
“Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil,
mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”
(Mi. 6:8)

Film “Pay it forward” dibuat tahun 2000. Diadaptasi dari sebuah


novel berjudul sama yang ditulis oleh Catherine Ryan Hyde. Film
ini mengisahkan seorang anak berumur 7 tahun yang menjadi
inspirasi bagi banyak orang karena tugas proyek sekolah yang
digagasnya. Dia mengusulkan supaya setiap kebaikan yang
diterima dari orang lain, dibalas dengan cara melanjutkan
kebaikan kepada orang yang berbeda, bukan kepada orang
yang memberi kebaikan. Banyak orang mengalami perubahan
hidup melalui gagasan bocah tersebut. Film yang inspiratif.
Melalui Mikha, Allah menegaskan bahwa Dia sendiri yang
sudah memulai apa yang baik bagi umat-Nya. Berbeda dengan
dewa-dewi berhala yang minta ini dan itu, Allah tidak butuh
apa-apa sebagai syarat supaya Dia menolong umat-Nya. Lantas,
bagaimana semestinya tanggapan umat yang sudah ditolong
itu? Sebagaimana Allah itu rendah hati, adil dan penuh kasih
maka umat-Nya harus melanjutkan kebaikan yang sudah
diterima dari Allah itu kepada sesamanya.
Kita tidak akan pernah dapat membalas kebaikan Allah
yang begitu besar bagi hidup kita. Allah selalu memberi, kita
banyak menerima. Tuntutan Allah ialah supaya kita melanjutkan
kebaikan yang sudah kita terima dari-Nya itu kepada sesama
kita. Seperti air sungai yang mengalir dan memberikan manfaat
bagi setiap makhluk dan tumbuhan yang dialiri olehnya, kita
pun mendapat kekuatan dan kuasa dari kasih Allah yang harus
kita alirkan demi kebaikan semua ciptaan.

REFLEKSI:
Apa yang akan kita lakukan sebagai bentuk nyata dalam
menyalurkan berkat Tuhan hari ini?

Mzm. 51; Mi. 6:1-8; Yoh. 13:31-35


Kamis, 4 November 2021

WASPADA TERHADAP IDOLA


Mazmur 146
Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak
manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan
(Mzm. 146:3)

Saya kenal seorang penginjil muda yang menjadi begitu


kecewa. Betapa tidak, tokoh panutannya yang selama ini
menyemangatinya ternyata terlibat skandal pelecehan
seksual, yang sudah dibuktikan dengan pengakuan terbuka.
Dia tidak menyangka bahwa idolanya itu jatuh ke dalam
dosa yang bertolak belakang dengan apa yang diajarkan.
Butuh sekian waktu dan pergumulan bersama Tuhan untuk
-pada akhirnya- ia menjadi bijak menyikapi kekecewaaan.
Pemazmur tentu tidak mengajak kita untuk sepenuhnya
menyepelekan bangsawan dan para pemimpin. Melainkan,
pemazmur hendak mengingatkan bahwa para bangsawan,
raja-raja, pemimpin, pembesar, mereka semua sama seperti
kita. Mereka adalah manusia yang fana dan punya banyak
kelemahan yang acapkali disembunyikan. Oleh sebab itu,
pikiran dan hati kita harus selalu terarah kepada Allah,
Pencipta dan Pemelihara sejati kehidupan kita. Hanya
Allah yang sudah terbukti tidak pernah mengecewakan.
Kepedulian-Nya tulus, kekuatan-Nya tiada bandingnya dan
Allah tidak pernah salah.
Punya idola dalam hidup tidak salah. Kadang, idola
dapat menginsipirasi dan membangkitkan semangat hidup
kita. Tetapi, kita mesti waspada, jangan sampai kita menjadi
sangat terpengaruh oleh idola kita. Sebab, jika suatu saat
sang idola melakukan kesalahan, kita bisa berubah menjadi
begitu kecewa dan kehilangan semangat hidup.

REFLEKSI:
Apakah iman dan kasih kita kepada Allah melebihi kecintaan
dan kekaguman kita kepada idola kita?

Mzm. 146; Bil. 36:1-13; Rm. 5:6-11


Jumat, 5 November 2021

DEMI YANG LAIN


Ibrani 9:15-24
Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia
yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam
sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita.
(Ibr. 9:24)

Saat semua menghilang, kau tetap setia menjaga. Kau berkorban


tanpa suara demi senyum yang lain. Saat semua tertidur, kau
terjaga sepanjang waktu. Lupakan lelah ragamu, demi raga
yang lain. Engkau pahlawan dunia, Tuhan yang ‘kan membalas
semua. Jerih lelah yang tak ternilai, demi raga yang lain. Dunia
t’lah tersenyum, melihat kau bertaruh nyawa, tak pedulikan
yang kau punya, demi raga yang lain. Demikianlah penggalan
lagu “Demi raga yang lain.” Eka Gustiwana dan Yessiel Trivena
merilis lagu ini pada 19 Maret 2020, dan didedikasikan bagi para
petugas medis yang berjuang di garis depan dalam penanganan
pandemi COVID-19 (kompas.com, Juni 2020).
Pengorbanan kasih Tuhan Yesus Kristus dilakukan demi
kepentingan kita. Dengan menggunakan gambaran perjanjian
yang dimeteraikan oleh darah, penulis surat Ibrani hendak
menunjukkan bahwa kasih yang berkorban menjadi dasar
kehidupan baru orang percaya. Kita belajar bahwa di balik
segala ritual peribadatan yang kelihatan oleh mata, harus ada
kesediaan memberi diri yang penuh dan utuh demi kebaikan
banyak orang.
Beribadah itu mengabdi kepada Allah. Ibadah sejati ialah
mengasihi sesama. Ibadah tidak pernah boleh berakhir demi
ketenangan hati diri sendiri saja, sebab tidak pernah ada kasih
yang lahir dari pementingan diri sendiri. Allah terus bekerja
mendatangkan yang baik bagi dunia ini. Dengan kekuatan
Kristus, kita selalu diajak untuk mengabdi bersama-Nya.

REFLEKSI:
Kegiatan apakah yang akan kita lakukan demi kebaikan
dan kepentingan orang lain hari ini?

Mzm. 146; Ul. 15:1-11; Ibr. 9:15-24


Sabtu, 6 November 2021

INGAT ORANG SUSAH


Ulangan 24:17-22
“Janganlah engkau memperkosa hak orang asing dan anak yatim ....
(Ul. 24:17)

Situasi sulit karena pandemi tidak menyurutkan semangat


hati untuk berbagi kebaikan. Demikianlah yang ada dalam
pemikiran penggagas “Tempat Nasi Gratis Jogja (TNGJ).”
Mereka menyediakan etalase kaca yang rapi dan bersih, dan
dapat diisi oleh setiap orang yang hendak berbagi kebaikan
dengan nasi bungkus dan perlengkapan makan sederhana.
Etalase tersebut dibuka selama 24 jam setiap harinya. Setiap
orang yang membutuhkan makanan itu boleh mengambilnya
(food.detik.com, Juli 2020).
Allah menyelamatkan umat Israel dengan belas kasihan.
Sebagai orang-orang susah di Mesir, mereka ditolong Allah
dengan penuh kasih. Setelah menerima belas kasihan, Allah
mengajarkan umat Israel supaya berbelaskasihan juga kepada
orang-orang susah. Hasil gandum, zaitun, anggur yang mereka
dapat sebagai salah satu wujud berkat dari Allah mesti disisihkan
untuk orang-orang yang membutuhkan. Keserakahan dan
ketidakpedulian adalah buruk di mata Allah.
Sebagai pengikut Kristus, kita sudah menerima belas kasihan
Allah. Dosa-dosa kita sudah diampuni. Tentu juga ada berkat
dan kebaikan Tuhan yang kita nikmati dalam hidup ini. Sebagai
bentuk ungkapan syukur kita atas pertolongan dan pemberian
Allah, ingatlah juga orang-orang susah yang butuh pertolongan
dan bantuan nyata dari kita. Apa pun bentuknya, seberapa
banyak pun yang dapat kita beri, kita tidak boleh melupakan
dan mengabaikan orang-orang susah dan membutuhkan.

REFLEKSI:
Apakah orang-orang susah yang ada di sekitar kita sudah
mengalami berkat Tuhan melalui kehadiran kita?

Mzm. 146; Ul. 24:17-22; Mrk. 11:12-14, 20-24


Minggu, 7 November 2021

MEMBERI PENGORBANAN
Markus 12:38-44

“Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi
dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”
(Mrk. 12:44)

Seberapa besarkah partisipasi sumbangan dana masyarakat


bagi penanganan pandemi? Juru Bicara Pemerintah untuk
Penanganan Covid-19 menjelaskan bahwa pemerintah telah
menerima sumbangan sebesar Rp 83 miliar dari masyarakat.
Sumbangan itu datang, baik dari masyarakat di dalam negeri
maupun WNI yang bekerja di luar negeri. “Sudah lebih dari
Rp 83 miliar telah diterima, yang merupakan partisipasi dari
seluruh masyarakat Indonesia, termasuk warga diaspora
ataupun WNI yang berada di luar negeri” (Kompas.com,
April 2020).
Persembahan seorang janda miskin mendapat sorotan
dari Tuhan Yesus. Walaupun hidup berkekurangan, tetapi ibu
janda tersebut memberikan semua yang ada padanya, yaitu
seluruh nafkahnya. Tidak dijelaskan apa yang membuatnya
melakukan pemberian sebesar itu. Namun, satu yang tampak
jelas ialah bahwa ibu ini memberikan apa yang lebih berharga
dari uang, yaitu pengorbanan dirinya. Kristus melihat hal itu
jauh lebih besar dibandingkan dengan pemberian semua
orang yang memberi persembahan pada waktu itu.
Setiap pemberian kita sungguh bernilai besar jika dilandasi
oleh pengorbanan. Lalu, apa yang membuat kita mampu
berkorban? Cinta kasih dari Tuhan. Kita yang sudah menerima
cinta yang besar dari Tuhan akan ditolong oleh Roh-Nya
untuk memberikan juga cinta yang besar. Pengorbanan akan
menjadi motif yang suci bagi setiap pemberian kita.

REFLEKSI:
Apakah yang menjadi dasar dan alasan pemberian kita selama ini?

1Raj. 17:8-16; Mzm. 146; Ibr. 9:24-28; Mrk. 12:38-44


Senin, 8 November 2021

PIKIRAN DAN IMAN


Mazmur 94

Ketika aku berpikir: “Kakiku goyang,” maka kasih setia-Mu,


ya TUHAN, menyokong aku.
(Mzm. 94:18)

Akal budi untuk menerapkan pemikiran yang logis adalah


pemberian Tuhan yang harus kita syukuri. Dengan akal budi,
kita mampu merancang strategi, mempertanyakan masalah
secara kritis, menimbang keuntungan dan kerugian, menggali
informasi dan menciptakan inovasi-inovasi berupa alat-alat
teknologi yang menolong karya hidup. Tetapi, akal budi pun
memiliki kelemahan juga. Sebab, adakalanya, orang yang
hanya menggunakan akal budinya semata dapat menjadi
begitu tertekan ketika menjumpai permasalahan hidup yang
tidak sesuai dengan idealisme atau teori yang dipikirkan dan
dipegangnya erat-erat.
Dalam pergumulan hidupnya, pemazmur akhirnya sadar
bahwa ia tidak dapat menggunakan akal pikirannya saja.
Bukan berarti akal budi tidak berguna. Tetapi, tidak semua
masalah dapat diselesaikan dengan kehebatan pemikiran
belaka. Pemazmur percaya bahwa pada akhirnya, Tuhan akan
bertindak dan menyatakan kebaikan-Nya. Nyaris memang ia
putus asa. Untung saja imannya telah menyelamatkan dan
membangkitkan pengharapannya kembali.
Pada waktu mencari solusi bagi masalah hidup, kita harus
melengkapi upaya berpikir kita dengan tindakan iman. Sebab
tanpa iman, kita mudah berpikiran negatif, putus asa dan cepat
menyimpulkan keadaan. Tetapi dengan iman, pikiran dan hati
kita menjadi terbuka untuk menyadari bahwa pertolongan
Tuhan tidaklah jauh dan akan dinyatakan pada saat-Nya.

REFLEKSI:
Apakah sewaktu mencari solusi bagi masalah hidup,
iman kita pun hidup dan bertumbuh?

Mzm. 94; Rut 1:1-22; 1Tim. 5:1-8


Selasa, 9 November 2021

BUAH KESABARAN
Rut 3:14-4:6

Duduk sajalah menanti, anakku, sampai engkau mengetahui,


bagaimana kesudahan perkara itu ....
(Rut 3:18)

Jalan hidup tidak pernah dapat ditebak dan tidak mudah


dipahami. Naomi dan suaminya, Elimelekh, beserta kedua
anak mereka, Mahlon dan Kilyon, pergi ke Moab dan
menetap di sana untuk menyelamatkan diri dari bencana
kelaparan yang melanda tanah Israel. Namun, di tempat
yang diharapkan memberikan kehidupan itu, Naomi justru
kehilangan orang-orang yang dikasihinya. Suami dan kedua
anaknya meninggal di tanah Moab.
Hidup Naomi berubah drastis. Terpuruk. Awalnya, ia
sangat minder karena begitu banyak kepahitan hidup yang
sudah dialaminya. Namun bersama Rut, menantu yang begitu
mengasihi dan banyak berkorban untuknya, ia bersedia
memulai kembali hidup baru di kampung halamannya,
Betlehem. Rut mengikuti saran Naomi. Kerendahan hati Rut
ini diberkati Tuhan. Rut bertemu Boas yang menerima dan
kemudian menjadikan Rut sebagai istrinya. Kehidupan Rut
dan Naomi, yang tadinya pahit, pun dipulihkan.
Seperti halnya buah membutuhkan proses pertumbuhan
hingga akhirnya menjadi matang, kehidupan pun demikian.
Kehidupan berproses melalui berbagai hal dan peristiwa; suka
dan duka. Perlu bersabar untuk dapat memahami peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini. Menanti dengan
sabar hingga melihat akhirnya; melihat hasilnya. Kita menjalani
kehidupan dan menantikan hasil akhir yang manis, dengan
iman dan pengharapan yang terarah kepada Allah.

REFLEKSI:
Apakah kita tetap sabar dan tekun berharap kepada Allah,
walaupun kehidupan pahit dan berat?

Mzm. 94; Rut 3:14-4:6; 1Tim. 5:9-16


Rabu, 10 November 2021

DEKAT KOK JAUH?


Lukas 4:16-30
Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.”
(Luk. 4:24)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “prasangka” artinya


pendapat, anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu
sebelum mengetahui, menyaksikan, menyelidiki sendiri.
Prasangka tidak selalu buruk, sebab dapat membuat kita
menjadi hati-hati sebelum bertindak. Tetapi, prasangka
cenderung menjadi keburukan kalau tidak ada upaya bagi
kita untuk menggali lebih jauh, mencermati dan mengenali
apakah yang kita sangkakan itu benar atau tidak.
Tidak mudah bagi Yesus untuk berkarya di kampung
halamannya sendiri. Orang-orang yang mendengarkan-Nya
menolak kemesiasan-Nya dengan dalih telah mengenal masa
kecil-Nya. Ketimbang membuka diri untuk menerima apa yang
diberitakan Yesus, mereka menutup diri dengan memberikan
penilaian sepihak karena tinggi hati. Yesus sendiri tidak kaget
dengan sikap mereka. Sebab, sudah sangat sering, sejak dahulu
kala nabi-nabi tidak dihargai di tempat asalnya.
Bisa saja terjadi dalam kehidupan kita, orang-orang yang
begitu kenal dekat dengan kita malah menjadi orang-orang
yang justru jauh. Tentu bukan dalam pemahaman jarak,
melainkan dalam hal keterhubungan hati. Apa sebabnya? Kita
cepat menyimpulkan karakter yang lain; enggan memahami
kehadiran yang lain dengan utuh karena tinggi hati. Kita
mesti mewaspadai ini. Tidak akan ada keterhubungan hati
tanpa kesediaan menerima dan mengenali kehadiran yang
lain dengan bijak dan rendah hati.

REFLEKSI:
Maukah kita menerima kehadiran pribadi yang berbeda
dalam hidup kita dengan rendah hati?

Mzm. 94; Rut 4:7-22; Luk. 4:16-30


Kamis, 11 November 2021

PERTANDINGAN IMAN YANG BENAR


1 Timotius 6:11-21

Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar


dan rebutlah hidup yang kekal.
(1Tim. 6:12)

Kita mengenal ilustrasi tiga pendaki gunung. Semua memiliki


tujuan yang sama, tetapi tidak semua tiba di puncak gunung.
Sebab, ada yang menyerah sebelum mendaki; ada yang mendaki,
tetapi putus asa dan hanya puas berkemah di kaki gunung; dan
ada juga yang setia pada tujuan akhir sehingga tiba di puncak
gunung dan menikmati keindahan alam khas puncak gunung.
Hidup beriman kita juga punya tujuan. Apakah kita menyerah dan
menjadi putus asa, atau tetap terus melangkah dalam kesetiaan
iman karena penyertaan Roh Kudus?
Dengan menggunakan gambaran sebuah pertandingan,
Rasul Paulus menasihatkan Timotius tentang kesungguhan
hidup sebagai pengikut Kristus. Sifat dari pertandingan apa
pun selalu sama: memenangkan atau dikalahkan. Rasul Paulus
tidak ingin Timotius kalah oleh godaan zaman yang berujung
pada kehampaan hidup. Oleh sebab itu, mesti ada disiplin dan
perjuangan keras darinya untuk tetap mengarahkan diri pada
nilai-nilai Injil Kristus. Hanya di dalam hikmat Allah, hidup menjadi
sungguh bermakna dan terberkati.
Kita masing-masing memiliki pertandingan iman yang berbeda-
beda, dan Allah menghendaki kita tidak menyerah dan kalah.
Roh Kudus akan menguatkan kita untuk tetap sungguh-sungguh
beriman pada Kristus. Maka, mari terus tekun memperjuangkan
apa yang harus kita perjuangkan sebagai pengikut Kristus!
Dengan kekuatan anugerah Tuhan, kita percaya bahwa hasil akhir
pertandingan iman kita tidak akan mengecewakan.

REFLEKSI:
Apakah kita yakin bahwa Allah selalu memampukan kita dengan
kuasa Roh-Nya yang kudus untuk memenangkan pertandingan iman kita?

Mzm. 16; Dan. 4:4-18; 1Tim. 6:11-21


Jumat, 12 November 2021

TIDAK DIPAKSA
Kolose 2:6-15

Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita.


Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.
(Kol. 2:6)

Apa pun yang dipaksakan atau terpaksa dilakukan tidak


akan berakhir baik. Mengapa? Karena pikiran, perasaan dan
tindakan tidak berjalan selaras. Sudah banyak bukti bahwa
tidak akan ada pekerjaan yang selesai dengan hasil maksimal
atau sesuai harapan jika dipaksa atau terpaksa. Namun, jika
dilakukan dengan tulus dan sukacita, pekerjaan seberat apa
pun menjadi ringan dan menyenangkan. Hasil akhirnya pun
cenderung maksimal, bahkan melebihi apa yang diharapkan.
Gereja Kolose dan Laodikia tidak pernah dipaksa untuk
menjadi Kristen. Mereka dengan penuh kesadaran menerima
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Oleh sebab itu, Paulus
menasihatkan supaya penerimaan itu dilanjutkan dengan
hidup beriman yang semakin hari semakin teguh dan dewasa.
Teguh untuk berpijak pada apa yang diyakini. Dewasa untuk
menyikapi godaan-godaan yang berupaya menyesatkan dan
mengerdilkan pertumbuhan iman.
Jika sekarang ini kita mengimani Kristus sebagai Tuhan,
tentu kita mengimani-Nya tidak dengan paksaan. Kita sadar
bahwa di dalam Kristus ada segala yang baik, dan makin
hari kita hidup makin dekat dengan Kristus. Pengajaran-Nya
akan memengaruhi cara kita berpikir, merasa dan bertindak.
Mungkin akan ada pihak-pihak yang berupaya mengguncang
dan menyesatkan pilihan iman kita. Namun, percayalah bahwa
dengan pertolongan Roh Kudus, kita akan selalu dikuatkan
untuk tetap menuruti Kristus.

REFLEKSI:
Apakah yang menjadi alasan kita menerima Kristus sebagai Tuhan?

Mzm. 16; Dan. 4:19-27; Kol. 2:6-15


Sabtu, 13 November 2021

JANGAN PANDANG REMEH NASIHAT


Markus 12:1-12
“Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan
telah menjadi batu penjuru ....”
(Mrk. 12:10)

Screwfix adalah perusahaan riteler peralatan dagang, aksesoris


dan perangkat keras terbesar di Inggris. Perusahaan ini unik,
sebab seluruh karyawan boleh memberikan masukan bisnis
pada perusahaan. Mereka didorong untuk menyampaikan
masukan tentang apa saja seperti bagaimana pekerjaan
dilakukan, dikelola, atau bagaimana perusahaan berinteraksi
dengan konsumen. Kegiatan ini diakui pimpinan telah
berdampak positif bagi pengembangan perusahaan (liputan6.
com, Mei 2019).
Para pemuka bangsa Yahudi mendapat teguran keras dari
Tuhan Yesus. Mereka itu sama seperti para penggarap kebun
yang serakah, bengis dan keji dalam cerita yang dikisahkan
Tuhan Yesus. Dengan menolak, bahkan melenyapkan para
utusan, secara tidak langsung mereka sudah memandang
remeh sang pemilik kebun, yaitu Allah sendiri. Bagaimana
sikap Allah? Kebaikan Allah tidak bisa dihentikan oleh
kejahatan dosa. Keadilan Allah akan dinyatakan dan setiap
penolakan kasih akan berujung pada kebinasaan.
Semakin bertambah usia kita, semakin bertambah juga
pemahaman dan pengalaman hidup kita. Tuhan punya banyak
cara untuk menasihati kita, misalnya melalui kehadiran
orang-orang di sekitar hidup kita. Jangan menolak dan
membuang nasihat mereka. Sebab justru melalui mereka,
Allah terus membentuk “bangunan hidup” kita menjadi
semakin kokoh dalam ikatan persekutuan kasih dengan-Nya.

REFLEKSI:
Apakah kita sudah menerima dengan sukacita kehadiran para utusan
Allah yang memberikan nasihat membangun bagi hidup kita?

Mzm. 16; Dan. 4:28-37; Mrk. 12:1-12


Minggu, 14 November 2021

SABOTASE NAMA YESUS


Markus 13:1-8
“Akan datang banyak orang dengan memakai nama-Ku dan berkata:
Akulah Dia, dan mereka akan menyesatkan banyak orang.”
(Mrk. 13:6)

Tekanan masalah hidup dapat menyerang kapan saja dan


membuat seseorang sulit berpikir atau mungkin menjadi lupa.
Kondisi ini terjadi karena stres yang muncul memengaruhi
pola berpikirnya. Ketika seseorang sedang stres, terutama
jika merasa cemas atau tertekan maka kemampuannya
untuk berpikir jernih dan objektif akan terganggu. Kondisi
ini akan membuatnya merasa kurang mampu atau menjadi
lebih lemah dari yang sebenarnya (detik.com, April 2011).
Akan tiba saatnya para pengikut Kristus berhadapan
dengan situasi hidup yang tidak mudah. Misalnya, peperangan,
bencana alam dan kelaparan yang datang secara tiba-
tiba. Tuhan Yesus mengingatkan murid-murid-Nya untuk
berhati-hati, sebab ada banyak orang yang akan memakai
nama Yesus untuk menipu. Para penipu ini bertindak seolah-
olah memberikan solusi, tetapi sebenarnya mereka sedang
menyesatkan para pengikut Kristus. Nama Yesus hanya
menjadi “tempelan” untuk mengusung argumen pribadi,
ketenaran dan mencari untung.
Saat mengalami kekalutan hidup, emosi seseorang
berpotensi menjadi tidak stabil. Akal sehat mudah diperdaya
untuk mengambil jalan pintas saat mencari solusi permasalahan
hidup. Kita yang sudah mendapat peringatan dari Kristus
mesti waspada. Jangan sampai pengajaran dan nasihat-
nasihat utama Kristus tergantikan oleh orang-orang yang
sedang menyabotase nama Yesus demi keuntungan sendiri!

REFLEKSI:
Apakah kita sudah mengenali pengajaran dan nasihat-nasihat utama
dari Tuhan Yesus Kristus yang tidak boleh dilupakan seumur hidup?

Dan. 12:1-3; Mzm. 16; Ibr. 10:11-14, (15-18), 19-25; Mrk. 13:1-8
Senin, 15 November 2021

NYANYIKAN KEBAIKAN TUHAN


Mazmur 13
Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena
penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN,
karena Ia telah berbuat baik kepadaku.
(Mzm. 13:6)

Ada banyak manfaat dari bernyanyi. Emma Kaes dalam


artikelnya menuliskan bahwa dengan bernyanyi kita dapat
memperbaiki suasana hati, mengolah nafas, berolahraga,
berekspresi dan membangun relasi (idntimes.com, September
2020). Bernyanyi tidak asing bagi pengikut Kristus. Melalui
nyanyian, kita mengingat karya Tuhan yang menyelamatkan dan
merefleksikannya dalam hidup kita demi pertumbuhan iman.
Daud menutup permohonannya kepada Tuhan dengan
menyatakan imannya. Bagi Daud, kasih Tuhan menembus
semua keadaan. Tuhan selalu menghendaki yang baik baginya.
Oleh karena itu, ketika menghadapi kegentaran karena
masalah hidup, Daud mengingat kebaikan Tuhan yang telah
dialaminya pada masa lampau. Permohonan Daud kepada
Tuhan tidak berakhir dalam gerutu dan putus asa, melainkan
ia memuliakan dan mengimani Tuhan di dalam kecemasan
hidupnya. Daud memilih untuk tetap menyanyikan kasih setia
dan kebaikan Tuhan.
Iman kita akan selalu diuji keteguhannya melalui berbagai
peristiwa hidup. Baik dalam situasi hidup yang nyaman, aman
dan menyenangkan maupun dalam situasi hidup yang sulit,
kritis dan memantik kecemasan. Di hadapan situasi demikian,
baiklah kita semua tetap percaya bahwa Allah selalu setia
mengasihi kita. Allah menghendaki kita selamat. Oleh sebab
itu, tetaplah nyanyikan kebaikan dan kesetiaan kasih Tuhan
dalam berbagai peristiwa hidup yang kita alami!

REFLEKSI:
Apakah kita percaya bahwa kasih setia Tuhan tetap nyata
dalam berbagai peristiwa hidup?

Mzm. 13; Dan. 8:1-14; Ibr. 10:26-31


Selasa, 16 November 2021

PEGANG SELALU LENTERA IMAN


Ibrani 10:32-39

Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu,


karena besar upah yang menantinya.
(Ibr.10:35)

Saat listrik padam, tanpa adanya cahaya maka dengan segera


kita akan mengalami disorientasi. Sebab, kita tidak tahu posisi
persis kita dan arah langkah yang hendak kita tempuh. Jika
dipaksakan berjalan dalam gelap, risiko mendapat celaka amat
besar. Namun begitu cahaya hadir, dengan segera kita dapat
mengenali arah yang jelas untuk kita melangkah.
Penulis surat Ibrani dengan jujur menyatakan bahwa
mengikut Kristus tidak mudah. Seperti berjalan melawan arus,
setiap orang percaya akan berhadapan dengan pengalaman
hidup yang menantang iman. Jika tidak kuat dan menyerah,
iman dapat terhempas dan terlepas. Hidup malah kembali
ke dalam keadaan yang lebih buruk. Oleh sebab itu, arah
pandangan iman harus selalu tertuju pada Kristus yang akan
datang kembali dengan kemenangan-Nya. Dengan demikian,
iman harus selalu menjadi pegangan dalam hidup, bukan
keputusasaan.
Memelihara memang jauh lebih sulit ketimbang
mendapatkan dan menerima sesuatu. Bagaimana caranya
supaya semangat memelihara iman tetap ada? Lihatlah iman
sebagai lentera yang kita butuhkan dalam perjalanan hidup
yang tidak selalu terang. Tanpa cahaya iman, kita semakin
tersesat untuk mengenali ada di mana kita dan mau ke mana
kita melangkah. Tetapi dengan lentera iman, kita tetap waspada
untuk meniti jalan yang benar menuju kepada kelegaan dan
kedamaian hidup yang dianugerahkan Allah.

REFLEKSI:
Apakah lentera iman tetap ada dalam genggaman kita
saat menghadapi keadaan hidup yang tidak mudah?

Mzm. 13; Dan. 8:15-27; Ibr. 10:32-39


Rabu, 17 November 2021
PERINGATAN DINI
Markus 13:9-23

“Hati-hatilah kamu! Aku sudah terlebih dahulu


mengatakan semuanya ini kepada kamu.”
(Mrk. 13:23)

Early Warning System atau sistem peringatan dini sudah


diterapkan pada berbagai instansi. Jenis sistem ini dirancang
untuk mengenali potensi masalah yang akan muncul, berdasarkan
ciri-ciri kemunculan yang sudah ditetapkan sebagai indikator
dalam sistem sebelumnya. Dengan peringatan dini, antisipasi
dapat dilakukan segera untuk menghindari masalah atau
memperkecil dampak masalah yang akan segera muncul ke
permukaan.
Aniaya yang dialami oleh para pengikut Kristus, semestinya
bukan hal yang aneh bagi kita. Kristus sudah memberikan
peringatan dini akan hal ini bahwa tidak semua orang mau
menerima kebaikan Kristus. Bahkan, akan ada orang-orang yang
berupaya untuk menghentikan pembaruan yang dikerjakan
Kristus melalui gereja-Nya. Tetapi, pengikut Kristus mesti
melihat itu sebagai kesempatan untuk tetap menyatakan
kasih. Kekuatan dari Allah akan dinyatakan supaya kita tetap
waspada dan setia.
Jangan kaget dan kecewa ketika mengalami penolakan,
bahkan aniaya saat melanjutkan kebaikan Kristus dalam hidup
kita. Apa pun yang berkualitas dalam hidup ini, memang
membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Percayalah
bahwa Kristus bukan hanya memberikan peringatan dini
kepada kita. Kristus juga memberikan Roh-Nya sehingga kita
mampu menghadapi aniaya, penolakan dan kesusahan hidup
dengan kasih dan kesetiaan.

REFLEKSI:
Apa tanggapan kita saat mengalami aniaya dan
penolakan karena menghidupi kasih Kristus selama ini?

Mzm. 13; Za. 12:1-13:1; Mrk. 13:9-23


Kamis, 18 November 2021

LEBIH HEBAT TUHAN!


Mazmur 93

Dari pada suara air yang besar, dari pada pecahan ombak
laut yang hebat, lebih hebat TUHAN di tempat tinggi.
(Mm. 93:4)

Ada berbagai tanggapan orang sewaktu menyimak kedahsyatan


kekuatan alam raya. Ada yang berdecak kagum dan
mengabadikannya dengan kamera. Ada yang merasa biasa
saja. Ada yang menjadi takut. Ada yang begitu menikmatinya,
bahkan membangun rumah di sekitarnya. Ada pula yang
memanfaatkannya untuk menjadi objek wisata. Apa pun
tanggapannya, kita tidak dapat memungkiri bahwa kita ini
kecil di hadapan Pencipta kita. Oleh sebab itu, tidak pada
tempatnya kita angkuh dan jemawa.
Pemazmur menggambarkan Tuhan sebagai Raja
alam semesta. Daya kekuatan yang ada di alam semesta
menyadarkan sang pemazmur akan kuasa Tuhan yang luar
biasa. Inilah sikap iman yang sehat. Memang, acapkali ciptaan
Allah mampu membuat kita tergetar dan kagum, tetapi bukan
untuk ditakuti dan disembah. Sumber daya alam hanyalah
pemicu kesadaran rohani tentang betapa hebatnya Tuhan.
Dengan demikian, Tuhan tetap diagungkan dan segenap
ciptaan-Nya dihargai dan dijaga kelestariannya.
Saat ini, kita sangat tertolong oleh sumber daya alam
yang sudah menopang kehidupan kita sehari-hari. Semua
hal itu kiranya membuat kita makin menyadari dan mengakui
kehebatan Tuhan. Dia setia memelihara kehidupan kita.
Semoga makin tua, kita makin rendah hati dan tidak merasa
diri hebat. Sebab, Tuhan yang berkuasa di surga jauh lebih
hebat ketimbang kita, salah satu ciptaan-Nya.

REFLEKSI:
Apa maknanya bagi hidup kita, jika kita mengakui kehebatan
Tuhan atas segenap ciptaan-Nya?

Mzm. 93; Yeh. 28:1-10; Kis. Kis. 7:54-8:1a


Jumat, 19 November 2021
TAKLUK KEPADA KRISTUS
1 Korintus 15:20-28

Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan


Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala
pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan.
(1Kor. 15:24)

Takluk artinya mengaku kalah dan mengakui kekuasaan


pihak yang dianggap menang. Dalam keseharian hidup,
secara imajinatif kita dapat menjumpai “dua kekuatan” yang
saling “bertempur” dalam batin kita. Yaitu, kebaikan dan
kejahatan, kasih dan kebencian, membangun dan merusak,
kejujuran dan kebohongan, kesetiaan dan pengkhianatan,
dan masih banyak lagi yang lain. Tentu pada akhirnya, akan
ada yang lebih berkuasa ketimbang yang lainnya. Jika sudah
berkuasa, “kekuatan” itu akan memerintah, mengendalikan
dan mengarahkan perilaku kita kepada sesama.
Yesus Kristus hadir di bumi untuk menyatakan nilai-nilai
Kerajaan Allah. Yaitu, kasih, keadilan dan kebenaran yang harus
mewarnai tatanan sosial kemasyarakatan dunia ini. Jika karena
Adam, manusia merancangkan dan menghidupi tatanan dosa
yang berujung maut maka karena Kristus, setiap orang yang
percaya ada dalam tatanan kepemimpinan Anak Allah yang
berujung pada kehidupan. Akan tiba saatnya, cara orang
menggunakan kekuatan dan kekuasaannya menjadi sesuai
dengan apa yang Allah kehendaki. Demikianlah visi Kerajaan
Allah yang ditunjukkan Kristus bagi kita.
Tanpa kepemimpinan Kristus sebagai Juruselamat, cara
kita mengelola kekuatan dan kekuasaan diri pasti sangat
penuh dengan pementingan diri sendiri. Namun, jika kita
takluk kepada Kristus, damai sejahtera Allah akan melingkupi
diri kita dan dunia.

REFLEKSI:
Apakah cara kita mengelola kekuatan dan kelebihan diri sudah
ditaklukkan oleh kuasa kasih Kristus?

Mzm. 93; Yeh. 28:20-26; 1Kor. 15:20-28


Sabtu, 20 November 2021

TAAT KEPADA KRISTUS


Yohanes 3:31-36
“Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal,
tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup,
melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.”
(Yoh. 3:36)

Kita selamat karena iman. Tidak salah, tetapi belum lengkap.


Mengapa? Iman, kepercayaan dan ketaatan adalah satu
paket. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Iman percaya
kita menjadi semacam motivasi awal yang menyemangati
hidup dan ketaatan adalah bukti tindakannya. Tanpa
ketaatan, kepercayaan tidak lebih dari basa-basi saja. Tanpa
kepercayaan, ketaatan rentan tersesat tanpa arah. Oleh
sebab itu, dalam ziarah perjalanan iman kita, keduanya
harus dijaga keseimbangannya.
Kristus mengajak Nikodemus untuk melangkah dalam
iman. Sebagai Anak Allah, Kristus memperkenalkan perjanjian
yang baru dari Allah. Jika diibaratkan, dunia yang penuh
dosa ini adalah sebuah ruangan yang tertutup rapat maka
Kristus adalah jalan keluar dari pengapnya dosa. Iman dan
ketaatan kepada Kristus akan membebaskan manusia dari
murka Allah. Hidup dalam ketaatan kepada Kristus menjadi
hidup yang bukan sekadar napas saja, tetapi berkualitas
dalam lingkup berkat keselamatan pemberian Allah.
Apa pun yang berkualitas dalam hidup pasti diawali
oleh ketaatan. Orang yang taat adalah orang yang mau
berproses dengan tekun supaya apa yang tidak ideal
semakin dibentuk terarah pada yang ideal. Jika sekarang
ini kita bertekad untuk taat pada Kristus maka kita sudah
berada pada posisi yang tepat dan benar. Pada saatnya, kita
akan melihat dan menikmati apa arti hidup sesungguhnya.

REFLEKSI:
Apakah ketaatan kepada Kristus sudah tampak dalam perjalanan
hidup saat kita sudah mengimani anugerah-Nya?

Mzm. 93; Dan. 7:1-8, 15-18; Yoh. 3:31-36


Minggu, 21 November 2021
KERAJAAN YANG BUKAN DARI DUNIA
Yohanes 18:33-37

Jawab Yesus: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku


dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan ....”
(Yoh. 18:36)

Seekor kuda liar dijinakkan dengan cara memberinya makanan


dan minuman, serta melatihnya secara keras dengan cemeti
dan tali kekang. Setelah terkendali, kuda itu dicambuk agar
dapat berlari cepat saat menarik kereta yang diikatkan pada
bahunya. Demikianlah cara yang umum digunakan untuk
mendidik dan mengarahkan hewan liar. Tetapi, mendidik dan
mengarahkan manusia (yang juga memiliki sifat liar dan buas)
tentu berbeda. Jika salah teknik dalam mendidik, manusia
justru dapat menjadi lebih liar dan buas terhadap sesamanya.
Pilatus salah paham sewaktu menginterogasi Kristus.
Dia menganggap gerakan pembaruan yang Kristus lakukan
mirip dengan pemberontakan sipil yang biasa dijumpainya
sebagai pejabat politik. Namun, Kristus menjelaskan bahwa
model kerajaan-Nya berbeda dengan model kerajaan dunia.
Kristus tidak menggunakan kekerasan. Sebab, kekerasan tidak
akan pernah bisa menggugah dan membarui pikiran dan
batin manusia dengan rela. Perjuangan pembaruan Kristus
dan kerajaan-Nya berfokus pada apa yang ada di dalam diri
manusia. Sentuhan dari dalam lebih berkuasa mengubahkan
ketimbang paksaan fisik dari luar.
Merayakan hari Kristus Raja membuat kita kembali menyadari
sifat kerajaan Allah yang diperjuangkan Kristus. Yaitu, bagaimana
pikiran dan hati harus disentuh dengan kasih yang berkorban
untuk membuahkan pembaruan sikap hidup dan tindakan.
Model inilah yang sungguh akan mengubahkan dunia.

REFLEKSI:
Apakah kita mau menerima sentuhan Kristus, Sang Raja hidup
kita untuk ikut serta menegakkan kerajaan kasih-Nya?

Dan. 7:9-10, 13-14; Mzm. 93; Why. 1:4b-8; Yoh. 18:33-37


Senin, 22 November 2021

KEPEMIMPINAN YANG BENAR


Daniel 7:19-27
Maka pemerintahan, kekuasaan dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan
di bawah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang kudus,
umat Yang Mahatinggi ....
(Dan. 7:27)

“Ada banyak jenderal di dunia ini, tetapi sedikit sekali yang benar-
benar jenderal!” Demikian diungkapkan dengan lantang dan
tegas oleh seorang pelatih dalam institusi pendidikan para calon
perwira. Maksudnya tentu untuk mengingatkan para naradidiknya
agar kelak bukan sekadar mendapat pangkat dan jabatan saja.
Melainkan, menjalankan fungsi dari jabatannya dengan penuh
dedikasi dan tanggung jawab.
Daniel adalah salah satu nabi yang diberikan karunia
penglihatan tentang masa depan oleh Allah. Dalam salah satu
penglihatannya, ia melihat rentetan peristiwa alih kepemimpinan
dari zaman ke zaman. Memang ada saatnya orang-orang fasik
memimpin, tetapi ada juga saatnya orang-orang benar akan
memimpin. Sesuai iman kita, kini kita mengerti bahwa apa yang
dilihat Daniel terkait dengan kepemimpinan Kristus. Sebagai
umat yang dipimpin Kristus, kita menjadi bagian dari umat Yang
Mahatinggi. Dengan karunia yang sudah diberikan, kita bukan
saja berstatus sebagai yang terberkati, tetapi juga menjadi jalan
berkat bagi sesama.
Tidak sedikit kita jumpai orang yang memegang jabatan,
tetapi tidak menjalankan fungsi jabatannya. Perilaku mereka korup
dan berdampak buruk pada komunitas, di mana si pemangku
jabatan berkarya. Sebagai umat Tuhan, kita harus terus belajar
betapa pentingnya integritas dalam hidup beriman. Tidak akan
ada perubahan dalam hidup, jika cara kita memimpin hidup dan
orang lain tidak dilakukan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan.

REFLEKSI:
Apakah hidup kita bersedia dibersihkan Kristus, Raja kita
dari hal-hal yang menghambat pertumbuhan iman kita?

Mzm. 76; Dan. 7:19-27; Why. 11:1-14


Selasa, 23 November 2021

RAJA PENYELAMAT BUMI


Wahyu 11:15-19
“... dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi.”
(Why. 11:18)

Aktivitas go green dapat kita hayati sebagai tindakan iman


juga. Mengapa? Sebab, pada saat kita peduli untuk menjaga
keadilan iklim dan kelestarian ekosistem bumi berarti kita
sudah menghormati Allah yang sudah dengan amat baik
menciptakan bumi ini dengan segala isinya. Sebagai pengikut
Kristus, kita dikuatkan oleh Roh Kudus untuk selalu mengingat
hal mulia ini.
Akan tiba saatnya kasih dan keadilan pemerintahan Allah
dinyatakan bagi dunia ini. Mereka yang hendak membinasakan
bumi akan dibinasakan oleh Allah. Sedari awal, Allah tidak ingin
bumi ini hancur oleh dosa. Karena itu, ketika dosa masuk ke
dalam dunia, Allah hadir melalui Kristus untuk memberikan
solusi. Sebagai raja yang memerintah selama-lamanya, Kristus
membentuk setiap orang yang percaya kepada-Nya mengalami
kesempurnaan hidup. Upah yang nyata dari setiap orang yang
setia adalah persekutuan abadi bersama Allah yang hidup
pada langit dan bumi yang sudah terbarukan.
Film-film keluaran Hollywood acapkali menggambarkan
akhir zaman dengan kehancuran bumi, seolah-olah bumi ini
tidak berharga di mata Allah. Melalui teks Wahyu yang kita
baca hari ini menjadi jelas bahwa yang dihancurkan kelak
ternyata bukan bumi, melainkan orang-orang yang hendak
membinasakan bumi. Orang-orang yang memilih untuk melawan
Allah karena memiliki jiwa yang merusak akan menerima
hukuman yang tegas dari Allah sesuai dengan keadilan-Nya.

REFLEKSI:
Apakah ibadat kita kepada Allah sudah memengaruhi pikiran
dan sikap kita untuk memelihara kelestarian bumi?

Mzm. 76; Yeh. 29:1-12; Why. 11:15-19


Rabu, 24 November 2021

KRISTUS MENGALAHKAN DUNIA


Yohanes 16:25-33
“Dalam dunia kamu menderita penganiayaan,
tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”
(Yoh. 16:33)

Sejak kita lahir, kita menjumpai dan menerima beragam nilai-


nilai hidup. Mulai dari yang diperkenalkan oleh keluarga kita,
sekolah, gereja, lingkungan pergaulan dan masyarakat pada
umumnya. Nilai-nilai itu tentu saja memengaruhi pikiran dan
perasaan kita. Cara kita berperilaku sedikit banyak merupakan
cerminan dari nilai-nilai yang sudah menjadi bagian diri kita
itu. Sayangnya, tidak semua nilai adalah baik. Ada nilai yang
buruk, merusak dan semestinya tidak lagi kita hidupi.
Tuhan Yesus berkata terus terang bahwa orang yang
mau menghidupi kasih karena percaya kepada Yesus akan
mengalami penolakan, bahkan penganiayaan. Dunia memang
masih dikuasai dosa. Salah satu buktinya ialah bahwa masih
banyak orang yang memiliki mental menerima ketimbang
memberikan kasih. Tetapi, Tuhan Yesus berjanji: orang
yang tabah dan kuat hati untuk terus bersatu dengan kasih
Kristus akan menang. Sebagaimana Kristus sudah menang
mengalahkan kuasa kejahatan dosa.
Menaklukkan orang lain dengan kekuasaan dan kekuatan
demi mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya bagi diri
sendiri adalah nilai yang umum dikenal di dunia ini. Sebuah
nilai yang terbukti membuat dunia hancur. Sebab, motivasi
untuk mendapatkan acapkali melahirkan kekerasan dan
kebencian. Tetapi, dengan motivasi yang diajarkan Kristus,
kita akan mengalahkan nilai yang menghancurkan itu dan
membuat dunia menjadi pulih dan baik.

REFLEKSI:
Apakah kekuatan diri yang kita miliki berujung pada tindakan
menuntut atau memberikan kasih?

Mzm. 76; Yeh. 30:20-26; Yoh. 16:25-33


Kamis, 25 November 2021
SALING MENASIHATI DAN MEMBANGUN
1 Tesakonika 5:1-11

Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling


membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.
(1Tes. 5:11)

“Kerja sama” tidak sama dengan “sama-sama kerja”. Di


dalam kerja sama ada sinergi. Dengan bersinergi maka hasil
pekerjaan menjadi lebih besar, sebab orang-orang yang
bekerja sama saling mengisi dan melengkapi. Sebaliknya,
jika hanya sama-sama kerja maka hasil pekerjaan bisa jadi
kecil atau bahkan minus. Sebab, masing-masing orang bisa
saja saling bersaing dan menghancurkan supaya terlihat
lebih unggul. Gereja sebagai tubuh Kristus tidak dapat
dihidupi secara egois. Mengapa? Sebab, ketidakpedulian
dalam sebuah kumpulan yang seharusnya bekerja sama
akan menghasilkan kehancuran bersama.
Rasul Paulus tahu benar apa makna persekutuan:
bukan sekadar kumpulan orang percaya saja. Tetapi, dalam
kumpulan itu, ada semangat yang sama untuk menantikan
kedatangan Tuhan kembali. Dalam semangat itu, ada
tindakan kepedulian satu sama Iain: yang lemah dikuatkan,
dan yang kurang semangat dimotivasi. Semua bertujuan
supaya iman tetap terbangun dan berdampak bagi sekitar.
Kita dapat “membunuh” orang lain dengan kata-kata
kita. Tetapi, kita juga dapat memotivasi, membangkitkan
pengharapan iman saudara-saudara seiman dengan kata-
kata kita. Jelaslah, kekuatan sebuah Jemaat tidak dibuktikan
dengan banyaknya jumlah orang yang berkumpul. Tetapi,
sejauh mana kita yang ada di dalam kumpulan itu peduli
untuk saling menasihati dan membangun.

REFLEKSI:
Apakah kata-kata yang kita ucapkan di tengah Jemaat sudah
memotivasi dan membangkitkan pengharapan iman bersama?

Mzm. 25:1-10; Neh. 9:6-15; 1Tes. 5:1-11


Jumat, 26 November 2021

KEUNTUNGAN ORANG YANG RENDAH HATI


Mazmur 25:1-10

Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum,


dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati.
(Mzm. 25:9)

Kita tidak asing dengan salib. Tetapi, apakah makna salib bagi
kita? Mungkin saja ada beragam jawaban. Namun, ada satu
makna yang jelas, yaitu kerendahan hati. Kristus menunjukkan
dengan nyata kesediaan-Nya untuk mengikuti kehendak Bapa
demi keselamatan kita. Ia mengalami salib. Namun, salib-Nya
berlanjut pada kebangkitan hidup. Kerendahan hati ternyata
tidak berujung pada kesusahan. Kerendahan hati justru
membuat kita menikmati anugerah perubahan hidup yang
penuh damai dan sejahtera pemberian Allah.
Seiring dengan permohonan pemazmur kepada Tuhan, ia
juga mengakui karya Tuhan yang nyata tersedia bagi orang
percaya. Pemazmur mengimani bahwa Tuhan membimbing
orang yang rendah hati. Kehendak Tuhan tidak akan sukar
diterima oleh mereka yang mau merendahkan hatinya. Jika
tinggi hati membuat orang mudah jatuh ke dalam dosa maka
kerendahan hati membuat orang menjadi mudah dekat dengan
anugerah Allah yang memperbarui kehidupan.
Tampaknya, tidaklah berlebihan jika kerendahan hati
dimaknakan sebagai sebuah keuntungan. Sebab, jika kita
rendah hati maka ada begitu banyak kemudahan yang akan
kita alami. Kita mudah belajar, kita mudah menerima nasihat
dan pengajaran, bahkan kritik sekalipun. Itu semua merupakan
keuntungan. Dengan belajar dan memahami apa yang baik,
benar dan membangun kehidupan maka sukacita dan sejahtera
tidak akan jauh dari hidup kita.

REFLEKSI:
Apakah kerendahan hati sudah menjadi salah satu karakter hidup
kita yang tidak mudah diubah dan berubah oleh keadaan?

Mzm. 25:1-10; Neh. 9:16-25; 1Tes. 5:12-22


Sabtu, 27 November 2021

ALLAH YANG PENGASIH DAN PENYAYANG


Nehemia 9:26-31
“Tetapi karena kasih sayang-Mu yang besar Engkau tidak
membinasakan mereka sama sekali dan tidak meninggalkan mereka,
karena Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang.”
(Neh. 9:31)

Tentulah mudah bagi kita untuk mengasihi dan menyayangi,


jika orang yang kita kasihi dan sayangi menunjukkan apa
yang sesuai dengan harapan kita. Tetapi, ujian terbesar untuk
melihat seberapa besar kasih dan sayang kepada sesama
adalah saat kita menjumpai hal-hal yang menjengkelkan dan
mengecewakan. Saat hal itu terjadi, apakah kita masih tetap
dapat mengasihi dan menyayangi?
Nehemia mencatat doa pengakuan umat Israel tentang
karya Allah yang menyelamatkan mereka di sepanjang sejarah.
Berkali-kali mereka jatuh dalam keangkuhan dosa, berkali-kali
juga Allah memberikan kesempatan baru bagi mereka untuk
berubah. Lantas, apa yang menjadi dasar tindakan Allah itu?
Tidak lain adalah kasih sayang Allah yang besar. Allah adalah
Allah yang pengasih dan penyayang. Kasih-Nya mengarahkan
kepada apa yang baik; sayang-Nya merengkuh di kala umat
jatuh dan tersesat.
Pengakuan kita akan sifat Allah yang pengasih dan
penyayang menjadi pemacu bagi kita untuk tetap berjalan
bersama-Nya dalam berbagai peristiwa hidup. Seburuk-
buruknya hidup kita—dan betapa pun besarnya upaya kita
melarikan diri dari jalan-Nya—keinginan Allah ialah supaya
kita mendapat apa yang baik dan kembali dalam lingkup
pengasihan-Nya. Kesempatan baru selalu Allah berikan bagi
orang yang rendah hati dan bersedia mengakui kekuasaan
kasih-Nya yang menyelamatkan.

REFLEKSI:
Bagaimana tanggapan kita saat menyadari bahwa Allah adalah
Maha Pengasih dan Penyayang?

Mzm. 25:1-10; Neh. 9:26-31; Luk. 21:20-24


Minggu, 28 November 2021

PERKATAAN KRISTUS BERKUASA


Lukas 21:25-36
“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”
(Luk. 21:33)

Siapakah yang paling berkuasa di dalam kehidupan kita? Jika


kita keliru menempatkan siapa yang menguasai hidup kita
maka segenap perilaku hidup kita dapat menjadi salah arah
dan tujuan. Kita harus selalu berhati-hati dalam perjalanan
kehidupan ini, sebab pendirian kita dapat berubah-ubah.
Kuasa alam dan kuasa pemerintahan-pemerintahan
dunia telah menjadi hal yang begitu diperhitungkan
dalam hidup manusia di sepanjang zaman. Ada orang
yang mengagungkan kuasa alam sebagai perwujudan
kekuasaan dewa-dewi. Ada juga yang begitu mengagungkan
pemerintahan dunia sehingga menganggap mereka sebagai
titisan ilahi. Namun ada saatnya, kata Yesus, sikap takjub
dan hormat akan terarah kepada Kristus semata. “Langit”
sebagai perwakilan kuasa-kuasa alam dan “bumi” sebagai
perwakilan kuasa-kuasa pemerintah dunia, pada saatnya
nanti akan tunduk pada perkataan dan pengajaran kasih
Kristus.
Memasuki Minggu Adven yang pertama, kita diingatkan
Tuhan Yesus untuk selalu mengingat perkataan-Nya yang
abadi, yang akan memperbarui alam semesta. Segenap
pengajaran Kristus sudah teruji dalam ruang dan waktu
dunia ini, dan terbukti berkuasa memperbarui kehidupan.
Oleh sebab itu, sikap takjub, hormat dan taat kita semestinya
tetap diarahkan kepada Kristus dan firman-Nya, bukan
kepada kuasa-kuasa lain yang fana.

REFLEKSI:
Apa saja perkataan-perkatan Yesus yang sudah mengubah
kehidupan kita dan lingkungan kita selama ini?

Yer. 33:14-16; Mzm. 25:1-10; 1Tes. 3:9-13; Luk. 21:25-36


Senin, 29 November 2021

MAKIN MENGENAL YESUS KRISTUS


2 Petrus 3:1-18

Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan


akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan,
sekarang dan sampai selama-lamanya.
(2Ptr. 3:18)

“Tidak kenal maka tidak sayang.” Pepatah ini menyiratkan


betapa pengenalan yang baik terhadap orang lain akan
memengaruhi cara kita bersikap dan bertindak kepadanya.
Orang yang asing tentu sedikit mendapat perhatian kita,
tetapi orang yang sangat kita kenal akan selalu mendapat
tempat dalam pikiran dan hati kita. Prinsip ini pun dapat kita
terapkan kepada Kristus.
Kita semua merindukan langit dan bumi yang akan
diperbarui Allah. Pada saat itu terjadi, keadilan dan kebenaran
yang dikehendaki Allah hadir dengan utuh dan sempurna. Kita
akan menikmati kepemimpinan dan berkat Allah melalui Tuhan
Yesus Kristus, Raja Penyelamat hidup kita selama-lamanya.
Demikianlah Petrus mengajak setiap orang percaya untuk
menyadari visi pengikut Kristus yang tidak boleh diabaikan.
Untuk mencapai visi itu, hubungan baik dengan Allah dan
pengenalan kepada Kristus harus dijaga kesungguhannya,
semakin hari semakin baik.
Makin kita merasakan rahmat Tuhan Yesus Kristus, Raja
hidup kita, semestinya kita pun makin termotivasi untuk
mengenal apa yang Kristus harapkan kita hidupi. Alasan
orang meninggalkan Kristus bukanlah semata-mata karena
tergiur godaan yang menyesatkan, tetapi karena belum
mengenal dengan baik siapa Kristus dan apa yang Kristus
sedang hadirkan di dalam hidupnya. Karena itu, waspadalah!
Kenalilah Kristus dan karya-Nya dengan sebaik-baiknya.

REFLEKSI:
Apa yang akan kita lakukan untuk makin mengenal Tuhan
Yesus Kristus dan karya-Nya bagi hidup kita?

Mzm. 90; Bil. 17:1-11; 2Ptr. 3:1-18


Selasa, 30 November 2021
ALFA DAN OMEGA
Wahyu 22:12-16

“Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian,
Yang Awal dan Yang Akhir.”
(Why. 22:13)

Tidak terasa kita sudah mendekati akhir tahun 2021. Begitu


banyak pengalaman hidup, baik suka maupun duka telah
kita alami di tahun yang tidak mudah ini. Tidak lama lagi,
kita akan mengawali tahun yang baru. Begitulah kenyataan
kehidupan kita selalu diwarnai oleh siklus awal dan akhir.
Namun demikian, patutlah kita merenungkan bagaimanakah
kita menyikapi sebuah awal dan akhir dalam perjalanan
kehidupan kita?
Penegasan Tuhan Yesus sebagai “Yang Pertama dan
Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir” menunjukkan
bahwa kuasa-Nya melingkupi segala sesuatu. Salah satu sifat
Allah yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama ialah “Yang
sudah ada dan yang akan ada.” Ini adalah sifat kekekalan
yang dimiliki Allah. Sifat yang juga terdapat pada Kristus
dan Roh Kudus. Kita pun percaya bahwa akhir hidup kita
kelak adalah menikmati persekutuan kasih dengan Allah
Tritunggal dalam keabadian yang membahagiakan.
Mari menjadi bijak menyikapi siklus awal dan akhir
dalam hidup kita. Contoh yang konkret adalah awal dan
akhir hari yang kita jalani. Menghayati Kristus sebagai Yang
Awal dan Yang Akhir, Sang Alfa dan Omega, semestinya
menjadikan hari-hari kita diisi oleh karya-karya hidup yang
sesuai dengan pengajaran-Nya. Sesuai janji Kristus, kesediaan
kita “membasuh jubah” kehidupan kita akan berbuahkan
kehidupan abadi bersama-Nya, pada saatnya nanti.

REFLEKSI:
Apa yang akan kita lakukan untuk mengisi hari-hari kita sebagai orang yang
mengimani bahwa Kristus menguasai ruang dan waktu hidup kita?

Mzm. 90; 2Sam. 7:18-29; Why. 22:12-16


Pdt. Essy Eisen
TTL : Tangerang, 24 September
1980
Pendidikan :
2003 : S-1, STFT Jakarta

Pelayanan :
2005-Sekarang : GKI Halimun

Pdt. Santy Manurung


TTL : Jakarta, 6 Maret 1982

Pendidikan :
1999-2004 : S-1, STFT Jakarta
2014-2019 : S-2, STF Driyarkara

Pelayanan :
2005-Sekarang : GKI Griya Merpati Mas
S ejak Maret 2020 banyak orang di Indonesia melakukan
“isolasi diri” karena Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
Bukan hanya Indonesia, tetapi seluruh dunia yang biasanya
ramai mendadak melambat atau berada dalam modus
slowdown karena pandemi Covid-19. Sungguh, pandemi
covid-19 tidak mendiskriminasi siapa pun, ia membawa
derita secara acak. Sehingga, bisa dikatakan bahwa
pandemi covid-19 telah menjadi pengkhotbah ulung
yang menegur kehidupan kita.

“Natal dan Ketulusan Hati” adalah topik yang terlihat


biasa-biasa saja, tetapi saling beririsan dalam membangun
makna. Perayaan natal menyaksikan bagaimana Allah
Trinitas dengan tulus mengambil bagian dalam sejarah
umat manusia untuk mewujudkan karya keselamatan-
Nya. Kelahiran Yesus menjadi momentum bagi umat
kristiani untuk menerima pemulihan dari Allah. Manusia
termasuk orang Kristen, menghadapi pandemi covid-19
dengan sikap beragam. Namun, sebagai umat beriman,
kita perlu menyadari bahwa iman yang menyangga
totalitas keberadaan kita tidak boleh menyasar-nyasar
seperti orang linglung. Iman menuntun kita teguh dalam
menghadapi pergumulan hidup.

Beberapa tips berikut kiranya menolong kita untuk


menghayati makna “Natal dan Ketulusan hati.”
1. Natal menghadirkan spirit inkarnasi Allah Trinitas
Salah satu anggapan yang beredar di kalangan umat
kristiani adalah Natal merupakan perayaan ulang tahun
Yesus Kristus. Karena itu, kebanyakan perayaan Natal di
zaman modern ini dimanifestasikan dengan lampu hias
dan pesta, bak perayaan sweet seventeen. Pemahaman
demikian harus diperbaiki dan mengembalikan makna
Natal sebagai berita sukacita tentang misteri inkarnasi
Allah Trinitas. Perjanjian Baru sering membicarakan
“misteri” inkarnasi yang di dalamnya Allah membuka diri
untuk dikenali, seperti dinyatakan dalam Roma 16:25-26.
Begitu juga dalam Kolose 2:2 yang menyatakan bahwa
misteri Allah adalah Kristus itu sendiri. Surat Timotius
juga menjelaskan bagaimana Roh Allah turut serta dalam
inkarnasi Allah Trinitas, “Dia, yang telah menyatakan
diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh”
(1Tim. 3:16).

Ketika Yesus lahir, Allah dan Roh Kudus ada bersama-


sama dengan Yesus sebagai kesatuan yang utuh, untuk
menyatakan cinta-Nya kepada umat manusia tanpa henti.
Di sinilah rahasia dari inti iman Kristen yang berpusat pada
Allah Trinitas itu, yaitu Yesus yang menghadirkan seluruh
pribadi Allah dalam kisah Natal sampai pada kematian
dan kenaikan-Nya ke surga.

2. Natal membawa damai sejahtera di hadapan


dunia yang resah
Kelahiran Yesus di rumah yang sederhana bukanlah narasi
yang diciptakan Allah dalam ruang hampa. Kelahiran-
Nya yang dibalut kesederhanaan adalah kritik terhadap
kekuasaan yang semena-mena, penindasan dan segala
bentuk ketidakadilan. Jika kita melihat sejarahnya, Yesus
lahir dalam konteks penjajahan Romawi. Di sana, kita
menyaksikan masyarakat yang ketakutan, dimanipulasi,
baik oleh pemimpin agama Yahudi maupun penjajah. Jika
kelahiran Yesus adalah sebuah kritik maka Yesus lahir untuk
berpihak kepada orang-orang miskin, gembala, bahkan Ia
menghadirkan diri secara utuh bagi orang berdosa seperti
pelacur, pencuri, pemungut cukai. Jadi, damai sejahtera
sudah dimulai dari kisah Natal: kelahiran Yesus Kristus.

3. Natal mengasah sikap ketulusan hati untuk


menebalkan solidaritas
Damai sejahtera Allah memang sudah dimulai sejak
kelahiran Yesus, tetapi damai sejahtera belumlah paripurna.
Damai sejahtera adalah proses yang terus-menerus
berlangsung dalam sejarah dunia. Oleh karena itu, sikap
ketulusan hati umat kristiani menjadi urgen. Ketulusan
hati bukanlah sikap memberi diri secara bablas tanpa
kalkulasi, melainkan mampu memanifestasikan kasih
secara nyata kepada sesama dengan kesadaran bahwa
ada konsekuensi logis atasnya. Dengan kata lain, kita
rela berkorban untuk bersolidaritas dengan yang miskin
dan yang lemah. Singkatnya, ketulusan hati adalah sikap
memberi diri kepada Allah secara utuh.

Salah satu implikasi menebalkan solidaritas kepada sesama


di momen Natal ini adalah membantu korban pandemi
Covid-19. Virus ini bukan saja menginfeksi tubuh manusia,
tetapi juga telah merambati dunia sosial, mengakibatkan
kontraksi pada ekonomi global, bahkan mengubah
perilaku manusia. Kita menyaksikan banyak orang yang
kehilangan pekerjaan dan usaha mereka sehingga banyak
orang menjadi ringkih dalam iman dan miskin secara
materi. Yesus memiliki cara istimewa untuk menebalkan
solidaritas di zamannya seperti dinarasikan Matius 14:13-
21, yaitu Yesus memberi makan 5000 orang dengan 5 roti
dan 2 ikan. Narasi ini secara gamblang memperlihatkan
bahwa Yesus tidak hanya mengajarkan orang banyak
tentang kebenaran Allah, tetapi juga memberikan apa
yang tubuh mereka butuhkan, yaitu makanan. Ingatlah,
cara kita memperlakukan orang yang terkecil di antara
kita merefleksikan cara kita memperlakukan Allah.
4. Ketulusan hati untuk hidup harmoni dengan alam
Natal adalah kisah di mana Allah menjadi manusia untuk
memperbarui relasi antara ciptaan dengan Allah. Karena itu,
narasi kelahiran Yesus sekaligus memuat narasi Paskah yang
agung. Sebab, tanpa kelahiran, tidak mungkin ada kematian
dan kebangkitan. Jadi, Natal merupakan berita keselamatan
yang bukan hanya akan diterima oleh manusia, tetapi juga
seluruh ciptaan Tuhan. Maka, pesan Natal juga berimplikasi
ekologis.

Dunia yang kita huni ini adalah tempat yang ramai dengan
kerumunan barang karena nadi ekonomi dan percabangannya
memberi denyut gaya hidup urban. Umat kristiani diundang
untuk menengok peristiwa covid-19 yang telah memberi
kita pelajaran bahwa sudah saatnya kita bersama-sama
mempercepat target pencapaian penurunan emisi karbon
dan hidup bertanggung jawab untuk memelihara dan
melestarikan alam kita.

5. Natal Dan keramahtamahan Allah di tengah keluarga


Jika kita mengikuti kisah Natal versi Lukas maka kita berjumpa
dengan narasi keramahtamahan. Mengutip pendapat Joas
Adiprasetya, Yusuf dan Maria pulang ke Betlehem, ke kampung
halaman mereka untuk mengikuti sensus. Di kota Daud itu,
mereka disambut dengan hangat oleh keluarga mereka. Di
rumah keluarga mereka inilah Yesus dilahirkan. Adiprasetya
melanjutkan: mereka diberikan ruangan yang baik, kataluma
yang lebih berarti “ruang tamu.” Jika demikian, Yesus tidak lahir
di kandang domba, tetapi di tengah-tengah keramahtamahan.
Sekarang kita melihat ragam kompleksitas makna Natal.
Jadi, bukankah Natal menggambarkan relasi yang erat di
antara anggota keluarga? Natal, dengan demikian, adalah
narasi penerimaaan di antara sesama anggota keluarga dan
bukan ketersisihan.

Melny Nova Katuuk


Rabu, 1 Desember 2021

KEMBALILAH!
Mazmur 90
Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata:
“Kembalilah, hai anak-anak manusia!”
(Mzm. 90:3)

Martin Heidegger, seorang filsuf asal Jerman, pernah


menyatakan, “The Dasein is a being towards death.” Martin
Heidegger kurang lebih hendak mengatakan bahwa
manusia sejak lahir di dunia sudah menuju kepada kematian.
Rasanya, tak berlebihan ketika Heidegger menyatakan
hal tersebut. Apa yang dinyatakan adalah buah dari
perenungan yang mendalam. Mari kita mengakui betapa
kecilnya manusia, hanya setitik debu di permukaan butiran
kecil bernama planet Bumi. Lalu, kita yang kecil ini hadir
di dunia dalam bermacam keseharian, pergulatan hidup,
suka dan duka. Kita juga menyaksikan betapa banyak
peristiwa kekerasan yang bisa menerpa kita, kapan pun
dan di mana pun.
Kita mengimani betapa pun kita ini sangat kecil dan
rentan, kita adalah buatan tangan Allah yang dicintai-Nya.
Karena kita dicintai-Nya maka kita yang kecil dan terbatas
ini, seharusnya makin merasa kagum dan menghormati
setiap kehidupan; tidak memandang remeh kehidupan
setiap anak manusia.
Kita yang dicintai-Nya ini pun menyadari bahwa setiap
anak manusia yang lahir dan bertumbuh, berkarya dan
memberi makna pada kehidupan yang dijalani juga akan
mati. Namun, kematian anak manusia adalah panggilan
kembali pulang kepada Allah yang mencintai kita. Ia
berkata: “Kembalilah, hai anak-anak manusia!”

DOA:
Ya Allah yang mencintai kami yang rentan dan fana ini, tolong agar kami
memberi makna pada kehidupan yang Engkau karuniakan. Amin.

Mzm. 90; Yes. 1:24-31; Luk. 11:29-32


Kamis, 2 Desember 2021

MOTIF YANG BAIK


Filipi 1:12-18a
Ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan,
tetapi ada pula yang memberitakan-Nya dengan maksud baik.
(Flp. 1:15)

Tindakan yang dipandang baik, seperti memberikan


bantuan sosial, memberitakan ajaran agama, dan segudang
kegiatan baik lainnya masih perlu diselidiki motif di
baliknya. Sebab, tindakan yang dianggap baik jika disertai
dengan motif yang tidak baik, akan menciderai tindakan
itu sendiri. Motif memang tidak dapat secara gamblang
dapat dilihat, tetapi dapat menentukan buah dari tindakan.
Motif berasal dari kata movere (bahasa Italia) yang
berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Motif dalam
ilmu psikologi berkaitan erat dengan gerak yang dilakukan
individu. Motif berasal dari dalam diri individu. Harold
Koontz mendefinisikan motif adalah sesuatu keadaan
dari dalam yang memberi kekuatan, yang menggiatkan,
menggerakkan perilaku ke arah tujuan-tujuan.
Paulus dalam suratnya kepada jemaat Filipi, dari dalam
penjara, memberikan perhatian sangat penting pada
motif melakukan tindakan memberitakan tentang Kristus.
Memberitakan Kristus adalah tindakan yang baik, tetapi
Paulus menyadari bahwa tindakan memberitakan Kristus
menjadi baik ketika disertai motif yang baik, dengan
maksud yang baik. Paulus menyadari ada yang memakai
tindakan memberitakan Kristus dengan motif disertai
kedengkian dan perselisihan. Karena itu, hendaknya kita
dengan cermat menyelidiki setiap motif dari tindakan
agar berbuah baik.

DOA:
Tuhan, tolong kami agar memiliki motif yang baik kala
memberitakan tentang karya Kristus. Amin.

Luk. 1:68-79; Mal. 3:5-12; Flp. 1:12-18a


Jumat, 3 Desember 2021

TINGGAL DI DUNIA
Filipi 1:18b-26
... tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.
(Flp. 1:24)

Dalam kehidupan ini, kita kerap bertanya mengapa ada


begitu banyak penderitaan? Mengapa orang yang tidak
bersalah mengalami ketidakadilan, penganiayaan? Mengapa
anak-anak menderita sakit yang sangat mengerikan? Apakah
hidup ini masih pantas untuk dijalani?
Seorang filsuf sekaligus sastrawan besar Prancis bernama
Albert Camus juga merenungkan hidup yang bergulat dengan
absurditas. Meskipun Albert Camus mengatakan bahwa hidup
ini banyak absurditasnya, tetapi bukan berarti ia seorang
pembenci kehidupan. Albert Camus justru mengajak kita
untuk tetap memaknai kehidupan dan memperjuangkan
kehidupan, tidak boleh berpasrah kalah dengan menginginkan
kematian daripada memperjuangkan kehidupan.
Paulus dalam seluruh pergulatan kehidupan dan
pelayanannya merindukan untuk beristirahat “pergi dan
diam bersama-sama dengan Kristus” (ay. 23). Namun, Paulus
menyadari bahwa kehidupan yang masih dipercayakan adalah
sebuah kehormatan sehingga kehidupan itu diisi dengan
bekerja memberi buah (ay. 22). Paulus menyadari bahwa
dunia masih pantas untuk diperjuangkan, dengan bergiat
tinggal di dunia dan berkarya bersama saudara-saudara
dalam persekutuan. Ia berkata, “Tetapi lebih perlu untuk
tinggal di dunia karena kamu” (ay. 24). Paulus menghayati
adalah sebuah kesukacitaan berkarya bersama dengan jemaat
sehingga jemaat semakin maju dan bersukacita dalam iman.

DOA:
Tuhan, tolong kami agar meskipun menghadapi rupa-rupa pergulatan,
kami setia memenuhi tugas panggilan kami. Amin.

Luk. 1:68-79; Mal. 3:13-18; Flp. 1:18b-26


Sabtu, 4 Desember 2021

TIDAK MELEKAT
Lukas 9:1-6
“Kata-Nya kepada mereka: Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan,
jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju.”
(Luk. 9:3)

Saat mengikuti rangkaian Bina Kader yang dimulai tahun 2005,


saya menyiapkan beberapa perlengkapan yang disyaratkan
harus dibawa. Saya merasa bingung, entah apa hubungan antara
perlengkapan yang disyaratkan dengan tujuan dan jenis kegiatan
yang akan dijalani? Ketika menjalani rangkaian kegiatan, rasa
bingung semakin bertambah. Perlengkapan yang kami bawa
demikian minim. Kami singgah dari satu tempat ke tempat lain
dan bertemu dengan komunitas lain yang menerima kami dalam
kesederhanaan dan keterbatasan. Namun, kesederhanaan dan
keterbatasan itu justru membuat saya merasakan pemeliharaan
Tuhan terjadi, bukan karena bergantung pada benda-benda
yang membuat saya merasa nyaman.
Tuhan Yesus mengutus murid-murid-Nya dengan
memberikan daya, kemampuan untuk mewartakan Kerajaan
Allah, menghadirkan damai sejahtera, dan kesediaan mau
melepas kebergantungan pada hal-hal yang menyulitkan mereka
bergantung kepada Allah (Luk. 9:3). Perjalanan memenuhi tugas
panggilan yang ditempuh para murid mengharuskan mereka
berjalan dalam kerendahan hati, melepaskan hal-hal yang dapat
merintangi mereka, dan dengan iman bergantung hanya pada
pemeliharaan Allah.
Kita juga dipanggil dan diutus untuk mewartakan nilai
Kerajaan Allah. Untuk itu, kita diminta melepaskan hal-hal yang
masih melekat dalam diri kita, yang bisa merintangi tugas dan
panggilan kita.

DOA:
Tuhan, ajarlah kami semakin bergantung kepada pemeliharaan-Mu. Amin.

Luk. 1:68-79; Mal. 4:1-6; Luk. 9:1-6


Minggu, 5 Desember 2021

MELAWAT DAN MERAWAT


Lukas 1:68-79
“Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya
dan membawa kelepasan baginya ....”
(Luk. 1:68)

Salah satu program rutin yang dilakukan banyak gereja


adalah melawat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
melawat memiliki arti bepergian mengunjungi negeri lain,
datang mengunjungi orang yang sakit atau meninggal
dunia. Aktivitas melawat menjadi aktivitas yang umum
dilakukan oleh masyarakat, tak terkecuali aktivitas
antarnegara.
Walaupun aktivitas melawat adalah aktivitas yang umum
dilakukan, tetapi aktivitas melawat yang dilakukan gereja
memiliki landasan yang khusus dan mendasar. Aktivitas
melawat yang dilakukan gereja dilandasi oleh keyakinan
iman, yaitu Allah yang lebih dahulu melakukan tindakan
melawat. Allah melawat umat-Nya yang dibelenggu oleh
struktur sosial yang menekan; dibelenggu oleh diskriminasi
ras, gender, ketimpangan ekonomi; atau dibelenggu
oleh cara berpikir bahwa orang lain yang berbeda patut
ditaklukkan. Allah melawat umat-Nya sehingga memperoleh
kelepasan, kegembiraan, dan merasakan cinta Allah. Dalam
tindakan melawat, Allah merawat umat-Nya.
Zakharia dan Elisabet di usia yang sudah tua mengalami
lawatan Allah. Dalam ketakjuban, mereka memuji karya
Allah dalam hidup mereka berdua. Karena itulah, kita turut
merespons Allah yang setia melawat dan merawat umat-
Nya dengan tindakan kita saling melawat dan merawat
kehidupan persekutuan.

DOA:
Tuhan, ajar kami sebagai persekutuan saling melawat dan merawat. Amin.

Mal. 3:1-4; Luk. 1:68-79; Flp. 1:3-11; Luk. 3:1-6


Senin, 6 Desember 2021

YANG BERTEKUN BERSUKACITA


Mazmur 126
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata,
akan menuai dengan bersorak-sorai.
Mzm. 126:5

Dalam kehidupan ini, kita patut mengakui bahwa tidak selalu


kita dapat merasakan kehadiran Allah. Ada saat kita merasa
seolah-olah Allah tidak hadir dalam hidup kita, khususnya
dalam pergumulan yang terasa berat dan menekan. Dalam
kondisi seperti itu, kita pun terus mencari dan menginginkan
jaminan bahwa di tengah kesulitan yang kita alami itu, damai
sejahtera Allah tetap ada dalam diri kita.
Mazmur 126 menjadi penuntun bagi kita untuk menemukan
pegangan dan jawaban di kala kita merasa tertekan dan kering.
Mazmur 126 adalah salah satu kumpulan nyanyian ziarah.
Mazmur ini mengingatkan orang Israel pada pengalaman
masa lalu bahwa meskipun penuh penderitaan, tetapi memiliki
pengharapan. Hal ini menunjukkan bahwa sukacita bagi umat
Tuhan bukan bergantung pada situasi yang terjadi dalam
kehidupan mereka, melainkan bergantung pada Allah. Allah
telah berkarya dalam kehidupan umat-Nya di masa lalu,
di masa-masa yang pahit, dan Ia masih terus berkarya. Ini
menjadi jaminan bagi umat-Nya untuk menjalani kehidupan
yang masih berlangsung di masa depan.
Umat yang bertekun bersama dengan Allah, walaupun
mengalami kepedihan, tidak akan ditinggalkan. Perjalanan
bersama Allah, diandaikan pemazmur seperti orang-orang
yang menabur dengan mencucurkan air mata, namun akan
menuai dengan sorak-sorai (ay. 5). Berkat Allah berlimpah
bagi setiap orang percaya, yaitu kekuatan dan pemulihan.

DOA:
Ya Tuhan, tolong kami agar walaupun di dalam kepedihan,
kami tetap berjalan bersama-Mu. Amin.

Mzm. 126; Yes. 40:1-11; Rm. 8:22-25


Selasa, 7 Desember 2021

BERUSAHA SUNGGUH-SUNGGUH
2 Petrus 1:2-15
Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh,
supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh.
(2Ptr. 1:10)

Setiap kita diberi karunia yang khas, dan melalui karunia itu kita
dipanggil untuk berkarya. Dalam memenuhi panggilan untuk
berkarya, kita juga diperlengkapi dengan iman. Namun, kita
menyadari bahwa karunia, begitu juga iman yang diberikan,
perlu selalu dirawat, dipelihara dan terus diasah.
Petrus melalui suratnya merasa perlu untuk mengingatkan
jemaat bahwa panggilan yang sudah dipercayakan kepada
jemaat perlu terus dirawat, dipelihara dan diasah. Jemaat
perlu dengan setia bersungguh-sungguh belajar dan semakin
mencintai firman-Nya, agar panggilan semakin teguh (ay. 10).
Melalui suratnya, Petrus mengingatkan bahwa perlu terus
menambahkan kepada iman kebajikan, dan kepada kebajikan
pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri,
kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan
kesalehan, dan kepada kesalehan kasih kepada saudara-
saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan
semua orang (ay. 5-7).
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak tantangan.
Karena itu, segenap karunia yang diberikan kepada kita
perlu dirawat dan diasah. Karunia yang ada perlu diasah
dengan menambahkan kebajikan, pengetahuan, penguasaan
diri, ketekunan, dan kasih kepada semua orang. Kemauan
kita mengasah karunia merupakan bukti bahwa kita mau
mengupayakan panggilan dengan sungguh-sungguh agar
panggilan itu semakin teguh.

DOA:
Tuhan, tolong kami sebagai umat-Mu agar berusaha
sungguh-sungguh mengerjakan panggilan kami. Amin.

Mzm. 126; Yes. 19:18-25; 2Ptr. 1:2-15


Rabu, 8 Desember 2021

KUATKAN HATIMU!
Yesaya 35:3-7
“Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati:
“Kuatkanlah hati, janganlah takut!”
(Yes. 35:4)

Ketika mencicipi makanan maka indra perasa kita, yaitu lidah,


menandai rasa secara tegas, baik itu rasa manis, asam, pahit,
pedas, atau asin. Ketika lidah kita tidak dapat menandai rasa
secara tegas, kita mungkin menjadi bertanya-tanya: apakah
ada masalah dengan lidah kita sehingga yang terasa hanya
rasa tawar; tidak manis, tidak pahit, tidak pedas, tidak asin?
Bagaimana dengan kondisi tawar hati? Yaitu, kondisi tidak
bergembira, tidak lagi memiliki hasrat terhadap kehidupan,
hilang keberanian, hilang harapan. Kondisi yang ditimbulkan
oleh banyaknya dan beratnya persoalan hidup, penderitaan
yang terasa panjang, bahkan tak kunjung usai. Kondisi
yang, tak ayal lagi, membuat orang yang mengalaminya
merasakan hidupnya tidak lagi berarti bagi siapa pun, tak
terkecuali bagi dirinya sendiri.
Lalu, bagaimana agar orang-orang yang dalam kondisi
tawar hati kembali mendapatkan kehangatan hati? Pandanglah
Tuhan! Dalam situasi yang terasa tanpa harapan sekalipun,
pandanglah Tuhan. Sebab, dengan memandang kepada
Tuhan, kita memilih untuk tetap menjalani kehidupan
sehari-hari. Kita memilih untuk tidak terjebak pada rasa
takut. Dengan demikian, kita pun mendapat kesempatan
untuk bersaksi kepada orang-orang yang juga mengalami
masa-masa sulit, yang membuat mereka menjadi tawar hati.
Ketika mengalami tawar hati, pandanglah kepada Tuhan,
kuatkanlah hati, janganlah takut!

DOA:
Tuhan, ketika kami merasa tawar hati, tolonglah kami untuk
dapat memandang kepada-Mu. Amin.

Mzm. 126; Yes. 35:3-7; Luk. 7:18-30


Kamis, 9 Desember 2021

REMUKLAH KECONGKAKAN
Amos 6:1-8
“ Aku ini keji kepada kecongkakan Yakub, dan benci kepada purinya ....”
(Am. 6:8)

Betapapun besarnya rasa sayang kepada orangtua, anak,


kakak, adik, teman, sahabat, kekasih, tetapi ketika mereka
berlaku congkak, melakukan kekerasan, menghalalkan
segala cara untuk mencapai tujuan, menindas sesama maka
tegurlah, berilah peringatan! Sebab, kasih sayang yang
terjalin antara sesama harus disertai dengan kecintaan pada
nilai-nilai keluhuran, kerendahan hati, belas kasihan, dan
solidaritas kepada mereka yang dilemahkan oleh penindas.
Melalui kitab Amos, kita diajak untuk memahami bahwa
walaupun Tuhan mengasihi manusia, tetapi tidak berarti
Tuhan menutup mata terhadap ketidakadilan. Tuhan
memperhatikan dan Ia tidak tinggal diam ketika menyaksikan
umat-Nya menjadi congkak dan menindas sesamanya. Tuhan
mengasihi umat-Nya dan justru karena kasih-Nya itulah Ia
bertindak mendidik, bahkan menghukum umat-Nya ketika
umat yang dikasihi-Nya itu melakukan ketidakadilan.
Tuhan mengasihi kita. Hal itu Ia tunjukkan dengan cara
mendidik kita, agar kita mencintai kehendak-Nya. Karena
kasih-Nya, Tuhan tidak ragu menegur kita dengan ketegasan,
agar kita tidak hancur dalam kecongkakan. Tuhan mencintai
kita bukan karena kebaikan atau prestasi kita. Ia mencintai
kita karena Ia adalah Sang Cinta. Rawatlah cinta Tuhan
dengan tidak merasa diri lebih hebat dari orang lain, atau
menjadi congkak karena pencapaian yang sesungguhnya
adalah karunia Tuhan.

DOA:
Tuhan, tegurlah kami ketika kami menjadi congkak dan ajarlah
kami menyadari bahwa dicintai oleh-Mu karena anugerah. Amin.

Yes. 12:2-6; Am. 6:1-8; 2Kor. 8:1-15


Jumat, 10 Desember 2021

KEMURAHAN HATI
2 Korintus 9:1-15

... kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati,


yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.
(2Kor. 9:11)

“The poor people are often the most generous.” Apakah Saudara
pernah mendengar atau membaca ungkapan tersebut?
Saya percaya di antara kita ada yang turut menganggukkan
kepala membaca ungkapan tersebut. Sebab, berangkat dari
pengalaman berjumpa dengan orang-orang yang miskin,
tetapi menunjukkan kemurahan hati yang sangat besar.
Salah seorang warga jemaat kami menderita sakit kanker
payudara selama empat tahun. Pada awalnya, ia merahasiakan
tentang penyakitnya itu. Namun, kemudian, ia menguatkan
hati untuk memberitahukan kepada keluarga, pendeta,
dan teman-temannya. Dia menjalani 24 kali kemoterapi
hingga tubuhnya tidak sanggup lagi menjalani rangkaian
pengobatan. Perlahan, tubuhnya melemah, matanya tidak
dapat melihat, telinganya tidak dapat mendengar, dan ia
tidak dapat berjalan. Mereka bertetangga dengan orang-
orang yang berasal dari kelas ekonomi terbatas. Namun,
saya menyaksikan bagaimana tetangga-tetangga mereka
bergantian merawat. Ketika rumah mereka kebanjiran, para
tetangga bergantian mencuci dan mengeringkan kasur,
pakaian, dan memapahnya. Ketika ia meninggal dunia,
para tetangga pun bergantian membantu pihak gereja agar
proses pemakaman berjalan lancar.
Dalam kemiskinan mereka, para tetangga si penderita
sakit menunjukkan kemurahan hati. Dalam kemurahan hati
mereka, saya menyaksikan kemurahan hati Allah.

DOA:
Ya Allah, kami mau diperkaya dengan kemurahan hati. Amin.

Yes. 12:2-6; Am. 8:4-12; 2Kor. 9:1-15


Sabtu, 11 Desember 2021

MEMBERI NAMA BUKAN MENGUASAI


Lukas 1:57-66
Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya
nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu.
(Luk. 1:62)

Kala remaja, saya didorong oleh rasa ingin tahu. Salah satu
dari banyak hal yang ingin saya ketahui adalah siapa yang
memberi nama kepada saya, dan apakah arti nama saya?
Saya pun mengajukan pertanyaan kepada mama saya. Mama
menjawab bahwa bapa sayalah yang memberi nama saya. Lalu,
saya bertanya, “apakah mama turut memberi nama saya?”
Mama menjawab, “Nama itu adalah pemberian bapa.” Lagi,
saya bertanya, “Mengapa hanya bapa yang memberi nama?”
Pertanyaan demi pertanyaan mengiringi proses kehidupan
saya, sampai kepada pertanyaan sejak kapan patriarki menjadi
struktur yang nyaris menguasai semua elemen hidup manusia?
Dalam Lukas 1:62, sanak saudara yang hadir menantikan
Zakharia memberi nama kepada anak mereka yang baru
lahir. Mereka menyarankan agar anak itu diberi nama yang
sama dengan bapaknya, yaitu Zakharia. Namun, Elisabet
mengatakan bahwa nama anak mereka adalah Yohanes.
Zakharia mengesahkan perkataan Elisabet, ia menulis, “Namanya
adalah Yohanes.” Zakharia memberi nama Yohanes kepada
anak mereka.
Memberi nama tidak sekadar memberi nama. Memberi
nama menjadi penanda bahwa manusia menjadi milik identitas
budaya, tak terkecuali agama. Namun, memberi nama tidak
sama dengan memasukkan, apalagi memenjara manusia
dalam konstruksi nilai yang dapat memenjarakan. Memberi
nama hendaknya disertai dengan doa.

DOA:
Tuhan, ajar kami agar memiliki kerendahan hati,
keluasan hati sehingga tidak diskriminatif. Amin.

Yes. 12:2-6; Am. 9:8-15; Luk. 1:57-66


Minggu, 12 Desember 2021

RASA CUKUP
Lukas 3:7-18
Jawab Yohanes kepada mereka: “Jangan merampas dan jangan
memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu.”
(Luk. 3:14)

“Bumi ini dapat mencukupkan kebutuhan manusia, tetapi


tidak dapat memuaskan keserakahan manusia.” Ungkapan
terkenal ini datang dari Mahatma Gandhi. Menurut saya, bumi
ini sejak semula tidak pernah diperuntukkan hanya untuk
manusia. Karena itu, manusia harus belajar mengenal dan
menghayati apa itu rasa cukup dalam kehidupan sehari-hari.
Merasa cukup mungkin tidak terlampau sulit kita
lakukan ketika dalam kondisi yang terbatas, apalagi dalam
kondisi kekurangan. Tetapi, bagaimana jika dalam kondisi
berkelimpahan? Ada ungkapan yang biasa diucapkan
kebanyakan orang: “Jika posisimu sedang di atas, lihat ke
bawah, dong!” Seolah-olah manusia baru bisa mengerti arti
rasa rasa cukup ketika dalam kondisi keterbatasan. Namun,
apakah kita baru akan mengerti rasa cukup, ketika dalam
kondisi yang terbatas? Misalnya, terbatas untuk membeli
macam-macam barang, atau menikmati macam-macam
makanan dan minuman? Penulis Injil Lukas mengingatkan kita
agar mawas terhadap kecenderungan nafsu keserakahan yang
ada dalam diri. Setiap orang diperingatkan agar mencukupkan
diri dengan rezeki yang diberikan Tuhan, tidak merampas
dan memeras orang lain (ay. 14b).
Manusia akan mampu mengerti rasa cukup dan merasa
cukup jika melatih diri. Latihan ini dilakukan sedari kecil,
misalnya melatih diri mengendalikan nafsu memiliki barang-
barang yang tidak dibutuhkan.

DOA:
Tuhan, ajar kami agar tidak merampas hak orang lain
dan mengerti rasa cukup. Amin.

Zef. 3:14-20; Yes. 12:2-6; Flp. 4:4-7; Luk. 3:7-18


Senin, 13 Desember 2021

KURBAN YANG BERKENAN KEPADA ALLAH


Ibrani 13:7-17
Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan,
sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.
(Ibr. 13:16)

Seorang guru yang bijaksana tentu akan memotivasi murid-


muridnya agar tidak lekas berpuas diri atas pencapaian
prestasi, kepintaran, kekayaan, dan menjadikan diri sebagai
pusat. Seorang guru yang baik akan memotivasi murid-
muridnya agar terus belajar mengasah, menajamkan kepekaan
sehingga dirinya dapat memberi arti dalam hidup. Hal itu
dapat dilakukan dengan menyalurkan talenta, kepandaian,
dan materi yang dimiliki bagi kehidupan sesama.
Surat Ibrani menasihatkan agar jemaat meneladani
para pemimpin yang telah memelihara iman mereka, dan
memberi hidup mereka berpadanan dengan kasih Tuhan
Yesus, walau harus menanggung kehinaan. Penulis surat
Ibrani memberi penekanan pada teladan iman berbuat
baik dan memberi bantuan. Sebab, seluruh kurban yang
dipersembahkan dalam mezbah beserta dengan seluruh
peraturan tentang macam-macam makanan, dan peraturan
tentang kurban bakaran yang dianggap benar, tidak berarti
meniadakan prinsip dasar dan utama dalam kehidupan
sebagai orang beriman. Penulis surat Ibrani menilai, berbuat
baik dan memberi bantuan merupakan kurban-kurban yang
berkenan kepada Allah.
Apa yang paling bernilai dalam hidup kita? Jawabannya
bisa bermacam-macam dan berbeda bagi setiap orang. Tetapi,
apakah nilai berbuat baik dan memberi bantuan kepada
sesama ada dalam daftar hal-hal yang kita pandang berharga?

DOA:
Ya Tuhan, biarlah kami meneladani ketekunan para pemimpin
jemaat yang memberi diri berbuat baik bagi sesama. Amin.

Yes. 11:1-9; Bil. 16:1-19; Ibr. 13:7-17


Selasa, 14 Desember 2021

KESEDIAAN MENDENGARKAN
Kisah Para Rasul 28:23-31

“Sebab itu kamu harus tahu, bahwa keselamatan yang dari pada Allah ini
disampaikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan mendengarnya.”
(Kis. 28:28)

Dari mana datangnya kecenderungan mendaku kebenaran


tunggal dalam diri manusia sehingga manusia dalam
sejarah kehidupannya banyak sekali membenci manusia
lainnya; mendaku kebenaran hanya milik kelompoknya
dan menyingkirkan mereka yang berbeda? Pintu dialog
pun ditutup rapat-rapat. Seorang filsuf bernama Nietzsche
mencermati ada keterhubungan antara keyakinan tertentu
dengan kebutuhan untuk meyakini kebenaran dengan
menunjukkan kekuatan dan kelemahan. Salah satu contohnya,
meyakini kebenaran tentang keselamatan.
Manusia dengan konsep keselamatan merasa perlu untuk
memegang, bahkan memeluk konsep keselamatan tertentu.
Lalu, saat diperhadapkan dengan konsep keselamatan yang
berbeda dengan pandangannya, konsep itu akan ditolak,
bahkan diperangi. Paulus diperhadapkan dengan kaum Yahudi
yang mempertanyakan pemahaman dan juga keyakinannya.
Paulus menegaskan tidak berbuat kesalahan terhadap
bangsanya, juga pada adat istiadat. Paulus mencoba untuk
mengajak kaum sebangsanya berdialog. Namun, mereka
merasa kecewa ketika mendapati pemahaman mereka tidak
ada kesesuaian dengan apa yang Paulus pahami dan hayati.
Paulus menyatakan bahwa keselamatan yang dari Allah
juga disampaikan kepada bangsa lain. Kita memuji kemuliaan
Tuhan yang menganugerahkan keselamatan kepada banyak
orang, melintasi sekat-sekat.

DOA:
Ya Tuhan, biarlah hati kami terbuka pada kasih-Mu sehingga
kami mampu mendengarkan. Amin.

Yes. 11:1-9; Bil. 16:20-35; Kis. 28:23-31


Rabu, 15 Desember 2021

RANCANGAN TUHAN MEMBUAHKAN KEBAIKAN


Mikha 4:8-13
Tetapi mereka itu tidak mengetahui rancangan TUHAN; mereka tidak
mengerti keputusan-Nya, bahwa Ia akan menghimpunkan mereka seperti
berkas gandum ke tempat pengirikan.
(Mi. 4:12)

Pada 1 Desember 1955, seorang perempuan dengan


tegas melawan aturan yang diskriminatif dengan menolak
menyerahkan kursi bus kepada penumpang kulit putih.
Perempuan tersebut adalah Rosa Parks. Akibat perlawanannya,
Rosa Parks ditangkap dan dipenjara. Penangkapan Rosa Parks
itu kemudian memicu pergerakan besar-besaran memboikot
bus kota Montgomery. Aksi boikot dilakukan dengan tanpa
kekerasan dan menjadi salah satu gerakan massa terbesar
melawan segregasi rasial dalam sejarah. Kehidupan Rosa
Parks dijalani dengan tidak mudah. Suaminya dipecat dan
Rosa Parks juga kehilangan pekerjaan. Namun, perjuangannya
menginspirasi banyak orang yang percaya bahwa kasih Allah
bagi semua orang dan Allah berpihak kepada orang-orang
yang tertindas.
Penindasan masih berlangsung di zaman modern. Tetapi,
keyakinan kepada Allah yang bersedia bersama orang-orang
yang percaya dan bahwa Allah mengasihi semua orang masih
terus berlangsung. Keyakinan itu memberi kekuatan, menerangi
perjuangan setiap insan di sepanjang kehidupan dunia ini.
Perjuangan tersebut akan berbuahkan damai sejahtera dan
mencelikkan nurani setiap insan.
Kejahatan tidak akan dapat menghentikan rancangan Tuhan
yang baik, mulia, dan luhur. Setiap insan yang memperjuangkan
kebenaran dan keadilan tidak akan menjadi sia-sia, melainkan
akan memanen buahnya (Mi. 8:12).

DOA:
Ya Tuhan, jadikanlah kami sebagai anak-anak-Mu
yang tidak menindas sesama kami. Amin.

Yes. 11:1-9; Mi. 4:8-13; Luk. 7:31-35


Kamis, 16 Desember 2021

HUKUM DAN AKAL BUDI


Ibrani 10:10-18
“Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka
dan menuliskannya dalam akal budi mereka ....”
(Ibr. 10:16)

Ada ungkapan yang berbunyi: “Hukum dibuat untuk dilanggar.”


Mungkin ungkapan itu berangkat dari anggapan bahwa
hukum berisi perintah dan larangan, tetapi tidak jelas apa
alasan dan tujuan dibuatnya perintah dan larangan itu.
Namun, apakah hukum sekadar perintah dan larangan?
Apakah hukum dibuat hanya untuk segelintir orang? Mungkin
ada sebagian orang yang “alergi” terhadap hukum, sebab
banyak perangkat hukum tidak berangkat dari pemahaman
yang benar sehingga cenderung sewenang-wenang.
Dalam pasal satu, pertanyaan 90 dari teks Summa Teologica
dituliskan bahwa hukum untuk memerintah dan melarang
berkaitan dengan akal budi. Karena itu, hukum seharusnya
berkenaan dengan akal budi. Hukum menata dan mengukur
tindakan. Tindakan manusia juga diukur dari akal budi.
Surat Ibrani pasal 10 menjelaskan tentang memaknai
hukum Taurat dalam kaitan dengan kurban persembahan,
kurban bakaran, dan kurban penghapusan dosa. Bukan
pemaknaan secara lahiriah. Sebab, Kristus telah berkurban
dan menghapus dosa manusia. Pengampunan dosa manusia
adalah anugerah yang diberikan secara cuma-cuma, bukan
karena usaha manusia. Karena anugerah yang sangat besar
dan mulia itu, kita diajak untuk menyambut dan mencintai
kehendak-Nya. Sebab, kehendak-Nya diberikan dalam hati
dan akal budi kita. Kehendak-Nya bukan sekadar deretan
hukum belaka.

DOA:
Ya Tuhan, biarlah kami mencintai kehendak-Mu dengan
sepenuh hati dan akal budi. Amin.

Mzm. 80:1-7; Yer. 31:31-34; Ibr. 10:10-18


Jumat, 17 Desember 2021

ALLAH PEMBEBAS
Yesaya 42:10-18
TUHAN keluar berperang seperti pahlawan, seperti orang perang
Ia membangkitkan semangat-Nya untuk bertempur ....
(Yes. 42:13)

Dalam Alkitab, kita sering mendapati bahwa para penulis Alkitab


memakai gaya bahasa yang menggambarkan keperkasaan
Tuhan, kelembutan Tuhan, ketegasan Tuhan, keadilan Tuhan,
dan sebagainya. Semua gaya bahasa itu adalah bentuk
representasi, tetapi bukan menunjuk pada hakikat Tuhan
karena Tuhan melampaui semua bentuk gaya bahasa yang
disampaikan penulis.
Yesaya 42 adalah bagian dari kisah pembebasan umat
Israel dari pembuangan di Babel. Pembebasan umat ini
dihayati sebagai penyataan Allah. Secara khusus, Yesaya
42 adalah madah pujian. Umat memuji Allah karena Allah
maju bersama dengan mereka dan membebaskan umat dari
pembuangan. Penulis Yesaya membahasakan kepahlawanan
Tuhan: “Tuhan keluar berperang seperti pahlawan.” Seolah-
olah umat setelah sekian lamanya berharap menantikan
pertolongan Tuhan, akhirnya menyaksikan Tuhan bersama
dengan mereka, mendengarkan keluh kesah mereka yang
merindukan pembebasan. Saya membayangkan, semangat
umat yang terkadang kendur dan lesu, lalu menyaksikan
Tuhan berdiri bersama mereka, membangkitkan semangat
sehingga kepala umat-Nya kembali dapat tegak dan bersorak-
sorai penuh sukacita.
Karena itu, pernyataan “Tuhan keluar berperang seperti
pahlawan” dapat dimaknai sebagai ungkapan sukacita umat
kepada Tuhan, yang membebaskan umat-Nya dari penderitaan.

DOA:
Ya Tuhan, kami bersyukur Engkau memberi semangat
dan berjalan bersama kami. Amin.

Mzm. 80:1-7; Yes. 42:10-18; Ibr. 10:32-29


Sabtu, 18 Desember 2021

KEBERANIAN DAN KETEKUNAN


Lukas 13:31-35
“Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku ....”
(Luk. 13:33)

Kapan terakhir kali Anda merasa sia-sia melakukan kebaikan?


Penyebabnya bisa saja kepenatan karena banyaknya tantangan,
bahkan ancaman. Melalui pembacaan Injil Lukas 13:31-35
kita diajak untuk becermin kepada Tuhan Yesus dan kembali
dikuatkan agar tidak menyerah melakukan kebaikan.
Pada ayat 31, diceritakan bahwa beberapa orang Farisi
datang kepada Yesus dan berkata, “Pergilah, tinggalkanlah
tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau.”
Apa respons Yesus? Saya membayangkan, Yesus dengan
tenang menanggapi informasi tersebut sehingga tidak lekas
dikuasai kepanikan. Yesus memutuskan tetap meneruskan
perjalanan dan melanjutkan misi yang harus dijalankan-Nya
sampai selesai. Yesus menjawab, “Tetapi hari ini dan besok
dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku.” Yesus
menyadari bahwa tantangan tiada henti berupaya menjegal
kasih Allah yang harus dinyatakan bagi banyak orang. Yesus
juga menyadari bahwa tidak mudah merangkul insan yang
dikasihi Tuhan kembali dalam rangkulan-Nya: “Berkali-kali
Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk
ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya,
tetapi kamu tidak mau” (ay. 34).
Mari becermin dari ketekunan dan kegigihan para nabi,
juga Tuhan Yesus. Ketika kita merasa apa yang kita lakukan
untuk membagikan kasih Allah adalah sia-sia, pandanglah
kepada-Nya.

DOA:
Ya Tuhan, kala kami penat bahkan takut, kami mau memandang
kepada-Mu dan berserah. Kuatkanlah kami. Amin.

Mzm. 80:1-7; Yes. 66:7-11; Luk. 13:31-35


Minggu, 19 Desember 2021

JANGAN MEMALINGKAN WAJAHMU!


Lukas 1:39-45, (46-55)
... lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di
antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.”
(Luk. 1:42)

Kecenderungan manusia menilai bahwa kehidupan barulah


lengkap ketika sudah menikah dan memiliki anak dapat
mereduksi nilai manusia itu sendiri. Seolah-olah nilai sebagai
manusia ditentukan oleh status atau pencapaian seperti sudah
menikah, memiliki anak, karier cemerlang, dan sebagainya.
Karena itu, ketika membaca Lukas 1:42, ”Diberkatilah engkau
di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu,”
tidak dimaknai dalam pengertian membandingkan Maria
dengan Elisabet; tidak membandingkan Maria dengan
perempuan lainnya yang tidak menikah atau tidak memiliki
anak. Sebab, cara pandang demikian justru telah mereduksi
makna berkat tersebut.
Elisabet dan Maria berbeda usia dan generasi, namun
mereka berdua mengalami peristiwa mengejutkan. Di usia
yang sudah tua, Elisabet mengandung. Di usia yang masih
muda dan belum menikah, Maria mengandung. Mereka berdua
menunjukkan keteladanan. Mereka berdua saling mendoakan,
menguatkan, dan mendukung. Elisabet, di usianya yang sudah
tua, dapat mengerti bahwa Maria hidup dalam zaman yang
rentan dengan penghakiman. Maria membutuhkan dukungan
agar kuat menjalani tugasnya sebagai ibu Yesus. Elisabet pun
mengucapkan berkat, “Diberkatilah engkau.”
Dalam menjalani hidup bersama dengan orang lain yang
membutuhkan dukungan dan doa, apa respons kita? Apakah
kita memalingkan wajah dan menghakimi?

DOA:
Ya Tuhan, tolonglah kami agar mampu menjadi teman yang
mendukung dan mendoakan, tidak memalingkan wajah. Amin.

Mi. 5:2-5a; Luk. 1:46b-55; Ibr. 10:5-10; Luk. 1:39-45 [46-55]


Senin, 20 Desember 2021

KEUNIKAN SETIAP INSAN


Kejadian 25:19-28
Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan,
tetapi Ribka kasih kepada Yakub.
(Kej. 25:28)

Apakah Anda pernah membandingkan orang yang satu


dengan yang lain? Menganggap orang yang satu lebih
menyenangkan karena merasa memiliki kesamaan kegemaran,
selera, atau ide tentang banyak hal, tetapi menganggap
yang lain tidak menyenangkan? Dalam batas tertentu dapat
dikatakan bahwa wajar saja kita merasa lebih cocok dengan
orang yang satu daripada orang yang lain karena alasan
kesamaan kegemaran, selera, dan ide-ide. Sebab, siapakah
di antara manusia yang sungguh-sungguh sama? Setiap
manusia memiliki keunikan dalam dirinya.
Kejadian 25:19-28 mengisahkan bahwa Esau dan Yakub
meskipun saudara kembar, tetapi mereka memiliki perbedaan
fisik juga kegemaran. Esau gemar berburu dan tinggal di
padang, sedangkan Yakub lebih suka tinggal di kemah. Ishak
lebih menyukai Esau, sedangkan Ribka lebih menyukai Yakub.
Sebagai orangtua, Ishak dan Ribka menyadari perbedaan
kedua anaknya. Namun, bagaimana dengan reaksi sebagian
masyarakat yang terkonstruksi dengan cara berpikir bahwa
laki-laki haruslah menampakkan kegemaran yang maskulin?
Kegemaran memasak seperti dimiliki Yakub dianggap lebih
cocok dikerjakan perempuan. Tampaknya, Ishak dan Ribka
pun terkonstruksi dengan cara berpikir tersebut (ay. 28)
Setiap orang memiliki keunikan masing-masing. Setiap
keunikan yang dimiliki seharusnya tidak dijadikan “kasta”
yang memisahkan, melainkan anugerah.

DOA:
Ya Tuhan, kami bersyukur untuk setiap keunikan yang
ada dalam diri kami. Amin.

Mzm. 113; Kej. 25:19-28; Kol. 1:15-20


Selasa, 21 Desember 2021

ALLAH MENDENGARKAN DOA


Roma 8:18-30
... tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan
keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
(Rm. 8:26)

Dalam beberapa kali pertemuan dengan warga jemaat,


saya sering mendengar respons, “Bu, jangan saya. Saya
tidak bisa berdoa. Kalau saya berdoa di depan umum, saya
gugup, tiba-tiba kehilangan kata-kata.” Respons-respons
itu dilatarbelakangi oleh ketidaksiapan ketika diminta untuk
memimpin doa dalam kegiatan-kegiatan gereja. Sebaliknya,
kita dapat menemukan ada orang-orang yang mungkin karena
telah terbiasa memimpin doa di depan umum, kadang-kadang
tidak lagi memperhatikan untaian kata yang diucapkan.
Roma 8:26 mengungkapkan, “Sebab kita tidak tahu,
bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri
berdoa untuk kita.” Dengan demikian, sebelum kita berdoa,
hendaknya kita menyadari bahwa kita dimungkinkan dapat
berdoa kepada Allah bukan karena kepiawaian merangkai
kata-kata, melainkan karena Roh Kudus membantu kita,
sebab kita lemah.
Dalam doa, Allah dapat mendengarkan kita, bahkan ketika
kita tidak sanggup lagi berkata-kata karena beban kehidupan
yang teramat berat untuk kita tanggung (ay. 26). Saya pernah
menyaksikan di dalam ruang doa, ada seorang pendoa
tampak duduk lama, sedangkan para pendoa lainnya sudah
beranjak pergi. Saya tidak melihat mulutnya bergerak. Saya
juga tidak mendengar suara lirih doanya. Tetapi, air matanya
terus mengalir, kepalanya terus menunduk. Dalam doa dan
air mata, Allah mendengarkannya; Allah mendengarkan kita.

DOA:
Ya Tuhan, kami bersyukur karena kami yang lemah ini
dibantu untuk dapat berdoa kepadaMu. Amin.

Mzm. 113; Kej. 30:1-24; Rm. 8:18-30


Rabu, 22 Desember 2021

RUBUHNYA TEMBOK PEMISAH


Efesus 2:11-22
Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak
dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan ....
(Ef. 2:14)

Tembok yang memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur


runtuh pada 9 November 1989, 5 hari setelah setengah juta
orang berkumpul melakukan protes massal di Berlin Timur.
Orang-orang memanjat tembok di gerbang Bradenburg Berlin,
membobol tembok dengan palu dan beliung. Ribuan orang
melintas ke Jerman Barat sambil menangis haru merayakannya.
Tembok Berlin menjadi simbol perang dingin antara Blok Barat,
yang digawangi Amerika Serikat, dan Blok Timur, di bawah
komando Uni Soviet. Setelah tembok diruntuhkan, Jerman
bersatu kembali pada 3 Oktober 1990. Kesadaran mereka yang
lama dipisahkan karena ideologi terus menggedor-gedor, dan
diwujudkan lewat tindakan memperjuangkan perdamaian dari
perseteruan.
Perseteruan acapkali terjadi karena sekelompok pihak
dengan ideologi tertentu menganggap diri lebih benar dari
kelompok yang berbeda ideologi dengannya. Melalui Efesus
2:11-22, kita dapat melihat pergulatan yang dialami orang-orang
bukan Yahudi yang kerap disebut golongan tak bersunat oleh
golongan yang bersunat. Namun, Allah di dalam Yesus Kristus
memperdamaikan perseteruan itu.
Kristus yang memberi diri dan berkorban telah merubuhkan
tembok ideologi yang memisahkan dan memperdamaikan
kedua golongan yang menganggap diri lebih suci dari golongan
lainnya. Kedua golongan yang berseteru itu menerima karunia
damai sejahtera, dan melenyapkan perseteruan pada salib Kristus.

DOA:
Ya Tuhan, tolong kami agar tidak membangun tembok
pemisah antara kami dengan sesama. Amin.

Luk. 1:46b-55; Mi. 4:1-5; Ef. 2:11-22


Kamis, 23 Desember 2021

PERJUMPAAN MEMBUAHKAN IMAN


2 Petrus 1:16-21

Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat


dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri ....
(2Ptr. 1:20)

Setelah melayani ibadah pemuda di salah satu jemaat GKI,


kami menikmati minum teh dan makan kue bersama. Dalam
riuh rendah ngobrol bareng dengan para pemuda, saya
mendengar beberapa orang berbincang mengenai sebagian
orang Kristen yang cenderung memiliki motif beribadah
dan aktif dalam pelayanan, yaitu agar mendapatkan upah
yang lebih baik. Salah seorang dari pemuda itu pun berkata,
“Wah, itu sih namanya teologi kemakmuran.”
Kecenderungan menafsir Alkitab menurut kehendak
sendiri tidak hanya dilakukan oleh orang-orang pada zaman
modern, melainkan sudah sejak lama. Hal itu disoroti 2 Petrus
1:20: “nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan
menurut kehendak sendiri.” Hal ini dikatakan rasul Petrus
saat menghadapi orang-orang yang meragukan Kristus.
Dalam kesaksiannya, yang dicatat dalam 2 Petrus 1:16-21,
rasul Petrus memberi kesaksian yang benar, berangkat dari
perjumpaan, dan menyaksikan bagaimana Kristus menerima
kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa: “Inilah Anak
yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (ay. 17).
Ketika kita membaca Alkitab harus disertai dengan sikap
yang mawas, agar tidak menafsir Alkitab menurut logika
diri. Sebab, penafsiran menurut pandangan dan logika diri
begitu terbatas. Karena itu, kita membuka diri pada peran
Roh Kudus untuk mengajar kita. Kita membuka diri pada
perjumpaan dengan Tuhan dalam hidup kita.

DOA:
Ya Tuhan, tolong agar kami menyadari Engkau selalu hadir
dalam setiap peristiwa sehingga iman kami bertumbuh. Amin.

Luk. 1:46b-55; Mi. 4:6-8; 2Ptr. 1:16-21


Jumat, 24 Desember 2021

NATALITAS
Yesaya 9:2-7
Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera
telah diberikan untuk kita ....
(Yes. 9:5)

Hannah Arendt, seorang filsuf, menulis tentang natalitas


dalam bukunya The Human Condition. Dalam tulisan
itu, ia memberi gambaran tentang bernilainya tindakan
pengampunan. Ketika seseorang melakukan kesalahan, sulit
bagi orang tersebut memutar waktu; mengembalikan waktu
seperti semula agar dirinya tidak melakukan kesalahan.
Kesalahan yang dilakukan oleh seseorang juga tidak bisa
diobati dengan tindakan membalas mata ganti mata, gigi
ganti gigi. Arendt mengatakan hanya pengampunan yang
dapat membuka kesempatan baru bagi orang yang bersalah.
Pengampunan bagi Arendt adalah tindakan mengakhiri
lingkaran kebencian dan balas dendam. Tindakan
pengampunan seperti seorang bayi yang lahir. Arendt
mengutip Yesaya 9:5, “Sebab seorang anak telah lahir untuk
kita.” Karena itu, tindakan pengampunan berkaitan dengan
kehidupan bersama, menjadi manusia bagi sesamanya.
Umat Kristen mengimani bahwa seorang anak yang
lahir bagi kita, seorang putera telah diberikan untuk kita
menunjuk pada Yesus Kristus, yang telah dinubuatkan oleh
para Nabi. Yesus Kristus yang lahir bagi manusia dan dunia
ini membawa pendamaian, memulihkan kembali relasi
yang dingin dan kaku antara manusia dan Allah karena
dosa manusia. Peristiwa Natalitas Yesus Kristus disambut
dengan penuh kegembiraan, manusia beroleh pendamaian,
pengampunan, dan damai sejahtera.

DOA:
Ya Tuhan, melalui natalitas Yesus Kristus biarlah kami hidup
membawa damai dan pengampunan. Amin.

Yes. 9:2-7; Mzm. 96; Tit. 2:11-14; Luk. 2:1-14 [15-20]
Sabtu, 25 Desember 2021

KARENA RAHMATNYA
Titus 3:4-7
... pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan
karena perbuatan baik yang telah kita lakukan ....
(Tit. 3:5)

Ketika kanak-kanak, saya dan adik-adik merindukan Natal.


Mengapa? Sebab, pada masa Natal, kami akan menikmati
kue-kue kampung yang dibuat oleh mama dan menerima
hadiah baju baru. Orangtua kami membelikan baju baru
hanya satu kali dalam setahun. Karena itu, masa Natal
adalah masa paling menyenangkan. Mengapa orangtua
kami tetap mengupayakan memberikan hadiah baju baru
dan membuat kue-kue, walau dalam keterbatasan ekonomi?
Padahal, kami kadang kala membuat hati orangtua kami
sedih, khususnya hati mama. Saya meyakini karena cinta
dan kasih sayang mereka kepada kami.
Pada peristiwa Natal, kita juga mengimani bahwa kasih
Allah kepada manusia bukan karena kebaikan manusia.
Manusia hidup dalam ketidaktaatan, kesesatan, menjadi
hamba berbagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan
dan kedengkian, keji dan saling membenci (Tit. 3:3). Tetapi,
semua tindakan manusia yang telah melawan Allah tidak
dapat menghalangi rahmat Allah. Karena rahmat Allah,
kita menerima pemberian yang sangat mulia, yaitu Yesus
Kristus.
Kepada kita telah diberikan hadiah yang sangat mulia.
Kita menjadi orang yang dibenarkan. Ketika kita sudah
dibenarkan di dalam Yesus Kristus, kita diajak menjadi
orang-orang yang belajar melakukan pekerjaan yang baik,
supaya hidup kita berbuah (Tit. 3:14).

DOA:
Ya Tuhan, kami yang telah dibenarkan di dalam Yesus Kristus
mau belajar melalukan pekerjaan baik. Amin.

Yes. 62:6-12; Mzm. 97; Tit. 3:4-7; Luk. 2:[1-7] 8-20


Minggu, 26 Desember 2021

BERLATIH SEHINGGA BERTUMBUH


Lukas 2:41-52
Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya,
dan besar-Nya, dan makin dikasihi Allah dan manusia.
(Luk. 2:52)

Dari mana kita dapat mengetahui bahwa seorang anak


bertumbuh? Secara umum, kita dapat menjawab dari
asupan yang bergizi. Namun, selain asupan bergizi untuk
mendukung pertumbuhan tubuh yang sehat, kita juga
perlu memberikan asupan pendidikan iman, kemandirian,
kehendak untuk terus belajar, mengeksplorasi diri. Sejak
kapan asupan pendidikan iman, kemandirian dan kehendak
terus belajar diberikan kepada anak? Sejak dini dan dalam
proses bertahap.
Mari kita belajar dari Yesus yang berada dalam asuhan
Maria dan Yusuf. Lukas 2 menulis bahwa tiap-tiap tahun
orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah.
Pada usia-Nya yang ke-12, Yesus bersama dengan Maria dan
Yusuf pergi ke Yerusalem merayakan hari raya Paskah. Ketika
hari raya Paskah sudah selesai, Yesus masih tetap tinggal di
Yerusalem. Apa yang dilakukan Yesus di Yerusalem? Maria dan
Yusuf menemukan Yesus di Bait Allah sedang duduk di tengah
alim ulama, mendengarkan dan mengajukan pertanyaan.
Yesus menunjukkan kehendak untuk terus belajar,
mengeksplorasi rasa ingin tahu dengan mengajukan
pertanyaan kepada para alim ulama. Dalam kisah tersebut,
kita menemukan bahwa setiap anggota keluarga mau belajar.
Injil Lukas mencatat bahwa Yesus makin bertambah besar
dan bertambah hikmat. Karena itu, berikanlah ruang bagi
anak-anak mengasah diri agar bertumbuh dalam hikmat.

DOA:
Ya Tuhan, tolong kami agar mau merawat kehendak terus
belajar agar iman kami bertumbuh, dan cakap. Amin.

1Sam. 2:18-20, 26; Mzm. 148; Kol. 3:12-17; Luk. 2:41-52


Senin, 27 Desember 2021

MANUSIA YANG MENCARI HIKMAT


Amsal 8:32-36
Karena siapa mendapatkan aku, mendapatkan hidup,
dan TUHAN berkenan akan dia.
(Ams. 8:35)

Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.


Kepada manusia diberikan tugas untuk merawat alam
yang Allah ciptakan. Karena itu, manusia diperlengkapi akal
budi dan hikmat. Melalui akal budi dan hikmat, manusia
memiliki kapasitas untuk berpikir, mengembangkan potensi,
mengembangkan ilmu pengetahuan, menciptakan teknologi,
dan lain sebagainya. Manusia juga diberikan kehendak bebas,
sekaligus dalam kebebasannya manusia bertanggung jawab
sehingga kebebasan tidak jatuh pada kesewenang-wenangan.
Ketika manusia diberikan akal budi sekaligus hikmat,
tetapi tidak mengoptimalkannya maka manusia telah
menyia-nyiakan karunia yang Allah berikan. Melalui Amsal,
manusia diingatkan bahwa hikmat berseru-seru kepada
manusia agar manusia dengan kesungguhan bertekun
mengasah akal budi dan hikmat. Melalui Amsal, manusia
diingatkan bahwa ketika sungguh-sungguh memelihara jalan
hikmat, tidak mengabaikan didikan, mendengarkan suara
kebajikan setiap hari, manusia mendapatkan kehidupan.
Hikmat dan didikan sungguh teramat penting dibutuhkan
manusia, agar tidak menyalahgunakan potensi, daya, dan
kemampuan.
Tuhan berkenan kepada setiap orang yang mencari,
mengasah hikmat dan didikan. Manusia yang mengabaikan
hikmat didikan justru merugikan dirinya dan mendapatkan
jalan kebinasaan (ay. 36).

DOA:
Ya Tuhan, tolong kami agar bersedia mengasah hikmat dan didikan. Amin.

Mzm. 148; Ams. 8:32-36; Yoh. 21:19b-24


Selasa, 28 Desember 2021

SEMUA MEMUJI NAMA TUHAN


Mazmur 148
Baiklah semuanya memuji nama TUHAN ....
(Mzm. 148:5)

Saya senang menyediakan waktu sendiri berjalan memperhatikan


bunga yang tumbuh di jalan, atau tumbuh di tempat yang
hampir mustahil bisa tumbuh daun atau bunga, misalnya di
semen beton. Saya senang berjalan di antara pohon-pohon,
mendengar suara air, mendengar suara burung. Saya senang
memperhatikan bulan atau bintang, dan merasakan angin
berembus sampai ke kulit. Ketika saya memperhatikan dan
mendengar alam di sekitar, saya mendengar nyanyian, satu
dengan yang lain saling mengisi. Saya semakin terpukau
ketika melihat anak-anak bermain, tertawa, dan mendengar
suara orang-orang berjalan. Manusia bagian dari unsur alam
ini, menjadi paduan nyanyian yang harmoni.
Mazmur 148:5 berkata, “Baiklah semuanya memuji nama
TUHAN.” Siapakah yang dimaksud “semua” dalam ayat ini?
Yang dimaksud semua dan diajak memuji nama TUHAN
adalah para malaikat, matahari, bulan, langit, gunung, bukit,
segenap samudera raya, segala binatang, para raja, orang
tua dan orang muda. Dalam keheningan menjadi bagian dari
paduan suara alam bersama dengan manusia, pemazmur
menemukan kegembiraan dan rasa takjub kepada Allah
Pencipta.
Semua unsur-unsur alam mengenali Sang Pencipta.
Biarlah manusia pun belajar mengasah kepekaan batinnya
dengan mendengarkan suara alam. Nyanyian manusia dan
alam menyatu dalam harmoni memuji Tuhan.

DOA:
Ya Tuhan, Engkau yang menciptakan segala unsur alam dalam
semesta ini, semuanya memuji kebesaran-Mu. Amin.

Mzm. 148; Yes. 54:1-13; Why. 21:1-7


Rabu, 29 Desember 2021

TAHAN UJI
1 Korintus 3:10-17
Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji,
ia akan mendapat upah.
(1Kor. 3:14)

Ada beragam tulisan, kutipan dan buku bertebaran memberi


informasi dan saran-saran praktis bagaimana mencapai
kesuksesan dalam pekerjaan. Ada beberapa motivator
dengan bersemangat memberi penjelasan tentang hidup
sukses, pekerjaan sukses. Seolah-olah seluruh kehidupan
bisa diringkas dengan saran-saran praktis yang cenderung
palsu. Kesuksesan kerja, karya yang cenderung palsu juga
masuk dalam cara berpikir gereja yang kadang menimbang
untung rugi ketika melakukan karya sosial dalam masyarakat.
Melalui jemaat di Korintus, Paulus menyampaikan bahwa
Yesus Kristus adalah dasar dan kita diberikan kesempatan
untuk bersama saling membangun dengan berkarya. Namun,
karya seperti apakah yang kita hadirkan? Sebab dasar sudah
diletakkan, yaitu Yesus Kristus yang memberi diri dalam
ketaatan. Karena itu, semua orang yang dipanggil turut
membangun dengan berkarya haruslah memperhatikan
teladan Kristus sehingga setiap karya kita patut untuk diuji (ay.
14). Karya yang dikerjakan bukan untuk mencari kehebatan
mencari panggung, melainkan kemuliaan Tuhan.
Ketika kita merasa sudah berkarya di tengah masyarakat,
terkadang kita berkata: “Ah, kita sudah memberikan dana untuk
mendukung kegiatan warga, kok kita enggak mendapatkan
yang setimpal?” Apakah ketika kita berkarya, kita melakukan
karya itu di atas fondasi yang kuat, yaitu dalam Kristus yang
sudah memberikan diri? Sehingga, karya kita tahan uji.

DOA:
Ya Tuhan, ujilah setiap karya kami,
agar kami tidak menjadikan diri sebagai pusat. Amin.

Mzm. 147:12-20; 1Taw. 28:1-10; 1Kor. 3:10-17


Kamis, 30 Desember 2021

BERJAGA-JAGA
Markus 13:32-37
“Apa yang Kukatakan kepada kamu,
Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!”
(Mrk. 13:37)

Hampir setiap kali melawat warga jemaat dalam kondisi


sakit, perhatian saya selain kepada yang sedang mengalami
sakit, juga kepada keluarga yang kerap mengalami letih
ketika berjaga menemani, baik di rumah sakit atau di
rumah. Mereka yang berjaga harus memperhatikan apa yang
menjadi kebutuhan si sakit. Ketika malam tiba, yang bertugas
berjaga tidak dapat tidur dengan nyenyak. Kisah lain, ketika
saya pulang menuju rumah dan tiba larut malam, satpam
yang berjaga sigap membukakan gerbang, memastikan
siapa saja yang keluar dan masuk lingkungan perumahan.
Apa yang dilakukan oleh mereka yang berjaga
membutuhkan ketekunan, keuletan, dan kesigapan. Dalam
Markus 13:32-37, Yesus memberi gambaran tentang kesediaan
orang percaya yang selalu siap berjaga. Kesigapan berjaga
diumpamakan seperti seorang hamba yang diberi kepercayaan
oleh pemilik rumah agar bertanggung jawab untuk menjaga
rumah. Hamba yang dipercaya tidak boleh lengah.
Sebagai orang percaya, kita diberi kepercayaan untuk
berjaga-jaga; melakukan tugas panggilan yang dipercayakan
kepada kita; mengembangkan talenta yang dikaruniakan
kepada kita. Kita tidak boleh lengah! Segenap tugas panggilan
dikerjakan dengan ketaatan. Talenta yang dikaruniakan tidak
dipendam dan menjadi milik sendiri. Kita percaya bahwa
kesediaan kita berjaga sampai Tuhan datang kembali adalah
sebuah kehormatan.

DOA:
Ya Tuhan, kami mau berjaga-jaga dengan melakukan tugas
panggilan yang Engkau percayakan. Amin.

Mzm. 147:12-20; 2Taw. 1:7-13; Mrk. 13:32-37


Jumat, 31 Desember 2021

PENGETAHUAN DAN HATI


1 Raja-raja 3:5-14
“Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati
yang faham menimbang perkara ....”
(1Raj. 3:9)

Dunia yang cenderung menetapkan standar kesuksesan,


kepintaran, mengakibatkan banyak orang terjebak dalam
pertarungan kompetisi. Ketika orangtua dikaruniai anak-anak,
masing-masing orangtua berlomba-lomba memberikan
pendidikan yang terbaik. Ketika orangtua terjebak dalam
pertarungan kompetisi, anak-anak dibentuk menjadi
manusia yang harus unggul di semua bidang. Anak yang
satu diperbandingkan dengan anak yang lain. Anak-anak pun
tumbuh menjadi manusia yang selalu berkompetisi, saling
mengalahkan.
Melalui 1 Raja-raja 3:5-14, kita becermin dari Salomo.
Salomo diberi kepercayaan menjadi raja. Salomo sebagai anak
Daud, diberikan keleluasaan belajar, akses kepada bermacam
perangkat ilmu pengetahuan dan hukum yang memungkinkan
Salomo dapat melakukan tugas sebagai raja. Namun, Salomo
menyadari bahwa seluruh ilmu pengetahuan dan perangkat
hukum tidaklah cukup. Ada hal lain yang sangat penting dan
menjadi prioritas dalam menjalani tugas tanggung jawabnya.
Salomo meminta hati yang faham menimbang perkara.
Manusia terkadang terus mengejar pengetahuan, tetapi
luput mengasah hati yang lembut; hati yang dapat membangun
persahabatan tanpa perlu khawatir dengan kompetisi
saling mengalahkan satu dengan yang lain. Pengetahuan,
kompetensi tiada bermakna tanpa disertai hati yang berpaut
kepada Tuhan.

DOA:
Ya Tuhan, berikanlah kepada kami hati yang lembut sehingga
kami tidak kehilangan kemanusiaan. Amin.

Mzm. 147:12-20; 1Raj. 3:5-14; Yoh. 8:12-19


SEBAGAI HADIAH
Saudara ingin hadiah Saudara dikenang SETIAP HARI SELAMA SETAHUN?
Langgankan “dia” majalah Renungan WASIAT

NAMA (YANG MEMESAN) : .............................................................

ALAMAT : .............................................................

.............................................................

KOTA/ KODE POS : .............................................................

TELEPON : .............................................................

e-mail : .............................................................

Ingin menghadiahkan untuk :

NAMA : ..........................................................................

ALAMAT : ..........................................................................

..........................................................................

KOTA/ KODE POS : ..........................................................................

TELEPON : ..........................................................................

MULAI BULAN : ........................... SEJUMLAH ............ EKSEMPLAR

SELAMA : 6 BULAN 1 TAHUN 2 TAHUN

Pembayaran telah dikirim melalui:


-Bank Mandiri Cabang Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama Marketing
-BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama

NB.:
-Harga per eksemplar/ edisi (2 bulan) = Rp 8.000,-
-Harga satu tahun Rp 70.000,- QR-code:
sudah termasuk ongkos kirim. BCA - 4505589999
-Penting: YAY KOMUNIKASI BERSAMA
Jangan memasukkan uang ke dalam sampul surat!

Anda mungkin juga menyukai