Anda di halaman 1dari 8

Abigail: Potret Wanita Bijak

1 Samuel 25 :1-35

Ibu-ibu yang kekasih dalam Tuhan,

Abigail adalah seorang wanita yang bersahaja, seorang


wanita yang kemungkinan sekali berasal dari keluarga yang tidak
punya, itu sebabnya dia harus menikah dengan seorang pria
kaya namun bertabiat atau berperangai buruk, namanya adalah
Nabal. Abigail membuktikan dirinya sebagai seorang yang bijak
dalam suatu peristiwa yang sangat-sangat krusial.

Ibu-ibu yang kekasih dalam Tuhan,

Memiliki pasangan yang idel, yang dapat mendukung dan


mengasihi pasangannya pastinya menjadi impian banyak orang.
Siapa yang tidak bangga jika memiliki pasangan yang mampu
mengasihi dan mendukung segala aktifitas kita dengan baik?
Siapa yang tidak bahagia jika memiliki suami yang penuh
pengertian dan siap untuk diandalkan kapan saja? Terlebih lagi,
jika ia seorang yang sangat kaya, lahir dari keluarga yang
terhormat. Maka lengkaplah sudah kesempurnaan itu.

Namun apa jadinya jika orang yang kita pilih menjadi


pasangan hidup kita, ternyata adalah seorang yang jauh dari
standart ideal. Apalagi ia adalah seorang yang kasar, sikapnya
selalu arogan, dan tiap-tiap hari tidak ada kata-kata yang baik
yang keluar dari mulutnya selain hujatan dan makian.

Apa yang harus kita lakukan dengan pasangan kita yang


demikian? Apakah kita harus menjauhinya? Memintanya untuk
bercerai dari kehidupan kita?
Kaum ibu yang kekasih,
Perikop kita sore hari ini, juga menceritakan satu
pengalaman yang sama yang dialami oleh orang-orang yang
memiliki pasangan yang tidak idel. Namanya adalah Abigail, ia
hidup pada masanya Daud.
Semenjak berita kematian Samuel, abdi Allah itu. Seluruh
bangsa Israel berkabung hingga akhir pemakaman Samuel di
Rama. Sementara Daud dan seluruh tentaranya menjadi pelarian
di Padang Gurun Paran, oleh karena pengejaran Raja Saul (25:1).
Di saat yang sama, dikisahkan ada seorang yang sangat
kaya dari kota Maon, dari keturunan Kaleb, yang memiliki
perusahaan di Karmel. Ia mempuyai tiga ribu ekor domba dan
seribu ekor kambing (25:2).
Nama orang itu adalah Nabal, yang dalam Bahasa Ibrani
berarti orang bodoh. Nyatanya saudara, disepanjang
kehidupanya, Nabal memang dikenal sebagai seorang yang
kasar dan jahat. Kelakuannya yang kasar dan jahat
menyebabkan ia tidak dapat tidak untuk memaki orang lain. Disisi
yang lain, Nabal hanya memiliki kehidupan yang berputar pada
dirinya sendiri. Artinya ia tidak peduli dengan orang lain, terutama
juga kepada Daud.
Saudara,
Nabal memiliki seorang isteri yang cantik dan bijaksana
yang bernama Abigail. Isteri Nabal, memiliki kepribadian yang
sangat baik. Hal ini bertolak belakang dengan kepribadian
suaminya. Dalam kasus Abigail ini, kita melihat ada satu perkara
ajaib yang dikerjakan oleh Allah, baik terhadap Daud, ataupun
terhadap Abigail.
Ibu-ibu yang kekasih,
Bagi Abigail tentunya tinggal seatap dengan pria yang
kasar dan jahat, seperti hidup di dasar neraka. Kehidupannya
penuh dengan tangisan dan usapan dada. Hari-hari yang
dilaluinya pastilah hari-hari yang penuh tekanan. Terlebih saat
melihat prilaku suaminya yang begitu arogan terhadap siapa
saja.
Namun perhatikan saudara, walaupun Abigail mengalami
hal yang demikian, Abigail tidak pernah membalasnya dengan
kejahatan, Ia juga tidak melarikan diri dari tekanan suaminya
yang kasar. Sebaliknya dengan setia ia tetap melayani suaminya
dengan sangat baik. Ia menunjukkan sikapnya yang bijaksana
walaupun ia diperlakukan kasar.
Ibu-ibu yang kekasih,
Kalau saudara merasa senasib dengan Abigail, maka
janganlah berpikir untuk menggunakan cara Anda. Tetapi
serahkanlah pergumulan Anda kepada Allah supaya Dia
bertindak. Namun, bukan berarti Anda lantas mendoakan suami
supaya Tuhan lebih cepat memanggilnya. Sebaliknya berdoalah
di dalam kesabaran dan dalam kasih.
Kaum ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Pada sisi yang lain, hidup dalam pelarian pastinya membuat
karakter seseorang menjadi keras. Itulah yang dialami oleh Daud
dan pasukannya. Daud berperan layaknya seperti Robinhood
yang berada di Hutan. Dijelaskan bahwa Daud memiliki enam
ratus pasukan yang setia mengikutinya. Guna menghidupi
kelompok yang besar ini, Daud mengarahkan keenam ratus
pengikutnya untuk melindungi lahan peternakan dan pertanian
dari tuan-tuan tanah yang ada di sekeliling mereka, dengan
imbalan: mereka mendapatkan makanan dan minuman.
Dalam melakukan pekerjaannya ini, Daud sangat menjaga
benar anak buahnya untuk tetap bersikap jujur. Karenanya
mereka tidak mencuri atau bertindak kasar, apalagi
mengganggu dan merugikan tanah pertanian atau peternakan
tersebut.
Hal ini terlihat dari kesaksian para pekerja Nabal, yang
menceritakan bagaimana perbuatan mereka. Dikatakan bahwa
kelompok Daud sangat baik menjaga mereka dari tangan para
penjahat. Mereka seperti pagar tempok sekeliling kami siang
malam, selama kami menggembalakan domba-domba di dekat
mereka. (1 Samuel 25:16).
Dalam hal ini Saudara, Daud dan Nabal mendiami suatu
wilayah dengan keharmonisan seperti dua ekor banteng yang
hidup di peternakan yang sama. Keduanya sama-sama kuat dan
keras kepala. Hanya tinggal menunggu waktu sebelum mereka
akhirnya bertarung.
Saudara,
Masalah muncul saat Nabal sedang menggunting bulu
domba-dombanya. Menurut tradisi, masa mencukur bulu domba
adalah masa ceria untuk menyambut tamu. Karenanya saat
kabar pesta tersebut menggema hingga ke telinga Daud dan ia
merasa bahwa anak buahnya patut diundang. Lagipula pikir
Daud, anak buahnya telah melindungi ladang dan ternak
mereka dengan baik, berpatroli di wilayah perbukitan dan
mengamankan daerah lembah.
Namun seperti pepatah mengatakan: air susu dibalas
dengan air tuba. Demikianlah yang dirasakan oleh Daud saat
para utusannya menemui Nabal.
Ketika Daud mengutus 10 orang anak buahnya menjumpai
Nabal dengan permintaan agar Nabal melayani anak buahnya
itu pada hari raya, sebagai imbalan jasa Daud melindungi
kawanan ternaknya dari penyamun.
Nabal yang dikenal sebagai seorang yang bebal justru
menghinanya. Nabal pura-pura tidak mengenal Daud, ia
menganggapnya seperti budak yang lari dari tuanya.
Saudara, sikap yang merendahkan itu membuat para
pembawa pesan menjadi marah; karenanya mereka bergegas
menemui Daud dan melaporkan apa yang telah terjadi, di
perkebunan Nabal.
Mendengar kesaksian yang disampaikan para utusannya,
Daud menjadi geram. Ia menggerutu karena kebaikan hatinya
tidak dibalas dengan satu kebaikan. Dalam amarahnya Daud
berkata: Sia-sialah aku melindungi segala kepunyaan orang ini di
padang gurun, sehingga tidak ada sesuatu pun yang hilang dari
segala kepunyaannya; ia membalas kebaikanku dengan
kejahatan (1 Sam 25:21).
Terprovokasi dengan sikap yang kasar tersebut, Daud
memerintahkan untuk masing-masing menyandang-kan
pedang! Mereka berangkat menemui Nabal yang tengah
berpesta pora. Empat ratus orang prajurit dikerahkan Daud untuk
pergi menyerang Nabal, sementara dua ratus orang yang lain
ditinggalkannya untuk menjaga barang-barang (Ayat 13)
Tindakan emosional tersebut tentu saja tidak bisa
dibenarkan. Akan tetapi, itulah kenyataan yang sedang terjadi.
Kalau sampai terjadi, bukan hanya peternakan Nabal yang
tertimpa musibah, kelompok Daud pun akan tercemar sebagai
tidak ada bedanya dengan para perampok dan pembunuh.
Di sinilah kita melihat perlindungan Allah bagi Daud. Allah
tahu apa yang ada dalam hati Daud. Karenanya Allah tidak
membiarkan Daud untuk berbuat dosa karena Nabal. Dalam hal
ini, Allah memakai Abigail isteri Nabal untuk menjadi pengantara,
dan mencegah tindakan anarkis, yang sia-sia.
Saat para pekerja Nabal memberitahukan rencana
kedatangan Daud, Abigail yang berparas cantik ini rupanya juga
memiliki kecerdasan yang tinggi. Ia menyusun suatu rencana
yang bijaksana. Ia tahu sikap kasar suaminya, pastinya bisa
mendatangkan malapetaka yang besar. Karenanya ia segera
mengambil berbagai hadiah dan segera pergi untuk
menghentikan Daud. Tanpa harus memberitahu niatnya pada
suaminya.
Ketika Daud dan anak buahnya menuruni sebuah lembah,
wanita itu mengambil posisinya, dengan berbekal dua ratus roti,
dua buyung anggur, lima dmba yang telah diolah, lima sukat
bertih gandum, serratus buah kue kismis dan dua ratus kue ara,
dimuatnyalah semuanya ke atas keledai (25:18), Abigail datang
menemui Daud.
Kita melihat saudara,
Abigail tidak bodoh. Ia tahu arti pentingnya waktu.
Karenanya ia berdiri sebagai seorang penengah antara
keluarganya dan kematian yang pasti. Ia sadar jika ia tidak
bertindak dengan cepat, pastinya pertumpahan darah pun tidak
akan terelakkan. Karenanya Allah memakai Abigail untuk
mencegah Daud melakukan suatu ketidakadilan besar kepada
semua orang Nabal.
Dikatakan: Ketika Abigail melihat Daud, segeralah ia turun
dari atas keledainya, lalu sujud menyembah di depan Daud
dengan mukanya sampai ke tanah (1 Samuel 25:23).
Saudara, kehadiran si cantik Abigail di depan Daud, serasa
air yang menyejukkan di gurun pasir. Sambil berlutut di hadapan
kaki Daud, ia menyatakan permohonan yang berharga untuk
dimasukkan ke dalam Alkitab, Aku sajalah, ya tuanku, yang
menanggung kesalahan itu. Izinkanlah hambamu ini berbicara
kepadamu, dan dengarkanlah perkataan hambamu ini.
Janganlah kiranya tuanku mengin-dahkan Nabal, orang yang
dursila itu, sebab seperti namanya demikian ia: Nabal namanya
dan bebal orangnya (25:24-25).
Perhatikan saudara apa yang dilakukan Abigail. Disini
Abigail tidak datang untuk membela Nabal, sebab ia tahu
suaminya memang seorang yang brengsek. Abigail juga tidak
memohon keadilan, tetapi yang ia minta adalah sebuah
pengampunan. Ia rela menerima kesalahan yang tidak layak
diterimannya. Ampunilah kiranya kecerobohan hambamu ini
(25:28).
Dari sini kita melihat, kebijaksanaan Abigail, kecantikannya
dan keanggun-annya tidak disalahgunakan Abigail untuk satu
perbuatan yang konyol. Sebaliknya semua karakter yang
dimilikinya dipakainya untuk memberi kesan yang begitu
mendalam bagi Daud.
Perkataan Abigail ini seperti matahari dimusim panas yang
melelehkan es. Bagitulah yang dirasakan Daud saat itu. Daud
menyadari betapa salahnya dia dalam merencanakan
pembalasan sekejam itu. Hal ini dapat kita lihat dari perkataan
Daud, Terpujilah Tuhan, Allah Israel, yang mengutus engkau
menemui aku pada hari ini; terpujilah kebijakanmu dan terpujilah
engkau sendirijika engkau tadinya tidak segera datang
menemui aku, pastinya tidak aka nada seorang laki-laki pun
tinggal hidup pada nabal sampai fajar menyingsing aku
mendengar perkataanmu dan menerima permintaanmu dengan
baik. (25:33-35).
Daud pun sangat mensyukuri tindakan Abigail yang
mencegahnya dari perbuatan brutal menumpahkan darah
orang lain.
Usai mengadakan perundingan yang melegakan itu, Abigail
menawarkan hadiah yang ia bawa dari rumah dan memohon
kepada Daud agar membiarkan Allah saja yang menghakimi
Nabal dan memohon Daud menghindari pertumpahan darah.
Ibu-ibu yang kekasih,
Tuhan tahu, tantangan hidup anak-anak Tuhan di dunia ini
tidaklah mudah. Saat ingin menjalankan hidup kudus, terkadang
ada saja hal yang bisa memprovokasi atau menggoda kita untuk
jatuh dalam dosa. Saat kita merindukan untuk bisa memaafkan
orang lain, ada saja godaan bagi kita untuk kembali mengingat
kesalahan orang lain.
Tetapi janganlah kita putus asa saudara. Tetap percayalah
kepada Allah. Sebab Allah pastinya selalu siap menolong kita,
bahkan lewat orang-orang yang tidak pernah kita sangka. Oleh
karena itu, penting bagi kita untuk selalu mendekat pada Tuhan
sehingga tidak mudah tergoda atau terprovokasi situasi sekeliling
kita.
Usai mengadakan perundingan antara Daud dengan
Abigail, akhirnya Daud kembali ke kediamannya. Dan Abigail
kembali kepada Nabal. Namun karena ia mendapati suaminya
terlalu mabuk untuk diajak bicara sehingga ia harus menunggu
pagi berikutnya. Dan pada pagi harinya, saat Abigail melihat
kondisi suaminya sudah mulai sadar, ia menceritakan bahwa
betapa dekatnya Daud dengan kediaman mereka dengan
empat ratus pasukannya.
Saudara, mendengar perkataan Abigail yang mengagetkan
ini, juga karena ketakutannya yang begitu hebat yang dialami
Nabal, menyebabkan Nabal terkena serangan jantung.
Dikatakan: Lalu terhentilah jantungnya dalam dada dan ia
membatu. Dan kira-kira sepuluh hari sesudah itu Tuhan memukul
Nabal, sehingga ia mati (25:37-38).
Ibu-ibu yang kekasih di dalam Tuhan,
Kerendahan hati selalu membawa keselamatan. Sikap baik
Abigail mengubah gelombang kemarahan menjadi reda. Sikap
rendah hati memiliki kekuatan sebesar itu. Permohonan maaf
dapat menghilangkan perdebatan. Penyesalan dapat
memadamkan amarah. Sikap suka damai jauh lebih baik
ketimbang mengumbar amarah. Dalam hal inilah Amsal 25:15
berkata: Lidah lembut dapat mematahkan tulang
Kisah Abigail mengajarkan banyak hal kepada kita. Bahwa
kuasa kebaikan itu sifatnya menular. Perbuatan kasih yang
dinyatakan pastinya dapat menutupi banyak sekali dosa.
Demikianlah firman Tuhan yang dinyatakan dalam I Petrus 4:8
Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan
yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.
Kita melihat saudara,
Abigail berhasil menempatkan dirinya diantara Daud dan
Nabal. Hal yang sama juga dilakukan oleh Tuhan Yesus yang
menempatkan diriNya di antara Allah dan kita. Abigail bersedia
secara sukarela untuk dihukum atas kesalahan Nabal. Demikian
pula Tuhan Yesus membiarkan surga menghukum diriNya atas
kesalahan Anda dan saya. Abigail menjauhkan amarah Daud
yang saat itu membara oleh karena dendam. Bukankah Tuhan
Yesus juga melindungi kita dari murka Allah?
Tuhan Yesus adalah pengantara antara Allah dan
manusia; yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan
diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia (1 Timotius 2:5-6).
Siapakah seorang pengantara jika bukan seseorang yang berdiri
diantara dua pihak? Apakah yang dilakukan Kristus selain hanya
diantara kemurkaan Allah dan penghukuman kita? Kristus
menahan kemurkaan Allah.
Kristus hidup dalam kehidupan yang tidak dapat kita jalani
dan mengambil alih hukuman yang tidak akan mungkin sanggup
kita tanggung. Pengorbanannya mendorong kita untuk
menanyakan hal ini: Apabila Dia begitu mengasihi, tidak
dapatkah kita mengasihi? Setelah diampuni, tidak dapatkah kita
mengampuni? Setelah berpesta di meja kasih, tidak dapatkah
kita membagikan beberapa remah-remah? saudara-saudaraku
yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka
haruslah kita juga saling mengasihi (1 Yohanes 4:11).
Apakah Anda melihat dunia Nabal begitu sulit untuk
diterima? Jika demikian, lakukanlah apa yang dilakukan oleh
Daud: berhentilah memandang Nabal. Sebaliknya alihkanlah
pandangan Anda kepada Kristus. Teruslah memandang sang
Pengantara kita dan jangan lagi memandang pada si pembuat
onar. Dengan demikian, maka kita akan mendapati satu
kehidupan yang jauh lebih berharga ketimbang apa yang
bergejolak dalam hati kita.

Dalam kehidupan sehari-hari, bagi seorang istri yang hidup


berdampingan dengan suami yang tidak seiman tetap ada yang
harus dilakukannya untuk mengarahkan-nya kepada Tuhan.

"Mengarahkan suami atau keluarganya kepada Tuhan melalui


perbuatannya." Seperti yang dinasihatkan dalam I Petrus 3: 1.
Perbuatan yang saleh, perbuatan yang sungguh mencerminkan
kasih Kristus di dalam kehidupannya. Dengan cara itu si suami
akan melihat bahwa istrinya berbeda dari wanita lain. Dan apa
yang membuat istrinya berbeda karena dia adalah orang yang
sudah ditebus oleh Tuhan Yesus dan hidup sesuai dengan
perintah Tuhan. Amin

Anda mungkin juga menyukai