Anda di halaman 1dari 5

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS.

5.1.3 Anak-anak Nabi Adam AS.

Allah menerima tobatnya dan memaafkannya serta mengirimnya ke bumi. Adam adalah
Nabi dan Rosul pertama bagi manusia. Mulailah kehidupan Nabi Adam di bumi. Ia keluar dari
surga dan berhijrah ke bumi, dan kemudian ia menganjurkan hal tersebut (hijrah) kepada anak-
anaknya dan cucu-cucunya dari kalangan Nabi. Sehingga setiap Nabi memulai dakwahnya dan
menyuruh kaumnya dengan cara keluar dari negerinya atau berhijrah. Di sana Nabi Adam
keluar dari surga sebelum kenabiannya, sedangkan di sini (di bumi) para Nabi biasanya keluar
(hijrah) setelah pengangkatan kenabian mereka.
Nabi Adam mengetahui bahwa ia meninggalkan kedamaian ketika keluar dari surga. Di
bumi ia harus menghadapi penderitaan dan pergelutan, di mana ia harus menanggung kesulitan
agar dapat makan, dan ia harus melindungi dirinya dengan pakaian dan senjata, serta
melindungi istrinya dan anak-anaknya dari serangan binatang buas yang hidup di bumi.
Sebelum semua itu dan sesudahnya, ia harus meneruskan pertempurannya dengan pangkal
kejahatan yang menyebabkannya keluar dari surga, yaitu setan. Di bumi, setan membuat
waswas kepadanya dan kepada anak-anaknya sehingga mereka masuk dalam neraka Jahim.
Pertempuran antara pasukan kebaikan dan pasukan kejahatan di bumi tidak akan pernah
berhenti. Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk Allah SWT, ia tidak akan merasakan
ketakutan dan kesedihan, dan barang siapa yang bermaksiat kepada Allah SWT dan mengikuti
makhluk api, Iblis, maka ia akan bersamanya di neraka.
Nabi Adam mengerti semua ini. Ia menyadari bahwa penderitaan akan menyertai
kehidupannya di atas bumi. Satu-satunya yang dapat meringankan kesedihannya adalah bahwa
ia menjadi penguasa di bumi ia harus menundukkannya, memakmurkannya, dan
membangunnya serta melahirkan keturunan yang baik di dalamnya, sehingga mereka dapat
mengubah kehidupan dan membuatnya lebih baik.
Kehidupan manusia menuju kesempurnaan ketika Hawa mengandung dan melahirkan
anak-anaknya. Itulah bunga-bunga pertama yang mekar di dunia. Mereka memberikan warna
baru dalam kehidupan manusia. Adam dan Hawa memberikan mereka dengan kasih sayang dan
mereka hidup berbahagia. Keduanya sangat mencintai mereka dan bahagia melihat
pertumbuhan mereka di muka bumi. Keduanya berharap, kelak keturunan mereka akan mengisi
dan memakmurkan seluruh pelosok bumi. Mereka akan berjalan ke semua penjuru bumi dan
menikmati semua rezeki yang dilimpahkan Allah kepada mereka.
Pada kehamilan pertama, Hawa melahirkan anak kembar, yaitu Qabil dan Iqlima. Pada
kehamilan kedua, Hawa melahirkan anak kembar, yaitu Habil dan Lubuda. Kedua orang tua,
Nabi Adam dan Siti Hawa, menerima kelahiran keempat putra putrinya itu dengan senang dan
gembira, walaupun Hawa telah menderita apa yang lumrahnya dideritai oleh setiap ibu yang
melahirkan bayinya. Mereka mengharapkan dari keempat anak pertamanya ini akan
menurunkan anak cucu yang akan berkembang biak untuk mengisi bumi Allah dan menguasai
sesuai dengan amanat yang telah di bebankan ke atas bahunya.
Di bawah naungan ayah ibunya yang penuh cinta dan kasih sayang maka membesarlah
keempat-empat anak itu dengan cepatnya melalui masa kanak-kanak dan menginjak masa
remaja. Yang perempuan sesuai dengan kudrat dan fitrahnya menolong ibunya mengurus
rumah tangga dan mengurus hal-hal yang menjadi tugas wanita,sedang yang laki-laki
menempuhi jalannya sendiri mencari nafkah untuk memenuhi keperluan hidupnya. Qabil
berusaha dalam bidang pertanian sedangkan Habil di bidang perternakan.
Keempat putra-putri Adam mencapai usia remaja dan memasuki alam akil baligh di
mana nafsu birahi dan syahwat serta hajat kepada hubungan kelamin makin hari makin nyata
dan nampak pada gaya dan sikap mereka hal mana menjadi pemikiran kedua orang tuanya
dengan cara bagaimana menyalurkan nafsu berahi dan syahwat itu agar terjaga kemurnian
keturunan dan menghindari hubungan kelamin yang bebas di antara putra-putrinya. Kepada

1
5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS.

Nabi Adam, Allah memberi ilham dan petunjuk agar kedua putranya dikawinkan dengan
putrinya. Qabil dikawinkan dengan Lubuda dan Habil dengan Iqlima.
Cara yang telah di ilham oleh Allah kepada Nabi Adam telah disampaikan kepada kedua
putranya sebagai keputusan yang harus dipatuhi dan segera dilaksanakan untuk menjaga dan
mengekalkan suasana damai dan tenang yang meliputi keluarga dan rumah tangga mereka.
Akan tetapi dengan tanpa diduga dan disangka rancangan yang diputuskan itu ditolak mentah-
mentah oleh Qabil dan menyatakan bahwa ia tidak mau mengawini Lubuda, adik Habil dengan
mengemukakan alasan bahawa Lubuda adalah buruk dan tidak secantik adiknya sendiri Iqlima.
Ia berpendapat bahwa ia lebih patut mempersunting adiknya sendiri Iqlima sebagai istri dan
sekali-kali tidak rela menyerahkannya untuk dikawinkan dengan Habil. Dan memang
demikianlah kecantikan dan keelokan paras wanita selalu menjadi fitnah dan rebutan lelaki
yang kadang-kadang menjurus kepada pertentangan dan permusuhan yang sampai
mengakibatkan hilangnya nyawa dan timbulnya rasa dendam dan dengki di antara sesama
keluarga dan sesama suku.
Kerana Qabil tetap berkeras kepala tidak mau menerima keputusan ayahnya dan
meminta supaya dikawinkan dengan adik kembarnya sendiri Iqlima maka Nabi Adam seraya
menghindari penggunaan kekerasan atau paksaan yang dapat menimbulkan perpecahan di
antara saudara serta mengganggu suasana damai yang meliputi keluarga beliau secara bijaksana
mengusulkan agar menyerahkan masalah perjodohan itu kepada Tuhan untuk menentukannya.
Caranya ialah bahwa masing-masing dari Qabil dan Habil harus menyerahkan kurban kepada
Tuhan dengan catatan bahwa barang siapa di antara kedua saudara itu diterima kurbannya ialah
yang berhad menentukan pilihan jodohnya. Allah berfirman:

Artinya: “Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah
kedua putra Adam*, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban)
salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak
diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil)
berkata, “Sesungguhnya Allah hanya Menerima (amal) dari orang yang
bertakwa.”(QS.Al-Mā’idah (5): 27)
------------------------------------------------------------------
*Para mufasir mengatakan, namanya Qabil dan Habil.

Qabil dan Habil menerima baik jalan penyelesaian yang ditawarkan oleh ayahnya. Habil
keluar dan kembali membawa peliharaannya berupa seekor unta, sedangkan Qabil datang
dengan sekarung gandum yang dipilih dari hasil cucuk tanamnya yang rusak dan busuk
kemudian diletakkan kedua kurban itu unta Habil dan gandum Qabil di atas sebuah bukit lalu
pergilah keduanya menyaksikan dari jauh apa yang akan terjadi atas dua jenis kurban itu.
Kemudian dengan disaksikan oleh seluruh anggota keluarga Adam yang menanti
dengan hati berdebar apa yang akan terjadi di atas bukit di mana kedua kurban itu diletakkan,
terlihat api besar yang turun dari langit menyambar unta (binatang kurban Habil) yang seketika
itu musnah termakan oleh api sedang karung gandum (kepunyaan Qabil) tidak tersentuh sedikit
pun oleh api dan tetap tinggal utuh. Maka dengan demikian keluarlah Habil sebagai pemenang
dalam pertaruhan itu karena kurban unta telah diterima oleh Allah sehingga dialah yang
mendapat keutamaan untuk memilih siapakah di antara kedua gadis saudaranya itu yang akan
dipersandingkan menjadi istrinya.
Dengan telah jalurnya keputusan dari langit yang menerima kurban Habil dan menolak
kurban Qabil maka pudarlah harapan Qabil untuk mempersandingkan Iqlima tidak puas dengan
keputusan itu namun tidak ada jalan untuk menyelesaikannya. Ia menyerah dan memerainya

2
5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS.

dengan rasa kesal dan marah sambil menaruh dendam terhadap Habil yang akan dibunuh di
kala ketiadaan ayahnya. Ketika Adam hendak berpergian dan meninggalkan rumah beliau
mengamanahkan rumah tangga dan keluarga kepada Qabil. Ia berpesan kepadanya agar
menjaga baik-baik ibu dan saudara-saudaranya selama ketiadaannya. Ia berpesan pula agar
kerukunan keluarga dan ketenangan rumah tangga terpelihara baik-baik jangan sampai terjadi
hal-hal yang mengeruhkan suasana.
Qabil menerima pesanan dan amanat ayahnya dengan kesanggupan akan berusaha
sekuat tenaga menyelenggarakan amanat ayahnya dengan sebaik-baiknya dan sempurna
berpergiannya akan mendapat segala sesuatu dalam keadaan baik dan menyenangkan.
Demikianlah kata-kata dan janji yang keluar dari mulut Qabil namun dalam hatinya ia berkata
bahwa ia telah diberi kesempatan yang baik untuk melaksanakan niat jahatnya dan melepaskan
rasa dendamnya dan dengkinya terhadap Habil saudaranya. Tidak lama setelah Adam
meninggalkan keluarganya datanglah Qabil menemui Habil di tempat peternakannya. Berkata
ia kepada Habil, “Aku datang ke mari untuk membunuhmu. Masanya telah tiba untuk aku
lenyapkan engkau dari atas bumi ini.” Habil tanya, “Apa salahku? dan mengapa engkau
hendak membunuhku?” Qabil berkata, “karena kurbanmu diterima oleh Allah sedangkan
kurbanku ditolak yang berarti bahwa engkau akan mengawini adikku Iqlima yang cantik dan
molek itu dan aku harus mengawini adikmu yang buruk dan tidak mempunyai gaya yang
menarik itu.”
Habil berkata, “Adakah berdosa aku bahwa Allah telah menerima kurbanku dan
menolak kurbanmu? Tidakkah engkau telah bersetuju cara penyelesaian yang diusulkan oleh
ayah sebagaimana telah kami laksanakan? Janganlah tergesa-gesa wahai saudaraku,
mempertaruhkan hawa nafsu dan ajakan setan! Tenangkanlah perasaanmu dan fikirlah masa-
masa akan akibat perbuatanmu kelak! Ketahuilah bahwa Allah hanya menerima kurban dari
orang-orang yang bertakwa yang menyerahkan dengan tulus ikhlas dari hati yang suci dan
niat yang murni. Adakah mungkin sesekali bahawa kurban yang engkau serahkan itu engkau
pilihkannya dari gandummu yang telah rusak dan busuk dan engkau berikan secara terpaksa
bertentangan dengan kehendak hatimu, sehingga ditolak oleh Allah, berlainan dengan unta
yang aku serahkan sebagai korban yang sengaja aku pilihkan dari perternakanku yang paling
sehat dan kucintai dan kuserahkannya dengan tulus ikhlas disertai permohonan diterimanya
oleh Allah. Renungkanlah, wahai saudaraku kata-kataku ini dan buangkanlah niat jahatmu
yang telah dibisikkan kepadamu oleh Iblis itu, musuh yang telah menyebabkan turunnya ayah
dan ibu dari surga.”

Artinya: “Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk


membunuhku, aku (Habil) tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk
membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam.”(QS.Al-Mā’idah (5):
28)

Artinya: “Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa
(membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka;
dan itulah balasan bagi orang yang zolim.”(QS.Al-Mā’idah (5): 29)
Nasihat dan kata-kata mutiara Habil itu didengar oleh Qabil namun masuk telinga
kanan, keluar telinga kiri dan sekali-kali tidak sampai menyentuh lubuk hatinya yang penuh
rasa dengki, dendam dan iri hati sehingga tidak ada tempat lagi bagi rasa damai, cinta dan kasih
sayang kepada saudara sekandungnya. Qabil yang dikendalikan oleh Iblis tidak diberinya
kesempatan untuk menoleh kebelakang mempertimbangkan kembali tindakan jahat yang
dirancangkan terhadap saudaranya, bahkan bila api dendam dan dengki didalam dadanya mulai
akan padam dikipasinya kembali oleh Iblis agar tetap menyala-nyala dan ketika Qabil bingung

3
5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS.

tidak tahu bagaimana ia harus membunuh Habil saudaranya, menjelmalah Iblis dengan seekor
burung yang dipukul kepalanya dengan batu sampai mati. Contoh yang diberikan oleh Iblis itu
diterapkannya atas diri Habil di kala ia tidur dengan nyenyaknya dan jatuhlah Habil sebagai
korban keganasan saudara kandungnya sendiri dan sebagai korban pembunuhan pertama dalam
sejarah manusia.

Artinya: “Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun
(benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang
merugi.”(QS.Al-Mā’idah (5): 30)

Qabil merasa gelisah dan bingung menghadapi mayat saudaranya, ia tidak tahu apa yang
harus diperbuat dengan tubuh saudaranya yang semakin lama semakin busuk itu.
Diletakkannyalah tubuh itu di sebuah peti yang dipikulnya seraya mundar-mundir oleh Qabil
dalam keadaan sedih melihat burung-burung sedang berterbangan hendak menyerbu tubuh
jenazah Habil yang sudah busuk itu. Kebingungan dan kesedihan Qabil tidak berlangsung lama
kerana ditolong oleh suatu contoh yang diberikan oleh Allah kepadanya sebagaimana ia harus
menguburkan jenazah saudaranya itu. Allah berfirman:

Artinya: “Kemudian Allah Mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan
kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya.
Qabil berkata, “Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung
gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Maka jadilah
dia termasuk orang yang menyesal.”(QS.Al-Mā’idah (5): 31)

Kemudian kembalilah Adam dari perjalanan jauhnya. Ia tidak melihat Habil di antara
putra-putrinya yang sedang berkumpul. Bertanyalah ia kepada Qabil, “Di manakah Habil
berada? Aku tidak melihatnya sejak aku pulang.”Qabil menjawab, “Entah, aku tidak tahu dia
ke mana! Aku bukan hamba Habil yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi.” Melihat
sikap yang angkuh dan jawapan yang kasar dari Qabil, Adam dapat meneka bahwa telah terjadi
sesuatu ke atas diri Habil, putranya yang soleh, bertakwa dan berbakti terhadap kedua orang
tuanya itu. Pada akhirnya terbukti bahwa Habil telah mati dibunuh oleh Qabil sewaktu
peninggalannya. Ia sangat kesal di atas perbuatan Qabil yang kejam dan ganas itu di mana rasa
persaudaraan, ikatan darah dan hubungan keluarga diketepikan sekadar untuk memenuhi hawa
nafsu dan bisikan yang menyesatkan. Menghadapi musibah itu, Nabi Adam hanya berpasrah
kepada Allah menerimanya sebagai takdir dan kehendak-Nya seraya mohon dikurniai
kesabaran dan keteguhan iman baginya dan kesedaran bertobat dan beristighfar bagi putranya
Qabil.
Nabi Adam berbicara dan memahamkan anak-anaknya bahawa hanya ada satu perahu
keselamatan bagi manusia, dan hanya ada satu senjata baginya yang dapat menenangkannya.
Perahu itu adalah petunjuk Allah dan senjata itu adalah kalimat-kalimat Allah. Nabi Adam
menenangkan anak-anaknya, bahwa Allah tidak akan membiarkan manusia sendirian di muka
bumi. Sesungguhnya Dia akan mengutus para Nabi untuk membimbing mereka dan
menyelamatkan mereka. Para Nabi itu memiliki nama-nama, sifat-sifat, dan mukjizat- mukjizat
yang berbeda-beda. Tetapi mereka dipertemukan dengan satu hal, yaitu mengajak untuk
menyembah Allah semata. Demikianlah wasiat Nabi Adam kepada anak-anaknya.

4
5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS.

Artinya: “Oleh karena itu Kami Tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Isroil, bahwa barangsiapa
membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain*, atau bukan
karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua
manusia.**Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-
akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rosul Kami
telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas.
Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di
bumi.”(QS.Al-Mā’idah (5): 32)
------------------------------------------------------------------
*Yakni membunuh orang bukan karena qishosh.
------------------------------------------------------------------
**Hukum ini bukanlah mengenai Bani Isroil saja, tetapi juga mengenai manusia
semua-nya. Allah Memandang bahwa membunuh seseorang itu adalah seperti
membunuh semua manusia, begitu juga sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai